DAMPAK MINIMARKET TERHADAP EKSISTENSI WARUNG TRADISIONAL DI KOTA SINGARAJA. Oleh: Ni Komang Ayu Triadi Dewi

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

DAMPAK KEBERADAAN MINIMARKET TERHADAP MODAL KERJA DAN PENDAPATAN WARUNG TRADISIONAL DI KECAMATAN RUMBAI DAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah antara lain: UU No. 22 Tahun 1999 dan Undang-undang. penyusunan aturan di tingkat daerah dalam bentuk Perda.

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

Oleh: I Wayan Suarsana

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

Yoga Tantular Rachman 1 Dendy Syaiful Akbar 2 Universitas Widyatama Jl. Cikutra No. 204 A

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Cilandak, merupakan salah satu dari 10 Kecamatan yang

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB II. Teori dan Kajian Pustaka. terpillih dapat dilihat sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR JIMBARAN, KELURAHAN JIMBARAN

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Untuk hal itu, orang mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari

PERSEBARAN KERAJINAN INDUSTRI RUMAH TANGGA ATA DI KECAMATAN KARANGASEM (TINJAUAN KARTOGRAFI TEMATIK)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

MIGRAN PADA URBAN FRINGE AREA KOTA SINGARAJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRUKTUR EKONOMI WILAYAH. Oleh

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PREFERENSI BELANJA KONSUMEN TERHADAP PERKEMBANGAN PASAR CIPUTAT DI KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

Kata kunci: Modal Kerja dan Omset Penjualan

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

INDUSTRI BATU BATA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (TINJAUAN GEOGRAFI EKONOMI)

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel Indonesia, merupakan industri yang strategis bagi

EKSISTENSI MIGRAN DI DESA CANDIKUNING, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN (TINJAUAN GEOGRAFI PENDUDUK)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN DAUH PURI KAUH, DENPASAR BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

Brian Yogaswara C. Erlis Saputra

ANAK-ANAK PEKERJA OFF-FARM PADA DAERAH UP LAND DI OBJEK WISATA PENELOKAN. Oleh: I Ketut Putra Jaya

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Mini Market Indomaret. kebutuhan pokok sehari-hari karyawan, maka pada tahun 1988

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 2450

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

Bab VII. Kesimpulan Dan Saran. yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang ritel untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun perekonomian. menguatkan usaha kelas menengah dan kecil.

PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN ATAS FAKTOR PENENTU TEMPAT BELANJA TERHADAP INDOMARET DAN ALFAMART. Rangkuman Skripsi

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Supirman, Pengaruh Kelengkapan Produk, Harga Dan Lokasi Terhadap Keputusan

PENGARUH RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA GERAI CHATIME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA KECIL DALAM KEGIATAN BERUSAHA Oleh : I Putu Denny Pradnyana Putra Cokorde Dalem Dahana

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. beberapa temuan untuk dijadikan kesimpulan. Kesimpulan berdasrkan pada hasil

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

KEGIATAN USAHA DAN PERKEMBANGAN MINIMARKET DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. supermarket, minimarket dan convienence store di Indonesia semakin tumbuh dan

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Menurut J. Stanton (2009;9), pengecer (retailer) atau toko eceran (retailer store)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Peranan industri

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi terutama pada sektor perusahaan jasa. Setiap perusahaan berlomba

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim

ANALISIS FAKTOR PERSEPSI KONSUMEN PADA IMAGE PASAR TRADISIONAL DI SURABAYA

Faktor-Faktor Yang Mendorong Eksistensi Angkutan Kota Line Di Kota Surabaya

PENGARUH REVITALISASI PASAR TERHADAP AKTIVITAS PERDAGANGAN DI PASAR JONGKE KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

BAB 1V NILAI KEADILAN USAHA WARALABA INDOMARET DAN ALFAMART. A. Prinsip-prinsip Keadilan Bisnis Waralaba di Kecamatan Pesantren Kota

ETIKA LINGKUNGAN PARA PEDAGANG SAYUR DAN IKAN DI PASAR BANYUASRI KOTA SINGARAJA (STUDI DENGAN PENDEKATAN KELINGKUNGAN) Oleh

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang signifikan serta memberikan konstribusi positif dalam

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN TENTANG BAURAN PEMASARAN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

Transkripsi:

DAMPAK MINIMARKET TERHADAP EKSISTENSI WARUNG TRADISIONAL DI KOTA SINGARAJA Oleh: Ni Komang Ayu Triadi Dewi Ida Bagus Made Astawa, I Nyoman Suditha *) Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana Singaraja-Bali e-mail: ayutriadi@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Kota Singaraja dengan tujuan (1) Mengetahui sebaran spasial warung tradisional di Kota Singaraja, (2) Mengetahui sebaran spasial minimarket di Kota Singaraja, (3) Mengetahui dampak minimarket terhadap eksistensi warung tradisional, (4) Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan warung tradisional untuk bersaing dengan minimarket di Kota Singaraja. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif, dengan sampel yang diambil secara purposive sampling yaitu sebesar 51 pedagang warung tradisional dari keseluruhan populasi sebanyak 105 yang tersebar di 19 Kelurahan. Data dikumpulkan melalui metode observasi, kuesioner, dan pencatatan dokumen yang hasilnya dianalisis menggunakan pendekatan keruangan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran spasial warung tradisional di Kota Singaraja yaitu tersebar tidak merata ( T = 0,92), sedangkan sebaran spasial minimarket di Kota Singaraja yaitu Tersebar Merata ( T = 1,52), Dampak minimarket terhadap eksistensi warung tradisional dapat dilihat dari berkurangnnya jam buka warung, menurunnya modal kerja, jumlah penjualan barang, jumlah pembeli dan pendapatan pedagang warung tradisional. Untuk mampu mempertahankan eksistensinya dari keberadaan minimarket, pedagang warung tradisional di Kota Singaraja telah melakukan perubahan pada tampilan warung, menambah modal dan menambah jenis barang yang dijual. ABSTRACT The research was conducted in the city of Singaraja with the aim of: (1) knowing the spatial distribution of traditional stalls in the city of Singaraja, (2) knowing the spatial distribution of minimarket in the city of Singaraja., (3) knowing the impact of minimarket against the existence of traditional stalls, (4) Knowing the carried out traditional stalls to compete with minimarket in the city of Singaraja. This study was designed as a descriptive research, with samples taken by purposive sampling which by 51 traders of traditional stalls of overall population about 105 spread across in 19 neighborhoods. Data collected by the method of observation and questionnaire results were analyzed using qualitative descriptive approach to space. The results showed that the spatial distribution of traditional stalls in the city of Singaraja that is distributed unequally ( T = 0,92), while spatial distribution of minimarket that is dispersed uniformly ( T = 1,52), impact of minimarket against the existence of traditional stalls it can be seen from the reduced opening hour traditional stalls, decrease in working capital, the amount of sales of goods, the buyer and income traders of traditional stalls. To be able to sustain its existence of minimarket, traders of traditional stalls in the city of Singaraja had to make a change in the look of stalls, capital increase and add to the type of goods sold. 1

Kata kunci: Dampak minimarket; warung tradisional. *) Pembimbing Skripsi PENDAHULUAN Penduduk dalam memenuhi kebutuhannya melakukan aktivitas ekonomi baik di sektor formal maupun sektor informal. Tingginya pertumbuhan penduduk di perkotaan menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan di bidang formal. Hal inilah yang menyebabkan kegiatan sektor informal untuk dijadikan sebagai alternatif lahan mata pencaharian bagi masyarakat (Iryanti, 2003: 16). Kebanyakan sektor informal ini terjadi di wilayah perkotaan yang dominan merupakan daerah yang memiliki peluang besar untuk memperoleh pekerjaan. Keterbatasan modal, sumber daya, akses keuangan, tidak terikat waktu dan tenaga kerja yang berasal dari lingkungan keluarga, menjadikan Warung tradisional memiliki ciri-ciri seperti halnya dengan sektor informal. Seiring berkembangnya jaman, eksistensi Warung tradisional yang berbasis ekonomi kerakyatan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan munculnya pasar modern yang dinilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel. Ritel modern yang mengalami pertumbuhan cukup pesat saat ini adalah Minimarket dengan konsep waralaba atau franchise (Wijayanti dan Wiranto, 2011: 2). Kota Singaraja merupakan Ibu Kota Kabupaten Buleleng. Kota Singaraja adalah suatu kota dengan potensi perkembangan pembangunan kota yang pesat, yaitu pertumbuhan ekonomi, peningkatan pelayanan jasa, peningkatan sektor perdagangan, yang dipicu pula berdirinya Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) menyebabkan banyak pendatang ke Kota Singaraja. Pertambahan jumlah penduduk akan mendorong semakin kompleks kebutuhan hidup masyarakat kota sehingga banyak Minimarket dibangun di sekitaran Kota Singaraja yang dianggap bisnis menjanjikan. Ini terlihat dari beberapa tahun belakangan ini Minimarket dengan konsep waralaba semakin menjamur berdiri di Kota Singaraja. Persebaran Minimarket Indomaret dan Alfamart di Kota Singaraja masih belum merata di setiap Kelurahan. Sebelum sebuah Minimarket didirikan tentunya harus mempertimbangkan kondisi fisik dan sosial wilayah atau kelurahan yang bersangkutan dimana Minimarket tersebut akan didirikan. Melihat dari pelayanan yang diberikan antara Warung tradisional dengan Minimarket kepada pembeli memang berbeda, baik dari barang maupun harga yang ditawarkan. Kelebihan pelayanan dan kenyamanan berbelanja yang ditawarkan oleh Minimarket menjadi saingan Warung tradisional untuk memperoleh konsumen. Sangat jelas dari adanya 2

Minimarket yang menjamur di Kota Singaraja akan berdampak pada eksistensi Warung tradisional. Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk dilakukan penelitian Berkenaan dengan hal itu dilakukan penelitian tentang Dampak Minimarket Terhadap Eksistensi Warung tradisional Di Kota Singaraja. Dengan tujuan (1) Mengetahui sebaran spasial Warung tradisional di Kota Singaraja, (2) Mengetahui sebaran spasial Minimarket di Kota Singaraja, (3) Mengetahui dampak Minimarket terhadap eksistensi Warung tradisional, (4) Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan Warung tradisional untuk bersaing dengan Minimarket di Kota Singaraja. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu sebesar 51 pedagang Warung tradisional dari keseluruhan populasi sebanyak 105 yang tersebar di 19 Kelurahan. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan kuesioner. Hasil penelitian dianalisis menggunakan pendekatan keruangan secara deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Data Lokasi Warung tradisional Di Kota Singaraja Dengan menentukan titik koordinat warung tradisional di Kota Singaraja didapatkan data lokasi Warung tradisional yang penentuannya dilakukan dengan menggunakan bantuan GPS (Global Position System). Data koordinat ini merupakan bank data yang diistilahkan database. Data koordinat warung tradisional di masing-masing kelurahan menentukan dimana posisi lokasi warung. Langkah-langkah dalam menganalisis menggunakan analisis tetangga terdekat adalah sebagai berikut; 1. Penentuan Luas Wilayah Luas Kota Singaraja secara keselurahan adalah 27,89 km 2. 2. Merubah bentuk keruangan Warung tradisional menjadi pola penyebaran titik. Pola keruangan Warung tradisional dapat dianalisis dengan merubah bentuk keruangan Warung tradisional yang ditunjukan dalam bentuk secara luasan menjadi kenampakan titik. 3. Memberikan nomor urut tiap Warung tradisional 3

Memberikan nomor urut berupa hurup alpabet (A) diikuti dengan angka pada seluruh Warung tradisional setiap Kelurahan di Kota Singaraja. 4. Mengukur jarak terdekat Yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya. 5. Perhitungan parameter tetangga terdekat (Indeks Penyebaran). Langkah terakhir adalah menghitung besarnya parameter tetangga terdekat). Tabel 1.1 Indek Pola Penyebaran Warung tradisional di Kota Singaraja No Wilayah A (Km 2 ) N P J Ju Jh T Keterangan 1 Kota Singaraja 27,89 105 3,76 25,3 0,24 0,26 0,92 Tersebar tidak merata Sumber: Analisis data primer, 2013 Keterangan: A : Luas daerah dalam Km 2 Ju : Kolom 6 dibagi kolom 4 N : Jumlah titik penyebaran Jh : 1/2 P : Kolom 4 dibagi kolom 3 T : Kolom 7dibagi kolom 8 J : Jumlah jarak antara tetangga terdekat Berdasarkan perhitungan yang dilakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan yakni sebaran spasial Warung tradisional di Kota Singaraja yaitu tersebar tidak merata ( T = 0,59) 2. Data Lokasi Minimarket Di Kota Singaraja Dengan menentukan titik koordinat Minimarket di Kota Singaraja didapatkan data lokasi Minimarket yang penentuannya dilakukan dengan menggunakan bantuan GPS (Global Position System) Data koordinat ini merupakan bank data yang diistilahkan database. Data koordinat Minimarket di masing-masing kelurahan. Koordinat Minimarket menentukan dimana posisi lokasi Minimarket. Langkah-langkah dalam menganalisis menggunakan analisis tetangga terdekat sama dengan langkah-langkah pada analisis tetangga terdekat pada Warung tradisional sehingga diperoleh indek pola penyebara Minimarket disajikan pada tabel 1.2 Tabel 1.2 Indek Pola Penyebaran Minimarket di Kota Singaraja A No Wilayah (Km 2 ) N P J Ju Jh T Keterangan 1 Kota Singaraja 27,89 22 0,79 18,7 0,85 0,56 1,52 Tersebar merata Sumber: Analisis data primer, 2013 4

Keterangan: A : Luas daerah dalam Km 2 Ju : Kolom 6 dibagi kolom 4 N : Jumlah titik penyebaran Jh : 1/2 P : Kolom 4 dibagi kolom 3 T : Kolom 7dibagi kolom 8 J : Jumlah jarak antara tetangga terdekat Berdasarkan perhitungan yang dilakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan yakni sebaran spasial Minimarket di Kota Singaraja yaitu Tersebar Merata ( T = 1,52) 3. Dampak Minimarket Terhadap Eksistensi Warung Tradisional. (1) Modal Kerja Warung tradisional Berdasarkan hasil penelitian diperoleh modal kerja pedagang warung tradisional sebelum dan sesudah ada minimarket di Kota Singaraja, menunjukan terdapat perubahan modal kerja setelah ada minimarket. Keadaan ini terlihat dari rata-rata modal kerja yang dikeluarkan oleh pedagang warung tradisional sebelum ada minimarket yaitu sebesar Rp.920.144/bulan, kemudian rata-rata modal kerja yang dikeluarkan setelah ada minimarket yaitu sebesar Rp 534.883/bulan. Bila di rata-ratakan mengalami selisih modal sebesar Rp. 385.707/bulan dengan kata lain adanya minimarket menurunkan jumlah modal kerja yang dikeluarkan oleh pedagang warung tradisional sebesar Rp. 385.707/bulan. (2) Pola Kegiatan Usaha Warung tradisional Pola kegiatan usaha warung tradisional dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu jarak, penggunaan tenaga kerja dan lama jam buka warung yang akan dijelaskan sebagai berikut. a) Jarak Sebagian besar responden menyatakan jarak warung tradisional dengan minimarket antara 1 50 meter. Terdapat empat kelurahan yang menyatakan jarak warung tradisional dengan minimarket antara 1 50 meter yaitu Kelurahan Kaliuntu, Kampung Anyar, Banjar Bali dan Banjar Jawa. Terdapat satu kelurahan yang semua warung jaraknya antara 51-100 meter dengan minimarket yaitu Kelurahan Sukasada. Sedangkan enam kelurahan lainnya menyatakan variasi jarak antara warung dengan minimarket. b) Penggunaan Tenaga Kerja 5

Penggunaan tenaga kerja pada usaha Warung tradisional di Kota Singaraja diperoleh bahwa dari 51 responden seluruh responden menyatakan tidak menggunakan tenaga kerja dalam menjalankan usahanya. c) Lama jam buka Warung Lama jam buka warung sebelum dengan sesudah adanya minimarket menunjukan bahwa terdapat perubahan lamanya jam buka setelah ada minimarket. Keadaan ini terlihat dari semakin menurunnya jumlah warung yang buka selama 15-17 jam/hari yaitu dari 46 warung (90,20 %) menjadi 23 warung (45,10 %) dan sebaliknya semakin meningkat warung yang buka selama 12-14 jam/hari yaitu dari 2 warung (2,92%) menjadi 24 warung (47,05 %). Warung yang buka selama 18-20 jam/hari juga meningkat namun tidak banyak yaitu dari 3 warung (5,33 %) menjadi 4 warung (7,84%). Ini berarti bahwa dengan adanya minimarket, jam buka warung tradisional mengalami pengurangan yaitu sebelum ada minimarket jam buka warung tradisional yang paling dominan adalah jam buka selama 15-17 jam/hari namun setelah adanya minimarket jam buka yang paling dominan adalah jam buka selama 12-14 jam/hari. Menurunya jam buka warung tradisional ini disebabkan menurunnya jumlah konsumen yang datang berbelanja sehingga para pedagang menutup lebih awal warung. (3) Omset Penjualan Warung tradisional Jumlah penjualan barang responden sebelum dan sesudah ada minimarket di Kota Singaraja, menunjukan bahwa terdapat perubahan jumlah penjualan barang setelah ada minimarket. Keadaan ini terlihat dari rata-rata jumlah penjualan barang yang dikeluarkan oleh pedagang warung tradisional sebelum ada minimarket yaitu sebesar Rp. 4.959.329/bulan, kemudian rata-rata jumlah penjualan barang yang dikeluarkan setelah ada Minimarket yaitu sebesar Rp 4.060.533/bulan. Bila di rata-ratakan mengalami selisih jumlah penjualan sebesar Rp. 898.795/bulan dengan kata lain dengan adanya minimarket menurunkan jumlah penjualan barang Warung tradisional sebesar Rp. 898.795/bulan. (4) Jumlah Konsumen Warung tradisional Pada waktu-waktu tertentu kadang kalanya jumlah konsumen yang berbelanja ramai atau kadang sepi. Waktu konsumen ramai berbelanja yang paling banyak dinyatakan oleh responden yaitu pada saat pagi hari sebesar 29,41% dan sebagai besar responden menyatakan waktu konsumen sepi berbelanja yaitu pada saat hari libur sekolah sebesar 52,94 %. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah konsumen sebelum dengan sesudah adanya minimarket terdapat perubahan jumlah konsumen setelah ada minimarket. Keadaan 6

ini terlihat dari semakin menurunnya jumlah warung yang jumlah konsumennya antara 31 40 orang perhari yaitu dari 17 warung (33,33 %) menjadi 1 warung (1,96 %), begitu juga semakin menurunnya jumlah warung yang jumlah konsumennya antara 21-30 orang perhari yaitu dari 27 warung ( 52,94 %) menjadi 17 warung (33,33 %). Sebalikanya semakin meningkat jumlah warung yang jumlah konsumennya antara 10-20 orang perhari yaitu dari 7 warung (13,73%) menjadi 33 warung (64,71%). Ini berarti bahwa dengan adanya minimarket, jumlah konsumen warung tradisional mengalami penurunan yaitu sebelum ada minimarket jumlah konsumen warung tradisional yang paling dominan adalah antara 21-30 orang/hari setelah adanya Minimarket jumlah konsumen yang paling dominan adalah antara 10-20 orang/hari. (5) Pendapatan Pedagang Warung tradisional Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pendapatan pedagang warung tradisional sebelum dan sesudah ada minimarket di Kota Singaraja menunjukan terdapat perubahan pendapatan pedagang warung tradisional setelah ada minimarket. Keadaan ini terlihat dari rata-rata jumlah pendapatan pedagang warung tradisional sebelum ada minimarket yaitu sebesar Rp. 1.832.922/bulan, kemudian rata-rata jumlah pendapatan yang diperoleh setelah ada minimarket yaitu sebesar Rp 1.394.660/bulan. Bila di rata-ratakan mengalami selisih jumlah pendapatan sebesar Rp. 438.261/bulan dengan kata lain dengan adanya minimarket menurunkan jumlah pendapatan pedagang warung tradisional sebesar Rp. 438.261/bulan. Menurunnya pendapatan pedagang warung tradisional disebabkan oleh menurunnya omset penjualan dan menurunnya jumlah konsumen. 4. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Warung Tradisional Untuk Bersaing Dengan Minimarket Di Kota Singaraja Aspek-aspek yang diteliti yaitu perubahan fisik dan perubahan non fisik yang dilakukan oleh Warung tradisional adalah sebagai berikut. (1) Perubahan Fisik a) Kenyamanan ruang Berdasarkan hasil penelitian diperoleh lebih dari setengah pedagang warung tradisional menyatakan bahwa tidak menyediakan ruang untuk konsumen saat berbelanja. Jika dilihat antar kelurahan, menunjukkan adanya variasi. Terdapat empat kelurahan yang 7

semua warung tradisional tidak menyediakan ruang untuk konsumen yaitu Kelurahan Banyuasri, Banjar Bali, Banjar Jawa, Banjar Tegal dan Sukasada. Di Samping itu terdapat satu Kelurahan yang semua warungnnya menyediakan ruang untuk konsumen yaitu Kelurahan Kaliuntu. Sedangkan lima kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Anyar, Banyuning, Liligundi, Penarukan dan Baktiseraga menunjukan variasi yang mengatakan menyediakan ruang untuk konsumen saat berbelanja. b) Tampilan Warung Tampilan warung maksudnya menata ulang tampilan warung agar barang dagangan terlihat rapi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengah pedagang Warung tradisional menyatakan bahwa tidak melakukan perubahan tampilan Warung setelah adanya Minimarket. (2) Data Perubahan Non Fisik Warung tradisional Aspek-aspek yang diteliti dari perubahan Non fisik yang dilakukan oleh warung tradisional adalah sebagai berikut. a) Peningkatan modal Dari hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari setengah pedagang Warung tradisional menyatakan bahwa tidak melakukan perubahan yaitu peningakatan modal setelah adanya Minimarket. Dari 51 responden hanya 11 responden yang menambah modal usaha Warung setelah adanya Minimarket. Tambahan modal tersebut diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum sumber modal dominan yang diperoleh Warung tradisional dari koperasi, modal sendiri, Koperasi dan Bank. b) Penggunaan Tenaga Kerja Perubahan non fisik di lihat dari penggunaan tenaga kerja yang dilakukan pedagang Warung tradisional setelah ada Minimarket, dari 51 responden seluruh responden menyatakan bahwa tidak menggunakan tenaga kerja dalam membantu menjalankan usahanya baik sebelum maupun setelah ada Minimarket di Kota Singaraja. c) Promosi Perubahan non fisik di lihat dari promosi yang dilakukan pedagang Warung tradisional setelah ada Minimarket, dari 51 responden seluruh responden menyatakan bahwa tidak menggunakan menggunakan promosi untuk membantu pemasaran barang-barang yang dijual di Warung tradisional setelah ada Minimarket di Kota Singaraja karena keterbatasan pengetahuan dan modal yang dimiliki. 8

d) Deversifikasi produk Deversifikasi yaitu penambahan jenis barang yang dijual oleh pedagang warung tradisional. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengah pedagang warung tradisional menyatakan menambah jenis barang yang dijual setelah ada minimarket di Kota Singaraja yaitu 54,90% (28 Pedagang warung tradisional) dari 100% (51 Pedagang warung tradisional). Terdapat satu kelurahan yang semua warung tradisional yaitu Kelurahan Kaliuntu. Sedangkan terdapat dua kelurahan yang semua warung tradisional tidak menambah jenis barang yaitu Kelurahan Banjar Bali dan Banjar Tegal. Berbeda halnya dengan delapan kelurahan lainnya yaitu Kelurahan Banyuasri, Kampung Anyar, Banjar Jawa, Banyuning, Liligundi, Penarukan, Sukasada, Baktiseraga menunjukan variasi yang mengatakan melakukan penambahan jenis barang yang dijual setelah adanya minimarket. Jenis barang yang paling banyak dijual oleh pedagang Warung tradisional adalah pulsa Hp. Pembahasan 1. Sebaran Spasial Warung tradisional di Kota Singaraja. Berdasarkan perhitungan indek pola penyebaran Warung tradisional di Kota Singaraja diperoleh sebaran spasial warung tradisional di Kota Singaraja mempunyai pola tersebar tidak merata (T=0,92). Menurut Healey & ilbery (dalam Setyawarman, 2009:61) menyatakan bahwa persebaran Warung tradisional dipengaruhi oleh Jumlah penduduk, kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga dan persentase rumah tangga yang memiliki anak. Penduduk merupakan sasaran utama dari usaha Warung tradisional yaitu sebagai konsumen. Semakin banyak jumlah penduduk disuatu wilayah, semakin besar pula potensi penduduk tersebut menjadi konsumen. Jumlah warung terbanyak terdapat di Kelurahan Banyuning yaitu sebanyak 24 warung dengan jumlah penduduk di Kelurahan Banyuning yaitu 9.973 jiwa (11,90%). 2. Sebaran Spasial Minimarket di Kota Singaraja Berdasarkan perhitungan indek pola penyebaran Minimarket di Kota Singaraja diperoleh sebaran spasial Minimarket di Kota Singaraja mempunyai pola tersebar merata (T=1,52). Menurut Setyawarman (2009:62) menyatakan bahwa meratanya persebaran retail modern (Minimarket) dipengaruhi oleh faktor Kebijakam Perencanaan (KP). Penentukan lokasi minimarket tergantung dari kebijakan perencanaan yaitu memastikan di suatu kawasan boleh mendirikan minimarket terlebih dahulu harus berkonsultasi dengan perencana lokal serta melihat tata guna lahan pada kawasan tersebut. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa 9

lokasi yang akan didirikan minimarket diproyeksikan bagi area perdagangan. Jika otoritas perencana lokal membatasi dan melarang dibangunnya minimarket pada lokasii tersebut karena struktur perdagangan di area tersebut sudah tidak terbuka untuk dibangun perdagangan besar/ minimarket lagi maka pada lokasi tersebut tidak bisa dibangun minimarket sehingga pendirian minimarket terbatas pada lokasi-lokasi tertentu sesuai dengan perolehan ijin dari pemerintah. 3. Dampak Minimarket Terhadap Eksistensi Warung tradisional Setiawan, dkk (2013:3) menyatakan dampak dari adanya Minimarket terhadap Warung tradisional akan berpengaruh terhadap modal, pola kegiatan usaha, omset penjualan, konsumen, dan pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari adanya Minimarket Warabala di Kota Singaraja berdampak terhadap pedagang Warung tradisional yaitu dilihat dari modal kerja menurun sebesar 385.707/bulan, lama jam buka sebelum ada Minimarket jam buka Warung tradisional yang paling dominan adalah jam buka selama 15-17 jam/hari namun setelah adanya Minimarket jam buka yang paling dominan adalah jam buka selama 12-14 jam/hari., omset penjualan menurun sebesar Rp. 898.795/bulan, jumlah konsumen menurun yaitu sebelum ada Minimarket yang paling dominan adalah antara 21-30 orang/hari setelah adanya Minimarket jumlah konsumen yang paling dominan adalah antara 10-20 orang/hari dan rata-rata jumlah pendapatan menurun sebesar Rp. 438.261/bulan. Dari pengurangan dan penurunan indikator-indikator tersebut akan berpengaruh terhadap eksistensi dari Warung tradisional di Kota Singaraja. 4. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Warung tradisional Untuk Bersaing Dengan Minimarket Di Kota Singaraja Iffah, dkk (2011: 62) menyatakan bahwa usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh Warung tradisional untuk bersaing dengan Minimarket adalah melakukan perubahan fisik dan non fisik. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa, perubahan fisik yaitu perubahan kenyamanan ruang yaitu menyediakan ruang untuk konsumen hanya 21,57 % pedagang Warung tradisional yang melakukan perubahan. Untuk perubahan tampilan warung sebagian besar pedagang Warung tradisional tidak melakukan perubahan. Perubahan non fisik yaitu peningkatan modal sebagian besar pedagang tidak menambah modal usaha. Penambahanan tenaga kerja dan melakukan promosi juga tidak dilakukan oleh pedagang. Perubahan non fisik yang terakhir yaitu deversifikasi produk atau penambahan jenis barang yang dijual. Sebagian pedagang Warung tradisional tidak melakukan penambahan jenis 10

barang dengan alasan tidak memiliki modal untuk menambah jenis barang. Sedangkan 45,10 % pedagang menambah jenis barang yang dijual. Dengan menambah jenis barang pedagang Warung tradisional berharap bisa menambah penghasilan. Jenis barang yang dijual pedagang Warung tradisional yaitu pulsa Hp, Bensin, Sayur-sayuran dan Elpiji. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Sebaran spasial Warung tradisional di Kota Singaraja memiliki pola tersebar tidak merata (T=0,92) karena persebaran Warung tradisional dipengaruhi Jumlah penduduk, kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga dan persentase rumah tangga yang memiliki anak. 2) Sebaran spasial Minimarket di Kota Singaraja memiliki pola tersebar merata (T=1,52) diseluruh Kelurahan yang ada di Kota Singaraja karena dipengaruhi oleh faktor Kebijakam Perencanaan (KP) yang mengeluarkan ijin untuk pendirian Minimarket sehingga terbatas pada lokasi-lokasi tertentu sesuai dengan perolehan ijin dari pemerintah 3) Dampak dari adanya Minimarket terhadap eksistensi Warung tradisional yaitu menurunnya modal kerja, berkurangnnya jam buka warung, menurunnya jumlah penjualan barang, menurunnya jumlah pembeli dan penurunnya pendapatan pedagang Warung tradisional. Ini disebabkan karena jarak antara warung dengan Minimarket yang relatif dekat serta keunggulan-keunggulan dari Minimarket yang tidak dimiliki oleh Warung tradisional yaitu jam buka yang sampai 24 jam/hari, penggunaan tenaga kerja, menggunakan media promosi, ruangan Minimarket menggunakan AC, menyediakan parkir kendaraan, memberikan diskon harga dan menjamin kualitas barang yang dijual. 4) Usaha-usaha yang dilakukan Warung tradisional untuk bersaing dengan Minimarket yaitu pedagang Warung tradisional di Kota Singaraja telah melakukan perubahan pada tampilan warung, menambah modal dan menambah jenis barang yang dijual sedangkan pedagang Warung tradisional tetap tidak menggunakan tenaga kerja dan promosi baik sebelum maupun setelah adanya minimarket. 11

Saran Berdasarkan pada hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. 1) Sebagian besar pedagang mengalami penurunan jumlah konsumen, omset penjualan dan pendapatan setelah adanya Minimarket. Sehingga perlu peran penting dari pemerintah untuk menyikapi hal tersebut. 2) Di tengah persaingan antara Warung tradisional dengan Minimarket diharapkan pedagang Warung tradisional mampu bersaing dengan cara menambah modal sehingga mampu menambah jumlah dan variasi barang yang dijual. Dari penambahan jenis dan variasi barang, konsumen akan tertarik untuk berbelanja ke Warung tradisional yang menyediakan segala kebutuhan hidup yang diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Iffah, Melita, dkk. 2001. Pengaruh Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus: Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal Tata Kota dan Daerah. Volume 3. Nomor 1 (hlm 55-64) Iryanti, Rahma. 2003. Pengembangan Sektor Informal sebagai Alternatif Kesempatan Kerja Produktif. Jakarta : UI Press. Setiawan, Jeri, dkk. 2012. Pengaruh Keberadaan Minimarket Terhadap Pendapatan Pedagang Kelontong Dikelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi, Vol. 10, No.1(hlm 1-7) Setyawarman. Adityo. 2009. Pola Sebaran Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Retail Modern (Studi Kasus Kota Surakarta). Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro Wijayanti, Pardiana dan Wiratno. 2011. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Studi Kasus Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang).Undip (hlm 71-85) 12