BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. dan tidak memusnahkan sumberdaya asli, manakala teori dan model

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Adam Smith (1776) terdapat dua aspek utama pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Katalog BPS :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan usaha meningkatkan pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi (Suryana, 2000). Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

STUDI PUSTAKA. ekonomi. Schumpeter dan Ursula (dalam Jhingan, 1992) mengemukakan. Masalah negara berkembang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

II. TINJAUAN PUSTAKA. kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang dapat didefinisikan sebagai

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

Pertumbuhan ekonomi wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat menggunakan dan mengelola sumber-sumber daya yang ada dan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan diwilayahnya sendiri memiliki kekuasaan untuk mengtur dan

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pembangunan Ekonomi Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi bukan merupakan suatu proses yang bersifat harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus.pembangunan ekonomi disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada perekonomian terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan ekonomi memiliki kaitan dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi atas barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun (Suryana, 2000:55). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses. Proses yang dimaksud merupakan proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan baru (Arsyad, 2010:374). Menurut Michael P. Todaro (1993) pembangunan di setiap negara mempunyai 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu: 15

1) Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti makanan, perumahan, kesehatan dan perlindungan. 2) Meningkatkan taraf hidup, termasuk menambah dan mempertinggi pendapatan, penyediaan lapangan kerja yang memadai, pendidikan yang lebih baik dan memperhatikan nilai budaya dan kemanusiaan, keseluruhan hal tersebut bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi semata, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri, baik individu ataupun bangsa. 3) Memperluas jangkuan pilihan ekonomi dan social bagi seluruh individu dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan ketergantungan, tidak hanya hubungannya dengan orang lain dan negara lain, tetapi juga sumber kebodohan dan penderitaan manusia. 2.1.2 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukan sejauh mana kegiatan perekonomian negara dapat memberikan tambahan pendapatan untuk masyarakat pada periode tertentu. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika tingkat aktivitas ekonomi yang dicapai lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. Sementara itu pertumbuhan ekonomi menurut Simon Kuznets (dalam Jhingan, 2000:57), adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu daerah untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki 3 (tiga) 16

komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan beraneka ragam barang kepada penduduk; ketiga, pemakaian teknologi secara luas serta efisien membutuhkan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan umat manusia dapat digunakan secara tepat. Boediono (1999:8) menyebutkan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang. Jadi, dengan bukan bermaksud menggurui, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu. Boediono (1999:1-2) menyebutkan secara lebih lanjut bahwa Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk, sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yaitu (Arsyad, 2010:270): 17

a. Akumulasi Modal Akumulasi Modal adalah seluruh investasi baru yang masuk berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumber daya manusia, akan terjadi bila ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan selanjutnya dinvestasikan yang bertujuan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumber daya baru dan meningkatkan sumber daya yang telah ada. b. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dan seluruh hal yang berkaitan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor positif dalam memacu pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan tersebut tergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan memperkerjakan tenaga kerja secara produktif. c. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi adalah faktor yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi dipengaruhi oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang dibenahi dalam melakukan pekerjaan tradisional. 2.1.3 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Menurut Blakely (1994:50) pembangunan ekonomi daerah merupakan kondisi yang berorientasi pada proses pembangunan institusi baru, pengembangan kapasitas tenaga kerja, pembangunan industri alternatif, identifikasi pasar, alih teknologi serta membangun perusahaan lainnya. Pembangunan ekonomi daerah 18

merupakan proses yang kompleks yang terjadi dari waktu ke waktu, potensi pertumbuhan ekonomi berbeda di setiap daerah tergantung pada kondisi ekonomi regional (Jeffrey, 2007). Karakteristik dari pembagunan ekonomi daerah lebih ditekankan pada pembangunan yang bersifat endogen yang artinya memakai sumber daya manusia dan sumber daya alam daerah untuk membuat kesempatan kerja baru dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam Pembangunan ekonomi daerah, pengertian daerah (region) itu sendiri berbeda-beda tergantung pada aspek tinjauannya. Dari aspek ekonomi oleh Syafrizal (2008:10) daerah memiliki tiga pengertian yaitu: 1. Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan per kapita, sosial budaya, geografis dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti ini disebut daerah homogen. 2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah modal. 3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu Provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah administrasi. 19

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah beserta masyarakatnya mengelola sumber daya yang tersedia dan membuat suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta dalam usaha untuk menciptakan lapangan kerja baru dan memacu kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999:298). Sjafrizal (1997) menyatakan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah, kebijakan utama yang harus dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah dapat sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kondisi ini penting diusahakan karena potensi pembangunan yang dimiliki oleh masing-masing daerah sangat bervariasi atau memiliki karakteristik yang berbeda. Karena itu, bila prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka sumber daya yang dimiliki kurang dapat digunakan atau dimanfaatkan secara maksimal. Secara makro, potensi ekonomi daerah juga merupakan salah satu indikator daya saing suatu daerah. Potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah akan membantu dalam pembentukan kompleksitas daya saing dari daerah (Anthoni Mayes, 2010). Potensi ekonomi yang dimiliki oleh setiap sektor ekonomi di daerah sangat berkaitan dengan kegiatan ekonomi daerah. Pertumbuhan atau penurunan yang terjadi pada sektor ekonomi sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi (Janaranjana et al, 2010) Pertumbuhan ekonomi daerah (wilayah) adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di daerah tersebut. (Tarigan, 2005:49). Pertumbuhan 20

ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRB t ) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1 ) sebagai berikut: Laju Pertumbuhan Ekonomi= PDRBt PDRBt 1 PDRBt 1 100% Pendapatan daerah menunjukan balas jasa untuk faktor-faktor produksi yang beroperasi atau digunakan di daerah tersebut ( modal, tanah, tenaga kerja dan tekonologi ), yang berarti dapat menunjukan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang terjadi di daerah yang bersangkutan ditentukan juga oleh seberapa besar transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang keluar daerah atau mendapat aliran dari luar daerah (Dini, 2007). a. Teori Whilt Whitman Rostow Menurut Rostow dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economics Growth (1965) proses pertumbuhan ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam lima tahapyaitu: pertama, masyarakat tradisional dimana dalam tahapan inimasyarakat memakai metode produksi yang masih kuno atau tradisional dengan kebiasaan turun-temurun. Kedua, tahapan prasyarat tinggal landasdimana terjadi transformasi diseluruh sektor kehidupan sepertitransformasi dari sektor pertanian kearah sektor perkotaan. Ketiga,tahapan tinggal landas dimana terjadinya perubahan secara drastisbaik dari revolusi politik, terciptanya berbagai inovasi sertamunculnya pasar-pasar baru. Keempat, tahap menuju kedewasaan dimana industri telah berkembang secara pesat, penggunaaan teknologi yang semakin 21

canggih dan efektif disemua sektor produksi, peningkatan kualitas tenaga kerja dan terjadi perubahan-perubahan sosial. Kelima, tahap konsumsi tinggi dimana segala sesuatu terpusat pada konsumsi bukan produksi (Zakaria, 2009:113-116). b. Teori Harrod-Domar dalam Sistem Regional Teori pertumbuhan yang dikembangkan oleh Evsey Domar dan sir Roy.F.Harrod. Teori ini merupakan pengembangan dari teori makro Keynes yang dianggap memiliki kekurangan yaitu tidak mengungkapkan masalah ekonomi yang akan terjadi untuk jangka panjang (Solow, 1956). Menurut teori Harrod- Domar, pembentukan modal merupakan faktor yang utama dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat dicapai melalui proses akumulasi tabungan (Arsyad, 2010:84). Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu: 1) Perekonomian berada dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) serta barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara maksimal. 2) Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, ini menunjukan pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak termasuk. 3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan di mulai dari titik nol. 4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save ) besarnya tetap, demikian juga dengan rasio antara modal-output (Capital Output 22

Ratio) dan rasio pertambahan modal-output (Incremental Capital-Output Ratio). c. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan Samuelson pada tahun 1955 dalam Tarigan (2007:55) memperkenalkan teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike). Teori ini menjelaskan setiap wilayah perlu untuk mengetahui sektor atau komoditi apa yang mempunyai potensi serta mampu dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam ataupun karena sektor tersebut mempunyai keunggulan kompetitif untuk dikembangkan. Kondisi tersebut memiliki arti bahwa dengan kebutuhan modal yang sama, sektor tersebut mampu memberikan nilai tambah yang lebih besar, mampu berproduksi dengan waktu yang singkat dengan kontribusi sumbangan yang besar untuk perekonomian. Perkembangan sektor tersebut akan memacu sektor lain untuk ikut berkembang sehingga akan mempengaruhi naiknya pertumbuhan ekonomi. Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor sektor saling mempengaruhi dan saling mendukung sehingga pertumbuhan sektor yang satu akan mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu pula sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan membuat perekonomian tumbuh cepat. 2.1.4 Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengetahui keadaan perekonomian di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar 23

harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan keseluruhan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, selanjutnya PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah atas barang dan jasa yang kemudian dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku memliki fungsi untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi pada suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Selain itu, PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit adalah rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan. Perhitungan untuk metode langsung dapat dikerjakan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan serta pendekatan pengeluaran. Meskipun memiliki tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil perhitungan yang sama (BPS, 2002:5). 1. Pendekatan Produksi Pendekatan produksi (Production Approach) dilakukan dengan menghitung nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit 24

produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dikatakan juga sebagai penghitungan melalui nilai tambah (value added). Pendekatan produksi merupakan perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor atau sub sektor tersebut. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara. Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang yang termasuk input antara adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan termasuk biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2007). 2. Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diperoleh dari faktor-faktor produksi yang turut serta di dalam proses produksi di suatu wilayah atau region dalam jangka waktu tertentu (umumnya setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut berupa upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Termasuk sebagai Komponen penyusun PDRB adalah penyusutan barang modal tetap dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagai surplus bruto sektoral. PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). 25

3. Pendekatan Pengeluaran PDRB merupakan jumlah keseluruhan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori, dan ekspor neto di suatu wilayah/region pada suatu periode (biasanya setahun), yang dimaksud dengan ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor. Selama ini, data PDRB yang dipublikasikan oleh BPS menggunakan pendekatan produksi (lapangan usaha) dan pendekatan pengeluaran (penggunaan). Pengumpulan data PDRB dilakukan sebagai berikut: a. Untuk PDRB sektoral, data dikumpulkan dari departemen/intansi terkait. Data yang dikumpulkan dari setiap sektor antara lain berupa data produksi, data harga di tingkat produsen, dan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi, serta data pengeluaran, yang diperoleh baik melalui survei maupun estimasi. b. Untuk PDRB pengeluaran, data dikumpulkan departemen/intansi terkait yang secara resmi mengeluarkan data (seperti ekspor-impor, pengeluaran dan investasi pemerintah, serta investasi swasta) dan melalui survei-survei khusus (seperti survei khusus pengeluaran rumah tangga). Sejak tahun 2004, data PDRB yang disajikan menggunakan tahun dasar 2000 yang mencakup periode data sejak tahun 2000. Perubahan tahun dasar dari 1993 menjadi 2000 dilakukan karena struktur perekonomian Indonesia dalam kurun waktu tersebut telah mengalami perubahan yang signifikan, meliputi 26

perkembangan harga, cakupan komoditas produksi dan konsumsi serta jenis dan kualitas barang maupun jasa yang dihasilkan. 2.1.5 Sektor Potensial Potensi ekonomi suatu daerah merupakan suatu kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang mampu dan layak untuk dikembangkan, sehingga dalam jangka panjang akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat, bahkan mampu membantu serta menopang perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkelanjutan (Soeparmoko, 2002). Potensi ekonomi ini mencakup semua kekayaan atau sember daya fisik maupun non fisik pada area atau wilayah tertentu sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kekuatan daerah. Sektor potensial atau unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh faktor anugrah (endowment factor), selanjutnya sektor ini akan berkembang dengan didukung adanya investasi sehingga bisa menjadi tumpuan di masa yang akan datang (Nurlatifa, 2006). Sektor potensial/unggulan harus memiliki kelebihan, yaitu unggul secara komparatif dan unggul secara kompetitif. Menurut Arsyad (2010:367), terdapat beberapa ukuran pertumbuhan ekonomi yang pada dasarnya dapat menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan sekitarnya sebagai sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan, yaitu : 1) Location Quotients (LQ), 2) Model Rasio Pertumbuhan (MRP), 3) Overlay 27

2.1.6 Teori Basis Ekonomi Teori basis ekonomi yaitu membedakan kegiatan perekonomian regional kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non-basis. Sektor basis adalah sektor yang kinerjanya utamanya bergantung pada pengaruh kondisi ekonomi eksternal terhadap perekonomian lokal untuk pembangunan ekonomi, sementara sektor non-basis adalah sektor yang kinerja utamanya bergantung pada kondisi ekonomi internal regional itu sendiri dan terfokus pada persediaan untuk konsumsi lokal (Thomas et al, 1998). Teori basis ekonomi yang dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1978:14) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Dalam teori basis ekonomi bahwa semua wilayah merupakan sebuah sistem sosio ekonomi yang terpadu. Bertambah banyaknya kegiatan basis suatu daerah akan berpengaruh terhadap bertambahnya arus pendapatan daerah tersebut, yang selanjutnya akan menambah permintaan barang dan jasa di daerah tersebut, kemudian akan menumbuhkan kegiatan non-basis. Sebaliknya jika kegiatan basis berkurang akan berdampak pada berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu daerah, sehingga akan mengakibatkan turunnya permintaan produk dari kegiatan non-basis. Pertumbuhan industri yang memakai sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan mampu menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation). Daerah memiliki kesempatan untuk mengembangkan sumber daya yang dimiliki dengan cara memanfaatkan tenaga kerja yang ada termasuk yang berasal dari luar daerah dalam rangkameningkatkan 28

peluang ekspor. Lebih lanjut dalam analisisnya, teori basis ekonomi umumnya menggunakan data PDRB untuk mengidentifikasi dan menentukan sektor potensial. Apabila sektor potensial tersebut dapat dikembangkan dengan baik akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan daerah secara maksimal (Arsyad, 1999:116). Untuk menganalisis basis ekonomi suatu daerah atau wilayah teknik yang dapat digunakan yaitu Location Quotient (LQ) ini berfungsi untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan. 2.1.7Model Pertumbuhan Interregional Model pertumbuhan interregional adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang memiliki sifat eksogen. Model basis ekspor hanya membahas daerah yang bersangkutan tanpa memperhitungkan pengaruh dari daerah tetangga. Sedangkan Model interregional ini memasukan dampak dari daerah tetangga. Dalam hipotesis model interregional perdagangan dan investasi daerah harus mengarah pada pemerataan upah di daerah dan permerataan pendapatan per kapita di daerah dengan tingkat tenaga kerja, keterampilan dan investasi yang sama (Casey, 2003). Terdapat beberapa alat analisis yang bisa digunakan dalam menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah atau daerah, sebagai berikut: a. Analisis Shift Share Analisis ini merupakan teknik yang berfungsi untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dengan membandingkan data ekonomi nasional dengan ekonomi daerah (Wali I. Mondal, 2009). Tujuan dari 29

analisis shift share yaitu untuk mengukur efisiensi relaitf dan produktivitas kerja dalam pertumbuhan ekonomi daerah dengan cara membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (Wei Chen and Jiuping Xu, 2007). Analisis shift share juga memberikan data tentang kinerja perekonomian yang digolongkan ke dalam 3 bidang dan memiliki hubungan satu sama lainnya yaitu (James Brox and Carvalho, 2008): 1) Komponen pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dengan jalan menganalisis perubahan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang menjadi acuan. 2) Komponen bauran industri adalah perbedaan antara pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan kabupaten/kota sektoral serta pertumbuhan daerah dengan pertumbuhan provinsi. Komponen bauran industri ini mengukur apakah perekonomian daerah yang terkonsentrasi pada industri regional atau daerah dapat tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang menjadi acuan. 3) Komponen keunggulan kompetitif, berfungsi untuk mengukur seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang menjadi acuan. b. Location Quotient (LQ) Location Quotient (LQ)berfungsi untuk mengetahui seberapa besar tingkat keunggulan komparatif sektor basis atau unggulan atau LQ digunakan juga untuk menganalisis sumber pertumbuhan regional (Deddy 30

dan Sony, 2013). Menurut Kimbugwe et al (2010) dalam analisis LQ aktivitas ekonomi suatu daerah atau wilayah dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu: 1) Sektor basis merupakan sektor ekonomi lokal yang melayani pasar di daerah bersangkutan ataupun luar daerah dan memiliki ketergantungan pada faktor eksternal. 2) Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri dan memiliki ketergantungan dengan kondisi perekonomian lokal. Untuk mengidentifikasi sektor basis dan non basis perekonomian adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Zheng, 2013): LQ = Xij /Xi X j /x Keterangan: LQ = Nilai Location Quotient Xij = Jumlah pendapatan sektor i pada tingkat kabupaten (wilayah) Xi * = Jumlah total pendapatan sektor perekonomian ditingkat Kabupaten X * j = Jumlah pendapatan sektor i pada tingkat Provinsi X * = Jumlah total pendapatan sektor perekonomian ditingkat Provinsi Teknik LQ merupakan salah suatu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. Dasar pemikiran dari teori basis ekonomi ini adalah karena industri basis menghasilkan barang dan jasa untuk pasar di daerah ataupun untuk luar daerah, sehingga penjualan keluar daerah akan 31

menghasilkan pendapatan untuk daerah yang bersangkutan. Arus pendapatan dari luar daerah ini berpengaruh terhadap meningkatnya konsumsi dan investasi di daerah tersebut, dan akan meningkatkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru bagi masyarakat ( Tarigan, 2005:60 ). 2.1.8 Konsep Tenaga Kerja Sonny Sumarsono (2003) mengungkapkan tenaga kerja sebagai semua orang yang bersedia dan sanggup untuk bekerja. Pengertian tenaga kerja ini mencakup mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak mendapat bayaran berupa upah atau mereka yang sebenarnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak tersedianya kesempatan kerja. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam proses produksi. Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih memiliki peran yang sangat penting dari pada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah air, dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakan semua sumber-sumber tersebut sehingga menghasilkan barang (Bakir dan Manning, 1984). Pada dasarnya tenaga kerja dapat dibagi dalam kedua kelompok, yaitu: 1) Angkatan kerja adalah tenaga kerja berusia 15 tahun yang selama seminggu yang lalu memiliki pekerjaan, baik yang bekerja ataupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab. Di samping itu, mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan pekerjaan. 32

2) Bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja yang berusia 15 tahun ke atas yang selama seminggu lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan sebagainya dan tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari kerja, golongan ini sering dinamakan potential labor force. 2.1.9 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja memiliki pengertian besarnya kesediaan usaha produksi untuk mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi, yang memiliki arti bahwa lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja dari suatu kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja akan tercipta apabila adanya permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga dengan kata lain kesempatan kerja juga menunjukan permintaan terhadap tenaga kerja (Sudarsono, 1998).Perluasan kesempatan kerja adalah suatu upaya untuk mengembangkan sektor-sektor penampung kesempatan kerja dengan produktivitas rendah. Usaha perluasan kesempatan kerja tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor seperti, pertumbuhan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas tenaga kerja, atau kebijakan mengenai perluasan kesempatan kerja itu sendiri. Kesempatan kerja berubah dari waktu ke waktu, perubahan tersebut terjadi akibat adanya perubahan dalam perekonomian. Hal ini sejalan dengan konsep dalam ekonomi bahwa permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan dari permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa dalam perekonomian. Apabila perekonomian berkembang akan berpengaruh terhadap meningkatnya 33

penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi mampu membawa pengaruh positif untuk kesempatan kerja dan produktivitas tenaga kerja (Payaman Simanjuntak, 1985). 34