Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN tercatat sebagai negara yang memiliki prevalensi terendah kejadian

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEK ANTI-INFLAMASI DAN ANTI-DIARE EKSTRAK ETANOL HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) DAN DAUN UNGU (Garptophyllum pictum l.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

I.PENDAHULUAN. tingkat keparahan luka yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Uji Aktivitas Antiinflamasi dari Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus Indica L) terhadap Tikus Wistar Jantan

UJI DAYA ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN BINAHONG [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) JANTAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

PERKEMBANGAN TERKINI SAINS FARMASI DAN KLINIK III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar dari

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dibagi dalam dua jenis, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL DAUN TEMBELEKAN (LANTANA CAMARA L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan program pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

Pengujian Ekstrak Daun Jambu Biji ( Psidium guajava Linn.) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Mencit (Mus musculus)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi. Pada gigi yang mengalami perubahan warna atau diskolorisasi

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan 18.3% akibat terluka benda tajam (WHO, 2005 : Modul TBM, 2015).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lam.) dan UJI EFEKTIVITAS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA PADA KELINCI ABSTRAK

baik berkhasiat sebagai pengobatan maupun pemeliharaan kecantikan. Keuntungan dari penggunaan tanaman obat tradisional ini adalah murah dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kerusakan secara selular dan diskontinyu anatomis pada suatu

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

E,x /1te!,.;,~Tr. I Gusn OKA DHARMADI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabakan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

Transkripsi:

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka 1 Rita Andiyani, 2 Umi Yuniarni, dan 3 Dina Mulyanti 1,2,3 Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1 tha_ritaandiyani@yahoo.com, 2 Uyuniarni@gmail.com Abstrak. Daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff ) secara empiris memiliki aktivitas dalam penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat sebagai penyembuhan luka dan mengetahui konsentrasi ekstrak daun wungu yang efektif dalam penyembuhan luka terbuka. Ekstrak daun wungu diperoleh dari proses maserasi dengan etanol 95%. Ekstrak diberikan secara topikal dalam tiga tingkatan konsentrasi yaitu 5%, 10%, dan 15%. Ekstrak diujikan terhadap luka dengan diameter 1,5 cm pada punggung tikus dan luka diobati dua kali sehari. Kontrol positif yang digunakan adalah propilenglikol, kontrol negatif luka didiamkan, sedangkan kelompok pembanding yaitu Povidon Iodin. Data kuantitatif diuji secara statistik menggunakan ANOVA (Analysis of Variant) dan uji LSD (Least Significant Different).Hasil penelitian menunjukan ekstrak daun wungu dapat mempercepat penyembuhan luka yang efektif pada tikus putih jantan konsentrasi 10% dan 15%. Kata Kunci : ekstrak,daun wungu ( Graptophyllum pictum (L.) Griff), penyembuh luka, tikus putih jantan A. Pendahuluan Pada pengobatan tradisional daun wungu digunakan untuk pengobatan terhadap luka, bengkak, borok, bisul, penyakit kulit, secara eksperimental ekstrak daun wungu berkhasiat menghambat pembengkakan dan menurunkan permeabilitas membran (Sumarny,dkk.,2013). Penelitian ini akan mengembangkan lebih lanjut mengenai khasiat ekstrak daun wungu sebagai penyembuh luka terbuka. Berdasarkan pemaparan diatas, rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut : apakah ekstrak daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) memiliki efek untuk menyembuhkan luka dan pada konsentrasi berapa yang paling efektif menyembuhkan luka.penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan mengetahui efektivitas pengujian ekstrak daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) sebagai penyembuh luka. Diharapkan dapat memberikan informasi lebih jelas mengenai khasiat daun wungu bagi masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pengobatan dalam pengembangan sediaan farmasi untuk menyembuhkan luka. B. Landasan Teori Luka dapat diartikan sebagai rusaknya struktur jaringan normal, baik di dalam atau di luar tubuh. Berikut ini merupakan uraian penjelasan lebih lanjut mengenai luka yang dilihat dari rusak-tidaknya jaringan yang ada pada permukaan, sebab terjadinya luka, luas permukaan luka, dan ada atau tidaknya mikroorganisme (Suriadi,2007). Proses penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis. Proses ini tidak hanya terbatas pada proses regenarasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik. Daun Wungu (Graptophyllum pictum) termasuk dalam famili Acanthaceae, merupakan tumbuhan perdu yang memiliki batang tegak, ukuranya kecil dan tingginya hanya dapat mencapai 3 meter, biasanya tumbuh liar di pedesaan atau ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat (Depkes RI, 2008: 11-12).Pada pengobatan tradisional 311

312 Rita Andiyani, et al. daun ungu digunakan untuk pengobatan terhadap luka, bengkak, borok, bisul, penyakit kulit, secara eksperimental ekstrak daun ungu berkhasiat menghambat pembengkakan dan menurunkan permeabilitas membran. C. Metode Penelitian Metode induksi luka dilakukan dengan cara melukai kulit tikus menggunakan benda tajam dengan panjang luka yang telah ditentukan. Uji efektivitas dilakukan pada enam kelompok hewan percobaan dan setiap kelompok tediri dari 5 hewan percobaan. Kelompok uji dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok 1 diberikan ekstrak daun wungu 5%, kelompok 2 diberikan ekstrak daun wungu 10%, kelompok 3 diberikan ekstrak daun wungu 15%. Kelompok kontrol negatif luka didiamkan, kelompok kontrol positif luka diberikan pelarut ekstrak, dan kelompok pembanding yang diberikan salep povidon iodine 10%. Parameter pengamatan yang dilakukan dilihat dari keringnya luka, terbentuk keropeng, dan lepas keropeng mulai dari hari pertama dilakukan pembuatan luka sampai dengan sembuh seperti sediakala. D. Hasil Hasil pengamatan uji ekstrak daun wungu dapat dilihat pada Tabel III.1. Tabel III.1Uji Efektifitas Ekstrak Daun Wungu Kelompok Kelompok pembanding : salep betadine Kelompok positif : propilenglikol Kelompok negatif : luka didiamkan (tanpa diobati) 0 Rata-rata Lama Penyembuhan (Hari) Kering Terbentuk Keropeng Lepas Keropeng Pembanding 2 5,2 10,2 Kontrol Positif 4 8 9,8 Kontrol Negatif 4 7,4 14 Ekstrak Daun Wungu 5% 2,2 7,2 11,2 Ekstrak Daun Wungu 10% 1,6 4 8,8 Ekstrak Daun Wungu 15% 1 4 9,2 Pada uji ekstrak dibuat konsentrasi 5%, 10%, dan 15%, penaikan konsentrasi dilakukan untuk melihat efek penyembuhan luka lebih bagus atau malah sebaliknya, atau dengan penurunan konsentrasi masih berefek signifikan terhadap penyembuhan luka pada uji ekstrak. Pelarutan ekstrak menggunakan propilenglikol agar lebih mudah larut dan homogen, serta tidak mengiritasi kulit. Pemberian obat dilakukan terhadap 6 kelompok, masing-masing kelompokterdiri dari 5 ekor tikus. Pengamatan dilakukan setiap hari, sehari sekali selama 14 hari. Kelompok pembanding diberikan salep povidon iodin, kelompok negatif tidak diberi obat, kelompok positif tikus diberi propilenglikol, kelompok uji 1 diberikan ekstrak daun wungu 5% (EDW 5%), kelompok uji 2 diberikan ekstrak daun wungu 10% (EDW 10%), dan kelompok uji 3 diberikan ekstrak daun wungu 15% (EDW 15%). Parameter pengamatan yang dilakukan pada saat pengujian, yaitu kondisi kulit kering, mulai terbentuknya keropeng, dan lepasnya keropeng yang menandakan mulai terbentuknya lapisan epidermis baru sebagai proses penyembuhan luka. Data pertama yang diteliti adalah kondisi kulit kulit kering. Kondisi kulit sangat tergantung pada suhu, dan kelembapan ruangan. Pada hari ke-0 yaitu setelah perlukaan dilakukan, luka masih basah karena eksudasi plasma keluar dari pembuluh darah akibat proses inflamasi, selain itu juga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler darah setempat yang menyebabkan kemerahan dan pembengkakan di sekitar luka. Tahap ini merupakan Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka... 313 tahap inflamasi dimana merupakan tahap penting dalam proses penyembuhan luka jaringan kulit. Pada hari pertama setelah perlukaan baru terlihat perbedaan diantara kelompok perlakuan dimana luka mulai mengering jelas terlihat pada kelompok uji EDW 10% dan EDW 15%, sedangkan untuk kelompok pembanding, kontrol positif, kontrol negatif, dan kelompok EDW 5% luka masih terlihat basah belum kering secara keseluruhan. Pada hari ke-4 dan ke-5 keropeng sudah mulai jelas terlihat pada kelompok EDW 15%, kelompok EDW 10% dan kelompok pembanding, sedangkan untuk kontrol positif, negatif, dan kelompok EDW 5% luka hanya mengering, keropeng belum jelas terlihat. Pada hari ke-10, kelompok EDW 10%, EDW 15%, dan kelompok pembanding sebagian besar sudah mengalami kesembuhan dan mulai ditumbuhi bulu, ekstrak 5% dan kontrol positif juga sudah ada keropeng yang sudah terkelupas semua, sementara pada kelompok kontrol negatif keropeng baru mulai terkelupas pada hari ke-14. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji One Way ANOVA dengan menggunakan uji lanjutan LSD,pengamatan lama waktu kering pada tiap kelompok dapat dilihat pada Tabel III.2. Tabel III.2 Pengamatan Lama Kering Kelompok Rata-rata Lama Kering Luka (Hari) ±SE P Pembanding 2,00 ± 0,000 - Kontrol Positif 4,00 ± 0,000 0,000 Kontrol Negatif 4,00 ± 0,000 0,000 EDW 5% 2,20 ± 0,200 0,284 EDW 10% 1,60 ± 0,245 0,038 EDW 15% 1,00 ± 0,000 0,000 P = Nilai signifikansi perbandingan lama kering tiap kelompok terhadap pembanding Kelompok kontrol positif, kontrol negatif, EDW 10% dan EDW 15% berefek signifikan dibandingkan terhadap kelompok pembanding, karea nilai P < 0,005. Waktu yang dibutuhkan untuk keringnya luka dari kelompok kontol negatif dan positif lebih lama, yaitu selama 4 hari. Pada kelompok EDW 10% dan 15% menunjukan hasil yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan kelompok pembanding, yaitu selama 1,6 hari dan 1 hari. Sedangkan untuk kelompok uji EDW 5% tidak menunjukan hasil yang signifikan, artinya tidak memiliki perbedaan yang nyata dalam waktu kering luka pada tikus sama, yaitu selama 2,2 hari jika dibandingkan dengan kelompok pembanding. Dalam hal ini kelompok positif dan negatif tidak berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka pada ekstrak, karena hasil penyembuhan luka dari kedua kelompok tersebut paling lama. Hasil pengujian ekstrak menunjukan bahwa ekstrak daun wungu dengan konsentrasi 10% dan 15% mampu mempercepat keringnya luka bila dibandingkan dengan penggunaan salep povidon iodin. Kondisi kulit yang kering adalah kondisi yang paling cocok dalam penyembuhan luka, apabila semakin tinggi kelembaban kulit maka akan semakin banyak bakteri sehingga luka sulit sembuh. Kemudian yang dilihat selanjutnya adalah terbentuknya keropeng pada lapisan kulit dapat dilihat pada Tabel III.3. Tabel III.3Pengamatan Terbentuk Keropeng Kelompok Rata-rata Lama Terbentuk Keropeng(Hari) ±SE P Pembanding 5,20 ± 0,200 - Kontrol Positif 8,00 ± 0,000 0,000 Kontrol Negatif 7,40 ± 0,600 0,000 EDW 5% 7,20 ± 0,200 0,000 EDW 10% 4,00 ± 0,000 0,005 EDW 15% 4,00 ± 0,000 0,005 Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

314 Rita Andiyani, et al. P = Nilai signifikansi perbandingan terbentuk keropeng tiap kelompok terhadap pembanding Ketika terjadi luka, trombosit yang berada di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat berupa asam lemak yang kemudian beberapa asam lemak diubah menjadi tromboksan. Tromboksan dan protombin bereaksi di dalam darah merangsang trombosit. Selanjutnya enzim-enzim pembantu proses penyembuhan luka mengumpulkan protein yang disebut fibrinogen. Kemudian akan terbentuk benangbenang fibrin yang membentuk jaringan tempat keluarnya darah. Benang fibrin tersebut akan mengumpul dan trombosit akan bereaksi dengan udara di luar kemudian mengeras dan membentuk keropeng (Soewolo,dkk. 2003: 229). Pada saat terbentuk keropeng semua kelompok menunjukan hasil yang signifikan terhadap kelompok pembanding. Waktu yang diperlukan untuk kelompok EDW 10% dan EDW 15% lebih cepat bila dibandingkan dengan kelompok pembanding, yaitu rata-rata waktu selama 4 hari dari 5 hari waktu yang diperlukan oleh kelompok pembanding. Diantara semua kelompok, pembentukan keropeng yang lama dibandingkan terhadap kelompok pembanding ditunjukan pada kelompok kontrol positif, negatif, dan kelompok EDW 5%. Kelompok positif menunjukan rata-rata waktu yang dibutuhkan selama 8 hari, sedangkan kelompok negatif dan EDW 5% yaitu selama 7,2 dan 7,4 hari. Hasil pengamatan parameter selanjutnya mengenai proses lepasnya keropeng pada luka. Berdasarkan hasil statistik diketahui secara signifikan ada perbedaan yang nyata dari kelompok negatif dan kelompok EDW 10% terhadap pembanding. Pengamatan dapat dilihat pada Tabel III.4. Tabel III.4Pengamatan Lepas Keropeng Kelompok Rata-rata Lama Lepas Keropeng (Hari) ±SE P Pembanding 10,20 ± 0,200 - Kontrol Positif 9,80 ± 0,374 0,515 Kontrol Negatif 14,00 ± 0,000 0,000 EDW 5% 11,20 ± 0,374 0,112 EDW 10% 8,80 ± 0,735 0,03 EDW 15% 9,20 ± 0,358 0,112 P = Nilai signifikansi perbandingan lepas keropeng tiap kelompok terhadap pembanding Kelompok negatif membutuhkan waktu yang paling lama diantara semua kelompok yaitu selama 14 hari dibandingkan dengan kelompok pembanding 10,2 hari. Kelompok EDW 10% lebih cepat waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya keropeng, yaitu 8,8 hari dibandingkan dengan kelompok pembanding. Sedangkan untuk kelompok positif, kelompok EDW 5%, dan kelompok EDW 15% tidak menunjukan hasil signifikan terhadap pembanding. Kelompok EDW 15% dan kelompok kontrol positif waktu yang diperlukan tidak berbeda jauh yaitu 9,2 hari dan 9,8 hari, sedangkan untuk kelompok EDW 5% waktu yang diperlukan selama 11,2 hari lebih lama sehari jika dibandingkan dengan kelompok pembanding. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari uji ekstrak daun wungu, hasil berbeda dapat dipengaruhi oleh adanya senyawa flavonoid, tanin, dan saponin dalam daun wungu. Hal ini dikarenakan ekstrak daun wungu itu sendiri mempunyai efek antiinflamasi dan analgesik. Pada uji skrining fitokimia menunjukkan adanya flavonoid pada ekstrak etanol daun wungu berperan sebagai antiinflamasi, dimana COX-2 Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka... 315 dihambat selanjutnya menghambat pembentukan prostaglandin E2 sehingga proses inflamasi berkepanjangan dapat dicegah dan respon peradangan seperti nyeri dan bengkak dapat dihentikan (Ozaki et al. 1989). Luka yang lebih cepat mengering juga disebabkan karena adanya kandungan tanin pada ekstrak daun wungu yang berfungsi sebagai astringent. Astringent merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit, sehingga pendarahan pada luka dapat berhenti dengan cepat, dan luka lebih cepat mengering (Samuelsson,Gunnar. 1999, dalam Rairisti). Hasil pengujian efektivitas ekstrak daun wungu dilihat dari parameter-parameter penyembuhan luka, yaitu proses keringnya luka, terbentuk keropeng, dan lepas keropeng menunjukan bahwa konsentrasi ekstrak daun wungu 10% (EDW 10%) memiliki efek yang sama dengan kelompok pembanding ( salep betadin). Berdasarkan hasil statistik One Way Anova juga menunjukan adanya perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok pembanding dengan kelompok EDW 10%. E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian uji efektivitas ekstrak daun wungu 5%, 10% dan 15% mampu memberikan efek penyembuhan luka pada tikus. Hasil menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi ekstrak daun wungu 10% dan 15% memberikan efek penyembuhan terhadap luka yang paling berefek baik. Berdasarkan hasil secara statistik pemberian konsentrasi ekstrak daun wungu 10% mulai dari keringnya luka (p = 0,038), terbentuk keropeng (p = 0,005) dan lepas keropeng (p = 0,030) memiliki efek penyembuhan luka yang signifikan (p < 0,05) dibandingkan dengan penggunaan kelompok pembanding. Daftar Pustaka Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008). Daun Ungu (Graptophyllum Pictum (L) Grifff), dalam Warta Tumbuhan Obat Indonesia, Volume 14, Nomor 2, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. Ozaki Y, S. Setsuko,S. Soedigdo,M.Harada.Antiinflamatory effect of Graptophyllum pictum (L.) Griff; dalam Chemical and Pharmaceutical Bulletin,1989:37(100:2799-2802. Tanjungpura, Pontianak. Raristi, Asa. (2014). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Terhadap Penyembuh Luka Sayat Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak. Soewolo, dkk. (2003). Fisiologi Manusia, Malang, Universitas Negeri Malang Press. Sumarny, R.,Yuliandini dan Rohani M. (2013). Efek Antiinflamasi dan Anti-Diare Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phylanthus niruri L.) dan Daun Ungu (Graptophyllum pictum l.griff), Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta. Suriadi (2007): Manajemen Luka. STIKEP Muhammadiyah. Pontianak. Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015