BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Ulama Indonesia yang didukung oleh para pengusaha muslim dan cendekiawan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

ANALISIS PERBANDINGAN KENERJA KEUANGAN BANK DKI KONVENSIONAL DAN BANK DKI SYARIAH

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah)

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan proses melaksanakan usahanya. Pembicaraan perbankan akan lebih

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)


BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

Oleh : Susnaningsih Mu at Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. memberikan fasilitas pelayanan dalam lalu lintas pembayaran. Bank juga

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat muslim di Indonesia khususnya riba. Bank syariah seperti halnya bank

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis yang belum begitu terkenal, di mana bank tidak perlu mencari nasabah tetapi sebaliknya nasabahlah yang datang mencari bank. Kemudian era tahun 80-an dan 90-an kesan dunia perbankan menjadi terbalik, karena di era ini justru perbankan mulai aktif mengejar nasabah. Keaktifan bank dalam mengejar nasabahnya ini dikarenakan pada era ini sangat banyak bank-bank baru yang bermunculan dan berusaha mencari pangsa pasarnya. Kemunculan bank-bank ini dipicu oleh peraturan pemerintah tentang definisi perbankan itu sendiri, peraturan ini dibuat agar bank yang berada di Indonesia tidak menyimpang dari fungsinya. Peraturan ini dimaninvestasikan dalam Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Undang-undang ini pula yang membuat bank Islam lahir di Indonesia dalam bentuk bank syariah. Bank syariah di Indonesia sebenarnya sudah ada sebelum Undang-undang No.7 tahun 1992 direvisi menjadi Undang-undang No.10 tahun 1998, yaitu dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia. Apabila hanya melihat pada undang-undang No.7 tahun

1992 memang tidak ada aturan tentang bank syariah, karena dalam undangundang tersebut hanya menjelaskan tentang perbankan konvensional, bahkan tidak ada satu katapun yang menyinggung tentang bank syariah. Bank Muamalat Indonesia berdiri pada tahun 1992 didasarkan pada Undang-undang N0.7 tahun 1992 sebagai landasan hukumnya dan Peraturan Pemerintah N0.72 tahun 1992 tentang penjelasan bank umum yang berdasarkan prinsip bagi hasil, karena pada dasarnya bank syariah adalah bank yang menerapkan system bagi hasil dalam setiap kegiatannya sesuai dengan syariat Islam. Seiring dengan direvisinya Undang-undang No.7 tahun 1992 tersebut,maka ketentuan tentang prinsip syariah kemudian dijelaskan pada pasal 1 butir 13 Undang-undang No. 10 tahun 1998 dimana pada undang-undang sebelumnya belum dijelaskan secara terperinci. Ketentuan Bank Indonesia ini merangsang munculnya beberapa bank umum syariah, BPR syariah, dan juga bank konvensional yang membuka unit usaha syariah. Kemunculan bank-bank syariah ataupun unit usaha syariah inilah yang menjadi fenomena menarik di Indonesia sekarang. Bank syariah ini berdiri pada awalnya hanya untuk memenuhi keinginan sebagian dari masyarakat yang ingin menerapkan sistem yang syar i dan tidak memiliki unsur riba sesuai dengan syariat Islam dimana agama Islam merupakan agama mayoritas dari masyarakat Indonesia. Fenomena kemunculan bank-bank syariah ini akan menimbulkan persaingan dalam dunia perbankan. Persaingan ini akan semakin ketat antara bank konvensional dan bank syariah, karena hingga akhir 2010 jumlah Bank umum

Syariah (BUS) telah ada 11 perusahaan, jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) 26 unit, dan jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 132 perusahaan sedangkan asset kelolaan perbankan syariah per Februari 2009 telah berjumlah Rp 52,152 Triliyun, dimana perkembangan aset perbankan syariah dalam periode lima tahun terakhir pada 2004-2008 terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 34,1% per tahun. Penghimpunan dana dari masyarakat atau disebut dana pihak ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Tingkat pertumbuhan DPK tercatat rata-rata 32,8% per tahun dalam periode 2004-2008, yaitu melonjak menjadi Rp 36,8 triliun pada 2008 dari Rp 11,8 triliun pada 2003. Dari segi pembiayaan, pertumbuhan pembiayaan syariah mengalami pertumbuhan rata-rata 35,0% per tahun. Penilaian kinerja keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis rasio yang menitikberatkan pada faktor-faktor : permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian kinerja keuangan dalam dunia perbankan sangat penting untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajerial di segala aspek. Hal ini berpengaruh pada kepercayaan pihak lain di luar perbankan, misalnya saja investor. Dengan adanya kinerja keuangan yang baik, maka investor tidak akan ragu-ragu dalam menanamkan modalnya baik pada bank konvensional maupun bank syari ah. Pola bagi hasil pada bank syariah memungkinkan nasabah untuk mengawasi langsung kinerja bank syariah melalui monitoring atas jumlah bagi hasil yang diperoleh. Jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin besar pula bagi

hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi indikator bahwa pengelolaan bank merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini yang transparan dan mudah bagi nasabah. Berbeda dari perbankan konvensional, nasabah tidak dapat menilai kinerja hanya dari indikator bunga yang diperoleh (Wulandari, 2004). Sebagai lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bartahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank. Banyak cara untuk menilai kinerja (kondisi keuangan) suatu bank, maka peneliti dalam penelitian ini menggunakan rasio CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liabillity, Sensitivity to market risk) dalam menilai kinerja keuangan bank sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP. Adapun rasio yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas), serta Posisi Devisa Neto (mewakili rasio sensitivitas terhadap risiko pasar). Capital Adequacy Ratio, aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan

modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. ROE mengukur besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang dia setorkan untuk bisnis tesebut. ROE merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam memperkaya pemegang sahamnya. Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya dengan membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas), adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kreditkredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya.

Posisi Devisa Neto (mewakili rasio sensitivitas), adalah rasio perbandingan selisih antara aktiva valuta asing dengan pasiva valuta asing terhadap modal bank. Rasio ini digunakan untuk meminimalkan risiko pasar ataupun untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar. Semakin rendah rasionya maka semakin mampu bank meminimalkan risiko kerugian terhadap fluktuasi nilai tukar. Berdasarkan fenomena dan masalah yang telah diuraikan secara ringkas ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perbandingan kinerja antara bank syariah dan bank konvensional dengan menggunakan rasio CAMELS yang meliputi Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas), serta Posisi Devisa Neto (mewakili rasio sensitivitas). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : adakah capital adequacy ratio, non performing loan, return on asset, return on equity, beban operasional dibagi pendapatan operasional, loan to deposit ratio, serta posisi devisa neto berbeda signifikan antara bank syariah dan bank konvensional baik secara parsial maupun secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel kinerja?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah perbandingan kinerja antara bank konvensional dan bank syariah dengan menggunakan rasio CAMELS. 2. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perbankan syariah. 2. Bagi Bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan. 3. Bagi bank konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah. 4. Bagi Peneliti Lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh rasio-rasio CAMELS yang berkaitan dengan penilaian kinerja perbankan, seperti memasukkan rasio sensitivitas ataupun rasio CAMELS lainnya.