BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Rakhmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

PEMBENTUKAN HABITS OF MIND SISWA MELALUI PEMBELAJARAN SALINGTEMAS PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dirancang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 (Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014) PPT - 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan. Tingkat Satuan Pendidikan 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan masyarakat saat ini semakin berkembang, perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan pada bidang teknologi, pengetahuan, dan seni, sehingga menuntut warganya untuk bisa bertahan di tengah kehidupan bermasyarakat. Begitu juga siswa, dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menghadapi perkembangan tersebut dengan cerdas dan tepat. Perkembangan tersebut juga dapat memunculkan suatu masalah bagi siswa, sehingga seyogianya siswa memperoleh kemampuan untuk dapat secara mandiri mendapatkan solusi dan memilih strategi yang tepat dalam menyelesaikannya. Dengan demikian, siswa siap menghadapi kehidupan masyarakat kelak di kemudian hari. Tantangan ini dijawab oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar, yaitu (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) belajar untuk memahami dan menghayati; (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat efektif; (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain; dan (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan (Trianto, 2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki kerangka dasar dan struktur yang meliputi empat komponen, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan secara nasional dan diwujudkan dengan hasil belajar siswa. Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Menurut Pusat Kurikulum (2002) dalam Trianto (2010), kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 perpustakaan.upi.edu

2 dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Adanya pencapaian kompetensi siswa, diharapkan siswa dapat bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa datang. Kebiasaan berpikir yang tercakup dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang merupakan arah dan landasan kurikulum, menunjukkan identifikasi kemampuan kebiasaan berpikir (habits of mind) siswa dapat dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Calik, dkk (2014), yaitu adanya perbedaan yang signifikan antara kemampuan scientific habits of mind calon guru semester satu dengan calon guru semester empat program pendidikan Walaupun dalam penelitian ini masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), identifikasi kemampuan kebiasaan berpikir (habits of mind) siswa juga dapat dilakukan dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penerapan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dapat membekali siswa dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual, diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pada umumnya, pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan yang kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh siswa dapat membentuk karakter mereka (Mulyasa, 2013). Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 menunjukkan adanya kemampuan kebiasaan berpikir (habits of mind) siswa yang terintegrasi dalam proses pembelajaran.

3 Kebiasaan berpikir (habits of mind), tidak hanya ditekankan pada bagaimana siswa mengungkapkan pengetahuannya, namun juga bagaimana siswa mengolah dan mendapatkan pengetahuannya. Pembelajaran dan inovasi keterampilan adalah hal yang tidak terpisahkan bagi siswa dalam menghadapi kehidupan yang kompleks dan lingkungan kerja pada abad 21. Solusi dalam menghadapi abad 21 secara efektif; siswa harus mampu berkomunikasi, bekerja dalam tim, belajar sepanjang hayat (life-long learning), dan memfungsikan visual, serta mempunyai sikap sosial yang tinggi. Sekolah menekankan peningkatan pentingnya pembelajaran yang bergeser ke arah digital dan nilai kemampuan intelektual. Visi ini menggambarkan tujuan pendidikan secara umum. Visi sekolah difokuskan untuk menciptakan pembelajar yang mempunyai kepercayaan diri, pembelajaran berpusat pada siswa, dan cakap dalam high-tech sebagai pembelajar sepanjang hayat-selalu ada tantangan yang inovatif dan kreatif (Partnership for 21st Century Skills dalam Costa dan Kallick, 2009). Prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), meliputi: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat; dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah (Trianto, 2010). Hal ini sejalan dengan kategori-kategori habits of mind dikembangkan oleh Costa dan Kallick (2009). Habits of mind, terdiri dari 16 kategori, yaitu tekun; menggunakan waktu dengan tepat dan cerdas; mau menerima pandangan orang lain; bersifat terbuka; metakognitif; menetapkan standar yang tinggi dan selalu mencari cara dalam menemukan jawaban; bertanya dan menemukan pemecahan; menerapkan pengetahuan lama untuk situasi yang baru dihadapi; berpikir dan berkomunikasi baik tulisan dan lisan secara akurat; memberikan perhatian terhadap sekeliling melalui rasa, sentuhan, bau pendengaran dan penglihatan; memiliki ide-ide dan gagasan baru; mempunyai

4 rasa ingin tahu terhadap misteri di alam; mengambil resiko secara bertanggungjawab; menikmati ketidaklayakan dan yang tidak diharapkan menyenangkan; dapat bekerja dan belajar dengan orang lain dalam tim; dan tetap berusaha terus belajar dan menerima bila ada yang tidak diketahuinya. Hal ini menunjukkan bahwa habits of mind merupakan kemampuan yng dapat terintegrasi dalam proses pembelajaran untuk membekali siswa guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, terbuka serta adaptif terhadap berbagai perubahan. Sistem pengelolaan KTSP menuntut kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan ini diarahkan untuk mendorong individu belajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar. Prinsip-prinsip dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, meliputi (1) berpusat pada siswa; (2) mengembangkan kreativitas siswa; (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; (4) mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai; (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam; dan (6) belajar melalui berbuat (learning by doing). Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan bermakna, salah satunya melalui praktikum dan diskusi. Penelitian Gauld (2005) menyatakan bahwa keterampilan kritis berinkuiri dan penalaran dapat juga diajarkan dan diaplikasikan dalam kegiatan diskusi. Inkuiri erat kaitannya dengan kegiatan praktikum. Praktikum sangat memungkinkan mengembangkan kreativitas siswa melalui kerja ilmiah, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, belajar melalui berbuat (learning by doing) sehingga kegiatan belajar dapat melibatkan kemampuan hands-on dan minds-on siswa. Pada kegiatan praktikum, siswa dapat menemukan pengalaman baru untuk mengamati, mencoba, menggunakan alat, bereksperimen, dan dilanjutkan dengan proses diskusi membahas hasil praktikum. Dalam proses diskusi akan banyak muncul pertanyaan, perbedaan pendapat, dan

5 interaksi antar siswa semakin meningkat. Hal ini yang dapat menuntut siswa memberdayakan semua potensinya. Adanya pemberdayaaan semua potensi siswa ini dapat memunculkan kemampuan habits of mind siswa selama pembelajaran. Dengan adanya berbagai masalah dalam bentuk pertanyaan, kegiatan praktikum, atau isu-isu yang diberikan, siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut dan mencari strategi yang tepat dalam menyelesaikannya. Ada siswa yang mudah menyelesaikannya, ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mencari jawabannya. Dalam hal ini tidak hanya dibutuhkan informasi saja, tetapi juga bagaimana tindakan yang harus diambil dalam menghadapi masalah tersebut. Kemampuan berperilaku cerdas tersebut disebut habits of mind (Costa dan Kallick, 2009). Melalui habits of mind, guru dapat mengukur bagaimana siswa mendapatkan dan memproduksi pengetahuannya, tidak hanya berkutat pada bagaimana siswa mengungkapkan pengetahuannya dalam menyelesaikan masalahnya, sehingga keseimbangan antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) pun dapat tercapai. Keseimbangan ini menunjukkan tujuan hasil belajar dapat diwujudkan. Menurut National Education Standar (NRC, 1996) pengembangan profesional bagi guru sains perlu memadukan pengetahuan sains, pembelajaran paedagogi, dan pengetahuan tentang siswa. Guru perlu membimbing, mengarahkan, memfasilitasi, dan memacu siswa belajar, serta menanamkan habits of mind pada siswa. Beberapa penelitan tentang habits of mind, penelitian Sriyati (2011) menunjukkan bahwa asesmen formatif dapat meningkatkan habits of mind mahasiswa, meningkatkan hasil belajar, membentuk karakter yang lebih baik dan menimbulkan kepedulian mahasiswa terhadap keanekaragaman hayati Indonesia. Sejalan dengan penelitian Sriyati, Idris (2013) menyatakan bahwa penerapan asesmen portofolio dapat meningkatkan habits of mind dan penguasaan konsep siswa. Penelitian Amal (2013) menyatakan adanya efektivitas program berbasis habits of Mind dalam meningkatkan keterampilan menulis kreatif.

6 Penelitian Haka (2013) menyatakan bahwa pembelajaran dengan strategi asesmen kinerja lebih efektif meningkatkan keseluruhan kemampuan habits of mind siswa dan dapat meningkatkan penguasaan siswa. Dalam penelitiannya, dijelaskan terjadi peningkatan kemampuan penguasaan konsep siswa menggunakan pembelajaran dengan strategi asesmen kinerja secara signifikan dengan hasil tes akhir melebihi rata-rata nilai KKM mata pelajaran sebesar 74. Kemampuan habits of mind siswa pun meningkat dari 2,91 (kriteria sedang) menjadi 3,40 (kriteria sedang). Berdasarkan berbagai penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap pembelajaran, habits of mind berjalan berdampingan dengan penguasaan konsep siswa, jika habits of mind siswa tinggi, maka penguasaan konsep siswa juga tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka menurut peneliti penting dilakukan penelitian untuk melakukan identifikasi kemampuan habits of mind siswa SMA dalam pembelajaran sistem organ melalui praktikum dan diskusi serta pengaruhnya terhadap penguasaan konsep. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah Bagaimana kemampuan habits of mind siswa yang muncul dalam pembelajaran sistem organ melalui praktikum dan diskusi serta pengaruhnya terhadap penguasaan konsep? Untuk mempermudah memecahkan permasalahan di atas, rumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kemunculan habits of mind siswa SMA berdasarkan observasi dan self assessment siswa dalam pembelajaran sistem organ melalui praktikum dan diskusi? 2. Adakah perbedaan antara hasil habits of mind siswa SMA berdasarkan observasi dengan self assessment siswa dalam pembelajaran sistem organ melalui praktikum dan diskusi?

7 3. Adakah korelasi antara habits of mind siswa SMA berdasarkan observasi dengan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran sistem organ melalui praktikum dan diskusi? 4. Adakah korelasi antara habits of mind siswa SMA berdasarkan self assessment siswa dengan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran sistem organ melalui praktikum dan diskusi? 5. Adakah korelasi antara habits of mind siswa SMA berdasarkan rata-rata hasil observasi dan self assessment dengan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran sistem organ melalui praktikum dan diskusi? C. Batasan Masalah Kajian penelitian difokuskan dalam pembatasan ruang lingkup sebagai berikut: 1. Indikator kemampuan habits of mind siswa yang diukur pada penelitian ini mengacu pada kategori habits of mind yang dikembangkan oleh Costa dan Kallick (2009) dengan 16 kategori, yaitu persisting; managing impulsivity; listening with understanding and emphaty; thinking flexibly; metacognition; striving for accuracy; questioning and problem posing; applying past knowledge to new situations; thinking and communicating with clarity and precesion; gathering data throught all sense; creating, imagining and innovating; responding with wonderment and awe; taking responsible risk; finding humour; thinking interdependently; remaining open to continuous learning. 2. Pembelajaran dalam penelitian ini melalui praktikum dan diskusi yang meliputi tiga kegiatan, yaitu kegiatan rancangan praktikum, kegiatan praktikum, dan kegiatan presentasi. Diskusi dilakukan siswa melalui diskusi kelompok dalam kegiatan rancangan praktium dan praktikum; dan diskusi kelas dalam kegiatan presentasi.

8 3. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ranah dimensi kognitif menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi, mulai dari kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). 4. Penelitian ini memilih konsep sistem organ, yaitu sistem pernapasan dan sistem ekskresi sebagai sarana untuk menjaring kemampuan habits of mind siswa dan penguasaan konsep. Materi ini dipelajari pada semester dua yang membahas mengenai struktur dan mekanisme proses fisiologi yang terjadi dalam tubuh manusia maupun beberapa contoh hewan. Standar kompetensi dari konsep ini adalah SK.3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas, sedangkan kompetensi dasar pada konsep ini adalah KD 3.4 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernafasan pada manusia dan hewan (misalnya burung); dan KD 3.5 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya Ikan dan Serangga) (BSNP, 2006). D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan habits of mind siswa yang muncul dalam pembelajaran sistem organ melalui praktikum dan diskusi serta pengaruhnya terhadap penguasaan konsep. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian adalah: 1. Manfaat secara teoritis

9 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan tentang kemampuan habits of mind siswa SMA dalam pembelajaran sistem organ, yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk berbagai kepentingan, seperti guru-guru sekolah menengah, para mahasiswa di LPTK, praktisi pendidikan, dan lain-lain. 2. Manfaat secara praktis : a. Guru, yaitu diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai informasi mengenai habits of mind sebagai bekal untuk siswa dalam menghadapi arus informasi yang berkembang pesat dalam pembelajaran biologi, sehingga dapat dijadikan referensi untuk memperbaiki metode yang telah ada dengan memunculkan habits of mind dalam setiap pembelajaran biologi. b. Sekolah, yaitu diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi dalam melaksanakan proses asesmen dan kegiatan praktikum untuk menentukan keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan kurikulum sekolah. c. Peneliti, yaitu diharapkan dapat menjadi pengalaman menulis untuk menjadi calon pendidik guna mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi, memberikan manfaat untuk menganalisis masalah yang berhubungan dengan pendidikan khususnya pembelajaran biologi, memberikan wawasan dan bahan pertimbangan tentang landasan teoritis serta pengalaman empiris mengenai gambaran kemampuan habits of mind siswa.