Khasiat Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap Penyembuhan Acne Vulgaris

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

EFFECT OF WULUH STARFRUIT LEAF EXTRACT FOR Streptococcus mutans GROWTH

BAB I PENDAHULUAN. sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai pada masyarakat dengan prevalensi mencapai 50% (Wahyukundari,

BAB I PENDAHULUAN. praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI PADA PENGOBATAN AKNE VULGARIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

Uji In Vitro Efek Ekstrak Etanol Biji Kakao (Theobroma cacao) sebagai Antibakteri terhadap Propionibacterium acnes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

TREATMENT FOR ACNE VULGARIS

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Propionibacterium acnes adalah bakteri anaerob Gram positif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

antihelmintik, dan lain-lain (Absor, 2006). Komponen aktif yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

Transkripsi:

Khasiat Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap Penyembuhan Acne Vulgaris Nur Anggraini 1, Oktadoni Saputra 2 1 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas lampung Abstrak Jerawat atau acne vulgaris sampai saat ini selalu menjadi hal yang selalu mendapat perhatian, baik pada remaja atau dewasa muda. Acne vulgaris merupakan suatu kondisi inflamasi umum pada unit pilosebasea dengan gambaran klinis polimorfik berupa: komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut. Acne vulgaris merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri (self limiting disease). Pengobatan acne vulgaris dapat berupa terapi farmakologi dan nonfarmakologi.terapi farmakologi salah satunya yaitu terapi antibiotik yang diberikan setiap hari dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga dapat menimbulkan masalah dikarenakan membutuhkan kepatuhan yang tinggi dalam penggunaannya. Salah satu terapi nonfarmakologi dalam penyembuhan acne vulgaris yaitu dengan menggunakan ekstrak belimbing wuluh. Penelitian menunjukkan ekstrak belimbing wuluh yang terdiri dari tanin, saponin, triterpenoid dan flavonoid memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme yang berbeda-beda. Simpulan: belimbing wuluh merupakan salah satu alternatif dalam penyembuhan penyakit acne vulgaris dikarenakan ekstrak belimbing wuluh memiliki kemampuan sebagai antimikrobial yang dapat menyebabkan sel bakteri menjadi lisis. Kata kunci : acne vulgaris, belimbing wuluh, flavonoid, tannin, triterpenoid The Wuluh Starfruit (Averrhoa bilimbi L.) Effect in The Treatment of Acne Vulgaris Abstract Acne vulgaris is still become a common of problem in the teenagers or young adult. Acnevulgaris is acommon inflammatory condition of the unit pilosebasea with polymorphic clinical sign such as: blackheads, papules, pustules, nodule sand scar tissue. Acne vulgaris is a self-limiting disease. The treatment of acne vulgaris consists of pharmacological and nonpharmacological therapy. The pharmacological treatment is antibiotic therapy which are given everyday in quite long period so that cause compliance problem. One of non-pharmacological therapy in the treatment of acne vulgaris is an extract from a wuluh starfruit. The research shows that wuluh starfruit extract consist of tannins, saponins, triterpenoids and flavonoids has ability to inhibit the growth of bacteriaby the different mechanisms. Conclusion: wuluh starfruitis one of alternative in the treatment of acne vulgaris because wuluh starfruit extract has ability as antimicrobial which cause lysis in the bacterial cells. Keyword :acne vulgaris, wuluh starfruit, flavonoid, tannin, triterpenoid Korespondensi:iNur Anggraini, alamat Jl. Way Mesuji Bawah No.57 Pahoman, Bandar Lampung, HP 085766645802 e-mail: nuranggraini9567@gmail.com Pendahuluan Acne vulgaris atau jerawat adalah penyakit peradangan menahun unit pilosebaseadengan gambaran klinis biasanya polimorfik yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa: komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut. Penderita biasanya mengeluh akibat erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi, yakni muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas oleh karena kelenjar sebasea pada daerah yang aktif. 1 Prevalensi penderita acne vulgaris 80-85% pada remaja dengan puncak insiden usia 15-18 tahun, 12% pada wanita usia >25 tahun dan 3% pada usia 35-40 tahun. Insiden jerawat 80-100% pada usia dewasa muda, yaitu 14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria. 2 Penyebab acne vulgaris antara lain penggunaan kosmetik, khususnya di kalangan wanita. 3 Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarkhe atau haid pertama. 1 Acne vulgaris merupakan penyakit yang kompleks (multifaktorial) dengan elemen patogenesis yaitu hiperproliferasi folikuler epidermal, produksi sebum yang berlebihan, perubahan pola keratinisasi, peningkatan hormon androgen, terjadinya stress psikis, adanya aktifitas Propionibacterium acne. Majority Volume 5 Nomor 1 Februari 2016 76

Faktor lain yaitu usia, ras, familial, makanan, dan cuaca. 3,4 P.acnes merupakan bakteri gram positif dan anaerob yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Peranan P.acnes pada patogenesis acne vulgaris adalah memecah trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acnes meningkatkan respons inflamasi melalui aktivasi komplemen. Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah berjerawat, misalnya pada wajah, dada, dan punggung. 2 Mekanisme pembentukan acne vulgaris dimulai dari stimulasi produksi kelenjar sebaseus yang menyebabkan hiperseborrea biasanya dimulai pada pubertas. Selanjutnya terjadi pembentukkan komedo yang berhubungan dengan anomali proliferasi keratinosit, adhesi dan diferensiasi pada infrainfudibulum folikel pilosebaseus sehingga terjadi pembentukkan lesi inflamasi dimana yang berperan adalah bakteri anaerob yaitu P.acne. 2 Pada hiperproliferasi folikular epidermal salah satu yang berperan yaitu interleukin 1 (IL- 1). Penelitian pada keratinosit folikular manusia akan memperlihatkan hiperproliferasi dan pembentukkan mikrokomedo setelah IL- 1 ditambahkan. Reseptor antagonis IL-1 menghambat terjadinya pembentukkan mikrokomedo. Beberapa sitokin terlibat dalam proses inflamasi tetapi hanya empat yang berperan pada acne vulgaris yaitu IL-1α, interferon-gamma (IFN-γ), transforming growth factor alpha (TGF- γ) dan IL-4. IL-1α berperan penting menyebabkan pembentukkan komedo dan menstimulasi imunitas spesifik. Interleukin-1α mempunyai konsentrasi tinggi 1000 kali lebih tinggi di keratinosit interfolikular, komedo terbuka dan kelenjar sebaseus. Penelitian terbaru secara in vitro pada folikel acne tampak sitokin seperti IL- 1 memodulasi kornifikasi epidermis dan terlibat dalam menginduksi inflamasi komedo. 2 Androgen berperan penting pada patogenesis acne vulgaris tersebut. Acne vulgaris mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan dehidroepi androsteron sulfat, prekursor testosteron. Penderita acne vulgaris memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam batas normal. Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi keratinosit pada duktus seboglandularis dan akro infundibulum. Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. Epitel folikel rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut. Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum, dan bakteri yang akanmenyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas, membentuk mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan bakteri, akan membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar akan menimbulkan respon inflamasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa inflamasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo. 2 Terapi yang digunakan untuk mengatasi acne vulgaris terdiri dari terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu terapi farmakologi yaitu berupa bahan topikal seperti sulfur, sodium sulfasetamid, resolsinol, asam salisilat, retinoid topikal dan antibiotik spektrum luas. Terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan dalam penyembuhan acne vulgaris salah satunya dengan memanfaatkan ekstrak belimbung wuluh dimana sebagian organnya mempunyai nilai medis yang tinggi, mulai dari akar, batang, daun sampai buahnya. Ektrak belimbing wuluh diduga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. 5,6 Isi Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin, triterpenoid dan tanin. Flavanoid merupakan senyawa yang mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, butanol, dan aseton. Flavanoid golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. 7,8,9 Flavonoid bekerja dengan cara denaturasi protein. Proses ini juga menyebabkan gangguan dalam pembentukan Majority Volume 5 Nomor 1 Februari 2016 77

sel sehingga merubah komposisi komponen protein. Fungsi membran sel yang terganggu dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas sel, diikuti dengan terjadinya kerusakan sel bakteri. Kerusakan tersebut menyebabkan kematian sel bakteri. Flavonoid berfungsi untuk menjaga pertumbuhan normal, pertahanan terhadap pengaruh infeksi dan kerusakan. 7,10,11 Senyawa tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tumbuhan yang terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Senyawa ini tidak larut dalam pelarut non polar, seperti eter, kloroform dan benzena tetapi mudah larut dalam air, dioksan, aseton dan alkohol serta sedikit larut dalam etil asetat.tanin merupakan himpunan polihidroksi fenol yang dapat dibedakan dari fenol-fenol lain karena kemampuannya mengendapkan protein. Senyawa ini mempunyai aktivitas antioksidan menghambat pertumbuhan tumor. Tumbuhan yang mengandung tanin antara lain daun teh, daun jambu biji dan daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn). 7,12,13 Tanaman memproduksi tanin sebagai upaya pertahanan melawan jamur dan bakteri patogenik serta melawan pemakannya seperti serangga dan herbivora. 5,14 Triterpenoid merupakan komponen tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan sebagai minyak atsiri. Senyawa ini memiliki kerangka karbon berasal dari 6 satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C asiklik yaitu 30 skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Senyawa ini masuk dalam deret triterpena pentasiklik. 9,10 Daun belimbing wuluh sebagai penghambat pertumbuhan bakteri.senyawa aktif flavonoid di dalam daun belimbing wuluh memiliki kemampuan membentuk kompleks dengan protein bakteri melalui ikatan hidrogen. Keadaan ini menyebabkan struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri yang mengandung protein menjadi tidak stabil sehingga sel bakteri menjadi kehilangan aktivitas biologinya. Selanjutnya, fungsi permeabilitas sel bakteri akan terganggu dan sel bakteri akan mengalami lisis yang berakibat pada kematian sel bakteri. Komponen fenol juga dapat menyebabkan kerusakan dinding sel. 10,11,15 Dalam penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh, konsentrasi 10,5%, 11%, 12% adalah steril 0 CFU/ml, dimana tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media blood agar atau bakteri yang berkontak dengan bahan coba 100% mengalami kematian. Setiap konsentrasi hasil dari jumlah koloni dibandingkan dengan jumlah koloni yang terdapat pada kontrol positif. 14 Saat terjadinya kerusakan membran sitoplasma, ion H + dari senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) akan menyerang gugus polar (gugus fosfat) sehingga molekul fosfolipida akan terurai menjadi gliserol, asam karboksilat dan asam fosfat. Hal ini mengakibatkan membran sitoplasma akan bocor dan pertumbuhan bakteri akan terhambat bahkan sampai kematian bakteri. Kerusakan pada membran sitoplasma mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang diperlukan untuk menghasilkan energi. 10,16 Senyawa tanin merupakan senyawa turunan fenol yang secara umum mekanisme antimikrobanya dari senyawa fenol. Tanin merupakan growth inhibitor, sehingga banyak mikroorganisme yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh tanin. Tanin mempunyai target pada polipeptida dinding sel. Senyawa ini merupakan zat kimia yang terdapat dalam tanaman yang memiliki kemampuan menghambat sintesis dinding sel bakteri dan sintesis protein sel kuman gram positif maupun gram negatif. Aktivitas tanin sebagai antimikroba dapat terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu menghambat enzim antimikroba dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara bereaksi dengan membran sel dan menginaktivasi enzim-enzim esensial atau materi genetik. Selanjutnya, senyawa tanin dapat membentuk komplek dengan protein melalui interaksi hidrofobik sehingga dengan adanya ikatan hidrofobik akan tejadi denaturasi dan akhinya metabolisme sel terganggu. 10,12,14 Mekanisme aktivitas anti-mikroba dari triterpenoid dengan merusak fraksi lipid membran sitoplasma, sehingga akan mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel. Sebagai akibatnya membran atau dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Mekanisme kerja Majority Volume 5 Nomor 1 Februari 2016 78

tanin,saponin,triterpenoid dan flavonoid mampu merusak membran sitoplasma dengan mekanisme kerja yang berbeda. 9,10 Ringkasan Acne vulgaris merupakan penyakit peradangan menahun unit pilosebasea, dengan gambaran klinis biasanya polimorfik yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa: komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut. Penatalaksanaan acne vulgaris dibagi menjadi dua yakni terapi famakologi dan nonfarmakologi. Dalam terapi nonfarmakologi belimbing wuluh dapat diikutsertakan, hal ini dikarenakan komposisi dari belimbing wuluh seperti senyawa flavonoid, tannin, saponin dan triterpenoid yang memiliki kemampuan membentuk kompleks dengan protein bakteri melalui ikatan hidrogen yang menyebabkan struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menjadi tidak stabil sehingga sel bakteri menjadi kehilangan aktivitas biologinya. Hal ini membuat fungsi permeabilitas sel bakteri akan terganggu dan sel bakteri akan mengalami lisis yang berakibat pada kematian sel bakteri. Hal inilah yang menjadikan ektrak belimbing wuluh sebagai salah satu alternatif yang bisa digunakan dalam penyembuhan acne vulgaris. Simpulan Salah satu cara dalam menanggulangi penyakit acne vulgaris yaitu dengan memanfaatkan ekstrak belimbing wuluh yang dapat digunakan untuk menanggulangi penyakit acne vulgaris dikarenakan isi kandungan belimbing wuluh adalah senyawa tanin, saponin, triterpenoid dan flavonoid yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme yang berbeda-beda. Daftar Pustaka 1. Kabau S. Hubungan Antara Pemakaian Jenis Kosmetik Dengan Kejadian Akne Vulgaris. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012 2. Tahir M. Pathogenesis of Acne Vulgaris: simplified. Journal of Pakistan Association of Dermatologists. 2010; 20(1): 93-97 3. Andi. Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara; 2009 4. Movita T. Acne Vulgaris. Continuing Medical Education- 202. 2013; 4(40): 269-72 5. Wijayakusuma H. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi.Jakarta: Penebar Swadaya; 2006. 6. Hayati EK, Fasyah AG, Sa adah L. Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn). Jurnal Kimia. 2010;4(2):193-200. 7. Nugrahawati D, Rahayu YN, Wahyu H. Pemanfaatan buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) sebagai Cairan Akumulator secara Alami dan Ramah Lingkungan. [skripsi]. Surakarta (Indonesia): Universitas Sebelas Maret; 2009. 8. Oktavianes, Fifendy M, Handayani D. Daya Hambat Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn) terhadap Pertumbuhan Bakteri Eschericia Coli. Jurnal Pendidikan Biologi. 2013;2(2):1-5. 9. Lathifah QA. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.)Dengan Variasi Pelarut. [skripsi]. Malang (Indonesia): Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang; 2008. 10. Mukhlisoh W. Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) terhadap Efektivitas Antibakteri secara In Vitro. [Skripsi]. Malang (Indonesia): Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim; 2010. 11 Prabu GR, Gnanamani A, Sadulla S. Guaijaverin a plant flavonoid as potential antiplaque agent against Streptococcus mutans. Journal of Applied Microbiology. 2006;101(2):487-95. 12. Ummah MK. Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn). [skripsi]. Malang (Indonesia): Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim; 2010. 13. Mailoa MN, Mahendradatta M, Laga A, Djide N. Antimicrobial Activities Of Tannins Extract From Guava Leaves (Psidium Guajava L) On Pathogens Microbial. International Journal Of Scientific & Technology Research. 2014;3(1):236-41. Majority Volume 5 Nomor 1 Februari 2016 79

14. Savitri NPI. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn) terhadap Bakteri Mix Saluran Akar Gigi.[skripsi]. Denpasar (Indonesia): Universitas Mahasaraswati; 2014. 15. Prayogo, Rahardja BS, Putri RW. Uji Potensi Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Aeromonas Salmonicida Smithia secara In Vitro.Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2011;3(2):165-8. 16. Dewi IK, Joharman, Budiarti LY. Perbandingan Daya Hambat Ekstrak Etanol dengan Sediaan Sirup Herbal Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn) terhadap Pertumbuhan Shigella Dysenteriae In Vitro. Jurnal Berkala Kedokteran. 2013;9(2):191-8. Majority Volume 5 Nomor 1 Februari 2016 80