RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN BELITUNG TIMUR

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BERDIKARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA UMBUL KABUPATEN MADIUN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 98 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH UPUN TAKA DI KABUPATEN TANA TIDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BULUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH TAMAN SATWA TARU JURUG SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PUSAT PERGUDANGAN KOTA PEDARINGAN SURAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 9 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KOTA PEKALONGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SOLOK SELATAN

Perda No. 14/1998 tentang Pendirian Perusahaan Aneka Usaha Pertambangan Bahan Galian Gol. C Kab.Magelang.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BULELENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Dan BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

Transkripsi:

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan kemampuan untuk menggali sumber keuangan sendiri sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada akhimya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah; b. bahwa sebagai upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan perekonomian daerah dipandang perlu mendirikan Perusahaan Daerah untuk kegiatan usaha dan sebagai pengelola asset milik pemerintah daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Baubau tentang Pendirian Perusahaan Daerah Wira Usaha Wolio Semerbak Kota Baubau; : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2387); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817); 4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001 tentang Pembetukan Kota Bau Bau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4120 ); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 1

Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3731); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundangundangan; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BAUBAU dan WALIKOTA BAUBAU MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Baubau. 2

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Walikota adalah Walikota Baubau. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Baubau. 5. Perusahaan Daerah adalah Perusahaan Daerah Wira Usaha Wolio Semerbak Kota Baubau. 6. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah. 7. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah. 8. Pengurus adalah Badan Pengawas dan Direksi Perusahaan Daerah. 9. Pegawai adalah Pegawai Perusahaan Daerah.. BAB II PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH Pasal 2 (1) Dengan Peraturan Daerah ini didirikan Perusahaan Daerah WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK Kota Baubau. (2) Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Direksi. BAB III KEDUDUKAN, MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 (1) Perusahaan Daerah adalah badan hukum yang berhak melakukan usaha berdasarkan Peraturan Daerah ini. (2) Perusahaan Daerah berkedudukan dan berkantor pusat di Baubau. Pasal 4 (1) Perusahaan Daerah didirikan dengan maksud dan tujuan untuk pengelolaan asset milik pemerintah daerah dan kegiatan usaha lain disegala bidang dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian daerah dan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. (2) Dalam melaksanakan maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perusahaan Daerah dikelola dan dibina berdasarkan asas demokrasi ekonomi dengan berpedoman pada prinsip ekonomi perusahaan yang efisien dan efektif. BAB IV MODAL Pasal 5 (1) Modal Perusahaan Daerah merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak terbagi atas saham-saham. (2) Setiap tambahan modal Perusahaan Daerah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber keuangan yang sah, harus mendapat persetujuan dari Walikota. (3) Besarnya penambahan modal yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh melebihi 50 % (lima puluh persen) dari total aset Perusahaan Daerah. 3

BAB V BIDANG DAN UNIT USAHA Pasal 6 (1) Perusahaan Daerah mempunyai usaha dibidang pengelolaan asset Pemerintah Daerah Kota Baubau dan usaha-usaha lain yang tidak bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Perusahaan Daerah dapat mengembangkan usaha sesuai dengan bidang usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pengembangan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan oleh Direksi kepada Walikota melalui Badan Pengawas. (4) Pengembangan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. BAB VI PENGURUS Pasal 7 (1) Pengurus Perusahaan Daerah terdiri dari : a. Direksi; b. Badan pengawas. (2) Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari seorang Direktur Utama, dibantu oleh seorang Direktur Operasional, dan seorang Direktur keuangan dan Administrasi. BAB VII DIREKSI Bagian Pertama Pengangkatan Pasal 8 (1) Direksi diangkat oleh Walikota dari unsur swasta atas usul Badan Pengawas. (2) Pengangkatan anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota. (3) Ketentuan mengenai persyaratan pengangkatan Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. (4) Masa jabatan Direksi ditetapkan selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali. Bagian Kedua Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Pasal 9 (1) Direksi mempunyai tugas pokok memimpin, menyusun, perencanaan, melaksanakan koordinasi dan mengendalikan semua kegiatan operasional Perusahaan Daerah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjabaran tugas Direksi diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 10 Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah mempunyai wewenang sebagai berikut : a. Mengelola dan mengamankan serta mengembangkan kekayaan Perusahaan Daerah; 4

b. Mengangkat dan memberhentikan Pegawai setelah mendapatkan persetujuan Walikota; c. Menetapkan tata tertib Perusahaan Daerah sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; d. Mewakili Perusahaan Daerah baik didalam ataupun diluar pengadilan dan apabila dipandang perlu dapat menunjuk satu orang kuasa atau lebih, untuk mewakili Perusahaan Daerah; e. Membeli atau menjual barang investasi dengan cara mendapatkan atau melepaskan hak atas barang-barang inventaris milik Perusahaan Daerah berdasarkan persetujuan Walikota atas pertimbangan Badan Pengawas; f. Menjaminkan sebagai agunan barang-barang milik Perusahaan Daerah, dengan persetujuan Walikota atas pertimbangan Badan Pengawas; g. Mengadakan pinjaman atau perjanjian dengan Lembaga Keuangan serta Lembaga lain atas nama Perusahaan Daerah berdasarkan persetujuan Walikota atas pertimbangan Badan Pengawas; h. Menyertakan modal kepada perusahaan/lembaga lain atas persetujuan Walikota dengan pertimbangan Badan Pengawas. Pasal 11 (1) Direksi merupakan satu kesatuan pimpinan. (2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Direksi bertanggung jawab kepada Walikota melalui Badan Pengawas. Direksi dilarang : Bagian Ketiga Larangan Pasal 12 1. Memangku jabatan rangkap pada Perusahaan Daerah; 2. Bekerja pada perusahaan swasta, lembaga keuangan lainnya termasuk usaha sendiri yang sejenis dengan usaha Perusahaan Daerah; 3. Mempunyai kepentingan pribadi secara langsung atau tidak langsung pada Perusahaan Daerah atau perkumpulan lain dalam lapangan usaha yang bertujuan mencari laba; 4. Memberi kuasa umum pada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas; 5. Menjadi anggota dan atau pengurus Partai Politik; 6. Bertempat tinggal diluar daerah ; dan 7. Memanfaatkan aset Perusahaan Daerah untuk kepentingan pribadi. (1) Penghasilan Direksi terdiri dari : a. Gaji; b. Tunjangan. Bagian Keempat Penghasilan Pasal 13 (2) Ketentuan mengenai besarnya gaji dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Walikota. 5

Pasal 14 Selain penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, kepada Direksi dapat diberikan jasa produksi setiap tahun apabila Perusahaan Daerah mendapatkan laba. (1) Anggota Direksi berhenti karena: a. Masa jabatan berakhir; b. Meninggal dunia; c. Usia mencapai 56 tahun. Bagian Kelima Pemberhentian Pasal 15 (2) Anggota Direksi dapat diberhentikan oleh Walikota atas usul Badan Pengawas sebelum masa jabatannya berakhir karena : a. Atas permintaan sendiri; b. Melakukan tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah; c. Melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan kepentingan Pemerintah Daerah dan Negara; d. Melakukan tindak pidana kejahatan dan atau kesalahan yang bersangkutan dengan kepengurusan Perusahaan Daerah; e. Sesuatu hal yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar; f. Melanggar ketentuan Pasal 12 Peraturan Daerah ini. Pasal 16 Pemberhentian Anggota Direksi dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b, c, d dan f, jika merupakan pelanggaran dari peraturan hukum pidana merupakan pemberhentian tidak dengan hormat. Pasal 17 (1) Anggota Direksi yang diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b, c, dan d atas usul Badan Pengawas, Direksi yang bersangkutan diberhentikan sementara dari jabatannya oleh Walikota. (2) Pemberhentian sementar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberitahukan secara tertulis kepada Direksi yang bersangkutan dan Badan Pengawas dengan disertai alasan-alasan. (3) Paling lambat 3 (tiga) bulan sejak pemberhentian semetara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Pengawas sudah melakukan sidang yang dihadiri oleh semua anggota Direksi untuk menetapkan apakah Direksi yang bersangkutan diberhentikan atau direhabiliter kembali. (4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Badan Pengawas belum melakukan persidangan maka surat pemberhentian sementara batal demi hukum. (5) Apabila dalam persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Direksi yang diberhentikan sementara tidak hadir maka yang bersangkutan dianggap menerima Keputusan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas. (6) Hasil keputusan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud dan ayat (5), ditetapkan dengan Keputusan Walikota. 6

Pasal 18 (1) Paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterimanya Keputusan Walikota tentang pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (6), anggota Direksi yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Walikota. (2) Paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Walikota sudah mengambil keputusan menerima atau menolak permohonan keberatan dimaksud. (3) Apabil dalam waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Walikota belum mengambil keputusan terhadap permohonan keberatan, maka Keputusan Pemberhentian batal demi hukum. Pasal 19 (1) Walikota mengangkat Pelaksana Tugas apabila Direksi diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir. (2) Pengangkatan Pelaksana Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota untuk masa jabatan paling lama 3 (tiga) bulan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan pejabat pelaksana tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. BAB VIII BADAN PENGAWAS Bagian Pertama Pengangkatan Pasal 20 (1) Badan Pengawas diangkat oleh Walikota. (2) Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari unsur Pemerintah Daerah yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Mempunyai tugas yang berhubungan dengan Perusahaan Daerah; atau b. Memiliki kemampuan dibidang ekonomi atau hukum (3) Jumlah anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebanyak 3 (tiga) orang, seorang diantaranya diangkat menjadi Ketua merangkap anggota dan seorang diantaranya diangkat sebagai sekretaris merangkap anggota. (4) Pengangkatan dalam jabatan Ketua dan Sekretaris Badan Pengawas ditetapkan oleh Walikota. (5) Ketentuan mengenai persyaratan pengangkatan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. (6) Masa jabatan Badan Pengawas ditetapkan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali. Bagian Kedua Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Pasal 21 (1) Badan Pengawas mempunyai tugas menyusun kebijakan umum, melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjabaran tugas Badan Pengawas diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 22 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Badan Pengawas mempunyai wewenang : 7

a. Memberikan peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; b. Memeriksa Direksi yang diduga merugikan Perusahaan Daerah; c. Memberikan pertimbangan rencana kerja tahunan dan empat tahunan serta rencana anggaran pendapatan dan belanja Perusahaan Daerah kepada Walikota untuk mendapat pengesahan; d. Meneliti neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan dan akhir masa jabatan yang disampaikan Direksi untuk mendapat pengesahan Walikota; e. Memberikan pertimbangan dan saran baik diminta atau tidak diminta kepada Direksi untuk perbaikan dan pengembangan usaha; f. Meminta keterangan kepada Direksi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan dan pengelolaan Perusahaan Daerah; g. Memberikan penilaian pelaksanaan kegiatan operasional dalam forum laporan pertanggungjawaban tahunan Direksi dan pada akhir jabatan Direksi sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan operasional tahunan, anggaran pendapatan belanja dan untuk periode berikutnya yang selanjutnya dimintakan persetujuan Walikota; h. Menunjuk seorang atau beberapa ahli untuk melaksanakan tugas tertentu untuk penelitian, audit dan tugas-tugas lain diluar tugas umum; i. Menerima atau menolak pertanggungjawaban keuangan dan program kerja Direksi tahun berjalan. Pasal 23 (1) Badan Pengawas dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bertanggungjawab kepada Walikota. (2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertulis. Bagian Ketiga Larangan Pasal 24 Badan Pengawas dilarang menjabat sebagai : a. Badan Pengawas di perusahaan daerah lain; atau b. Direksi atau Badan Pengawas di perusahan lain. Bagian Keempat Penghasilan Pasal 25 (1) Badan Pengawas karena tugasnya menerima honorarium. (2) Ketentuan mengenai besarnya honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 26 Selain honorarium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, kepada Badan Pengawas dapat diberikan jasa produksi setiap tahun apabila Perusahaan Daerah mendapatkan laba. 8

Bagian Kelima Pemberhentian Pasal 27 (1) Anggota Badan Pengawas berhenti karena : a. Masa jabatannya berakhir; b. Meninggal dunia; c. Pensiun dari Pegawai Negeri Sipil. (2) Anggota Badan Pengawas dapat diberhentikan oleh Walikota karena: a. Atas permintaan sendiri; b. Melakukan tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah; c. Melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan kepentingan Pemerintah Daerah dan Negara; d. Melakukan tindak pidana kejahatan dan atau kesalahan yang bersangkutan dengan kepengurusan Perusahaan Daerah; e. Sesuatu hal yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar; f. Pindah tugas keluar Daerah Kota Baubau, dan diluar unit kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a. Pasal 28 (1) Pemberhentian anggota Badan Pengawas dengan alasan sebagaimna dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, e dan f merupakan pemberhentian dengan hormat. (2) Pemberhentian anggota Badan Pengawas dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf b, c dan dan merupakan pemberhentian tidak dengan hormat. (3) Pemberhentian sebagaimana pada ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. BAB IX RAPAT PENGURUS Pasal 29 Rapat antara Badan Pengawas dengan Direksi dapat dilaksanakan paling sedikit 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun. Pasal 30 Rapat Direksi diselenggarakan secara periodik paling sedikit sekali dalam 1 (satu) bulan. BAB X KEPEGAWAIAN Pasal 31 Ketentuan mengenai pokok-pokok kepegawaian Perusahaan Daerah diatur dengan Peraturan Walikota dengan berpedoman kepada ketentuan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. 9

BAB XI TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI Pasal 32 Anggota Direksi dan Anggota Badan Pengawas, serta semua Pegawai Perusahaan Daerah yang tindakannya melawan hukum atau karena kelalaian dalam melaksanakan kewajibannya dan tugas yang dibebankan kepadanya, baik langsung atau tidak langsung yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan Daerah, disamping dapat dihukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, diwajibkan pula mengganti seluruh kerugian bagi Perusahaan Daerah. BAB XII RENCANA KERJA, ANGGARAN TAHUN BUKU DAN PERHITUNGAN TAHUNAN Pasal 33 (1) Paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku berakhir, Direksi menyampaikan rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja Perusahaan Daerah kepada Walikota dengan pertimbangan Badan Pengawas untuk mendapatkan pengesahan. (2) Apabila sampai dengan permulaan tahun buku belum ada pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja Perusahaan Daerah dinyatakan telah disetujui. (3) Ketentuan mengenai bentuk, isi dan tata cara penyusunan rencana kerja Perusahaan Daerah diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 34 (1) Tahun buku Perusahaan Daerah adalah tahun takwim. (2) Paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun buku berakhir, Direksi wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laba/rugi konsolidasi dengan dilampiri neraca dan laba/rugi yang telah diperiksa atau diaudit Pejabat yang berwenang kepada Walikota untuk mendapatkan pengesahan. BAB XIII PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA BERSIH Pasal 35 (1) Laba bersih setelah diperhitungkan pajak dan telah disahkan Walikota pembagiannya ditetapkan sebagai berikut : a. Bagian laba untuk Pemerintah Daerah... 50% b. Cadangan Umum...25% c. Dana pensiun...10% d. Jasa produksi untuk Direksi, Badan Pengawas, Pegawai dan pembinaan Perusahaan Daerah... 15% (2) Bagian laba Pemerintah Daerah dianggarkan dalam penerimaan Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran berikutnya. (3) Cadangan umum dapat dialihkan menjadi modal setelah mendapat persetujuan Walikota. (4) Ketentuan mengenai perincian besarnya jasa produksi untuk Direksi, Badan Pengawas, Pegawai dan pembinaan Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, ditetapkan dengan Keputusan Walikota atas usul Direksi dan persetujuan Badan Pengawas. 10

BAB XIV DANA PENSIUN DAN TUNJANGAN HARI TUA Pasal 36 (1) Perusahaan Daerah wajib mengadakan dana pensiun dan tunjangan hari tua bagi pegawai. (2) Ketentuan mengenai perincian besarnya dana pensiun dan tunjangan hari tua sebagaimana dimaksud peraturan perundang-undangan ayat (1) diatur dengan Keputusan Walikota. (3) Dana pensiun dan tunjangan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahunan; b. Dana Pensiun. BAB XV PENGADAAN DAN PENGELOLAAN INVENTARIS Pasal 37 Tata cara pengadaan dan pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah dilakukan dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XVI PEMBINAAN Pasal 38 Pembinaan dilaksanakan oleh Walikota dan pembinaan sehari-hari dilaksanakan oleh unit kerja yang ditunjuk. BAB XVII PEMBUBARAN Pasal 39 (1) Apabila dianggap tidak dapat mencapai tunjuannya atau tidak diperlukan lagi oleh Pemerintah Daerah, Perusahaan Daerah dapat dibubarkan. (2) Pembubaran Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh tim likuidasi yang dibentuk oleh Walikota. (3) Tim likuidasi menyampaikan pertanggungjawaban pembubaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Walikota. (4) Pembubaran Perusahaan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB XVIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 40 (1) Pemerintah Daerah atau pihak lain dilarang turut mencampuri urusan dan pengelolaan Perusahaan Daerah. (2) Pemerintah Daerah atau pihak lain tidak dibenarkan membebani perusahaan dengan segala bentuk pengeluaran. Pasal 41 (1) Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Direksi dan Badan Pengawas, dapat dibentuk sekreatriat. 11

(2) Biaya operasional sekretariat sebagaimna dimaksud pada ayat (1), dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja Perusahaan Daerah. Pasal 42 (1) Kepada Direksi dan Badan Pengawas dapat diberikan pesangon pada akhir masa jabatannya, apabila Perusahaan Daerah mendapatkan laba. (2) Ketentuan mengenai besarnya pesangon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Walikota. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 43 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 46 Petaruan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Baubau. Ditetapkan di Baubau pada tanggal, 2011 WALIKOTA BAUBAU, Diundangkan di Baubau pada tanggal, 2011 SEKRETARIS DAERAH KOTA BAUBAU, MZ. AMIRUL TAMIM S U H U F A N LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU TAHUN 2011 NOMOR 12

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU I. PENJELASAN UMUM Pendirian Perusahaan Daerah Semerbak Kota Baubau merupakan salah satu usaha Pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk menunjang dan membiayai penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan Daerah Kota Baubau dalam rangka memantapkan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Bahwa sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Daerah berwenang mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 : Walikota diberikan kewenangan untuk menunjuk dan mengangkat Badan Pengawas yang sesuai dengan bidang kerja yang telah ditetapkan dan mempunyai kemampuan dan integritas serta etos kerja yang tinggi. 13

Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 : Rapat Badan Pengawas dengan Direksi dengan maksud untuk mengevaluasi perkembangan Perusahaan, sebagai laporan kepada walikota Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU TAHUN 20011 NOMOR... 14