Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

dokumen-dokumen yang mirip
MASALAH PENGGUNAAN CEK KOSONG DALAM TRANSAKSI BISNIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM, CEK KOSONG, DAN JAMINAN. Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, dalam penyelesaian kewajiban pembayaran di

I. PENDAHULUAN. dalam lalu lintas pembayaran. Oleh karena itu, masyarakat dalam perkembangan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BILYET GIRO. A. Bilyet Giro Sebagai Salah Satu Surat Berharga. sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut 11.

TANGGUNGJAWAB BANK ATAS PENGGUNAAN CEK SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN 1 Oleh : Jaafar Buhang 2

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama dekade terakhir ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Surat berharga merupakan terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda

I. PENDAHULUAN. orang yang tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan surat

Pengertian Surat Berharga. Surat Berharga. Unsur-Unsur Surat Berharga 9/6/2014

Oleh : IWAN BAYU AJI NIM : C

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

Oleh : Sarah D.L. Roeroe 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

TINJAUAN YURIDIS BILYET GIRO SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DI BANK BTN CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

PELAKSANAAN KLIRING ANTAR BANK ATAS WARKAT YANG BERBENTUK CEK PADA BANK INDONESIA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga atau industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. satu unsur yang menyebaban suatu perikatan itu berlahir. Secara umum

PENGGUNAAN CEK SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DAN PERMASALAHANNYA DI PT BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG CEK KOSONG YANG DIKELUARKAN OLEH NASABAH BANK 1 Oleh: Marcela I.

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

FERY PRAMONO C

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menerangkan bahwa Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang

AKIBAT HUKUM BAGI PENERBIT BILYET GIRO KOSONG

I. PENDAHULUAN. Jenis surat berharga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

MAKALAH HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

mudah, semua itu tidak terlepas dari campur tangan manusia lain. Inilah yang sering

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. aktif dari seluruh anggota masyarakat. Disamping itu juga diperlukan. pengerahan dana, kemampuan modal dan potensi yang tersedia.

BAB VI JASA-JASA BANK

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

A. Latar Belakang Masalah

TINDAK PIDANA PENIPUAN MENGGUNAKAN BILYET GIRO (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Gresik Putusan No: 246/Pid.B/2014/PN.Gsk)

II. TINJAUAN PUSTAKA. para sarjana. Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan Zoon Politicon hal ini berarti manusia sebagai

BAB II TINJAUAN HUKUM HUBUNGAN BANK DENGAN NASABAH. Kemudian pihak bank menggunakan dana yang disetorkan tersebut untuk

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang


S U R A T E D A R A N

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Sumber-sumber Dana Bank

BAB II LANDASAN TEORI. lembaga keuangan yang kegiatannya adalah dalam bidang jual beli uang.

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI. tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Definisi ini mengandung dua pengertian, yakni:

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )


PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, menuntut para pelaku

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

PENGGUNAAN KARTU KREDIT DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BARANG DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERBANKAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

I. PENDAHULUAN. Berkembang pesatnya dunia perekonomian dan perdagangan pada masa sekarang ini

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

Kata Kunci : Kliring, Operasional dan Perbankan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

TINJAUAN YURIDIS TENTANG CEK DALAM SISTEM PEMBAYARAN 1 Oleh : Chredo Wiko Sojow 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya peneliotian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses penggunaan cek dalam sistem pembayaran dan apa saja manfaat cek sebagai sistem pembayaran. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. Dalam penggunaan cek sebagai sistem pembayaran yang hendak diuangkan diubah menjadi alat pembayaran tunai dan yang tersangkut didalamnya adalah penerbit/tersangkut atau bank, pemegang yaitu orang yang diberi hak untuk menerima pembayaran, yaitu orang yang ditunjuk untuk menerima pembayaran yang membawa dan memperlihatkan kepada bankir. Pengganti yaitu orang yang menggantikan kedudukan pemegang surat cek dengan jalan endosemen. Pembayaran surat cek ini hanya dapat dibayarkan oleh Bank yang terkait yang tertera dalam surat cek dalam waktu yang telah ditentukan didalam surat cek tersebut. 2. Peneribit surat cek terjadi karena perikatan dasar dan manfaat yang didasarkan dalam lalu lintas pembayaran sangat membantu. Selain sebagai surat perintah pembayaran sejumlah uang, cek itu dimanfaatkan sebagai surat tagihan hutang. Dari setiap manfaat penggunaan surat cek di simpulkan bahwa surat cek lebih sederhana, praktis, aman jika digunakan dalam lalu lintas pembayaran apalagi dengan jumlah pembayaran yang besar dibanding menggunakan uang tunai, karena surat cek sebagai alat pembayaran yang sah sebagai pengganti uang tunai dapat diuangkan dan merubah status pembayaran giral dan pembayaran tunai. Kata kunci: Cek, sistem pembayaran. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Surat-surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat pembayaran yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya atau pihak ketiga kepada siapa surat berharga tersebut telah dialihkan. 3 Perlu diketahui surat berharga memiliki karakteristik pada masing-masing jenisnya mereka terdiri dari wesel, surat sanggup, cek, bilyet giro, saham, obligasi dan promes atas tunjuk. Beberapa dari jenis surat berharga tersebut, salah satunya cek inilah yang akan menjadi topik dalam penulisan ini. Pada pembayaran menggunakan cek, bank memegang peranan penting, bukan hanya pembayaran dengan uang kartal, melainkan juga pembayaran secara giral. Awalnya seseorang mempercayakan penyimpanan dana pada bank, sifatnya sama seperti perjanjian penitipan sebagaimana dalam Pasal 1694 KUHPerdata menyatakan bahwa penitipan barang terjadi apabila orang menerima barang orang lain dengan janji untuk menyimpannya dan kemudian mengembaikannya dalam keadaan yang sama. Sebagaimana diketahui, dalam penyelesaian kewajiban pembayaran di antara anggota masyarakat di Indonesia terdapat penggunaan berbagai cara atau media. Selain menggunakan mata uang yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, dapat juga menggunakan sesuatu warkat berdasarkan kesepakatan dari pihak-pihak yang berkaitan dengan penyelesaian kewajiban pembayaran itu. 4 Kemajuan ekonomi dan perdagangan khususnya dalam sistem pembayaran, yang menuntut hal yang lebih praktis dan efisien, sehingga para pelaku usaha lebih cenderung menggunakan cek sebagai alat pembayaran. 1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Roosje H. Lasut, SH, MH; Yumi Simbala, SH, MH 2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 120711355 3 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hlm. 103. 4 M. Bahsan, Giro dan Bilyet Giro Perbankan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 1. 118

Uang sebagai alat pembayaran yang sah di suatu negara ditetapkan penggunaannya melalui suatu peraturan perundang-undangan. Uang rupiah yang beredar di seluruh wilayah Indonesia merupakan alat pembayaran yang sah berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004. Uang rupiah wajib digunakan untuk penyelesaian kewajiban pembayaran di antara anggota masyarakat di wilayah Indonesia karena merupakan alat pembayaran yang sah. Adapun mengenai warkat yang juga dapat digunakan untuk tujuan penyelesaian sesuatu kewajiban pembayaran merupakan warkat yang lain disebut sebagai surat berharga atau surat yang mempunyai harga yang diatur oleh sesuatu peraturan perundang-undangan. Dalam pemakaian cek dikalangan masyarakat sering kali terjadi usaha dalam menunaikan kewajiban di dalam suatu transaksi perdagangan menuju pada suatu spekulasi menerbitkan sepucuk cek sedangkan dia sendiri mengetahui bahwa uangnya pada bank yang bersangkutan tidak ada lagi atau tidak lagi mencukupi sejumlah cek yang diterbitkannya. 5 Namun dapat lebih lanjut kita pikirkan, seandainya cek tersebut oleh pemegang pertama tidak segera diminta pembayarannya, melainkan diperdagangkan lebih lanjut dan demikian seterusnya, maka terdapatlah kemungkinan bahwa usaha penerbit cek untuk menyetor uang kepada bank sesuai dengan jumlah cek itu akan berhasil, sehingga pada saat cek dimintakan pembayaran pada bank, pemegang akan dipenuhi dan tidak akan pernah mengetahui, bahwa pada waktu diterbitkan sampai beberapa waktu sebelum pembayaran, fonds untuk pembayaran cek tersebut tidak disediakan. Sebaliknya apabila usaha itu tidak berhasil, maka pada waktu pemegang terakhir meminta pembayaran dia akan dihadapkan pada suatu kekecewaan sebab bank menolak membayar cek tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka 5 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Dagang Surat- Surat Berharga, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1982, hlm. 150. penulis tertarik untuk mengangkat judul: Tinjauan Yuridis Tentang Cek Dalam Sistem Pembayaran. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana proses penggunaan cek dalam sistem pembayaran? 2. Apa saja manfaat cek sebagai sistem pembayaran? C. METODE PENULISAN Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan atau library research yang dilakukan dengan cara mempelajari, mengkaji, dan menelaah berbagai literatur tentang hak tanggungan guna menunjang penulisan skripsi ini. PEMBAHASAN A. Proses Penggunaan Cek Dalam Sistem Pembayaran Dalam menjaga agar hubungan dan pelayanan bank kepada masyarakat, terutama nasabah berjalan lancar, cepat, tepat, serta memuskan segala pihak tanpa menimbulkan hambatan serta kerugian bank telah menyediakan pada setiap buku formulir cek, selembar kertas yang terletak pada lembaran ketiga sebelum formulir cek habis dipakai. Formulir ini mengingatkan pemiliknya, untuk segera mengajukan permintaan formulir cek baru pada bank. Nasabah giro dapat menggunakan atau mengisi fornulir ini, kemudian menyampaikannya kepada bank agar bank segera mengirimkan kepada mereka formulir cek baru. Dengan demikian nasabah giro tidak akan mengalami kehabisan persediaan formulir cek, sehingga mereka perlu dapat menarik dananya di bank. Agar fomulir cek baru itu dapat segera di terima, maka pengiriman formulir itu tidaklah dilakukan melalui perusahaan ekpedisi atau semacamnya, tetapi sebaiknya langsung disampaikan sendiri oleh bank kepada nasabah yang bersangkutan. Tujuan pokok menggunakan cek dibank adalah menambah jumlah uang tunai yang ada ditangan, pembayaran kepada pihak ketiga misalnya 119

membayar hutang, membayar gaji dan berbagai transaksi lainnya. 6 Seperti telah diuraikan, menguangkan atau mencairkan uang atau menukarkan cek dengan uang tunai di bank, merupakan salah satu kegiatan pokok yang terjadi dalam hubungan keuangan antara nasabah giro dengan bank. Oleh karena itulah transaksi keuangan semacam ini selalu terjadi pada setiap kegiatan perdagangan bahkan bisnis lainnya. Bagaimana cara menguangkan cek di bank, dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan sebelum pergi ke bank dan sesudah berada di kantor bank? Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum menguangkan cek dibank adalah langkah pertama terlebih dahulu perlu mengetahui dana yang masih ada di bank yang tentu mempunyai catatan tentang sisa dana yang masih ada di bank. 7 Catatan ini biasanya di sebut buku. Dengan mengetahui sisa dana yang ada tentu tidak akan menulis cek dengan jumlah yang lebih besar dari sisa dana yang masih ada. apabila nasabah dalam menulis cek angka yang lebih besar dari sisa dana yang masih ada, ini berarti nasabah menerbitkan cek kosong. Artinya, cek itu nantinya ditolak oleh bank, sebab sisa dana anda tidak dapat menutup jumlah penarikan yang tertulis di dalam cek itu. Mengisi formulir cek, dengan cara menulis serta menandatangani seperti yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya pada tempat yang tersedia pada cek. Cek dimaksud dapat diisi, atas nama atau pembawa. Dengan demikian pengisian lebih fleksibel, tidak kaku. Apabila dikehendaki untuk diisi atas nama, maka pembawa dicoret. Kemudian, membawa cek itu ke bank. Pembawa cek ini dapat diakukan oleh penarik atau orang lain. Apabila cek itu atas nama, maka pembawa ke bank haruslah orang badan yang bersangkutan, yang namanya tercantum dalam cek itu. Bank yang dituju adalah bank dimana pembukaan hubungan rekening giro itu diadakan. 6 Abdulkadir Muhamad, Hukum Dagang Tentang Surat- Surat Berharga, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, hlm. 16. 7 Ibid, hlm. 18. Langkah selanjutnya menyerahkan cek pada loket bank, yang bertugas menerima cek. Menandatangani untuk yang pertama dibalik cek, setelah cek itu dibubuhi cap oleh petugas yang menerima cek. Kemudian akan diberi nomor urut oleh petugas bank. Menuggu sementara waktu di tempat yang telah di sediakan untuk diproses dalam administrasi bank. Pada waktu dipanggil maka yang dipanggil adalah nomor urut yang diberikan oleh petugas bank sebelumnya. Selanjutnya pegawai bank akan meminta penarikan membubuhi tanda tangan kedua dibalik cek itu. Nomor urut panggilan di minta kembali oleh kasir. Setelah kasir meneliti dan dilihat tidak ada penyimpangan dari ketentuan dan syarat yang berlaku dalam penerbitan surat cek. Maka penyerahan uang tunai segera dilakukan. Sebelum meninggalkan loket, sebaiknya uang yang diterima di hitung dulu didepan loket, sampai merasa yakin bahwa jumlah yang diterima itu sudah benar. Melakukan dua kali tanda tangan di balik cek, dimaksudkan kepada pihak bank supaya bank tahu dengan pasti, bahwa penerima uang itu sama orangnya dengan yang menyerahkan cek. Bank akan menghidari sejauh mungkin terjadinya perbedaan antara tanda tangan tersebut walaupun sudah didukung dengan adanya nomor urut. 8 Penggunaan cek biasanya dilakukan diselesaikan dengan waktu yang relatif singkat. Jadi tidak dibutuhkan waktu dan tenaga sampai berhari-hari. Dengan demikian, kelancaran penggunaan cek dari bank tidaklah perlu diragukan sama sekali. Mengenai post dated cheque, dari kata-kata sudah tergambar tentang cek bertanggal mundur, yaitu tanggal menulisnya lebih awal dari tanggal menguangkannya. Dengan kata lain menguangkan cek itu tidak sama dengan tanggal menerbitkannya. Yang dimaksud dengan tanggal cek adalah tanggal yang tercantum dalam cek. Sedangkan tanggal terbit, adalah tanggal pada saat cek itu ditulis oleh penarik. Jika diperhatikan uraian tersebut maka 8 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Dagang Surat Berharga,UGM Press, Yogyakarta, 1992, hlm. 76. 120

pokok persoalan post cheque adalah masalah tanggal. Menurut ketentuan yang berlaku, bank hanya akan menerima cek dan menukarkannya dengan uang tunai, apabila tanggal menerbitkan cek sama dengan tanggal menguangkannya, atau cek itu diuangkan ke bank, sebelum tanggal yang tercantum didalam cek, sudah tentu bank akan menolaknya. Dalam dunia perdangan, menerbitkan post dated cheque ini dilakukan oleh penarik cek dengan beberapa tujuan tertentu. Antara lain, untuk tidak mengecewakan para relasinya dalam hubungan penyelesaian suatu kewajiban. Dalam hal yang menyangkut tentang cek kosong, bukan berarti formulir cek itu kosong karena tidak tertulis jumlah dana tertentu, tetapi penarikan/penguangan cek itu tidak didukung oleh dananya yang cukup di bank. 9 Penerbitan cek kosong ini oleh penarik baik disengaja maupun tidak disengaja, jika diajukan pada bank pasti akan ditolak. Cara penolakan itu dilakukan melalui surat peringatan dengan menyebutkan sebab-sebab penolakan tersebut. jadi secara singkat dapatlah dikatakan bahwa persoalan cek kosong semata-mata persoalan yang menyangkut dana. Apabila penerbitan jumlah tercamtum didalamnya melebihi dari saldo yang ada dibank maka hal itu yang disebut cek kosong. Jadi pihak bank tidak mau ambil resiko terhadap cek. Dalam hal cek kosong, bank akan menolak pembayaran karena sifat penarikan itu tidak benar, seharusnya penarik menarik dananya sendiri yang ada di bank, bukan menarik dana bank yang buka miliknya. 10 Dalam kasus semacam ini bank masih mungkin memberikan fasilitas. Biasanya fasilitas itu disebut fasilitas cerungan. Rekening giro yang tersedia secara efektif pada saat terjadinya cerukan itu, pada umumnya pemegang cek, ingin memperoleh kepastian bahwa cek yang ada ditangannya, yang diterima dari penarik cek akan dapat diuangkan dengan baik karena dana tersedia di bank. Beberapa waktu yang lain untuk memperoleh kepastian ini penarik/pemegang 9 Imam Proyogo S dan Djoko Prakoso, Surat Berharga Alat Pembayaran Masyarakat Modern, Bumi Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 84. 10 Ibid. dapat meminta kepada bank suatu fiat bayar yang dibutuhkan pada bagian depan cek yang telah diisi dan ditandatangani. 11 Pembubuhan tanda fiat bayar itu, dimaksudkan agar dapat diterima oleh bank karena sisa dana masih cukup untuk menutup penarikan tersebut. Ditinjau dari segi bank seharusnya pada saat fiat bayar itu dilakukan oleh bank sebagian dana nasabah penarik cek itu sudah disisikan untuk menutup penguangan cek yang mungkin terjadi setiap saat kemudian hari. Kebijaksanaan terakhir ini, telah disalahgunakan oleh beberapa bank, sehingga terjadilah penguangan cek yang telah di fiat oleh bank itu yang sebenarnya tidak tersedia dananya, atau cek itu ternyata kosong. Disamping itu terjadi juga pemalsuanpemalsuan tanda fiat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kejadian seperti ini tentu merugikan serta mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap alat lalu lintas pembayaran giral umumnya, khususnya bank berkenan dengan kewajiban itu, maka fiat bank atas cek ataupun membubuhkan katakata lain yang serupa maksudnya tidak diperkenankan lagi oleh pihak Bank Indonesia sejak tanggal 18 Mei 1975. 12 Beberapa alasan mengapa cek diuangkan di bank : 1. Untuk merubah statusnya dari alat pembayaran giral, menjadi alat pembayaran tunai. 2. Karena cek mempunyai masa barlaku hanya 70 hari sejak tanggal diterbitkannya, sedangkan uang mempunyai masa berlakunya, sepanjang undang-undang yang mengaturnya masih berlaku. 13 Menguangkan cek tidak dilakukan sembarang tempat, tetapi hanya pada tempat tertentu saja sebagaimana termuat dalam blanko surat cek. Penguangan/atau pembayaran cek hanya dapat dilakukan dimana rekening giro itu dibuka dengan alasan sebagai berikut: 1. Pencatatan sisa rekening giro, hanya dilakukan oleh bank dimana rekenig itu 11 Ibid. 12 Ibid, hlm. 85. 13 Ibid. 121

dibuka. Bank yang lain tidak akan mengetahui sisa rekening. 2. Contoh tanda tangan hanya disimpan pada tanda tangan hanya disimpan pada bank tempat dimana dibuka rekening sehingga pihak bank dapat membandingkan tanda tangan yang termuat dalam surat cek benarbenar orang yang berhak menerima pembayaran tunai. Oleh karena itu sebelum menguangkan cek dimana alamat bank yang mengelola rekening giro yang bersangkutan penarik harus betulbetul memperhatikan langkah-langkah penting didalam transaksi tersebut. dengan demikian urusan untuk menguangkan cek sama sekali tidak akan mengalami hambatan bagi penarik. Cek itu dibayar pada waktu ditunjukan kepada yang berkepentingan jadi berbeda dari pada wesel. 14 Menurut pendapat penulis, bahwa setiap orang yang membawa cek berhak untuk mendapatkan pembayaran asalkan pemegang cek tersebut harus benar-benar menjaga ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam surat cek. Dan jangka waktu berlakunya cek 70 hari setelah penandatanganan cek tersebut. apabila waktu itu sudah lewat maka bank sebagai berkepentingan yang harus membayarnya, tidak diwajibkan lagi melunasi cek itu dan penarik mempunyai hak menarik kembali. Selama 70 hari belum lampau, maka cek itu berlaku terus dan tidak boleh dicabut kembali oleh penarik. Oleh karena itu dibayar at sight maka soal akseptasi tidak kenal dalam cek. B. Manfaat Penerbitan Cek Sebagai Sistem Pembayaran Kemajuan teknologi dunia yang demikian pesat ternyata menyangkut juga dalam sektor perdagangan. Hal ini terlihat atau terbukti, di antaranya dalam hal orang menghendaki segala sesuatunya yang menyangkut urusan perdagangannya dapat bersifat praktis dan aman serta dapat dipertanggungjawabkan, khususnya dalam sistem pembayarannya. Dalam hal ini orang tidak mutlak lagi menggunakan alat bayar berupa uang, 14 Abdulkadir Muhamad, Op-Cit, hlm. 140. melainkan cukup dengan menerbitkan surat berharga baik sebagai alat bayar kontan maupun sebagai alat pembayan kredit. Praktis artinya dalam setiap transaksi, para pihak tidak perlu membawa mata uang dalam jumlah besar sebagai alat pembayaran, melainkan cukup dengan mengantongi surat berharga (cek) saja. 15 Aman artinya tidak setiap orang yang berhak dapat menggunakan cek itu, karena pembayaran dengan cek memerlukan cara-cara tertentu. Sedangkan jika menggunakan mata uang, apalagi dalam jumlah besar, banyak sekali kemungkinannya timbul bahaya atau kerugian, misalnya pencurian, penggarongan, dan lainlain. Sebagai alat bayar, Surat Cek mempunyai beberapa fungsi yang mengandung aspek yuridis cek sebagai surat perintah membayar atas beban pemegang rekening dan surat cek berfungsi sebagai alat pengambilan uang tunai pada bank. Sedangkan fungsi lain dari surat cek yaitu sebagai berikut: 1) Sebagai alat bukti. Penerbitan surat cek adalah untuk melakukan pembayaran terhadap suatu kewajiban. Dengan menyerahkan surat cek maka kewajiban mana dapat diselesaikan, sebagai suatu pelunasan. Dengan demikian penyerahan surat cek dari pihak yang berutang kepada yang berpiutang merupakan suatu alat bukti telah dilunasi suatu kewajiban utang piutang. 16 2) Sebagai surat legitimasi. Penerbitan surat cek dapat berfungsi sebagai surat legitimasi, yaitu setiap orang yang menguasai surat cek untuk meminta dipenuhi atas haknya tanpa memerlukan pembuktian lebih lanjut kepada penerbitnya. Dengan demikian bagi pemegang surat cek telah merupakan surat legitimasi baginya. Penerbitan surat cek adalah juga berdasarkan pada latar belakang tertentu yang disebut perikatan dasar dalam perikatan dasar tersebut pihak penerbit berposisi sebagai 15 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang-Hukum Surat Berharga, Djambatan, Jakarta, 1987, hlm. 7. 16 Sufirman Rahman dan Eddie Rinaldy, Op-Cit, hlm. 73. 122

debitur sedangkan pihak pemegang atau pembawa surat cek disebut sebagai kreditur. Berbicara tentang latar belakang penerbitan surat cek sudah barang tentu tidak lepas dari manfaatnya. Manfaat surat cek yang sangat membantu dalam lalu lintas pembayaran untuk menerbitkan sebagai alat pembayaran giral. Sejarah timbulnya surat cek diawali dengan pertumbuhan perdagangan yang mempengaruhi tingkat perekonomian masyarakat. perkembangan ini tidak lepas dari sejarahnya surat berharga yang lahir dimasyarakat. Pertama kali timbulnya alat pembayaran cek adalah di Inggris, sejak tahun 1882. Di Inggris pada waktu itu surat cek dipandang sebagai surat wesel yang khusus ditunjukan pada bank yang harus melakukan pembayaran kepada seseorang yang membawa, perhatikan dan menyerahkan pada bank. Wesel adalah salah satu alat pembayaran giral yang terlebih dahulu ada dengan undangundang wesel di Inggris pada tahun 1882. 17 Pemakaian surat cek di Inggris, kemudian meluas ke Prancis, Jerman, dan negeri Belanda. Untuk menudahkan terciptanya hubungan dagang antara negara-negara Eropa, maka sangat diperlukan adanya alat pembayaran yang seragam. Demikian akhirnya diadakan konvensi Internasional yang mencari keseragaman peraturan hukum wesel dan cek. Berdasarkan resolusi Internasional tahun 1910 dan tahun 1912, yang menganjurkan adanya pengaturan hukum, tentang alat pembayaran tunai yang seragam, dapatlah ditandatangani oleh Traktat Jenewa. Ketentuan Jenewa mengenai cek dalam tahun 1931 ini berisi : 1) Adanya beragam peraturan cek. 2) Peraturan tentang perselisihan Undangundang tertentu atas cek. 3) Perjanjian tentang peraturan materai pada surat cek. Bedasarkan Perjanjian Jenewa ini, maka pada tahun 1935, Pemerintah Belanda memasukan peraturan tentang surat cek ke dalam Wet Book van Koophandel dan dimasukan pula ke dalam Wet Book van Koophandel Indonesia berdasarkan Staatblad 1935/562 jo Staatblad 1935/531. Di dalam kitab Undang-undang Hukum Dagang Indonesia, ketentuan mengenai surat cek terdapat dalam buku ke I Bab VII Pasal 178 sampai dengan Pasal 229, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1936. Setelah Indonesia merdeka, melalui Pasal II Aturan Peralihan, Kitab Undang-undang Hukum Dagang ini tetap berlaku, demikian pula ketentua-ketentuan mengenai surat cek, akhirnya berlaku juga bagi seluruh golongan bangsa Indonesia karena kebutuhan masyarakat dagang Indonesia. Surat cek sebagai alat pembayaran tunai, mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia, tidak hanya bagi golongan-golongan penduduk Indonesia asli atas dasar penundukan diri secara sukarela. 18 Oleh karena itu didalam perkembangannya surat cek adalah sebagai alat pembayaran tunai atau giral pengganti uang kartal. Dalam masyarakat dagang khususnya, alat pembayaran tunai secara giral semacam cek, adalah lazim sekalipun kadang-kadang bentuknya tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 178 KUHD. Sejenis dengan surat cek yang berlaku dikalangan para pedagang Tionghoa adalah kertas bon putih yang disebut pe pyo. Berlakunya pe pyo ini hanya terbatas di dalam masyarakat yang saling mempercayai saja. Dasar hukumnya adalah sah karena itu jika terjadi sengketa masalah ini penyelesaiannya adalah sulit. Jenis pembayaran ini pada dasawarsa ini berbeda di Kalimantan Barat dan juga Jambi. Penerbitan surat cek adalah juga berdasarkan pada latar belakang tertentu disebut perikatan dasar, sebagai halnya pada surat berharga yang lain. Dalam perikatan dasar tersebut pihak pemegang atau pembawa surat cek sebagai kreditur. Penerbit sebagai debitur juga mempunyai dasar dengan tersangkut pada siapa ia mempunyai piutang atau mempunyai dana. 19 17 Ibid, hlm. 8. 18 Abdulkadir Muhamad, Op-Cit, hlm. 33. 19 Ibid, hlm. 35. 123

Tersangkut didalam hukum cek. Menurut ketentuan Pasal 229 a bis KUHD, yang disampaikan dengan bankir adalah setiap orang atau badan pekerjaannya secara teratur memegang keuangan guna memakai segerah oleh orang lain. Sewaktu-waktu penerbit dapat saja menagih atau mengambil dana yang tersedia pada bank tertentu, karena memang dia sebagai pihak mempunyai piutang atau dana pada bank tersebut. Untuk mengambil dana itu digunakan cara tertentu yaitu dengan menerbitkan surat cek. Dalam praktenya suatu bank penyimpan dana telah menyediakan blanko surat cek yang diberi nomor seri dengan bertuliskan nama bank penyimpan dana. Setiap orang yang mempunyai dana pada bank diberikan blanko surat cek. Jika ia ingin mengambil dananya cukup denggan menerbitkan surat cek yang telah disediakan itu. Surat cek diterbitkan adalah mempunyai fungsi sebagai alat pembayaran yang sama dengan uang tunai karena dana yang tersimpan pada bank itu dapat diambil sewaktu-waktu. Dengan demikian setiap pemegang atau pembawa surat cek adalah sama juga dengan pemegang atau pembawa uang tunai, artinya jika dia mengadakan transaksi jual beli sesuatu, ia dapat membayar dengan surat cek itu kemudian ditukarkan dengan uang pada bank penyimpan dana, setiap saat diperlukan. Sebagai alat pembayaran tunai, surat cek dengan mudah dipindahtangannkan pada orang lain. Hal ini dilambangkan klausula yang terdapat surat cek yaitu klausula atas tunjuk. Menurut ketentuan Pasal 613 ayat 3 KUH Perdata. Menyerahkan surat atas tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat itu dari tangan ke tangan, jadi surat cek itu adalah surat atas tunjuk. Setiap saat pemegang atau pembawa menunjukan surat cek itu kepada bank yang bersangkutan seketika itu pula ia harus bayar. 20 Harus diperhatikan bahwa yang diperlukan bagi suatu surat cek adalah dua pihak, seperti apa yang terdapat dalam Pasal 178 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ialah adanya 20 Imam Proyogo S dan Djoko Prakoso, Op-Cit, hlm. 199. bank tertarik yang menyimpannya dana milik penarik dan pihak kedua adalah penarik yang mempunyai simpanan baru yang disimpan didalam bank tertarik. Sekalipun tampaknya surat cek itu merupakan perintah pembayaran sejumlah uang tertentu, tetapi bank (tertarik) terikat untuk melakukan pembayaran itu hanyalah ia apabila penerbit mempunyai dana yang cukup khusus dipergunakan untuk itu yang disimpan didalam bank tertarik (Pasal 180). Dana yang tersimpan di dalam bank dan dalam bentuk penyimpanan giro. Simpanan giro adalah sebuah simpanan di dalam bank yang dapat diambil sewaktu-waktu melalui perintahperintah baik pembayaran dengan surat cek maupun dengan giro bilyet, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Pokok Perbankan. Bank tertarik diwajibkan mempunyai dana yang cukup untuk melakukan pembayaran sejumlah uang yang tertulis di dalam surat cek itu. Ini berarti bahwa sebelum terbitnya surat cek terlebih dahulu telah ada perikatan dasar antara penerbit dengan tertarik, yang menjadi landasan mengapa bank tertarik melakukan pembayaran kepada pembawa surat cek yang menyerahkannya. Setiap orang yang akan menjadi penerbit surat cek dari suatu bank ia harus menjadi nasabah dari bank tersebut ia harus menjadi pemegang rekening giro kecuali harus menyetor sejumlah uang yang merupakan dana bagi penerbit cek. Ia juga harus menandatangani syarat-syarat yang telah diajukan oleh bank kepada calon nasabah. Penyetoran simpanan giro ini dapat dilakukan berkali-kali, namun penyetoran pertama yang disyaratkan bagi setiap calon pemegang rekening giro adalah tidak sama bagi setiap bank. Seorang yang ingin menjadi nasabah atau pemegang rekening giro itu, terlebih dahulu harus mengajukan permohonan untuk menjadi pemegang rekening giro yang didukung oleh salah satu nasabah lama dari bank itu. Dalam hal ini harus ada referansi, akan tetapi kalau nasabah tersebut apabila sudah dikenal oleh bank, referensi tidak diperlukan lagi karena bank tersebut sudah merupakan 124

sponsor. Setelah bank tersebut menyetujui permintaan calon nasabah atau pemegang rekening giro maka calon nasabah tersebut harus menandatangani cara-cara yang diajukan baik secara umum maupun secara khusus. 21 Setelah menandatangani ketentuanketentuan umum dan ketentuan-ketentuan khusus, maka calon nasabah telah menjadi nasabah. Kepadanya diberikan formulir dar bank tersebut dengan jalan menerbitkan cek. Dengan formulir penyetoran nasabah dapat menyetorkan dana sewaktu-waktu. Untuk menjadi penyimpan giro diperlukan orang yang menjadi sponsor, yatitu orang yang menanggung. PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Dalam penggunaan cek sebagai sistem pembayaran yang hendak diuangkan diubah menjadi alat pembayaran tunai dan yang tersangkut didalamnya adalah penerbit/tersangkut atau bank, pemegang yaitu orang yang diberi hak untuk menerima pembayaran, yaitu orang yang ditunjuk untuk menerima pembayaran yang membawa dan memperlihatkan kepada bankir. Pengganti yaitu orang yang menggantikan kedudukan pemegang surat cek dengan jalan endosemen. Pembayaran surat cek ini hanya dapat dibayarkan oleh Bank yang terkait yang tertera dalam surat cek dalam waktu yang telah ditentukan didalam surat cek tersebut. 2. Peneribit surat cek terjadi karena perikatan dasar dan manfaat yang didasarkan dalam lalu lintas pembayaran sangat membantu. Selain sebagai surat perintah pembayaran sejumlah uang, cek itu dimanfaatkan sebagai surat tagihan hutang. Dari setiap manfaat penggunaan surat cek di simpulkan bahwa surat cek lebih sederhana, praktis, aman jika digunakan dalam lalu lintas pembayaran apalagi dengan jumlah pembayaran yang 21 Ibid, hlm. 200. besar dibanding menggunakan uang tunai, karena surat cek sebagai alat pembayaran yang sah sebagai pengganti uang tunai dapat diuangkan dan merubah status pembayaran giral dan pembayaran tunai. B. SARAN 1. Bahwa pihak bank harus benar-benar selektif dan bukan untuk mempersulit suatu proses penguangan dari sebuah surat cek karena hal ini untuk menghindari jatuhnya surat cek ke tangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 2. Diharapkan manfaat cek dalam sistem pembayaran dapat dirasakan setiap pengguna cek dan akan semakin banyak yang menyukai menggunakan cek dalam sistem pembayaran. DAFTAR PUSTAKA Bahsan, M., Giro dan Bilyet Giro Perbankan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005. Emirzon, Joni., Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia, PT. Prenhalindo Jakarta,2001. Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011. Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, Surat Berharga (Alat Pembayaran dalam Masyarakat Modern), PT Bina Aksara, Jakarta, 1987. Julianto Irawan James., Surat Berharga Suatu Tinjauan Yuridis dan Praktis, KENCANA, Jakarta, 2014. Muhamad, Abdulkadir., Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989. Pangaribuan Simanjuntak, Emmy., Hukum Dagang Surat-surat Berharga, seksi hukum dagang fakultas hukum universitas gadjah mada, Yogyakarta, 1982. Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang-Hukum Surat Berharga, Djambatan, Jakarta, 1987. 125

Puspaningrum, Galuh., Aspek Hukum Cek Kosong (Perspektif Hukum Perdata dan Hukum Pidana), Aswaja Pressindo, Yogayakarta, 2014. Rahman dan Eddie Rinaldy, Sufirman., Hukum Surat Berharga Pasar Uang, Sinar Grafika, Jakarta, 2013. Sardjono dkk, Agus., Pengantar Hukum Dagang, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014. Simanjuntak, Emmy Pangaribuan., Hukum Dagang Surat-Surat Berharga, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1982. SUMBER-SUMBER LAIN Aspek hukum Surat-Surat berharga dari Biro Hukum bank Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. 126