PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES BUATAN EROPA DAN BUATAN LOKAL PADA MEDIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM TERHADAP LAJU KOROSI DENGAN METODE POLARISASI DAN UJI KEKERASAN SERTA UJI TEKUK PADA PLAT BODI MOBIL

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

TUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-306

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB 3 Metode Penelitian

Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rancang Bangun Alat Uji Korosi Salt Spray Chamber dan Perhitungan Heat Transfer pada Chamber

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB I PANDAHULUAN. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda. merupakan pelapisan logam pada benda padat yang mempunyai

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

STUDI PELAPISAN NIKEL DEKORATIF DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGKILAT NATRIUM KLORIDA UNTUK HOME INDUSTRY KERAJINAN LOGAM

Analisa Pengaruh Material Abrasif Pada Blasting Terhadap Kekuatan Lekat Cat dan Ketahanan Korosi di Lingkungan Air Laut

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-292

PENGARUH VARIASI RAPAT ARUS TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ELEKTROPLATING SENG PADA BAJA KARBON RENDAH. Nizam Effendi *)

Pengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah AISI 1010

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN NACL (PPM) DAN PENINGKATAN PH LARUTAN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DARI BIJIH BESI HEMATITE DAN BIJIH BESI LATERITE

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

I. PENDAHULUAN. Aluminium digunakan secara luas, karena mempunyai sifat sifat seperti

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Stainless steel memiliki sifat tahan korosi karena mempunyai lapisan oksida protektif dipermukaan. Pada industri modern komponen mesin bekerja pada

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

Tris Sugiarto 1, Beta Hendrian 2, dan Fian Erfianto 3 1,2,3

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating. dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

Semarang, 6 juli 2010 Penulis

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES BUATAN EROPA DAN BUATAN LOKAL PADA MEDIA NaCL DENGAN VARIASI KONSENTRASI Randi Agung Pratama 1, Prof. Dr. Ir. Sulistijono,. DEA 2 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: randiap@yahoo.com Abstrak Pada era globalisasi, penggunaan logam memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan teknologi dan industri saat ini, terutama dalam industri automotive. Masalah yang timbul terkait dengan penggunaan logam adalah korosi. Salt spray test merupakan salah satu pengujian laju korosi dengan menggunakan larutan yang korosif dalam ruangan tertutup sehingga benda uji akan mengalami korosi dalam waktu yang lebih singkat. Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah studi literatur. Sebelum dilakukannya perancangan salt spray chamber terlebih dahulu dibuat desain alat uji korosi salt spray chamber. Untuk menguji kinerja alat salt spray chamber digunakan plat body automobiles buatan Jepang dan Eropa dengan ukuran yang sudah ditentukan yaitu dengan ukuran panjang 6 cm, lebar 4cm, dan tebal 0,1 cm. Pengujian tersebut dilakukan selama 48 jam setelah selesai pengujian 48 jam dilakukan penimbangan berat pada larutan NaCl yang berkonsentrasi 3%, 4%, dan %5 sebagai media korosif, tekanan semprot pada kompresor 43,5 psi dan temperatur dijaga pada 35 o C. Hasil perancangan alat salt spray chamber test dapat bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan. Hal ini terbukti dengan berfungsinya alat tersebut sebagai suatu alat yang mampu mengkorosikan plat body automobiles dengan hasil pengujian didapatkan laju korosi rata rata untuk plat body mobil produksi jepang sebesar 2,3539 mm/thn. Pada pengujian berikutnya didapatkan laju korosi rata-rata untuk plat body produksi Eropa sebesar 2,1161 mm/thn. Maka didapatkan kesimpulan bahwa plat body automobiles buatan jepang lebih rentan terhadap korosi dibandingan dengan plat body automobiles produksi eropa dikarenakan plat produksi eropa terdapat unsur chrom yang lebih banyak. Kata kunci : korosi, plat body automobiles, salt spray chamber test. I. PENDAHULUAN P ada era globalisasi, penggunaan logam memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan teknologi dan industri saat ini, terutama dalam industri automotive. Logam dikatakan sebagai material dasar yang memiliki penggunaan cukup luas misalnya digunakan pada kendaraan bermotor. Namun pada kenyataannya logam adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui dan cenderung menurun nilainya apabila dijumpai berbagai masalah yang berkaitan dengan logam tersebut. Salah satu masalah yang sering muncul adalah korosi., hal ini yang akan menyebabkan timbulnya aliran elektron dari suatu tempat ke tempat yang lain pada permukaan logam.berbagai usaha telah dilakukan untuk mengendalikan kerusakan material yang diakibatkannya sehingga laju korosi dapat ditekan serendah mungkin. Timbulnya permasalahan mengenai korosi (corrosion) tersebut, mendorong terciptanya suatu peralatan yang dapat digunakan untuk mengetahui laju korosi ( corrosion rate ) yang dikenal dengan salt spray chamber. Korosi adalah kerusakan atau berkurangnya suatu material akibat yang diakibatkan oleh reaksi kimia dengan lingkungannya [1]. Bila sepotong logam (M) diletakkan dalam suatu larutan elektrolit, maka beberapa atom logam akan larut kedalam elktrolit dengan melepaskan sejumlah elektron[2]. Salt spray chamber test merupakan salah satu pengujian laju korosi yang dilakukan di laboratorium dengan larutan NaCl yang korosif dengan konsentrasi tertentu hingga membuat kabut yang mempunyai temperatur dan tekanan yang ditetapkan dalam ruangan tertutup sehingga spesimen uji akan mengalami korosi secara cepat dan merata. Dari hasil tersebut kemudian digunakan sebagai indeks dari sifat sifat bahan pada kondisi sebenarnya dalam waktu jauh lebih singkat. Pada tugas akhir ini dilakukan perancangan mengenai alat uji salt spray untuk mengukur laju korosi dengan metode pengurangan berat yang dilakukan kepada sebuah material logam untuk mengetahui ketahanan korosi yang ditunjukkan dengan laju korosinya. Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai studi eksperimen laju korosi plat body automobiles pada larutan NaCl 5% dengan cyclic method SAE J2334 [3]. Hasil yang didapatkan pada cyclic wet-dry pada specimen C sebesar 3,25 MPY dan paling rendah pada specimen M sebesar 1,32 MPY. Laju korosi uji immersion pada 240 jam specimen C 1,77 MPY dan laju korosi paling rendah spesimen M sebesar 1,15 MPY. Berdasarkan hal tersebut, maka dirancanglah alat salt spray chamber test. Perancangan tugas akhir ini adalah untuk mengukur laju korosi dengan metode pengurangan berat yang terjadi kepada kedua plat Body automobiles dengan produk yang berbeda yaitu spesimen M dari eropa dan spesimen C dari jepang yang akan diuji menggunakan salt spray chamber

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 2 pada media NaCl 3%, 4% dan 5% untuk mengetahui ketahanan korosi yang ditunjukkan dengan laju korosinya. II METODOLOGI PERANCANGAN Tahap Perancangan Alat A. Persiapan Bahan Ada beberapa bahan yang digunakan dalam pembuatan alat diantaranya adalah: 1. Akliric Pengujian menggunakan akliric untuk pembuatan body chamber luar dan dalam, pada tutup chamber serta digunakan sebagai alas bagian bawah chamber dengan ukuran 110 cm x 81 cm. Pengujian menggunakan akliric karena bahannya ringan dan transparan sehingga proses pengabutan dapat terlihat saaat pengujian berlangsung. 2. Plat Siku Plat siku digunakan untuk merapikan sudut luar pada chamber dan juga digunakan pengait sisi sisi aklirik untuk membuat tutup chamber. 3. Baut plastik dan stainless Penggunaan baut stainless untuk mengaitkan plat siku dengan chamber luar, sedangkan baut plastik untuk mengaitkan plat siku dengan chamberdalam, untuk mengaitkan dudukan specimen dan dudukan spray guu pada bagian bawah chamber dalam. Baut plastic ini digunakan karena bukan material yang dapat terkorosi 4. Lem tembak dan spons Lem dan spons digunakan untuk menutupi bekas bekassambungan yang terdapat pada pembuatan chamber agar tidak terjadi kebocoran pada saat dilakukan pengujian. B. Desain Alat Uji Salt Spray Chamber Gambar 2.2 Dimensi Alat Uji Salt Spray Tampak Atas Gambar 2.3 Dimensi Alat Uji Salt Spray Tutup Chamber 1 2 9 Gambar 2.4 Dimensi Alat Uji Salt Spray Tampak Samping [4] Keterangan : 1. Elemen pemanas 2. Spesimen 3. Tiang pengabut 4. Tiang nozel 5. Tiang spesimen 6. Rongga pengendali temperatur ruang 7. Lubang pengendali tekanan 8. Larutan NaCl 9. Udara tekan Pada gambar diatas menjelaskan bahwa posisi letak tiang pengabut terdapat pada bagian tengah dari chamber salt spray tersebut dikarenakan agar pada saat proses kabut yang disemprotkan oleh kompresor dapat menyebar dengan rata pada seluruh bagian didalam chamber. Kabut yang otomatis disemprotkan oleh kompresor akan menjadi uap air yang akan ditampung pada saluran pengumpul kabut melalui dinding atap chamber dan melewati dinding samping chamber kemudian kabut yang menjadi uap tersebut masuk ke saluran pengumpul kabut. Pada gambar diatas simbol Ø menunjukkan bahwa sudut kemiringan atap chamber 100 o. Pada chamber ini dinding sudut atap dibuat 100 o dikarenakan agar uap air yang keluar mampu mengalir ke dinding chamber agar tetesan kabut yang menjadi uap air tidak menetes langsung ke bawah mengenai spesimen karena akan sangat mempengaruhi pada 3 4 8 5 7 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 3 hasil percobaan spesimen tersebut. Pada pembuatan chamber ini menggunakan kombinasi aklirik, spons dan plat siku agar supaya chamber terisolasi maksimal dan agar mencegah terjadinya kebocoran yang dikarenakan pada saat proses pemanasan ruangan berlangsung yang menggunakan heater dengan posisi disebelah tiang pengabut dengan meletakkan heater yang berjarak agak jauh dari pipa pvc pembuangan uap kabut agar adanya jarak antara kabut yang masuk ke pipa sehingga apabila kabut akan mengenai hairdryer maka otomatis hairdryer akan menyala terlebih dahulu. C. Prinsip Kerja Salt Spray Chamber Test Prinsip kerja pada alat uji korosi Salt Spray Chamber ini sangat sederhana yang dimana hanya dibutuhkan 3 komponen utama yaitu sebuah kompresor yang berukuran 1 pk atau lebih, chamber untuk penampung untuk larutan korosif yaitu larutan aquades dan NaCl serta pemanas ruangan dimana pada alat ini pemanasnya menggunakan hairdryer. Apabila kompresor yang sudah menyala dan tekananannya sudah sudah mencapai 4,35 psi atau 3 bar, kecepatan lajur alir larutan NaCl sebesar 10 ml per jam, serta menyalakan heater yang telah tersambung dengan thermocontrol dengan mensetting thermocontrol pada temperatur standar sebesar 35 o. Aliran angin dan larutan NaCl tersebut dialirkan oleh kompresor menuju spray gun yang letaknya terpasang pada tengah tiang pengabut di dalam chamber. Pada spray gun yang terpasang pada tiang pengabut itu terdapat dua lubang yang mana salah satu lubang tersebut berfungsi untuk sambungan angin dan larutan NaCl. Dengan mensetting kecepatan angin menjadi tinggi secara otomatis maka larutan NaCl tersebut ikut terdorong menuju lubang spray gun yang telah disetting kemudian hasil tersebut keluar menjadi kabut. Setelah kabut keluar maka kabut akan mengisi ruangan chamber dalam dan menghasilkan uap-uap air yang berada pada dinding ataupun tutup chamber. Tutup chamber dibuat dengan sudut 100 o bertujuan agar uap air yang menempel pada dinding chamber mengalir menuju lubang pembuangan. Pada waktu yang bersamaan hairdryer akan bekerja dengan daya sebesar 450W yang bertujuan mempertahankan temperatur chamber dalam sampai 35 o. Apabila temperatur telah mencapai 35 o atau lebih maka secara otomatis hairdryer akan tidak menyala atau tidak bekerja sementara sedangkan apabila temperatur chamber menunjukkan kurang dari 35 o, hairdryer akan berfungsi atau menyala kembali. Gambar 2.6 laju angin dan larutan korosif menuju nozzle D. Perangkat Alat Yang Siap Dirakit Dalam Pembuatan Alat Uji Korosi Salt Spray Chamber. 1. Kompresor Kompresor digunakan untuk menyuplai udara, sehingga larutan campuran NaCl mampu menyembrkan kabut melalui nozzle yang terdapat pada chamber bagian dalam. 2. Selang Selang digunakan untuk mengalirkan udara dari kompresor dan larutan uji media kororsif dari bak penampung larutan uji. 3. Thermo Control dan Relay Alat ukur untuk mengatur besar kecilnya temperatur agar sesusai dengan yang diharapkan saat pengujian berlangsung. Sedangkan realy berfungsi sebagai saklar otomatis on / off apabila temperatur ruangan telah sesuai dengan yang diharapkan. 4. Thermo Couple Alat yang tersambung pada thermo Control yang berfungsi sebagai pengukur suhu yang diletakkan pada tiang pengabut chamber dalam alat uji salt spray. 5. Hair Dryer Hair dryer ini beerfungsi sebagai alat pemanas ruangan yang disambbungkan menjadi satu dengan thermo control sehingga akan otomatis on / off sesuai temperatur yang diharapkan, dimana pad apengujian ini temperatur yang diharapkan adalah sebesar 35 o C. 6. Spray Gun Alat ini berfungsi sebagai alat ukur yang mampu mengalirkan aliran larutan korosif dan angin sehingga menjadi kabut korosif yang agresif. E. Tahap Aplikasi Alat Uji Korosi Salt Spray Chamber A. Persiapan pembuatan larutan uji Larutan uji yang digunakan dalam pengujian kabut garam adalah natrium klorida (NaCl) karena larutan yang mengandung klorida mampu meberikan efek korosif yang agresif pada logam. Natrium klorida (NaCl) yang digunakan dengan kadar sebanyak 5% wt dari total larutan. Cara untuk mengetahui jumlah NaCl yang akan dicampurkan dapat dihitung dengan rumus dibawah berikut : Untuk larutan NaCl 5 % dalam 1 liter

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 4 = 0,05 kg 50 gram B. Pembuatan material uji Adapun material uji yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: - Material body automobiles berupa plat dengan ketebalan 1 mm dengan ukuran 40 x 60 mm sebanyak 3 spesimen. Dimana dalam perancangan alat ini terdapat 2 spesimen yaitu : - Spesimen plat body automobiles produksi eropa sebagai spesimen M. - Spesimen plat body automobiles produksi jepang sebagai spesimen C. C. Prosedur pengujian Preparasi Benda Uji dan Perhitungan A. Benda uji berupa plat dengan ketebalan 1 mm dengan ukuran 40 x 60 mm sebanyak 3 spesimen untuk setiap jenis logam. B. Benda uji dibersihkan dari kotoran ( lemak dan debu ) dan karat karat dipermukaan logam dengan metode pickling sesuai standar ASTM G1-99. C. Spesimen dibersihkan dengan larutan asam nitrat 100 ml dan dilarutkan didalam aquades hingga 1000 ml. D. Semua spesimen yang masuk ke larutan pembersih kemudian dibersihkan dengan aquades dan methanol kemudian dikeringkan dengan alat pengering. E. Setelah itu ditimbang berat awal masing masing spesimen sebelum diuji. Kemudian membersihkannya melalui proses pickling, setelah itu ditimbang untuk mendapatkan berat. III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Perancangan Alat Uji Korosi Salt Spray Cahmber Perancangan ini merupakan hasil eksperimen guna mengetahui kinerja alat uji korosi yang telah dirancang dengan berkali kali untuk mendapatkan data yang mendekati akurat, dengan adanya perancangan berulang-ulang dapat dikatakan bahwa terjadi kendala pada kinerja alat. Pada perancangan ini kendala terbesar yang dialami adalah menggunakannya pemanas ruangan yang pada rencana awal adalah menggunakan heater dan kemudian dilakukan penggantian menggunakan hairdryer dikarenakan apabila memakai elemen heater chamber untuk menampung air rawan sekali mengalami kebocoran pada kaki kaki elemen heater dan bilamana menggunakan heater akan diperlukan sekali daya listrik yang sangat besar sehingga dapat mempengaruhi tegangan listrik yang ada pada laboratorium korosi dan analisa kegagalan material jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS. D. Uji kabut garam Pengujian kabut garam memakai standar ASTM B 117-97. Langkah-langkah persiapan alat uji kabut garam (salt spray chamber) yaitu : Buka tutup Salt Spray Chamber dengan melepaskan baut dan mur yang terpasang pada sisi sisi Salt Spray Chamber. Meletakkan sampel pelat hingga kemiringan 15 o -30 o terhadap garis vertikal dan ditempatkan pada rak- rak yang terbuat dari polimer. Larutan uji 5% natrium klorida (NaCl). Temperatur uji 35 C dengan ph 6,5 7,2 dan tekanan sebelum ke nozzle 3 bar ( 43.5 psi ). Waktu ekspos specimen uji secara periodik mulai 48 jam. Diharapkan dalam setiap 24 jam untuk mengecek keadaan mulut Spray Gun dikarenakan rawan mengalami pengendapan garam. Pada saat melakukan pengujian diambil 3 spesimen uji dan difoto secara makro perbesaran 2x. Gambar 3.1 Alat Salt Spray Chamber Test B. Standart Operation Procedure (SOP) Alat uji korosi Salt Spray Chamber A. Buka penutup salt spray chamber dengan melepaskan baut dan mur yang terpasang pada sisi-sisi salt spray chamber. Kemudian taruh dudukan spesimen pada chamber dalam. B. Letakkan spesimen uji yang berukuran 6 x 4 cm pada dudukan spesimen yang sudah disediakan dan terbuat dari bahan polimer, cara meletakkan spesimen dengan sudut kemiringan 30 o kemudian letakkan kembali keposisi semula C.Dilakukan pengecekan pada tiang pengabut yang didalamnya terdapat spray gun, selang larutan NaCl dan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 5 selang angin dari kompresor yang terhubung jadi satu pada spray gun tersebut. Pastikan selang yang terpasang pada spray gun sudah benar benar rapat dan kemudian cek mulut spray gun agar bersih dari sumbatan. D. Mengatur temperatur sesuai standart yang sudah ditentukan pada thermocontrol dan tentunya pengaturan ini tidak melebihi dari spesifikasi yang sudah ditentukan dari alat tersebut yang mana temperatur maksimal yang digunakan pada pengujian ini adalah 60 o dan memastikan hairdryer telah rapat dengan pipa agar tidak adanya kebocoran. E Atur tekanan kompresor sebesar 43,5 psi atau 3 bar dengan memutar tuas merah yang terdapat diatas meter sampai jarum pengukur tekanan dikompresor menunjukkan tekanan 3 bar. F. Masukan larutan NaCl pada bak yang khusus berisi larutan NaCl dan pastikan tidak melebihi dari kapasitas bak tersebut, lalu ukur laju aliran larutan NaCl tersebut sesuai standart yang akan diujkan. G.Terakhir sambungkan semua socket dari kompresor, hairdryer dan thermocontrol pada terminal yang telah tersambungkan pada sumber tegangan listrik yang ada pada laboratorium korosi dan analisa kegagalan teknik material. C. Hasil Aplikasi Pengujian Alat uji Korosi Salt Spray Chamber Pada Spesimen Plat Body Automobiles - Hasil foto makro specimen Eropa (a) (b) (c) Gambar 3.2 Hasil pengujian salt spray selama 48 jam spesimen produksi Eropa dengan menggunakan variasi konsentrasi NaCl (a) 3%, (b) 4%, dan (c) 5%. Tabel 3.1 Perhitungan laju korosi spesimen produksi Eropa W (g) D (g/cm³) A (cm²) T (jam) CPR (mm/th) Konsentrasi NaCl (%) 0,1444 5.73 25 48 1,839 3% 0,1647 5.73 25 48 2,098 4% 0,1892 5.73 25 48 2,410 5% Tabel 3.2 Perhitungan laju korosi spesimen produksi Jepang W (g) D (g/cm³) A (cm²) T (jam) CPR (mm/th) Konsentrasi NaCl (%) 0,1544 5.73 25 48 1,967 3% 0,1905 5.73 25 48 2,426 4% 0,2094 5.73 25 48 2,667 5% Spesimen dengan menggunakan larutan NaCl 3% relatif kecil yaitu sebesar 1,8396 (m) dan 1,967 (T) mm/th, semakin bertambah besar konsentrasi larutan NaCl dengan waktu pengujian yang sama yaitu 48 jam sebesar 2,0982 (M) dan 2,4269 (T) mm/th, pada pengujian yang terakhir dengan menggunakan larutan NaCl 5% dengan waktu pengujian yang sama adalah 2,4104 (M) dan 2,667 (T) mm/th. Laju korosi spesimen uji meningkat dan mengalami laju kororosi yang sangat tinggi. Spesimen uji terkorosi sedang tapi masih ada beberapa bagian yang tidak terkorosi hal ini dikarenakan terdapat unsur cr yang mampu menahan laju korosi dengan membentuk lapisan pasif, dimana lapisan pasif itu ialah lapisan barrier difusi pada produk korosi yang memisahkan logam dengan lingkungan sehingga reaksi terhambat. Untuk melihat lebih jelas lagi fenomena laju korosi dalam tiap konsentrasi NaCl 3%, 4%, dan 5% dapat dilihat pada gambar 3.2 dan gambar 3.3 - Hasil foto makro spesimen Jepang (a) (b) (c) Gambar 3.3 Hasil pengujian salt spray selama 48 jam spesimen produksi Jepang dengan menggunakan variasi konsentrasi NaCl (a) 3%, (b) 4%, dan (c) 5%. Gambar 3.3 Perbandingan laju korosi produksi Eropa (M) dan produksi Jepang (C) dengan variasi konsentrasi 3%, 4%, dan 5% NaCl.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 6 Pada pengujian Optical Emission Spectrometry (OES) tersebut juga di dapatkan unsur-unsur yang memiliki sifat tahan korosi yaitu Cr (Krom),Ni (Nickel) dan Cu (Tembaga), dimana spesimen M memiliki kandungan unsur Cr,Ni dan Cu 0,033% ; 0,071% ;0,039% [5]. Faktor ketahanan korosi terhadap lingkungan agresif klorida hingga 5% disebabkan adanya lapisan pasif yang dibentuk karena adanya aerasi oksigen di lingkungan yang mengandung ion klorida. Unsur krom hingga 20% merupakan unsur utama terbentuknya lapisan protektif di permukaan stainless steel. Lapisan protektif tersebut dapat terbentuk dengan nilai minimal 10,5% krom. Namun dengan kadar hingga 20% krom dapat meningkatkan keefektifan lapisan pelindung saat di dalam lingkungan agresif. Unsur krom mempunyai afinitas terhadap oksigen yang tinggi sehingga dapat menghasilkan suatu senyawa oksida krom yang transparan, sangat tipis dan tidak larut. Adanya oksigen dan unsur krom dalam jumlah tertentu dapat mempertahankan dan memperbaiki secara cepat pada temperatur kamar. Nilai kadar karbon rendah maksimal 0,08% juga penentu bertahannya lapisan tersebut karena dapat bersenyawa dengan krom menjadi krom karbida [6]. A. Kesimpulan IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai perancangan alat dan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dihasilkan dari perancangan tersebut berupa alat uji korosi salt spray chamber. dimana spesifikasi alat dengan laju aliran media korosif sampai 30 ml per jam, tekanan semprot pada kompresor < 43,5 psi, temperature < 60 o C. Plat body automobiles dan standar pemakaian alat ( SOP ) mampu bekerja dengan baik dalam mengkorosikan plat body automobiles. 2. Plat body automobiles buatan Jepang lebih rentan mengalami korosi dibandingkan plat body automobiles buatan Eropa. Pengujian laju korosi menggunakan alat salt spray hasil perancangan dengan spesimen plat body automobile selama 48 jam menghasilkan nilai tertingi pada larutan NaCl dengan konsentrasi 5% yaitu sebesar 2,66774869 (C) dan 2,1161082 (M) mm per tahun. Dengan konsetrasi 5% tersebut, Spesimen plat body automobiles yang menunjukkan laju korosi tertinggi adalah spesimen (C) yaitu sebesar 2,66774869 mm per tahun. Laju korosi rata-rata pada kedua jenis spesimen plat body automobiles tersebut adalah sebesar 2,1161082 (M) dan 2,35392088 (C) mm per tahun. 1. Pada saat melakukan pengujian diharapkan mengecek larutan NaCl setiap 24 jam sekali. Hal ini dikarenakan bak untuk menampung larutan tersebut sangatlah kecil sehingga memungkinkan apabila larutan NaCl tersebut cepat habis. 2. Mengecek nozzle dan membersihkannya. Hal ini dikarenakan terjadinya pengkristalan butiran garam yang dapat menghambat kinerja nozzle dalam menyemprotkan kabut garam. 3. Tekanan dari kompresor seharusnya diperbesar menjadi 3,5 bar, karena apabila tekanan yang dihasilkan oleh kompresor tersebut sangatlah besar maka tenaga semprotan nozzle akan makin besar pula. Sehingga dengan adanya peristiwa tersebut, alat menjadi sangatlah efektif dalam menyemprotkan kabut garam untuk mengkorosikan spesimen. 4. Sebaiknya diperlukan daya yang besar untuk melakukan perancangan dan penelitian dari alat salt spray chamber test sehingga nantinya tidak akan menjadi hambatan dari kinerja alat tersebut seperti kompresor tidak berfungsi akibat listrik mati. DAFTAR PUSTAKA [1] Fontana, Mars G.1986. Corrosion Engineering 3 rd Edition. New York : McGraw-Hill Book Compan [2] Trethewey, K.R., dan Chamberlain, J. 1991. Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan. Diterjemahkan oleh alex tri Kantjono Widodo. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama [3] Mavindra, Ramadhana.2011. Studi Eksperimen Laju Korosi Plat Body Automobiles pada Laruta NaCl 5% (air laut) dengan Methode Sae J2334, Tugas Akhir Teknik Material Metalurgi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya [4] American Society For Testing and Materials. 1999, B 117 Practice for Operating Salt Spray (Fog) Apparatus, ASTM Standards Vol.03.02, ASTM Society [5] Latief, Abdul. 2006. Analisa Investasi Asphalt Mixing Plant (Study Kasus: AMP. PT. Karya Maju Utama Barabai HST). Property Of Management Proyek dan Konstruksi S2 Department, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya [6] Gadang Priyatomo.2004. Kerusakan Baja ST210-117 Akibat Korosi Lingkungan Yang Mengandung Ion Klorida. Tangerang: Pusat Peneltian Metalurgi LIPI Anggono, Juliana, Soejono T. dan Viktor R. P., April 2000. Studi Perbandingan Kinerja Anoda Korban Paduan Alumunium dengan Paduan Seng dalam Lingkungan Air Laut. Jurusan Teknik Mesin, FTI UK Petra B. Saran Dari hasil keseluruhan perancangan untuk menyempurnakan hasil perancangan alat dan penelitian yang dilakukan, dihasilkan beberapa saran seperti berikut ini :