BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Sejalan dengan cepatnya perkembangan bidang teknologi, perusahaan-perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KAWASAN SENTRA INDUSTRI KECIL KERIPIK DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Oleh Dr. Drs. Agus Purnomo, MM.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diketahui sebagai kekuatan strategis

Analisis Isu-Isu Strategis

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

10Pilihan Stategi Industrialisasi

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki. Daerah memiliki kewenangan penuh dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pembangunan dengan menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya secara optimal. Dengan demikian, daerah akan memutuskan sendiri pola dan bentuk wilayah atau kawasan yang akan dikembangkan atau diandalkannya, maupun sektor atau produk-produk potensi daerah yang akan diunggulkannya untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah. Peran pemerintah yang semula bersifat sektoral secara bertahap beralih ke pemerintahan daerah, kabupaten khususnya, dengan pendekatan regional yang bersifat lintas sektor. Kelembagaan lokal dalam pengembangan ekonomi daerah akan semakin diakui dan berperan penting. Tujuan utama pembangunan ekonomi daerah adalah menghasilkan standar hidup yang tinggi dan selalu meningkat untuk seluruh warga masyarakatnya. Tingkat kesejahteraan yang tinggi bergantung pada tingkat daya saing yang dimiliki oleh suatu daerah, bahkan daya saing daerah merupakan salah satu tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah itu sendiri. Konsep paling berarti tentang daya saing suatu daerah adalah produktivitas. Produktivitas suatu daerah pada hakekatnya adalah produktivitas sektor-sektor industri ataupun sub sektornya yang ada di dalam daerah tersebut yang didukung oleh lingkungan usaha yang kondusif. Peningkatan standar hidup masyarakat bergantung kepada kapasitas industri di suatu daerah untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi sepanjang waktu. Industri dalam suatu daerah harus bekerja keras memperbaiki produktivitasnya melalui peningkatan kualitas, memperbaiki teknologi produksi, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan

2 produk sesuai dengan tuntutan konsumen, atau dengan kata lain harus mampu mengembangkan kapabilitas yang dibutuhkan agar dapat berkompetisi dalam segmen pasar yang semakin sempurna dimana produktivitas secara umum lebih tinggi 1. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing daerah ini adalah dengan mengembangkan perekonomian lokal. Lokal atau lokalisasi dikonotasikan dengan suatu area yang relatif terbatas, dimana pemanfaatan berbagai sumber daya alam, manusia, sosial, fisik, teknologi, dan kelembagaan dapat ditingkatkan lebih intensif dan interaktif untuk meningkatkan kegiatan perekonomian lokal dan tingkat kehidupan masyarakat lokal yang lebih sejahtera 2. Konsep pembangunan ekonomi lokal diharapkan mampu menangani perubahan-perubahan fundamental yang lebih bersifat transformatif, memberdayakan sumber daya lokal untuk mengurangi ketergantungan, dan meningkatkan kegiatan perekonomian lokal. Ciri atau sifat utama suatu pembangunan yang berorientasi atau berbasis ekonomi lokal adalah menekankan pada kebijaksanaan pembangunan pribumi (endogenous development policies) yang memanfaatkan potensi sumber daya manusia lokal, sumber daya institusional lokal, dan sumber daya fisik lokal. Orientasi ini menekankan pada pemberian prakarsa lokal (local initiatives) dalam proses pembangunan untuk menciptaan lapangan kerja baru dan mendorong peningkatan kegiatan ekonomi secara luas 3. Pengembangan ekonomi lokal dapat diwujudkan dengan mendorong berkembangnya kawasan-kawasan ekonomi produktif dengan mengoptimalkan faktor-faktor kunci pengembangan kawasan yang berdaya saing dengan tetap menekankan kepada inisiatif dan partisipasi masyarakat lokal yang kreatif dan produktif, peningkatan kualitas SDM lokal, pemanfaatan sumber daya ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan lokal, serta penciptaan lapangan pekerjaan 1 2 3 Bappenas. Kajian Strategi dan Arah Kebijakan untuk Memaksimalkan Potensi Daya Saing Daerah, (Jakarta, 2005), h. I-2. Ibid. h. II-14. Ibid. h. II-15.

3 bagi penduduk dan masyarakat setempat. Dalam hal ini peranan pemerintah daerah dan/atau kelompok-kelompok berbasis masyarakat (community basedgroups) dalam mengelola sumber daya adalah berupaya untuk mengembangkan usaha kemitraan baru dengan pihak swasta, atau dengan pihak lain, untuk menciptakan pekerjaan baru dan mendorong berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi daerah. Berdasarkan cara pandang tersebut, kawasan menjadi entitas yang dapat diperlakukan sebagaimana layaknya sebuah organisasi bisnis pada umumnya yang harus menjaga kelestariannya, berjuang dan bersaing dengan kawasan di daerah atau negara lain untuk merebut investasi maupun pangsa pasar produk unggulannya, berupaya untuk tumbuh, dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan upaya agar dapat mengoptimalkan potensi daya saing daerah dengan mengembangkan produktivitas kawasan-kawasan beserta industri yang ada didalamnya semaksimal mungkin dengan berbasis kepada sumber daya lokal yang dimiliki agar dapat bersaing dengan kawasan-kawasan yang lebih maju di daerah atau bahkan di negara lain. Pengembangan kawasan ini salah satunya dilakukan pada Propinsi Lampung sebagai daerah yang menjadi fokus penelitian ini, yakni dengan terbentuknya Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung. Propinsi Lampung dikenal sebagai daerah yang tumbuh dan berkembang di atas kekuatan petani dan pertanian, 70% masyarakat lampung bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu komoditas unggulan dari sektor pertanian yang terdapat pada Propinsi Lampung ini adalah pisang, dimana pada tahun 2008, pisang Lampung termasuk dalam komoditas unggulan daerah yang telah didukung pengembangannya melalui pendanaan APBN, sebagaimana terdapat dalam tabel sebaran lokasi pengembangan komoditas unggulan nasional dan unggulan daerah (lampiran 1) 4. Ekspor pisang segar dari Provinsi Lampung pada caturwulan pertama tahun 2001 sekitar 316 ton dengan nilai 58.976 dollar Amerika, atau 0,02 persen dari total ekspor provinsi sebesar 245,6 juta dollar Amerika. Angka ini 4 Dr.Ir. Yul Harry Bahar. Pengembangan Komoditas Hortikultura Tahun 2008. Dapat diakses pada http://hortikultura.go.id/ [diakses tanggal 5 Februari 2008, pukul 10:11 WIB]

4 jauh lebih kecil dibandingkan ekspor di caturwulan yang sama tahun sebelumnya, yang nilainya mencapai 103.215 dollar Amerika. Ekspor pisang Indonesia selama ini ditujukan ke negara-negara di kawasan Asia terutama Cina 5. Sebagai daerah penghasil pisang, tidak semua pisang Lampung dapat memenuhi syarat ekspor, karena secara umum, berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Pertanian, selama tahun 2004 Indonesia mengekspor pisang sebesar 27.000 ton, namun pada saat yang sama, mengimpor pisang sebesar 464.000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha pengolahan pisang akan dapat memberikan berbagai keuntungan, antara lain: (1) meningkatkan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk segar, (2) meningkatkan pendapatan petani, (3) meningkatkan umur penyimpanan sehingga mengurangi kerusakan dan kerugian, (4) mengubah menjadi bentuk produk awet sehingga dapat memiliki stok yang besar dalam memperkuat posisi tawar, (5) menyelamatkan dan memanfaatkan hasil panen dalam usaha menunjang program pemerintah penganekaragaman jenis pangan, dan (6) meningkatkan daya saing di pasar domestik dan juga luar negeri 6. Oleh karena itu, keberadaan Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung dapat menjadi alternatif untuk menghadapi besarnya potensi, prospek dan tuntutan konsumen, baik domestik maupun konsumen luar negeri. Karena dengan adanya kawasan industri pengolahan pisang dan komoditas pertanian lainnya dapat menjadi solusi untuk meningkatkan nilai tambah, selain nilai jualnya lebih besar dibandingkan dengan pisang segar, industri olahan pisang seperti keripik, sale, selai, dan sebagainya dapat lebih tahan lama. Selain itu, bahan bakunya yang mudah didapat dan murah membuat banyak usaha kecil tertarik untuk mengolah produk ini, sehingga turut serta memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5 Rini Dwi Yuliandari. Kota Bandar Lampung. Dapat diakses pada http://www2.kompas.com/kompascetak/0107/03/nasional/kota08.htm [diakses tanggal 16 Januari 2009, pukul 11:45 WIB] 6 Agro Inovasi. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis. Dapat diakses pada http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_bidangmasalah/pascapanen/pasca-bagian-b.pdf. [diakses tanggal 16 Januari, Pukul 13:54 WIB]

5 Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan adanya suatu strategi untuk mengembangkan kawasan produktif ini agar dapat mendukung peningkatan daya saing daerah. Beberapa strategi pengembangan ini, sebagaimana penelitian yang pernah dilakukan oleh Qodri (2006) dalam analisis strategi pengembangan industri kerajinan kain tapis di Kota Bandar Lampung dengan menggunakan AHP, bisa berupa kebijakan pembinaan dan perlindungan usaha, kebijakan bantuan permodalan, kebijakan peningkatan promosi dan perluasan pasar, dan kebijakan pengembangan kemitraan 7. Bagaimanapun, hasil perumusan strategi ini harus disesuaikan dengan karakteristik kawasan yang bersangkutan yang dapat ditelaah dari lingkungan internal dan eksternal kawasan berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. 1.2 Perumusan Masalah Daerah-daerah di Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk dikembangkan. Namun demikian, pada umumnya potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena berbagai permasalahan baik dari aspek mikro maupun aspek makro yang melingkupinya. Di sisi lain, adanya berbagai perjanjian perdagangan yang membuat pasar semakin liberal akan menyebabkan pula semakin tingginya keterbukaan ekonomi sehingga setiap daerah di Indonesia lebih mudah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi di luar daerah atau bahkan negara lain. Iklim globalisasi menghadirkan tantangan bagi daerah-daerah untuk bersaing dengan produk impor secara kompetitif. Hal ini memberikan implikasi bahwa saat ini daerahlah yang menjadi ujung tombak dari pembangunan ekonomi nasional. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi daerah harus dapat dipacu lebih cepat melalui pengembangan potensi lokal agar tidak tertinggal dalam persaingan global. Oleh karena itu, diperlukan berbagai terobosan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan produktivitas di daerah daerah, karena setiap daerah berkepentingan untuk membangun dan mempertahankan daya saingnya dalam 7 Qodri, Analisis Strategi Pengembangan Industri Kerajinan dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Magister Perencanaan Kebijakan Publik FE UI, 2006), h. 5.

6 rangka mencapai tujuan pembangunan jangka panjang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan kawasan-kawasan ekonomi yang dibangun dengan berbasis kepada potensi lokal yang dimililki oleh daerah-daerah tersebut. Penelitian ini akan membahas upaya pengembangan kawasan berbasis potensi lokal dalam rangka mendorong daya saing daerah, yang dalam penelitian ini yaitu Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung. Melalui studi kasus tersebut, beberapa permasalahan yang akan dibahas antara lain: 1. Aspek-aspek lingkungan internal dan eksternal apakah yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung? 2. Strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengembangkan Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung dalam rangka peningkatan daya saing daerah? 1.3 Tujuan dan Signifikansi Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari studi ini tersusunnya strategi pengembangan Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung dalam rangka peningkatan daya saing daerah. untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang akan dicapai antara lain : 1. Menganalisis aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung baik dari sisi internal maupun eksternal berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman 2. Merumuskan strategi pengembangan Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung.

7 1.3.2 Signifikansi Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi atas : A. Secara Akademis : 1. Merupakan media bagi upaya implementasi teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan dan buku-buku teks. 2. Pelengkap literatur yang membahas tema pengembangan kawasan industri. B. Secara Praktis : 1. Memberikan gambaran tentang kondisi yang mempengaruhi pengembangan Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung 2. Memberikan masukan dan pertimbangan arahan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan industri kecil khususnya kepada Pemerintah Daerah Propinsi Lampung dan Pemerintah Kota Bandar Lampung. 1.4. Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari enam bab, dengan deskripsi substansi sebagai berikut : a. Bab I Pendahuluan: Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, serta sistematika penulisan. b. Bab II Tinjauan Literatur: Bab ini berisi berbagai konsep yang terkait dengan pengembangan ekonomi daerah, pengembangan kawasan, manajemen strategis, serta model analisis dan operasionalisasi konsep. c. Bab III Metode Penelitian: Bab ini berisi tetang pendekatan yang digunakan dalam penelitian, jenis/tipe penelitian, teknik pengumpulan data, narasumber, teknik analisis data, serta pembatasan masalah. d. Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian: Bab ini berisi gambaran umum wilayah studi kasus dari segi administratif, geografis,

8 perekonomian dan infrastruktur serta karakteristik lainnya dari objek penelitian yang terkait dengan penelitian. e. Bab V Pembahasan Hasil Penelitian: Bab ini berisi analisis pengembangan Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung, terdiri dari analisis kondisi internal dan eksternal kawasan industri dengan menggunakan analisis SWOT, dan analisis prioritas strategi pengembangan kawasan industri dengan menggunakan analisis AHP (Analytic Hierarchy Process). f. Bab VI Kesimpulan dan Saran