PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) TANAMAN KEDELAI

dokumen-dokumen yang mirip
Hama Kedelai dan Kacang Hijau

PENGENDALIAN OPT (ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

Hama penting tanaman kacang hijau.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA UNTUK PENGEDALIAN ULAT DAN SERANGGA PENGHISAP TANAMAN Oleh Robinson Putra, SP

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

Lalat Bibit Kacang Ophiomya phaseoli Diptera: Agromyzidae

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Pembuatan Pestisida Nabati

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

Teknologi Budidaya Kedelai

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

BEBERAPA PESTISIDA NABATI YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN TEMBAKAU

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Hama penghisap daun Aphis craccivora

Teknologi Produksi Kedelai

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hama Aggrek. Hama Anggrek

PESTISIDA ALAMI MENDUKUNG BUDIDAYA STROBERI ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah )

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

MENGENAL HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI. Penulis: Fauziah Yulia Adriyani Kiswanto Gohan Octora Manurung

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983).

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) DAN MUSUH ALAMINYA PADA TANAMAN CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI Tanaman Mimba

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

Kebun Indah, Musuh Alami Datang Karena Ada Refugia

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

BUDIDAYA CABAI. B. FASE PRATANAM 1. Pengolahan Lahan

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

Transkripsi:

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) TANAMAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 47

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) KEDELAI A. DEFINISI Petunjuk lapangan (PETLAP) ini berisikan beberapa kompetensi tentang Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Untuk pengendalian OPT, jalan pintas yang sering dilakukan adalah menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan pestisida yang tidak bijaksana banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Beberapa faktor yang menyebabkan gagalnya Pengendalian OPT pada tanaman sebagai berikut : 1. Lemahnya dalam identifikasi hama dan penyakit maupun gejala serangannya; 2. Tindakan pengendalian yang terlambat; 3. Aplikasi pestisida yang kurang tepat; 4. Belum cukup informasi bioekologi hama. B. TUJUAN Setelah berlatih peserta diharapkan dapat melaksanakan pengendalian OPT yang diawali dengan melakukan pengamatan OPT (Identifikasi hama, penyakit serta musuh alami), menyiapkan bahan pengendalian, melakukan pengambilan keputusan dan pengendalian serta mampu membuat dan mengaplikasikan agensia hayati. 48

C. MANFAAT : Peserta Diklat dapat melaksanakan kegiatan pengendalian OPT sehingga dalam praktek budidaya tanaman kedelai pada pertanaman berikutnya dapat dilakukan dengan baik dan benar D. METODA 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Ungkapan pengalaman 4. Penggalian E. ALAT DAN BAHAN 1. Alat: a. ATK b. Komputer c. Infokus 2. Bahan: a. Kertas HVS b. Kertas koran c. Whiteboard d. Spidol e. Blanko-blanko F. TEMPAT Lokasi di Ruang Pembelajaran dan Lahan usahatani kedelai G. WAKTU 5 jam pelajaran @ 45 menit/jam pelajaran ( 1 teori, 4 jam praktek) 49

H. LANGKAH KERJA NO TAHAPAN URAIAN KEGIATAN ALAT BANTU 1. Pengamatan Agroekosistem 2. Analisa Agroekosistem 1. Peserta dalam kelompok kecil mengambil sampling untuk menentukan tanaman sampel. 2. Tanaman sampel yang diambil diberi tanda dengan menancapkan patok atau ajir. 3. Lakukan penghimpunan semua keragaan komponen agribisnis seperti keragaan OPT, keragaan Musuh Alami, Keragaan Komoditas, Keragaan Iklim mikro dan perlakuan petani yang ditemui di lahan kedelai. 4. Mengisi form isian (Tabel 1 dan Tabel 2) yang sudah disediakan berdasarkan temuan pada tanaman sampling. 1. Peserta menggambarkam kembali hasil pengamatannya di lapangan sesuai dengan kondisi yang ada (Gambar 1). 2. Lakukan pengelompokan hasil pengamatan berdasarkan keragaan yang ada. 3. Lakukan identifikasi jenis hama, penyakit, gulma dan musuh alami berdasarkan kriteria dan ciri-ciri yang dimiliki. 4. Lakukan penghitungan populasi hama, musuh alami dan intensitas serangan penyakit 5. Presentasikan hasil diskusi kelompok 50

3. Tindakan Pengendalian Tindakan pengendalian dilakukan berdasarkan kesimpulan kegiatan sebelumnya. 1. Bilamana perlu fasilitator mendemonstrasikan salah satu pengendalian hama atau penyakit. 2. Peserta melakukan praktek pengendalian hama/penyakit sesuai dengan yang didemonstrasikan oleh fasilitator. Tabel 1. Keragaan OPT No Item Keragaan Jumlah Keterangan 1 Serangga/Organisme 2 Penyakit 51

3 Gulma Tabel 2. Keragaan Iklim Mikro, Keragaan Komoditas, dan Keragaan Perlakuan Petani. No Item Kondisi Lapangan A Keragaan Iklim Mikro 1. Sinar Matahari Cerah/Mendung/Hujan 2. Tanah Kering/Macak-macak/Tergenang 3. Kecepatan angin, dan Arah angina 4. Kebersihan lahan Bersih/banyak gulma B. Keragaan Komoditas 1. Varietas yang ditanam 2. Umur Tanaman 3. Tinggi Tanaman 4. Fase Pertumbuhan Tanaman 52

C. Keragaan Perlakuan Petani 1. Melakukan aplikasi Pestisida 2. Melakukan penyiangan 3. Melakukan Pemupukan 4. Tindakan Pengendalian yang dilakukan 53

Gambar 1. Analisa Agroekosistem AGROEKOSISTEM KEDELAI Varietas : Umur : Tinggi Tanaman : Kondisi : air? Tanah? angin? Gulma? ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN : 1. MUSUH : 1. ALAMI : 2. 2. : 3. 3. 4. 4. 54

I. HASIL : Bagaimana hasil kerja Saudara dalam mengiendalikan OPT tanaman kedelai?. I. EVALUASI DIRI Dalam proses mengendalikan OPT kedelai, apakah saudara mengalami kesulitan? Beri tanda pada gambar berikut!!!.... bisa mengendalikan OPT tanaman kedelai tanpa dibimbing bisa mengendalikan OPT tanaman kedelai dengan bimbingan belum bisa mengendalikan OPT tanaman kedelai 55

K. INFORMASI PENGENDALIAN OPT KEDELAI I. Hama Utama Tanaman Kedelai 1. Lalat Kacang (Agromyza phaseoli/ophiomya phaseoli/melanagromyza phaseoli) Gambar 1. Lalat kacang dewasa dan pupa Tanda dan Gejala Serangan : a. Gejala awal berupa tanda bintik-bintik putih pada keping biji, daun pertama atau daun kedua. b. Bintik-bintik tersebut merupakan bekas tusukan alat peletak telur. Pada keping biji dan pasangan daun pertama terdapat alur atau garis berkelok- kelok berwarna coklat yang merupakan lubang gerekan belatung. c. Selanjutnya belatung menggerek batang sampai ke pangkal batang dan ditempat itu juga kepompong terbentuk. d. Akibat gerekan belatung, jaringan pengangkut terputus sehingga tanaman layu dan mati. e. Kematian tanaman dijumpai pada tanaman berumur 14 30 hst. f. Alur gerekan larva dari keping biji ke pangkal akar berupa spiral. Serangan larva lalat kacang menyebabkan tanaman kedelai layu, mengering, dan mati. Serangan pada tanaman yang berumur lebih dari sepuluh hari mengakibatkan tanaman kerdil dan daun berwarna kekuning-kuningan. 56

Gejala serangan Gejala awal: bintik-bintik putih pada keping biji atau daun bekas tusukan alat peletak telur. Pada keping biji atau daun terdapat alur berkelok-kelok berwarna coklat yang merupakan lubang gerekan larva. ngan Selanjutnya larva menggerek sampai ke pangkal batang dan ditempat itu ik-bintik berkepompong putih pada. aun bekas tusukan Akibat gerekan, jaringan pengangkut terputus sehingga tanaman layu dan tau mati. daun terdapat k berwarna Kematian coklat tanaman dijumpai pada ubang tanaman gerekan berumur larva. 14 30 hst. 4/15/2011 sumber menggerek sampai Gambar : w. sunada 2. Gejala & dll. serangan lalat kacang dan ditempat itu aringan pengangkut 2. Penggerek Batang (Agromyza sojae, Melanogromyza sojae) tanaman layu dan Hama ini juga dikenal dengan nama Agromyza sojae, n dijumpai pada 14 30 hst. sumber : w. sunada & dll. Melanogromyza sojae, stem fly dan stem borer. Pada umumnya penggerek batang menyerang tanaman muda. Tanaman inang hama ini antara lain kacang hiris, kacang uci, dan kacang hijau. Tanda dan Gejala serangan : a. Serangan biasanya pada umur di bawah satu bulan. b. Tusukan ovipositor menimbulkan bintik-bintik pada daun muda. c. Larva makan jaringan daun dan keping biji, terus menuju batang melalui tangkai daun, kemudian masuk dan menggerek melalui empulur. d. Pupa terbentuk di dalam batang. e. Lubang gerekan larva dapat menyebabkan ranting patah, tanaman layu, mengering dan mati. Gambar 3. Penggerek batang dan pupa dalam batang 57

3. Penggerek Pucuk (Agromyza dolichostigma/ Melanogromyza dolichostigma) Penggerek pucuk juga dikenal dengan nama Agromyza dolichostigma, Melanogromyza dolichostigma dan shoot borer. Tanda dan Gejala serangan : a. Terdapatnya bekas tusukan alat peletak telur pada permukaan daun bagian atas. b. Selanjutnya, terdapat lubang gerekan larva pada daun, tulang daun, tangkai daun dan pucuk daun. c. Daun pucuk menjadi layu, mengering, dan mati, kemudian terbentuk banyak cabang baru namun kurang produktif. 4. Kumbang Tanah Kuning (Longitarsus suturellinus) Kumbang tanah kuning dikenal dengan nama Longitarsus suturellinus, Insect Feeding, Flea Beetle, dan Kumbang Longitarsus. Hama ini juga merupakan hama penting pada pertanaman kedelai dan menyerang tanaman sejak benih hingga pembentukan daun terakhir. Tanaman inang hama ini antara lain kacang hijau, kacang panjang dan kacang tunggak. Gejala kerusakan akibat serangan kumbang tanah kuning adalah terdapatnya lubang-lubang kecil bekas gigitan serangga pada keping biji, daun muda, pucuk, atau cabang tanaman. 5. Ulat Grayak (Spodoptera litura/ Prodenia litura ) Ulat grayak dikenal dengan nama Spodoptera litura, Prodenia litura dan Army Worm. Hama ini dikenal polifag dan menyerang tanaman pada berbagai fase pertumbuhan. Tanaman inang hama ini antara lain tembakau, kacang tanah, ketela rambat, cabai, bawang merah, kacang hijau, jagung dan lain-lain. 58

Tanda dan Gejala Serangan a. Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau seluruh tanaman rusak. Gejala yang nampak tergantung pada jenis tanaman yang diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa. b. Kerusakan pada umumnya oleh larva muda yang makan secara bergerombol, meninggalkan tulang-tuang daun dan epidermis daun bagian atas. c. Dari jauh daun yang terserang tampak keputihputihan. d. Larva dewasa dapat memakan tulang daun muda, sedang pada daun tua tulang-tulangnya tersisa. e. Selain merusak daun, larva juga memakan polong muda. Telur Telur baru menetas. Larva instar. Larva instar 1. Larva instar 2 Imago jantan dan betina. Imago. Larva instar 1. Larva instar 1 Gambar 4. Ulat grayak pada kedelai 59

6. Ulat Penggulung Daun (Lamprosema indicata) Tanda dan Gejala Serangan a. Ulat merusak tanaman kedelai ber-umur 3 4 minggu setelah tanam. b. Ulat makan daun dari gulungan daun. Apabila gulungan tersebut dibuka, daun akan tampak tinggal tulang-tulangnya. Iimago Larva Gambar 5. Ulat penggulung daun kedelai 7. Ulat Jengkal (Plusia chalcites) Tanda dan Gejala Serangan a. Larva memakan daun tanaman kedelai. b. Ulat jengkal bersifat polifag. Imago Larva Larva Imago Gambar 6. Ulat Jengkal pada kedelai 60

8. Kumbang Kedelai (Phaedonia inclusa) Tanda dan Gejala Serangan : a. Hama menyerang tanaman sejak tanaman muncul di atas permukaan tanah hingga panen. b. Gejala kerusakan tanaman akani terlihat pada pucuk tanaman, daun, bunga dan polong. c. Serangan pada tanaman muda dapat mengakibatkan kematian. d. Serangann pada fase selanjutnya, mengakibatkan terganggunya pembentukan bunga, pembentukan polong, dan pengisian biji sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas biji kedelai. e. Serangan pada fase vegetatif akan tampak tanaman kedelai terkulai layu dan akhirnya kering seperti terserang M. dolichostigma. f. Pada tanaman teserang tesebut dapat dijumpai imago, telur pada permukaan daun bagian bawah, dan larva pada batang pucuk atau daun. Gambar 7. Imago kumbang daun kedelai 9. Kutu Hijau (Aphis glycines) a. Kutu berwarna hijau. b. Berkembang biak secara partenogenesis. c. Bila makanan banyak serangga ini sebagian besar tidak bersayap dan sebaliknya. d. Waktu dari nimfa-dewasa lebih kurang 1 minggu. e. Kutu ini menjadi vektor virus. 61

f. Serangan pada tanaman muda menyebabkan tanaman kerdil, daun menguning, akhirnya gugur. g. Serangan pada bunga akan menyebabkan bunga gugur. Gambar 8. Kutu Aphis (imago & nimfa) 10. Kutu Kebul (Bemisia tabaci) a. Kutu kebul juga dikenal dengan nama Bemisia tabacci dan Whitefly. b. Tanaman inang ini antara lain tanaman jenis Leguminosae, semaksemak (Desmodium), tanaman pakan ternak, dan tanaman kacangkacangan. c. Kutu kebul juga berperan sebagai pengantar virus mosaik kuning (Yellow Mosaic Virus) yang merusak tanaman kedelai. d. Gejala kerusakan tanaman akibat serangan kutu kebul adalah terdapatnya kutu-kutu berwarna pucat sampai kuning kehijauan pada bagian bawah daun atau daun pucuk. Kadang-kadang juga terdapat cendawan jelaga yang hidup dari ekskreta kutu yang berupa embun madu. e. Serangan berat menyebabkan daun tanaman tampak terhambat pertumbuhannya, mengerupuk, dan lebih kaku. Gambar 9. Hama kutu kebul 62

11. Kutu Putih (Aleurodicus dispersus) Sebagaimana jenis kutu-kutuan yang lain, hama kutu putih berkembang pesat pada musim kemarau. Hama ini menyerang daundaun yang relatif sudah tua. Hidup dan menyerang daun bagian bawah. Ciri khasnya adalah telur diletakkan secara teratur di balek daun dengan bentuk lingkaran. Setelah menetas kutu muda akan menyerang daun secara berkoloni. an : ewasa polong dan enusukkan et) pada kulit e biji. tidak bernas, ng hampa ji menjadi intik-bintik sumber : w. sunada & dll. Gambar 10. Imago hama kutu putih 12. Kepik Polong (Riptortus linearis) Tanda dan Gejala Serangan : a. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering dan gugur. b. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji busuk dan menghitam. c. Serangan terhadap polong tua menyebabkan bintik hitam pada biji. Telur Telur Telur Imago Telur 63

nimfa Telur nimfa Telur Gambar 11. Kepik polong 13. Kepik Hijau (Nezara viridula) Tanda dan Gejala Serangan : a. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. b. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. c. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk. telur Telur Imago Gambar 12. Kepik hijau Telur 14. Ulat Buah (Heliothis armigera/ Helicoverpa armigera) Tanda dan Gejala Serangan : a. Larva muda memakan jaringan daun, setelah memasuki instar 3 akan menuju bagian polong untuk memakan biji. b. Larva merusak polong dengan cara menggigit kulit polong lalu memakan biji. 64

c. Pada waktu makan, biasanya kepala dan sebagian badannya masuk ke dalam polong. d. Bentuk lubang bekas makannya tidak beraturan, tidak dijumpai larva dan kotoran didalam polong yang bijinya terserang 15. Penggerek Polong (Etiella zinckenella Hobsoni ) Penggerek polong dikenal dengan nama Etiella zinckenella, E. Hobsoni, Pod Borer, atau Lima Bean Borer. Hama ini merupakan hama utama pada kedelai, selain kumbang kedelai. Tanaman inang hama ini antara lain Crotalaria strata, orok-orok, kacang tunggak, kacang krotok, dan Teprosia candida. Tanda dan Gejala Serangan a. Larva menggerek kulit polong kemudian masuk dan menggerek biji. b. Sebelum larva menggerek kulit polong, larva menutupi dirinya dengan benang pintal berwarna putih, dengan demikian lubang gerekan dan selubung putih tersebut merupakan ciri khas polong yang terserang penggerek ini. c. Tanda serangan pada biji berupa gerekan dan adanya butiran kotoran berwarna coklat yang terikat oleh benang pintal Ulat pada batang Ulat pada daun Imago Ulat pd polong Ulat di luar polong Gambar 13. Penggerek polong kedelai 65

17. Kepik Penghisap (Anoplocnemis phasiana) Bioekologi : a. Hama ini hidup pada banyak jenis tanaman terutama kacangkacangan b. Hama ini menyerang pucuk dengan cara menghisap c. Kadang-kadang dapat membuat tanaman mati II. Jenis-jenis Penyakit Penting dan Gejala Serangannya No PENYAK IT 1. Karat daun PATOGEN Phakopsora pachyrhizi GEJALA SERANGAN Terdapat bintik-bintik kecil kemudian menjadi bercak-bercak berwarna coklat pada bagian bawah daun. Serangan berat menyebabkan daun gugur dan polong hampa. 2. Antrakno se Colletotrichum dematium Terlihat pada batang, tangkai daun dan polong ada bercak coklat-hitam tak teratur. Daun nekrosis pada tulang daun dan menggulung atau kanker pada tangkai daun. Biji terinfeksi berbercak coklat. Kotiledon kecambah bercak coklat-i hitam. 66

3. Mata Kodok/ Bercak Daun Cercospora sojina Pada permukaan bawah daun mengalami klrorosis, bercak ukuran 1-2 cm. Berkembang dari warna coklat muda menjadi coklat keabuabuan di bagian tepi. Dalam keadaaan lembab daun yang kholoris akan berubah warna. Bagian dalam bercak berwarna abuabu muda, bagian tepi dikelilingi warna ungu keabu-abuan. 4. Busuk Pangkal Batang Sclerotium rolfsii Pada umur 1-2 minggu tanaman tampak layu dan daun menjadi cokklat. Pangkal batang terdapat massa miselia putih dan butir-butir coklat muda sampai coklat 67

5. Busuk Polong Rhizoctonia Solani Terjadi pembusukan pada polong, dengan miselia berwarna putih kecoklatan. Kadang-kadang ditemukan sklerotia yang hampir sama warnanya dengan miselianya. 6. Embun Tepung Peronospora mashurica Permukaan bawah daun timbul bercak warna putih kekuningan atau bulat dengan batas jelas berukuran 1-2 mm. Bercak menyatu membentuk bercak lebih lebar. 7. Kerdil kedelai Soybean stunt virus (SSV) Tanaman kerdil. Helai daun tampak adanya mosaik, daun agak menggulung dan keriput, tulang daun terang (vein clearing). Terdapat belang coklat konsentris pada kulit biji. 68

8. Mosaik kedelai Soybean mosaic virus (SMV) Daun melilit, melengkung, tulang daun jernih (vein clearing), mosaik, berwarna lebih tua dibandingkan dengan daun sehat, dan rapuh. Bentuk polong tidak normal. Kulit biji yang terdapat belang coklat yang radial. 9. Mosaik Kuning kedelai Soybean yellow mosaic virus (SYMV) Adanya perubahan warna daun menjadi belang hijau kuning secara tidak merata pada seluruh permukaan daun.. 10. Katai kedelai Soybean dwarf virus (SDV) Terjadi perubahan warna daun menjadi belang hijau kuning secara 69

tidak merata pada seluruh permukaan daun. 11. Bakteri hawar Pseudomonas syringe Pada daun, batang, tangkai polong dan polong terdapat titik kecil kebasahan seperti terpecik air panas, dan berkembang menjadi lebih besar, tembus cahaya, kebasahan dan berwarna kuning atau coklat muda. 12. Bakteri pustul Xanthomonas campestris Terdapat titik kecil, hijau kebasahan seperti terpercik air panas dengan bagian tengah agak menojol ke permukaan daun. Titik ini berkembang menjadi bercak kecil dengan bagian tengah nya terdapat tonjolan (pustul) yang berwarna 70

pucat. Tidak memberi gejala adanya kebasahan. 13. Sapu setan Mikoplasma Tanaman terserang berbentuk seperti sapu lidi. Terjadi filodi yakni bentuk bunga menjadi daun. Tunas ketiak yang abnormal. III. Cara-Cara Pengendalian HPT 1. Cara-Cara Budidaya Tanaman Atau Penggunaan Praktek Agronomi. a. Penggunaan Varietas resisten b. Rotasi tanaman. c. Penghancuran tanaman yang tidak berguna d. Pembajakan /pengolahan tanah dengan baik e. Keseragaman waktu tanam atau waktu panen f. Pemupukan g. Sanitasi dan Pengelolaan air 2. Cara-Cara Mekanik a. Penghancuran dengan tangan b. Pencegahan dengan tirai atau pembatas c. Perangkap, alat penghisap. 71

3. Cara-Cara Fisik a. Temperatur panas atau dingin b. Kelembaban c. Energi, perangkap lampu. d. Suara 4. Cara-Cara Biologi a. Perlindungan dan pemantapan musuh alami b. Introduksi, pemanfaatan parasit dan predator. c. Perbanyakan dan penyebaran patogen (bakteri, virus, fungi dan protozoa). 5. Cara-Cara Kimiawi a. Bahan penarik (attractants) b. Bahan penolak (repellents) c. Pestisida (insektisida, fungisida, bakterisida,dll). d. Bahan penghambat pertumbuhan (growt regulator) 6. Cara-Cara Genetik Perbanyak dan pelepasan HPT steril atau yang secara genetic tidak kompatibel 7. Cara-Cara Pengaturan Cara ini dapat dilakukan melaui Karantina tumbuhan dan hewan IV. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pengendalian Hama terpadu adalah tindakan pengendalian dengan berbagai cara untuk mengatasi masalah hama dengan cara pengamatan agroekosistem,, analisis, pengambilan keputusan dan melaksanakan tindakan pengendalian. Perlu tindakan pengendalian OPT dengan PHT karena : 1. Terjadi kerusakan lingkungan 2. Terjadi eksplosi (ledakan) hama 3. Terjadi pengurangan drastis musuh alami 72

4. Terjadi residu pestisida yang tinggi 5. Terjadi gangguan kesehatan bagi manusia Prinsip PHT adalah sebagai berikut 1. Pengamatan agroekosistem (mingguan) 2. Lestarikan musuh alami 3. Penggunaan pestisida kimia hanya sebagai upaya terakhir 4. Petani menjadi ahli pht V Potensi dan Peluang biopestisida Biopestisida adalah bahan organik yang terbuat dari virus, jamur, fungi, dan bahan nabati yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau mengendalikani organisme pengganggu tanaman. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah: 1. Hama menjadi kebal (resisten). 2. Peledakan hama baru (resurjensi). 3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen. 4. Terbunuhnya musuh alami. 5. Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia. 6. Kecelakaan bagi pengguna. Pestisida organik memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat. 2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot. 3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa. 4. Menghambat reproduksi serangga betina. 5. Racun syaraf. 6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga. 73

7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga. 8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri. Bioinsektisida Bioinsektisida adalah bahan-bahan alami yang bersifat racun serta dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat mempengaruhi organisme pengganggu tanaman. Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan insektisida sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida Alternatif ini dianggap perlu karena kandungan residu insektisida sintetik yang dianggap dapat berakibat fatal, bukan hanya terhadap kesehatan tetapi juga merugikan perdagangan karena ditolaknya produk pertanian yang diekspor. Tumbuhan yang dikenal terlebih dahulu berfungsi sebagai bioinsektisida dan telah diproduksi secara komersial diberbagai negara adalah Chrysanthenum cenerariaefolium (piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon) 1. Tercatat ada dua genus Nematoda Patogen Serangga (NPS), yaitu Seinernema dan Heterorhabditis yang menjadi andalan kita untuk dimanfaatkan. Karena mereka ini, mempunyai keunggulan sebagai agensia pengendali biologis serangga hama, dibandingkan dengan musuh alami kita. 2. Keunggulannya adalah memiliki daya bunuh yang cepat, kisaran efektif untuk pengendalian serangga jaringan. Sementara itu makhluk hidup mikro ini tidak menimbulkan resistensi, dan mudah diperbanyak. 74

3. NPS dapat dengan mudah diisolasi dari sampel tanah berpasir yang porositasnya tinggi. Sampel tanah ditempatkan dalam botol. Kemudian diinfestasi dengan ulat lilin, ulat hongkong (Tenebrio Molitor) atau ulat bambu. 4. Setelah diinkubasi selama lima hari, ulat akan mati terinfeksi oleh nemathoda. Ulat yang mati terinfeksi Steinernema tubuhnya tampak berwarna coklat muda. Sedangkan yang terinfeksi Heterorhabditis akan berwarna coklat tua agak kemerah-merahan. 5. Perbanyakan NPS secara invitro dilakukan dengan menggunakan ulat hongkong (T. molitor). Ulat Hongkong dimasukan ke dalam plastik atau tampan yang dialasi dengan kertas saring atau kertas koran. Suspensi JI diinokulasi secara merata pada kertas tersebut. 6. Dalam waktu 7 hari, 80-90 persen ulat sudah terinfeksi oleh NPS. Ulat yang terinfeksi dipindahkan ke rak perangkap yang dialasi kain. Kemudian ditempatkan dalam bak plastik yang berisi air. 7. Setelah diinkubasi selama 3-5 hari, JI NPS akan keluar dari serangga dan masuk ke dalam air. Satu gram ulat Hongkong bias menghasilkan 65.000 JI. Bioinsektisida NPS telah terbukti efektif mengendalikan penggerak padi, hama lanas (Cylas formicarius) Lyriomza, ulat grayak (Spodoptera litura), penggerek tongkol jagung (Ostrinia furnakalis), ulat kantong dan penggerek polong kedelai (Etiela zinkenella), dan lain sebagainya. Cara Pembuatan Biopestisida 1. Serbuk Daun Pacar Cina a. Bahan aktif : minyak asiri, alkoloid, saponin, flaponoid dan tanin. b. Cara kerja : Racun perut, kontak, menghambat proses makan. c. Cara pembuatannya : 1) 50 gram daun pacar cina diserbuk halus 75

2) Serbuk direndam 24 jam dalam 1 liter air dan 1 gram deterjen. 3) Larutan disaring dan siap disemprotkan. d. Efektif untuk : 1) Nezara viridula 2) Ripthortus liniaris 3) Spodophtera litura 4) Helicoverpa armigera e. Mortalitas hama mencapai > 80%. 2. Serbuk Biji Mimba a. Bahan aktif : Azadirachtin b. Cara kerja : 1) Menghambat perkembangan hama 2) Menghambat pergantian kulit 3) Penolakan makanan atau mengurangi napsu makan c. Cara pembuatannya : 1) 200-300 gram biji diserbuk sampai halus 2) Serbuk direndam 24 jam dalam 10 liter air ditambah 1 gram deterjen 3) Larutan disaring dan siap disemprotkan d. Efektif terhadap : 1) Spodoptera litura 2) Helicoverpa armigera e. Mortalitas hama > 80% 3. Serbuk Biji Srikaya a. Bahan aktif : Annonain dan resin b. Cara kerja : Racun kontak, perut, repellent dan antifeedan c. Cara pembuatannya : 1) 15-25 gram biji diserbuk hingga halus 76

2) Serbuk direndam 24 jam dalam 1 liter air ditambah 1 gram deterjen 3) Larutan disaring dan siap disemprotkan d. Efektif untuk : Nezara viridula dan Ripthortus linearis e. Mortalitas hama dapat > 80% 4. Umbi Gadung (Dioscorea hispida) a. Bahan aktif : Diosgenin, Steroid saponin, Alkoloid, Fenol b. Cara pembuatannya : 1) 500 gram umbi gadung ditumbuk dan diperas dengan kain halus 2) Tambahkan 10 liter air ke dalam larutan 3) Aduk sampai rata, larutan disaring siap disemprotkan. c. Efektif untuk : Ulat dan hama pengisap 5. Rendaman Daun Tembakau a. Bahan aktif : Nikotin b. Cara pembuatannya : 1) 250 gram daun tembakau dirajang, rendam semalam dalam 8 liter air 2) Ambil daunnya dan tambahkan 2 sendok teh deterjen 3) Aduk sampai rata, larutan disaring dan siap disemprotkan ke tanaman. a. Efektif : hama pengisap 6. Biji Jarak a. Bahan aktif : Alkaloid dan Rosinin b. Cara pembuatannya : 1) 0,75 kg biji diserbuk 77

2) Panaskan selama 10 menit dalam 2 liter air ditambah 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gram deterjen 3) Larutan disaring ditambahkan 10 liter air, siap disemprotkan. c. Efektif untuk : Ulat dan penghisap polong. 7. Serbuk Bunga Piretrum (Chrysanthenum cinerariaefolium Trev.) a. Bahan aktif : Piretrin b. Cara pembuatannya : 1) Bagian bunga diserbuk halus 2) Serbuk bunga 25 gram ditambah 10 liter air dan 10 gram deterjen diaduk merata direndam semalam. c. Efektif : 1) Membunuh ulat 2) Serbuk bunga efektif untuk hama gudang. 8. Daun Pepaya a. Bahan aktif : Papain b. Cara pembuatannya : 1) 1 kilogram daun segar dirajang 2) Rendam semalam dalam 10 liter air ditambah 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gram deterjen 3) Larutan disaring, hasil saringan siap disemprotkan c. Efektif : Ulat dan hama pengisap. 9. Sebuk Biji Bengkuang a. Bahan aktif : Pachyrhizid b. Cara pembuatannya : 1) Biji diserbuk halus 2) Serbuk biji 50 gram ditambah 10 liter air dan 1 gram deterjen diaduk merata direndam semalam. c. Efektif : Mengendalikan hama tungau dan thrips 78

10. Serbuk Batang Serai a. Bahan aktif : Minyak atsiri (sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farnisol, methyl heptanon dipentana) b. Cara pembuatannya : 1) Batang serai diserbuk halus 2) Serbuk batng 50 gram ditambah 10 liter air dan 1 gram deterjen diaduk merata direndam semalam c. Efektif : mengendalikan hama tungau dan thrip. 11. Daun Sirsak (Annona muricata L.) a. Bahan aktif : Annonain b. Cara kerja : kontak, perut, repellent, antifeedant. c. Cara pembuatannya : 1) Daun sirsak 50-100 lembar ditumbuk halus ditambah 5 liter air dan 15 gram deterjen diaduk rata direndam semalam 2) Satu liter larutan diencerkan dengan 10-15 liter air, siap disemprotkan. d. Efektif : Ulat dan thrips 12. Pemanfaatan Nuclear Polyhedrosis Virus (Npv) a. Untuk mengendalikan hama ulat SpodophTera litura dan Helicoverpa armigera pada tanaman pangan. b. Nuclear Polyhedrosis Virus : 1) Patogen serangga yang mematikan 2) Efektif sebagai agens pengendali hayati 3) Tidak berbahaya bagi organisme hidup lainnya c. Cara pembuatannya : 1) Kumpulkan ulat S. litura atau H. armigera sebanyak 1.500 ekor. 2) Infeksikan dengan larutan NPV. 79

3) Ulat yang terinfeksi NPV. lumatkan dengan air 400 liter untuk 1 ha. 4) Saring larutan dan siap disemprotkan. d. Teknik aplikasi : 1) Bahan NPV tidak tahan sinar matahari. 2) Aplikasi siang, efektivitasnya berkurang. 3) Aplikasikan pada pagi hari. 80