PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Provinsi Gorontalo

Perkembangan Nilai Tukar Petani Oktober 2017 Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN MARET 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara Bulan Oktober 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2015 SEBESAR 95,11 ATAU TURUN SEBESAR 0,32 PERSEN

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA APRIL 2015 SEBESAR ATAU TURUN 0.96 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA OKTOBER 2015

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2015 SEBESAR 96,93 ATAU NAIK SEBESAR 0,52 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 SEBESAR ATAU TURUN 1.04 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015 SEBESAR 95,89 ATAU NAIK SEBESAR 0,82 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA JULII 2015 SEBESAR 95,42 ATAU NAIK SEBESAR 0,76 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara Bulan September 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2017

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA DESEMBER 2015 SEBESAR 96,85 ATAU TURUN SEBESAR 0,09 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA OKTOBER 2015 SEBESAR 96,43 ATAU NAIK SEBESAR 0,57 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI/ DEFLASI PEDESAAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA JANUARI 2016 SEBESAR 97,69 ATAU MENINGKAT SEBESAR 0,86 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2016 SEBESAR 97,47 ATAU MENURUN SEBESAR 0,22 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2015 SEBESAR ATAU TURUN 0.79 PERSEN


PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN JANUARI 2015 SEBESAR 103,19

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI/ DEFLASI PEDESAAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA APRIL 2016 SEBESAR 97,14 ATAU MENINGKAT SEBESAR 0,31 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI BENGKULU

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 102,26

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP Sulawesi Utara September 2017 Naik 0,79 Persen

Transkripsi:

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2015 No.18/03/75/Th.IX, 2 Maret 2015 Pada bulan Februari 2015, NTP (NTP Umum) Provinsi Gorontalo tercatat sebesar 101,57 yang mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen bila dibandingkan keadaan bulan Januari yang tercatat sebesar 101,23. NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 99,27 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P), 121,25 untuk Subsektor Hortikultura (NTP- H), 92,27 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R), 100,34 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 98,63 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia hanya setengahnya atau 5 (lima) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai sebesar 103,84 yang diikuti Provinsi Maluku Utara sebesar 102,45, Provinsi Sulawesi Barat sebesar 101,70, Provinsi Gorontalo sebesar 101,57, dan Provinsi Maluku sebesar 100,42. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Papua sebesar 97,12 diikuti Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 97,75, Provinsi Sulawesi Utara sebesar 98,51, Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 99,00, dan Provinsi Papua Barat sebesar 99,26. NTP nasional sebesar 102,19 mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,86. Pada Februari 2015, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar - 0,90 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada 4 (empat) kelompok konsumsi rumah tangga. Kelompok bahan makanan turun -1,31 persen, sandang turun -0,04 persen,, pendidikan, rekreasi, dan olah raga turun -0,07 persen, dan transportasi dan komunikasi turun sebesar -3,51 persen. Sedangkan 3 (tiga) kelompok konsumsi rumah tangga mengalami inflasi yaitu makanan jadi naik 0,41 persen, perumahan naik 0,11 persen, dan kesehatan naik 0,23 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Gorontalo pada Februari 2015 sebesar 110,07 atau naik 0,02 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. Berita Resmi Statistik No. 16/03/75/Th.IX, 2 Maret 2015 1

1. Nilai Tukar Petani (NTP) NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan yaitu Perikanan Tangkap Nelayan (NTN) dan Perikanan Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Prov. Gorontalo Januari Februari 2015 Per Subsektor serta nya (2012=100) Subsektor Januari 2015 Februari 2015 Persentase (1) (2) (3) (4) Gabungan a. Nilai tukar petani (NTP) 101,23 101,57 0,33 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120,59 119,99-0,49 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,12 118,14-0,82 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,21 122,10-0,90 - Indeks BPPBM 109,58 109,02-0,52 Gabungan tanpa Perikanan a. Nilai tukar petani (NTP) 101,40 101,73 0,33 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120,73 120,15-0,48 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,06 118,10-0,81 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,19 122,04-0,94 - Indeks BPPBM 109,36 108,93-0,40 1. Tanaman Pangan a. Nilai tukar petani (NTPP) 97,82 99,27 1,49 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 119,55 120,25 0,59 - Padi 122,18 121,93-0,20 - Palawija 117,18 118,75 1,33 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 122,21 121,14-0,88 2 Berita Resmi Statistik No. 16/03/75/Th.IX, 2 Maret 2015

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,45 123,21-0,99 - Indeks BPPBM 111,68 111,36-0,28 2. Hortikultura a. Nilai tukar petani (NTPH) 122,49 121,25-1,02 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 147,28 144,54-1,86 - Sayur-sayuran 153,16 149,59-2,33 - Buah-buahan 119,06 120,33 1,06 - Tanaman Obat 111,92 113,75 1,64 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,23 119,21-0,85 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,93 121,80-0,92 - Indeks BPPBM 107,58 107,06-0,49 Subsektor Januari 2015 Februari 2015 Persentase (1) (2) (3) (4) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai tukar petani (NTPR) 92,43 92,27-0,17 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 112,75 111,63-1,00 - Tanaman Perkebunan Rakyat 112,75 111,63-1,00 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 121,99 120,97-0,84 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,34 123,19-0,93 - Indeks BPPBM 111,25 110,84-0,37 4. Peternakan a. Nilai tukar petani (NTPT) 99,98 100,34 0,36 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 112,93 112,57-0,32 - Ternak Besar 110,71 110,69-0,02 - Ternak Kecil 114,55 113,20-1,18 - Unggas 122,39 121,24-0,94 - Hasil Ternak 118,57 117,36-1,02 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 112,96 112,19-0,68 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121,17 120,10-0,88 - Indeks BPPBM 106,53 106,00-0,50 5. Perikanan a. Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan(ntnp) 98,22 98,63 0,42 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 118,07 117,26-0,69 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 120,20 118,88-1,10 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,63 123,18-0,36 - Indeks BPPBM 113,55 110,63-2,57 5.1. Perikanan Tangkap a. Nilai tukar nelayan (NTN) 100,41 100,86 0,45 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) 121,72 120,67-0,86 - Penangkapan 121,72 120,67-0,86 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 121,22 119,65-1,30 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,58 123,15-0,35 - Indeks BPPBM 116,92 113,25-3,14 Berita Resmi Statistik No. 16/03/75/Th.IX, 2 Maret 2015 3

5.2. Perikanan Budidaya a. Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) 91,77 92,11 0,38 b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 107,62 107,48-0,13 - Budidaya 107,62 107,48-0,13 c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 117,27 116,68-0,50 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,76 123,27-0,40 - Indeks BPPBM 103,91 103,14-0,75 BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Gorontalo pada Februari 2015, NTP naik 0,33 persen dibandingkan NTP Januari 2015, yaitu dari 101,32 menjadi 101,57. Kenaikan NTP pada Februari 2015 disebabkan adanya kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian. Gambar 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Januari 2014 Februari 2015 Pada periode Januari 2014 Februari 2015, NTP Provinsi Gorontalo tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 102,18 dan terendah terjadi pada bulan Januari 2014 sebesar 100,06. Kenaikan NTP Februari 2015, disebabkan oleh naiknya 3 (tiga) NTP yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,49 persen, subsektor peternakan sebesar 0,36 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,42 persen, sedangkan subsektor tanaman hortikultura dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan masing-masing sebesar -1,02 persen dan -0,17 persen. 2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Pada Februari 2015 It turun sebesar -0,49 persen dibanding It Januari 2014, yaitu dari 120,59 menjadi 119,99. Penurunan It pada Februari 2015 disebabkan turunnya It di 4 (empat) subsektor, yaitu subsektor tanaman hortikultura sebesar -1,86 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -1,00 persen, subsektor peternakan sebesar -0,32 persen dan subsektor perikanan sebesar - 0,69 persen. Di sisi lain subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 0,59 persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 4 Berita Resmi Statistik No. 16/03/75/Th.IX, 2 Maret 2015

Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Februari 2015, Ib turun sebesar -0,82 persen bila dibanding Ib Januari 2015, yaitu dari 119,12 menjadi 118,14. Penurunan Ib disebabkan turunnya Ib di seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar -0,88 persen, subsektor hortikultura sebesar -0,85 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -0,84 persen, subsektor peternakan sebesar -0,68 persen, dan subsektor perikanan sebesar -1,10 persen. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Februari 2015 terjadi kenaikan NTPP sebesar 1,49 persen. Hal ini karena kenaikan It sebesar 0,59 persen yang lebih besar dibandingkan Ib yang turun sebesar -0,88 persen. Kenaikan It pada Februari 2015 karena kenaikan indeks pada kelompok palawija 1,33 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan adalah jagung. Penurunan Ib sebesar -0,88 persen disebabkan turunnya indeks kelompok Konsumsi Rumah Tangga (KRT) dan indeks kelompok BPPBM masing-masing sebesar -0,99 persen dan -0,28 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Februari 2015, NTPH turun sebesar -1,02 persen. Hal ini disebabkan It mengalami penurunan yang lebih besar yaitu sebesar -1,86 persen dibanding Ib yang juga turun sebesar -0,85 persen. Penurunan It Februari 2015 disebabkan turunnya harga pada kelompok komoditas sayursayuran sebesar -2,33 persen, sedangkan komoditas buah-buahan dan tanaman obat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,06 persen, dan 1,64 persen. Penurunan harga pada kelompok sayur-sayuran ini terjadi khususnya pada komoditas tomat, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan kangkung. Untuk nilai Ib terjadi penurunan sebesar -0,85 persen, yaitu dari 120,23 menjadi 119,21 disebabkan penurunan kelompok KRT dan kelompok BPPBM masing-masing sebesar -0,92 persen dan -0,49 persen. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Februari 2015, NTPR mengalami penurunan sebesar -0,17 persen. Hal ini terjadi karena terjadi penurunan It sebesar -1,00 persen lebih besar dibandingkan Ib yang juga turun sebesar -0,84 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks pada sebagian besar komoditi tanaman perkebunan rakyat yakni kakao, cengkeh, buah aren/enau dan kemiri. Penurunan pada Ib dikarenakan turunnya indeks kelompok KRT dan indeks kelompok BPPBM masing-masing- sebesar - 0,93 persen dan -0,37 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Februari 2015, NTPT naik sebesar 0,36 persen. Hal ini disebabkan karena It mengalami penurunan sebesar -0,32 persen lebih kecil dibandingkan Ib yang juga turun sebesar -0,68 persen. Penurunan It Februari 2015 disebabkan turunnya It pada seluruh kelompok komoditas, yaitu ternak besar sebesar -0,02 persen, ternak kecil -1,18 persen, unggas -0,94 persen dan hasil ternak sebesar -1,02 persen. Komoditi pada Subsektor Peternakan yang mengalami penurunan harga Berita Resmi Statistik No. 16/03/75/Th.IX, 2 Maret 2015 5

adalah komoditi sapi potong, babi, ayam buras, telur ayam buras, telur ayam ras dan telur itik. Penurunan Ib sebesar -0,68 persen disebabkan turunnya kelompok KRT dan kelompok BPPBM masing-masing sebesar -0,88 persen, dan -0,50 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada Februari 2015, NTNP naik sebesar 0,42 persen. Hal ini terjadi karena penurunan It sebesar -0,69 persen yang lebih kecil dari penurunan Ib sebesar -1,10 persen. Penurunan It disebabkan turunnya indeks kelompok penangkapan ikan sebesar -0,86 persen dan indeks kelompok budidaya ikan sebesar -0,13 persen. Penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT turun sebesar -0,36 persen dan kelompok BPPBM turun sebesar -2,57 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada Februari 2015, NTN naik sebesar 0,45 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar -0,86 persen yang lebih kecil dari Ib yang turun sebesar -1,30 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap (khususnya komoditi bawal, biji nangka, cakalang, kakap, karapu, bubara, lencam, peperek, tenggiri, terbang, tongkol dan cumi-cumi). Penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT dan kelompok BPPBM mengamali penurunan masing-masing sebesar -0,35 persen, dan -3,14 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada Februari 2015, NTPi naik sebesar 0,38 persen. Hal ini terjadi karena penurunan It sebesar - 0,13 persen yang lebih kecil dari penurunan Ib sebesar -0,50 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya harga komoditi pada kelompok budidaya (khususnya komoditi nila). Untuk penurunan Ib, hal ini disebabkan karena KRT turun sebesar -0,40 persen dan kelompok BPPBM turun sebesar -0,75 persen. 5. Perbandingan Antarprovinsi Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia hanya setengahnya atau 5 (lima) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai sebesar 103,84 yang diikuti Provinsi Maluku Utara sebesar 102,45, Provinsi Sulawesi Barat sebesar 101,70, Provinsi Gorontalo sebesar 101,57, dan Provinsi Maluku sebesar 100,42. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Papua sebesar 97,12 diikuti Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 97,75, Provinsi Sulawesi Utara sebesar 98,51, Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 99,00, dan Provinsi Papua Barat sebesar 99,26. NTP nasional sebesar 102,19 mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,86. 6 Berita Resmi Statistik No. 16/03/75/Th.IX, 2 Maret 2015

Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase nya Februari 2015 (2012=100) Provinsi Indeks It Ib NTP % Indeks % Rasio % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Papua 110,61 0,25 113,89-0,08 97,12 0,32 Sulawesi Tengah 113,13-0,76 115,74-0,12 97,75-0,64 Sulawesi Utara 115,17 0,45 116,91-0,03 98,51 0,48 Sulawesi Tenggara 114,89-1,03 116,04-0,69 99,00-0,34 Papua Barat 115,25-0,24 116,11-0,38 99,26 0,14 Maluku 119,19-0,76 118,69 0,01 100,42-0,76 Gorontalo 119,99-0,49 118,14-0,82 101,57 0,33 Sulawesi Barat 116,14-1,00 114,20-0,67 101,70-0,33 Maluku Utara 116,74-0,41 113,96-0,03 102,45-0,37 Sulawesi Selatan 121,27-0,86 116,78-0,42 103,84-0,45 Nasional 119,02-0,23 116,47-0,55 102,19 0,33 6. Inflasi Perdesaan Pada Februari 2015, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar -0,90 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada 4 (empat) kelompok konsumsi rumah tangga. Kelompok bahan makanan turun -1,31 persen, sandang turun -0,04 persen, pendidikan, rekreasi, dan olah raga turun -0,07 persen, dan transportasi dan komunikasi turun sebesar -3,51 persen. Sedangkan 3 ( tiga) kelompok konsumsi rumah tangga mengalami inflasi yaitu makanan jadi naik 0,41 persen, perumahan naik 0,11 persen, dan kesehatan naik 0,23 persen. Dari kawasan timur Indonesia terjadi inflasi perdesaan pada 4 (empat) provinsi, Inflasi tertinggi yakni Provinsi Papua 0,18 persen, Provinsi Maluku 0,18 persen, Provinsi Sulawesi Utara 0,13 persen, Provinsi Maluku Utara 0,09 persen, sedangkan 6 (enam) provinsi mengalami deflasi yaksni Provinsi Sulawesi Tengah -0,04 persen, Provinsi Papua Barat -0,27 persen, Provinsi Sulawesi Selatan -0,52 persen, Provinsi Sulawesi Tenggara -0,76 persen, Provinsi Sulawesi Barat -0,78 persen, dan Provinsi Gorontalo sebesar -0,90 persen. Berita Resmi Statistik No. 16/03/75/Th.IX, 2 Maret 2015 7

Tabel 3 Persentase Indeks Harga Konsumen Perdesaan Februari 2015 (2012=100) Provinsi Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidik an, Rekreasi, dan Olah raga Transpo r-tasi dan Komunikasi Umum/ KRT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Papua 0,15 0,90 0,81 0,70 0,14 0,43-2,72 0,18 Maluku 0,78-0,14 0,40 0,47 0,20-0,09-2,94 0,18 Sulawesi Utara 0,26 0,56 0,49 0,08 0,94-0,28-1,75 0,13 Maluku Utara 0,11 0,14 0,06-0,03 0,69 0,59-0,53 0,09 Sulawesi Tengah 0,07 0,69 0,77 0,71 0,14 0,18-2,56-0,04 Papua Barat -0,74 0,84 0,60 0,46 0,93-0,05-2,30-0,27 Sulawesi Selatan -0,90 0,22 0,48 0,93 1,01 0,32-2,39-0,52 Sulawesi Tenggara -1,13 0,26-0,55 0,60 0,17 0,03-2,40-0,76 Sulawesi Barat -1,25 0,16 0,04 0,13 0,21 0,07-2,39-0,78 Gorontalo -1,31 0,41 0,11-0,04 0,23-0,07-3,51-0,90 Nasional -1,41 0,44 0,40 0,35 0,48 0,21-2,68-0,73 7. NTUP Subsektor Pada Februari 2015 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,02 persen di Provinsi Gorontalo. Hal ini disebabkan turunnya It sebesar -0,49 persen yang lebih kecil dibandingkan Indeks BPBBM yang turun sebesar -0,52 persen. Kenaikan NTUP disebabkan juga oleh naiknya NTUP di 3 (tiga) subsektor yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,88 persen, subsektor peternakan sebesar 0,17 persen dan subsektor perikanan sebesar 1,94 persen. Sedangkan subsektor hortikultura dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan masing-masing sebesar -1,38 persen, dan -0,64 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Januari Februari 2015 per Subsektor dan Persentase nya (2012=100) Subsektor Januari 2015 Februari 2015 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 107,04 107,98 0,88 2. Hortikultura 136,90 135,01-1,38 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 101,35 100,71-0,64 4. Peternakan 106,01 106,20 0,17 5. Perikanan 103,97 105,99 1,94 a. Tangkap 104,10 106,55 2,35 b. Budidaya 103,56 104,21 0,63 Gorontalo 110,04 110,07 0,02 8 Berita Resmi Statistik No. 16/03/75/Th.IX, 2 Maret 2015