BAB I PENDAHULUAN. berbeda, sehingga muncul konflik yang dinamakan Agency Conflict. (Richardson, (1998);

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aspek yang positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara

Bab 1 Pendahuluan. Peristiwa yang terjadi pada dunia global membawa perubahan-perubahan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan harga saham yang terjadi seorang investor bisa memperoleh return.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan diharapkan dapat memberi dampak positif bagi perusahaan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur. Pertumbuhan ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola. Minow, 2001). Isu mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih

( Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan yang ingin dicapai dalam setiap usahanya adalah untuk

BABI PENDAHULUAN. Manajer dan pemegang saham selalu berbeda kepentingan, yang dikenal. dengan konflik keagenan (Jensen, 1986). Konflik keagenan akan

diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Potensi pertumbuhan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan perusahaan tersebut dimasa depan. Tujuan utama perusahaan

Penelitian tentang Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan. Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. pemilik perusahaan (Diana dan Irianto, 2008:1). tujuan tersebut, banyak shareholder yang menyerahkan pengolahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengelolaan pada manajer. Pengelolaan asset yang telah dipercayakan kapada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal yang optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. saham (Brigham dan Gapenski 1996). Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan bisnis terutama yang telah go public pada umumnya mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya perkembangan bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan

BAB I PENDAHULUAN. harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pemulihan salah satu di bidang industri manufaktur asing. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan penting yang diinginkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, arus kas bebas, dan investment

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya dunia usaha didominasi oleh kelompok perusahaan milik

BABl PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan tentang pembagian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pentingnya informasi laba membuat setiap perusahaan berlombalomba

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat tumbuh dengan baik. Penelitian Saputro (2002) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. cara menaikkan hutang (Yeniatie dan Nicken, 2010). memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi memaksimumkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peran yang strategis dalam pembangunan nasional. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan sebaliknya semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang memberi wewenang (principle) yaitu pemilik atau pemegang saham dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu pihak yang berkepentingan untuk mengetahui seberapa baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian investasi baik dalam bentuk pendapatan dividen (dividend yield)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kredibilitas yang dijunjung tinggi, mempunyai kualitas bagus dan harus bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Wolk et al. (2001) dalam Thiono (2006:4), teori sinyal (signaling

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang memperhatikan hubungan antara pihak principal (pemegang saham) dengan agen-agennya (manajer peusahaan). Teori keagenan mengemukakan, bahwa hubungan antara pihak principal (pemegang saham) dengan agen-agennya (manajer peusahaan), memiliki kepentingan maupun tujuan berbeda, sehingga muncul konflik yang dinamakan Agency Conflict. (Richardson, (1998); DuCharme et. al., (2000), Theresia, (2005)). Menurut Berle dan Means (1932) dalam Him el berg et.al (1999) bahwa rendahnya pengawasan terhadap para manajer di perusahaan oleh pemegang saham mengakibatkan asset perusahaan digunakan oleh manajer untuk kepentingan sendiri dan bukan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham (shareholder value). Menurut Brigham (2002); Theresia (2005) untuk mengatasi dan meredam Agency Conflict antara manajer dan pemegang saham ada mekanisme tersendiri, antara lain seperti: kompensasi manajer, adanya intervensi langsung dari pemilik perusahaan, adanya ancaman akan kehilangan pekerjaan bagi manajer, dan ancaman takeover. Sedangkan menurut Jensen & Meckling (1976); Theresia (2005), ada beberapa metode yang dapat meredakan agency problem yaitu mekanisme kontrol eksternal dan mekanisme pemberian motivasi, pada kedua metode ini yang dapat meredakan konflik antara manajer dan pemilik perusahaan adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham manajer dalam perusahaan, sehingga manajer tidak dapat bebuat sesuka hati dalam pengambilan 1

keputusan seperti berinvestasi, ekspansi maupun aktivitas lain yang berhubungan dengan perluasan dan peningkatan laba dalam perusahaan. Karena manajer juga sebagai pemegang saham, sehingga ia juga tidak mau dirugikan dalam pembagian deviden. Shleifer dan Vishny (1986) dan Syamsuri (2003) menyatakan bahwa pemegang saham terbesar mempunyai arti penting dalam memonitoring pelaku manajer dalam perusahaan. Shleifer dan Vishny (1986) dan Syamsuri (2003) dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar seperti institusional investor akan dapat memonitoring tim manajemen secara efektif, dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Dengan demikian, tingkat kepemilikan intitusional yang tinggi dari persentase saham yang dimiliki oleh institusional investor akan menyebabkan tingkat monitor lebih efektif (Gier & Zychowicz (1994); Syamsuri (2003)), yang dapat meningkatkan perilaku entrepreneurship. Mitra (2002), Koh (2003), Midiastuty & Machfoedz (2003); Sylvia & Siddartha (2005) juga menemukan bahwa kehadiran kepemilikan intitusional yang tinggi membatasi manajer untuk melakukan pengelolaan laba. Menurut teori hipotesis monitoring, kepemilikan saham suatu lembaga mempunyai tujuan untuk memonitoring dengan manajer dalam mengambil keputusan untuk pertumbuhan dan peningkatan perusahaan itu sendiri Pound, (1988); Bushee, (1998). Tujuan Government share ownership itu adalah mendorong perusahaan untuk tumbuh dan melakukan investasi sehingga memiliki pertumbuhan ekuitas dan aktiva yang besar. Lembaga publik bersama dengan pemerintah berhak memonitoring manajemen perusahaan. Dengan ini pemerintah mempunyai tujuan agar manajer tidak semena-mena dalam mengambil keputusan, perusahaan tidak hanya mementingkan profit atau 2

kemakmuran perusahaan itu sendiri melainkan juga seperti memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang selanjutnya lebih rinci diatur dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 merupakan tugas konstitusional bagi seluruh komponen bangsa. Dalam kaitan di atas, dirasa perlu untuk meningkatkan penguasaan seluruh kekuatan ekonomi nasional baik melalui regulasi sektoral maupun melalui kepemilikan negara terhadap unit-unit usaha tertentu dengan maksud untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. Penyamaan visi tersebut penting agar setiap unsur yang terkait dalam kegiatan Badan Usaha mempunyai persepsi yang sama tentang arah dan kebijakan pembinaan dan pengembangan usaha di masa depan. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyamakan persepsi tersebut adalah menyelenggarakan koordinasi internal Kementerian BUMN dan melakukan monitoring dan pertemuan antara manajemen dan Pemegang Saham secara periodik, sesuai dengan Sistem Perencanaan dan Pengendalian BUMN yang telah ditetapkan oleh Kementerian BUMN. masalah kepemilikan, peran dan fungsi BUMN, dalam perekonomian nasional, dalam Undang-Undang BUMN tersebut akan diatur pula ketentuan tentang privatisasi. 3

Kerangka regulasi terdiri dari pedoman dan kebijakan yang mengatur perilaku perusahaan, misalnya : (Kementerian BUMN, 2002). 1) Mengenai Harga dan Standar Kualitas. 2) Pemberlakuan dan pengawasan implementasi UU No.5 / 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 3) Peraturan perlindungan keselamatan konsumen dan kualitas produk. 4) Peraturan keselamatan kerja termasuk didalamya perlindungan terhadap pemutusan kerja yang tidak adil. 5) Kewajiban pelayanan masyarakat atau Public Service Obligations (PSOs) akan ditetapkan oleh Pemerintah pada industri yang produk dan harganya tidak seluruhnya ditentukan berdasarkan persaingan. Selain government ownership, tingkat pertumbuhan juga mempengaruhi kebijakan pendanaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, baik secara internal perusahaaan yaitu: manajemen maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur. Pertumbuhan ini diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut (Nugroho, 2002). Prospek perusahaan yang akan bertumbuh bagi investor merupakan prospek yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan memberi return yang tinggi, menurut Smith dan Watts (1992); dalam Nugroho, (2002). Menurut Smith dan Watts, (1992); Subekti dan Indra (2001) bahwa Perusahaan yang bertumbuh akan mendapat respon positif oleh pasar, sehingga peluang pertumbuhan 4

perusahaan tersebut terlihat pada kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS). Nilai IOS dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva ditempat (berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas perusahaan). Oleh karena itu berbagai jenis proksi IOS telah digunakan oleh banyak peneliti empirisnya secara tidak seragam. Semakin banyak proksi IOS yang digunakan maka hal ini akan menunjukkan semakin tepat dalam menentukan kelompok atau karakteristik perusahaan dan dapat mengurangi kesalahan dalam penentuan klasifikasi tingkat pertumbuhan perusahaan (Sami dkk. (1999), Gaver dan Gaver (1993); Subekti dan Indra, (2001)). Menurut Gaver dan Gaver (1993), Hamidi, (2003); Theresia, (2005) opsi investasi dimasa yang akan datang tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kesempatan investasi dibanding dengan perusahaan yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Cara lain untuk meredakan agency problem adalah dengan meningkatkan utang perusahaan sebagai pengganti kapasitas modal. Peningkatan utang ini tidak hanya dapat menyatukan kepentingan manajer dan pemilik tetapi juga dapat meningkatkan resiko perusahaan akan bangkrut dan meningkatkan resiko manajer kehilangan pekerjaan. Dengan meningkatnya resiko maka akan membuat manajer mengurangi tingkat konsumsi yang tidak bermanfaat dan meningkatkan efisiensi (Grossman & Hart, (1982); Theresia (2005)). Kebijakan pendanaan merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan untuk aktivitas 5

operasional perusahaan. Keputusan yang diambil oleh manajemen dalam pencarian sumber dana tersebut sangat dipengaruhi oleh para pemegang saham. Sesuai dengan tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham, maka setiap kebijakan yang akan diambil oleh pihak manajemen selalu dipengaruhi oleh keinginan para pemegang saham, sehingga akan mempengaruhi juga nilai perusahaan. Menurut Jung, et. al. (1995), Hamidi (2003): Faizal (2004) mendukung bahwa para manajer yang menghendaki atau berorientasi pada pertumbuhan lebih cenderung melakukan peningkatan modal dengan memanfaatkan ekuitas karena dengan ekuitas memberikan mereka kewenangan dalam peningkatan dana dari menggunakan utang (Survai yang dilakukan Pinegar dan Wilbricht, (1989), Hamidi, (2003); Faizal (2004). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barclay et.al. (1999);Gul (1999) mengemukakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan tinggi membutuhkan lebih banyak dana karena terdapat banyak investment opportunity sehingga deviden yang dibayarkan lebih rendah dari perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Salah satu pengembangan usaha sebuah pendanaan dapat dilakukan dengan cara investasi melalui diversifikasi usaha baru, sehingga investasi dapat diartikan sebagai pengelolaan dana supaya dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini akan melakukan untuk pengujian kembali Pengaruh Government Share Ownership dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Pendanaan di Bursa Efek Jakarta. 6

1.2. Perumusan Masalah Sebagaimana diuraikan dimuka, bahwa pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan pendanaan dan utang. Sehingga perumusan masalahnya adalah Apakah Government Share Ownership dan Investment Opportunity Set mempengaruhi Kebijakan Pendanaan study empiris pada perusahaan yang memiliki saham pemerintah dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 1999-2004. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian antara lain adalah: a. Untuk menguji secara empiris reaksi Pengaruh Government Share Ownership dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Pendanaan dalam perusahaan yang memiliki saham pemerintah dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 1.4. Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian ini adalah a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Investor dalam menentukan keputusan investasi dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Pendanaan dilihat dari IOS, Government Share Ownership dan Profitabilitas. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan teori Gul (1998), Yeye (2002), serta Imam (2005), dengan tujuan untuk mengetahui apakah argument mereka dapat diterapkan di Indonesia, ketika dilihat dari pertumbuhan perusahaan terhadap Kebijakan Pendanaan. 7

b. Untuk mengukur pertumbuhan perusahaan, proksi yang lebih tepat digunakan untuk menjelaskan pengaruh Investment Opportunity Set terhadap kebijakan pendanaan adalah Market Value Equity To Book Value Equity (MVEBVE). c. Menambahkan variabel profitabilitas sebagai variabel control yang diduga dapat menjelaskan pengaruh Government Share Ownership dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Pendanaan. 1.5. Batasan Masalah Batasan masalah bertujuan dalam pembahasan terhadap obyek yang diteliti, sehingga obyek yang akan diteliti tidak terlalu luas oleh karena itu peneliti perlu lebih fokus terhadap masalah yang ada, oleh karena itu peneliti perlu membatasi penelitian ini pada: a. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan yang memiliki saham pemerintah dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selam tahun 1999-2004, dimana pemerintah mempunyai modal saham. Perusahaan yang secara trasparan dalam mengumumkan laporan keuangan tahunan secara konsisten melakukan perdagangan saham dalam jangka waktu 6 Tahun berturut-turut yaitu 1999-2004. b. Sampel perusahaan yang digunakan peneliti sebanyak 16 perusahaan. c. Proksi yang digunakan untuk menentukan sampel sebagai perusahaan yang memiliki IOS tinggi dan rendah adalah Market Value Equity To Book Value Equity (MVEBVE) untuk Government Share Ownership, Kebijakan Pendanaan untuk dan Debt to Equity Ratio (DER). 8

1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Investor Bagi investor dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan, ketika mengetahui IOS dan kepemilikan saham pemerintah yang mempengaruhi kebijkan pendanaan, mengetahui kesejahteraan pemegang saham, baik buruknya perusahaan serta nilai perusahaan. b. Emiten Bagi emiten dapat dipergunakan sebagai informasi serta pertimbangan seberapa besar pengaruh Kebijakan Pendanaan terhadap pertumbuhan perusahaan dan campur tangan pemerintah. c. Pemerintah Bagi pemerintah, dapat memberi wawasan dan pengetahuan mendalam tentang IOS dan kepemilikan saham pemerintah yang mempengaruhi kebijkan pendanaan untuk mengambil keputusan berinvestasi. d. Akademik Bagi akademis penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai faktorfaktor IOS dan kepemilikan saham pemerintah yang mempengaruhi kebijkan pendanaan serta sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih 9

mendalam serta sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang pengambilan keputusan untuk berinvestasi di Bursa Efek Jakarta 10