PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING DI DATARAN TINGGI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING DI DATARAN RENDAH TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL. Simmental Semen s Quality

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING DI DATARAN RENDAH TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN. Frozen Semen s Quality

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu wilayah

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

Engki Zelpina 1, Bayu Rosadi 1 dan Teguh Sumarsono 1

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

Pengaruh Metode Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi PO

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

Pengaruh Lama Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin dan Brahman

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman dengan Berbagai Konsentrasi dalam Pengencer CEP-D yang Disimpan dalamrefrigerator

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGUJIAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA CAIR KERBAU (Bubalus bubalis) MENGGUNAKAN LARUTAN HIPOOSMOTIK

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

EVALUASI KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN POST THAWING DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD SUMBER HADI SUGITO

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BALI

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

PENGARUH JUMLAH SPERMATOZOA PER INSEMINASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

KUALITAS SEMEN SAPI BALI DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGENCER SARI WORTEL PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): , November 2016 CALVING INTERVAL PADA SAPI BALI DI KABUPATEN PRINGSEWU

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN DENGAN DOSIS KRIOPROTEKTAN GLISEROL YANG BERBEDA DALAM BAHAN PENGENCER TRIS SITRAT KUNING TELUR

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): , Mei 2016

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

RESPON FISIOLOGIS KAMBING BOERAWA JANTAN FASE PASCASAPIH DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

SKRIPSI. Oleh : SYAHRUDI

Transkripsi:

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING DI DATARAN TINGGI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN The Effect of Temperature and Duration of Thawing in High Altitudes of Frozen Brahman Semen Quality Sherly Puspa Ningrum a, Madi Hartono b, Purnama Edy Santosa b a The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University b The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347 ABSTRACT The aim of this research was to determine the lest temperature and durations of thawing at high altitudes in frozen semen of Brahman bull. This research conducted in 8-27 March 2014. This research was conducted using a completely randomized design (CRD) with 3x3 factorial. The first factorial is temperature (34 o C, 37 o C, and 40 o C) and second factorial is thawing durations with 3 replications. Variables were deserved in this researchs the percentage of alive sperm and sperm motility. Research data was analyzed by Anova and Duncan test at 5%. The result showed that the temperatures and thawing durations influence the quality of Brahman bull frozen semen, but has no interaction between them. Of this this research, the best quality of spermatozoa obtained at 40 o C and the 20 second duration of thawing has the highest quality average among the other treatments. Motility of spermatozoa at 40 o C is 33,89% and thawing duration at 20 second is 35,56%, the percentage of alive sperm at 40 o C is 37,04% and the duration of thawing at 20 second is 35,43%. Keyword : temperature and durations of thawing, frozen semen, Brahman bull, high altitudes. PENDAHULUAN Peningkatan produksi daging merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan sumber daya manusia Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan daging meningkat. Daging sapi merupakan sumber protein hewani, kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumen nasional baru berkisar 23%. Indonesia membutuhkan perhatian khusus dalam kaitannya dengan upaya mempertahankan dan menunjang peningkatan populasi ternak terutama pada usaha sapi potong. Sapi Brahman merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam Bos indicus, yang kemudian diekspor ke seluruh dunia. Sapi ini memiliki mutu genetik dan daya reproduksi yang paling baik dibandingkan sapi lokal. Keunggulan dari sapi Brahman antara lain pertambahan berat badan relatif cepat, prosentase karkas besar, serta merupakan sapi potong tipe dwiguna yang mampu berkembang biak dengan baik pada lingkungan yang tidak menguntungkan. Tahan terhadap gigitan caplak dan nyamuk, serta resisten terhadap demam texas dan dapat beradaptasi terhadap pakan yang jelek. (Murtidjo, 1993), Semen beku adalah semen yang diencerkan menurut prosedur tertentu, lalu dibekukan jauh di bawah titik beku air. Tantangan dalam keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) di lapangan adalah rendahnya kualitas dan penanganan semen beku yang digunakan, kondisi reproduksi, managemen ternak dan ketrampilan inseminator (Sitepu et al., 1996). Dataran tinggi merupakan daerah yang pada umumnya memiliki temperatur udara dingin dengan kelembaban udara yang tinggi. Suhu thawing yang rendah lebih cepat mengalami penurunan suhu akibat suhu lingkungan di dataran tinggi yang lebih rendah sehingga terjadi transfer panas ke lingkungan 103

baik secara konveksi maupun konduksi menyesuaikan ke suhu lingkungan, suhu thawing dapat dipengaruhi oleh kecepatan angin (Sientje, 2003). Suhu dan lama thawing mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan spermatozoa khususnya keutuhan spermatozoa dalam semen. Hasil penelitian Adikarta dan Listiana (2001) menyatakan bahwa lama thawing 30 detik memberikan hasil lebih baik terhadap persentase spermatozoa hidup daripada thawing selama 15 detik. Temperatur thawing 21 25 o C dengan waktu di bawah satu menit memperoleh tingkat motilitas 51,17% lebih baik dari temperatur thawing 5 o C yang memiliki motilitas sebesar 45,95%. Hal ini sesuai dengan pendapat Handiwirawan (1997) menjelaskan bahwa suhu dan lama thawing mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan spermatozoa khususnya keutuhan spermatozoa dalam semen. Kombinasi suhu dan lama thawing yang baik adalah yang mengakibatkan sedikit kerusakan spermatozoa, sehingga tetap memiliki kemampuan membuahi ovum yang tinggi. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada 8 Maret sampai dengan 27 Maret 2014 di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial 3x3. Faktor I suhu (34 C, 37 C, dan 40 C) dan Faktor II lama thawing (10 detik, 15 detik, dan 20 detik) dengan 3 kali ulangan. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah motilitas spermatozoa dan persentase spermatozoa hidup. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Motilitas Spermatozoa Semen Beku Setelah Thawing Motilitas umumnya digunakan sebagai parameter kesanggupan membuahi (Toelihere,1993) b. Penilaian secara visual terhadap motilitas merupakan penilaian yang subjektif dan merupakan salah satu indikasi dalam menentukan kualitas spermatozoa. Rata-rata persentase motilitas spermatozoa setelah thawing dilakukan di dataran tinggi pada suhu lingkungan 27ºC dengan kelembaban 62% dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata persentase motilitas spermatozoa setelah thawing Suhu Lama Thawing (detik) 10 15 20 Rerata 34º C 28,33 30,00 31,67 30,00 b 37º C 21,67 30,00 36,67 29,44 b 40º C 31,67 31,67 38,33 33,89 a Rerata 27,22 b 30,56 b 35,56 a Keterangan : Rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf superskrip yang sama pada baris atau kolom berarti tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap respon yang diamati (P>0,05) menurut uji Duncan pada taraf nyata 5%. Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa terdapat pengaruh yang nyata (P<0,05) pada lama thawing dan pada suhu thawing terhadap kualitas semen beku sapi Brahman, namun tidak terdapat interaksi antara suhu dan lama thawing. Hasil uji Duncan terhadap motilitas spermatozoa menunjukkan bahwa pada lama thawing 10 detik dan 15 detik tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) tetapi pada lama thawing 20 detik memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kualitas semen beku sapi Brahman. Motilitas spermatozoa terbaik dicapai pada lama thawing 20 detik. Lama thawing 10 detik menghasilkan persentase motilitas spermatozoa terendah yaitu 27,22%. Lama thawing ini dapat dikatakan terlalu singkat menyebabkan persentase motilitas spermatozoa rendah karena spermatozoa belum mencair secara sempurna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Samsudewa dan Suryawijaya (2008) bahwa durasi thawing terlalu singkat akan menyebabkan kristal-kristal es belum mencair secara sempurna sehingga menghambat pergerakan sel spermatozoa secara aktif dan dapat terjadi penurunan motilitas individu sampai pada kualitas yang tidak bisa dipakai lagi untuk IB. Lama thawing 15 detik menghasilkan rata-rata persentase motilitas spermatozoa yang lebih baik yaitu 30,56%, tetapi pada durasi ini masih termasuk lama thawing yang singkat, akibatnyaspermatozoa belum mencair secara sempurna. Pada saat semen beku disimpan dalam kontainer yang berisi nitrogen cair dengan suhu -196 o C sel spermatozoa mengalami dehidrasi yaitu pengeluaran air dalam sel sehingga menimbulkan kekeringan besar yang menyebabkan organ intraseluler 104

seperti mitokondria dan lisosom mengalami kerusakan. Mitokondria merupakan tempat terjadinya respirasi sel yang menghasilkan energi, apabila mitokondria rusak maka akan mengganggu proses metabolisme sehingga rantai oksidasi akan terputus mengakibatkan sperma akan berhenti bergerak karena tidak ada pasokan energi dari organel mitokondria. Sumber energi mitokondria berperan menggertak mikrotubul sehingga pergesekan diantara mikrotubul menyebabkan sperma motil dan kerusakan lisosom dapat menyebabkan lisisnya enzim yang ada dalam spermatozoa. Hal ini sesuai dengan pendapat Pramunico (2003) yang menyatakan bahwa durasi thawing yang singkat akan menyebabkan persentase motilitas spermatozoa rendah. Lama thawing 20 detik menghasilkan persentase motilitas terbaik yaitu 35,56%. Pada lama thawing ini kristal-kristal es pada spermatozoa telah mencair secara sempurna sehingga terjadi pergerakan sel spermatozoa secara aktif dan dapat menghasilkan angka persentase motilitas yang tinggi. Motilitas spermatozoa berhubungan erat dengan proses metabolisme yang terjadi di dalam organ sel spermatozoa. Metabolisme bertujuan untuk menghasilkan ATP dan ADP yang digunakan untuk daya gerak sel spermatozoa, tetapi apabila fosfat organik yang tersedia di dalam ATP habis maka kontraksi fibril sel spermatozoa akan berhenti sehingga daya gerak sel spermotozoa juga akan berhenti. Hasil uji Duncan terhadap motilitas spermatozoa menunjukkan bahwa pada suhu thawing 34 o C dan 37 o C tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) tetapi pada suhu thawing 40 o C memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kualitas semen beku sapi Brahman. Motilitas spermatozoa terbaik dicapai pada suhu thawing 40 o C. Suhu thawing 34ºC dan 37ºC menghasilkan persentase motilitas yang rendah, namun pada suhu 40ºC menghasilkan persentase motilitas yang tinggi. Suhu thawing 34ºC dan 37 o C mempunyai nilai ratarata persentase motilitas spermatozoa 30,00% dan 29,44%. Hal ini disebabkan suhu thawing 34ºC maupun 37 o C cepat mengalami penurunan suhu akibat suhu lingkungan di dataran tinggi yang lebih rendah (27 o C) sehingga terjadi transfer panas ke lingkungan baik secara konduksi, konveksi, maupun evaporasi terjadi lebih cepat. Suhu thawing yang rendah menyebabkan semen beku tidak dapat mencair secara sempurna dan akan mengakibatkan struktur fosfolipid membran plasma akan berubah dari fase cair menjadi fase gel sehingga akan menyebabkan motilitas yang rendah. Watson (1996) menyatakan bahwa suhu thawing rendah akan mengakibatkan struktur fosfolipid membran plasma akan berubah dari fase cair menjadi fase gel berakibat pada rendahnya daya gerak spermatozoa sampai terjadi kematian dan Pramunico (2003) menyatakan bahwa suhu thawing yang rendah akan menghasilkan angka motilitas yang lebih rendah begitu juga sebaliknya suhu thawing yang tinggi maka akan menghasilkan angka motilitas yang tinggi. Suhu thawing 40ºC menghasilkan persentase motilitas yang paling tinggi (33,89%). Suhu air thawing 40 o C akan lebih lama menyesuaikan ke suhu lingkungan yang lebih rendah secara konveksi akibatnya air pada saat thawing tetap panas menyebabkan suhu yang ideal bagi spermatozoa sehingga angka motilitas spermatozoa tinggi. Suhu air yang tinggi yaitu 40 o C menyebabkan telah mencairnya kristal-kristal es sehingga proses metabolime di dalam spermatozoa telah berjalan dengan normal dan spermatozoa mudah untuk bergerak sehingga diperoleh motilitas yang tinggi. Pada suhu thawing yang tinggi akan mengakibatkan proses metabolisme spermatozoa berlangsung cepat sehingga sel spermatozoa mampu mengurangi tekanan panas yang disebabkan oleh terjadinya aktivitas metabolisme dan mampu melewati masa kritis lebih cepat sehingga daya gerak spermatozoa akan bergerak dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hafs dan Elliot (1954) menyatakan bahwa thawing pada air bersuhu 38 C sampai 40 C menghasilkan daya tahan spermatozoa hidup yang lebih baik bila dibandingkan dengan pada suhu yang lebih rendah. B. Persentase Spermatozoa Hidup Setelah Thawing Rata-rata persentase spermatozoa hidup setelah thawing terhadap semen beku sapi Brahman yang dilakukan di dataran rendah pada suhu lingkungan 27ºC dengan kelembaban 62% dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa lama thawing dan suhu thawing tmenunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kualitas semen beku sapi Brahman, namun tidak terjadi interaksi pada suhu dan lama thawing. Hasil uji Duncan terhadap persentase spermatozoa hidup dapat diketahui bahwa pada lama thawing 10 detik dan 15 detik tidak memberikan perbedaan 105

yang nyata (P>0,05) tetapi pada lama thawing 20 detik memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kualitas semen beku sapi Brahman Tabel 2. Rata-rata persentase spermatozoa hidup setelah thawing Suhu Lama Thawing (detik) 10 15 20 Rerata 34º C 30,50 33,36 35,37 33,08 b 37º C 32,67 34,12 37,18 34,66 b 40º C 33,01 34,71 38,58 35,43 a Rerata 32,06 b 34,06 b 37,04 a Keterangan : Rataan perlakuan yang diikuti oleh huruf superskrip yang sama pada baris atau kolom berarti tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap respon yang diamati (P>0,05) menurut uji Duncan pada taraf nyata 5%. Lama thawing 10 dan 15 detik memperoleh hasil persentase spermatozoa hidup rendah yaitu sebesar 32,06% dan 34,06%. Durasi tersebut termasuk ke dalam durasi thawing yang singkat. Hal ini disebabkan durasi thawing yang terlalu singkat akan menyebabkan kerusakan pada dinding membran spermatozoa. Kerusakan membran spermatozoa disebabkan telah terjadi proses radikal bebas metabolit oksigen yang bersifat toksik pada tingkatan yang rendah di dalam sel spermatozoa yang bersamaan dengan suplai oksigen yang terbatas sehingga terjadi peningkatan peroksidasi lipid sebagai faktor rusaknya membran spermatozoa. Proses thawing yang singkat akan memengaruhi stabilitas membran spermatozoa sehingga segmen intraseluler seperti mitokondria dan lisosom dapat berubah dengan cepat menjadi kristal-kristal es yang dapat menghasilkan permeabilitas membran tidak berfungsi lagi dengan baik sehingga zat pewarna dapat masuk ke dalam organel sel tanpa terkontrol. Hal ini sesuai dengan pendapat Datta (2009) bahwa apabila terjadi perubahan suhu yang tidak sesuai secara ekstraseluler, maka permeabilitaaas fosfolipid rusak sehingga menyebabkan fluiditas membran terganggu dan dapat mematikan spermatozoa. Lama thawing 20 detik menunjukkan persentase spermatozoa hidup terbaik. Hal ini dikarenakan durasi yang digunakan mampu mencairkan spermatozoa dengan sempurna sehingga dinding membran spermatozoa masih berfungsi dan berjalan dengan baik. Hasil uji Duncan terhadap persentase spermatozoa hidup menunjukkan bahwa pada suhu thawing 34 o C dan 37 o C tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) tetapi pada suhu thawing 40 o C memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kualitas semen beku sapi Brahman. Persentase spermatozoa hidup terbaik dicapai pada suhu thawing 40 o C. Suhu thawing yang terlalu rendah yaitu pada suhu 34 o C menghasilkan persentase spermatozoa hidup yang paling rendah yaitu 33,08% yang disebabkan oleh kondisi membran spermatozoa yang rusak. Yudhaningsih (2004) menyatakan bahwa suhu yang rendah akan mengakibatkan bocornya substansi vital dalam spermatozoa sehingga enzim intraseluler, lipoprotein, ATP, kalium intraseluler dan lemak berfosfor berkurang dan menyebabkan kerusakan membran plasma sehingga persentase spermatozoa hidup menurun. Suhu thawing 37 o C masih tergolong dalam suhu rendah pada penelitian ini dengan persentase 34,66%. Menurut Darnel et al. ( 1990), jika terjadi perubahan suhu yang tidak sesuai secara ekstraseluler, maka permeabilitas fosfolipid hidrofilik rusak menyebabkan fluiditas membran terganggu sehingga terjadi kematian spermatozoa. Suhu thawing 40 o C menghasilkan persentase yang paling baik yaitu 35,43%. Hal ini disebabkan karena semen beku telah mencair secara sempurna. Pada suhu thawing ini merupakan suhu ideal pada spermatozoa karena adanya transfer panas secara konveksi yang menyebabkan penurunan suhu lebih lama sehingga air pada saat thawing tetap panas menyebabkan permeabilitas utuh dan dan tidak terganggu. Suhu thawing yang tinggi juga akan menghasilkan angka persentase spermatozoa hidup tinggi yang mana kondisi membran spermatozoa tetap terjaga dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pramunico (2003), suhu thawing yang tinggi belum menyebabkan terjadinya tekanan osmotik secara ekstrim pada membran spermatozoa, sehingga permeabilitas membran utuh dan tidak terganggu, hal ini menjamin fluiditas dan keseimbangan homeostatis membran sel karena pertukaran senyawa-senyawa berlangsung secara normal. 106

Simpulan SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 3. terdapat pengaruh antara suhu dan lama thawing terhadap persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup setelah thawing; 4. tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara suhu dan lama thawing terhadap persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup setelah thawing; 5. suhu thawing 40 o C dan lama thawing 20 detik memberikan kualitas terbaik terhadap kualitas semen beku sapi Brahman. Saran Saran yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. para inseminator yang bertugas di dataran tinggi disarankan untuk melakukan thawing pada suhu thawing 40 o C dengan lama thawing 20 detik; 2. diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk suhu dan lama thawing pada daerah yang tergolong dataran sedang. DAFTAR PUSTAKA Adikarta, E. W., dan A. Listianawati. 2001. Pengaruh Suhu Dan Waktu Penyimpanan Semen Beku Sapi FH Post Thawing Terhadap Kualitas Sperma Post Kapasitasi. J. Tropical Animal. Special Edition. (April) 2001: 85 90. Calderon,A., D.V. Armstrong, D.E. Ray,S.K. Denise, R.M. Enns and C.M. Howison. 2005. Productive and reproductive response of holstein and brown swiss heat stressed dairy cows to two different cooling systems. J.Anim Vet 4:572-578. Darnel, J., Lodish, H and Baltimore, D., 1990. Molecular Cell Biology. 2th ed.sci. Am. Book. Datta, U., M. C. Sekar, M. L. Hembram, Dasgupta, R., 2009. Development of a New Methode to Preserve Caprine Cauda Epididymal Spermatozoa in situ at 10ºC. Procedings. Departement of Veterinary Gynaecology & Obstetrics Faculty of Veterinary and Animal Sciences West Bengal University of Animal and Fishery Sciences. Kolkata West Bengal. India. Hafs, H.D. dan F.I. Elliot. 1954. Effect of thawing temperature and extender composition on the fertility of frozen bull semen. J. Anim. Sci. 37 : 958. Handiwirawan, E. Nuryadi dan L. Hakim. 1997. Pengaruh Lama dan Temperatur Thawing Semen Beku pada Inseminasi Buatan Sapi FH di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid II. Puslitbangnak: 311 316. Murtidjo. 1993. Dasar-Dasar Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Pramunico, A. 2003. Pengaruh Suhu dan Lama Thawing Semen Beku terhadap Motilitas dan Persentase Spermatozoa Hidup pada Sapi Limousin. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Samsudewa. D dan A. Suryawijaya. 2008. Pengaruh Berbagai Methode Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Sapi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Sientje. 2003. Stres Panas Pada Sapi Perah Laktasi Makalah Falsafah Sains (PPs 702). Program Pasca Sarjana /S3Institut Pertanian Bogor. Sitepu. P., Santoso, T. Chaniago dan T. Panggabean. 1996. Evaluasi Produktivitas Ternak Sapi Potong dalam Usaha Tani Tanaman Pangan di Lampung. Prosiding Temu Ilmiah Hasil Hasil Penelitian Peternakan. Puslitbang Peternakan. Bogor. Toelihere, M, R. 1993 a. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angksa. Bandung.. 1993 b. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung. Watson, P. F. 1996. Cooling of spermatozoa and freezing capacity. Reprod. Dom. Anim. 31 : 135 140. Yudhaningsih, H. 2004. Kualitas dan Integritas Membran Spermatozoa Sapi Madura Menggunakan Motilitas dan Pengencer yang Berbeda Selam Proses Pembekuan Semen. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang 107