PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK DARI KELUARGA YANG BERCERAI DI KECAMATAN ULIM KABUPATEN PIDIE JAYA

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA DI PAUD NURUL HIDAYAH, DESA LAMPUUK, KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Nur Isma Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:

PENYESUAIAN DIRI MENJADI SINGLE PARENT. Studi Kasus: Terhadap Janda di Nagari Abai Siat Kecamatan Koto Besar Kabupaten Dharmasraya ARTIKEL E JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BENTUK KOMUNIKASI IBU DENGAN ANAK TUNA GRAHITA DI KELURAHAN BINUANG KAMPUNG DALAM KECAMATAN PAUH KOTA PADANG ABSTRACT

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA DINI PADA KELUARGA SINGLE PARENT

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

EMOSI NEGATIF SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI LIMAU

PERSEPSI REMAJA TENTANG POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

SENI DAPAT MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK

ABSTRACT. a women with a career ineducate a child in a familyenvironment at Kasrepan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh:

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian. Dalam penelitian ini,

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

DAPATKAH AKU BERHENTI BERJUDI? (STUDI FENOMENOLOGIS PROFIL PENJUDI BOLA YANG MEMASUKI MASA DEWASA AWAL)

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

HARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Kehidupan perkawinan akan terasa lebih lengkap dengan hadirnya anakanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI GURU KELAS DALAM MEMAHAMI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI 08 ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK ARTIKEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

KARAKTERISTIK EMOSI SISWA DI SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG MANFAAT BERMAIN BAGI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI RW 003 KELURAHAN GURUN LAWEH PADANG ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL KORI HARTATI NIM

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL 3/22/2012

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA DI KAMPUNG BARU KELURAHAN INDARUNG KECAMATAN LUBUK KILANGAN PADANG SUMATERA BARAT JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

KEMAMPUAN SISWA TENTANG INTEGRASI MATEMATIKA DALAM PERMAINAN TRADISIONAL ANAK-ANAK SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

JURNAL STUDI KEMAMPUAN SOSIALISASI SISWA INTROVERT KARENA PERCERAIAN ORANG TUA DI SMK NEGERI 1 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB III METODE PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek misalnya motivasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 9 PADANG

PEMBAGIAN KERJA DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yaitu

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

PROFIL PERILAKU SOSIAL REMAJA DI RT 02 / RW 04 KELURAHAN LAMBUNG BUKIT KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

HUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK PADA KELUARGA NELAYAN

Pengasuhan Orangtua dan Motif Afiliasi Siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh

Transkripsi:

PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK DARI KELUARGA YANG BERCERAI DI KECAMATAN ULIM KABUPATEN PIDIE JAYA Muliana 1), Anizar Ahmad 2), Yuhasriati 3) Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh, Indonesia Email: Muliana_9@yahoo.com Abstract: The family is the first educational place for children. Positive and negative education provided by the family will have an impact on children s development. The aims of this study were to find out the children behaviors from divorced families in Ulim, the district of Pidie Jaya. This study used descriptive qualitative method. The data collection was done by observation and interviews. The behavior exhibited by children can be both physical violence and verbal. The physical violence of children would be throwing and slamming when their desires were not fulfilled. In other way, the verbal violence committed by children were threatening his friend, speaking harshly, and mocking. The bad behaviors occur as a result of lacking love from their parents. The parents expected can establish a better communication with the children, give them perfect love, responsible, assisting children, and give an explanation about what was happening inside the family and should not divorce so that the children's development will not be hampered. Abstrak: Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Baik dan buruk pendidikan yang diberikan oleh keluarga akan berdampak kepada perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku anak dari keluarga yang bercerai di Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa anak dari keluarga yang bercerai perkembangan perilakunya cenderung kurang baik disebabkan oleh kurang mendapat kasih sayang dari kedua orangtuanya. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak, yaitu berupa kekerasan fisik dan verbal. Kekerasan fisik yang dilakukan anak seperti melempar dan membanting ketika keinginan tidak terpenuhi. Selain itu, kekerasan verbal yang dilakukan oleh anak seperti mengancam temannya, berkata kasar, dan mengejek temannya. Perilaku tersebut dapat terjadi disebabkan oleh orang tua yang kurang memberikan kasih terhadap anak-anaknya. Kata Kunci: perkembangan perilaku anak, keluarga yang bercerai Keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri dari ayah dan ibu, di samping itu keluarga juga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak, di mana baik dan buruk pendidikan yang diberikan oleh orang tua akan berpengaruh kepada perkembangan anak selanjutnya, salah satunya perkembangan yang harus diperhatikan adalah perkembangan sosial emosional anak. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Soelaeman (1994), dalam kehidupan keluarga itu mengandung fungsi untuk memenuhi dan menyalurkan kebutuhan emosional para anggotanya di samping juga memberikan kesempatan pensosialisasian para anggotanya khususnya anak-anak. Anak merupakan makhluk yang sangat mulia yang telah Allah ciptakan. Sehingga para orang tua harus memperlakukan anak-anaknya seistimewa mungkin. Tanpa kekurangan apapun, termasuk dalam 47

pemenuhan perkembangan sosial emosional anak. Anak usia 0-6 tahun umpama seperti kertas putih tanpa goresan tinta, namun apabila dinodai dengan tinta yang mengarah kepada kebaikan, anak akan menjadi pribadi yang baik. Begitu juga sebaliknya. Pada usia ini anak meniru semua hal yang dilihat di sekitarnya. Jika anak melihat sisi kehidupan yang suram dari keluarga yang berantakan maka tidak menutup kemungkinan anak akan menjadi pribadi yang tidak baik. Pada penelitian ini sosial emosional yang dimaksud oleh peneliti khususnya perkembangan perilaku anak. Perilaku anak merupakan hal yang sangat penting dikembangkan sejak usia dini karena berhubungan dengan pribadi anak dalam hal mengelola emosinya sendiri dan cara anak bersosialisasi dengan orang di sekitarnya, dalam hal ini keluarga yang berperan penting tentang perkembangan perilaku anak. Keluarga yang utuh lebih mudah memenuhi dan menyalurkan kebutuhan anak, karena anak mempunyai ayah dan ibu yang dapat bekerja sama dalam hal menyalurkan perilaku anak. Hal tersebut akan berbeda dengan anak yang tidak mempunyai keluarga yang utuh. Namun, pada kenyataannya banyak orang tua yang tidak memahami anak, tidak memperhatikan perasaan anak. Banyak orang tua yang mengesampingkan perasaan anak demi mementingkan perasaan mereka sendiri. Hal tersebut yang membuat anak menjadi pribadi yang tidak baik. Anak dihadapkan dengan masalah dari orang tuanya sehingga membuat anak kebingungan memilih dan memilah siapa yang benar dan siapa yang salah di antara ayah dan ibunya. Pada akhirnya anak lelah dan tidak dapat mengontrol dirinya sendiri. Keluarga yang tidak utuh disebabkan oleh perceraian orang tua yang memisahkan anak dari salah satu orang tuanya, sehingga anak tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, perceraian membuat anak cenderung mendapat perlakuan yang tidak layak dari orang tua. Seperti yang dikatakan oleh Musbikin (2008), perceraian yang memisahkan antara ayah dan ibu apapun penyebabnya akan memberi dampak yang buruk bagi anak, perceraian membuat anak kehilangan salah satu dari orang tuanya. Sehingga anak membutuhkan waktu yang lebih banyak lagi untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang berbeda. Hal ini jelas dapat menghambat perkembangan perilaku anak. Perceraian orang tua tidak hanya memberi dampak buruk bagi fisik anak, akan tetapi juga berdampak buruk bagi jiwa anak. Berbagai masalah tentang keluarga yang dapat berpengaruh pada perilaku anak. Hal ini disebabkan karena orang tua yang mempertahankan egonya masing-masing sehingga mereka tidak mendapat jalan keluar dari masalah mereka dan para orang tua lebih memilih bercerai. Para orang tua yang melakukan perceraian tidak memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya. Orang tua yang selalu disibukkan dengan memikirkan perasaan mereka sendiri dibanding perasaan anak-anak, lamakelamaan akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan perilaku anak dari keluarga yang bercerai di Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6). Untuk memperoleh data seakurat mungkin tentang perkembangan perilaku anak dari keluarga yang bercerai di Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya, penulis 48

mengadakan penelitian di rumah masingmasing subjek dan di tempat subjek bermain di lingkungan sekitarnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi dan wawancara. Observasi dilakukan lima kali secara bergiliran pada masing-masing subjek dan setelah proses observasi selesai peneliti melakukan wawancara hanya dengan orang tua subjek. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman (Imam, 2013:210) yaitu reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perkembangan Perilaku Anak dari Keluarga yang Bercerai Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan perilaku yang sering ditunjukkan oleh kelima subjek cenderung mengarah ke negatif seperti anak tidak dapat mengendalikan diri pada saat marah, sering marah-marah tidak jelas, pemalu yang berlebihan, kekerasan verbal dan fisik. Kekerasan verbal yaitu memaki, mengejek, berkata kasar dan mengancam temannya. Kemudian kekerasan fisik yaitu seperti melempar dan membanting ketika keinginan mereka tidak terpenuhi. Anak-anak masih ada yang mau menang sendiri, sulit berbagi dengan temannya pada saat sedang bermain bersama. Peran orang tua terhadap perilaku anak Peran orang tua subjek terhadap perilaku yang sering dilakukan oleh anak ada sebagian orang tua menasehati anak ketika berperilaku yang salah dan ada juga yang tidak menasihati ketika anak berperilaku tidak baik. Pada dasarnya hanya mengingatkan anak untuk tidak berperilaku tidak baik, kurangnya perhatian, komunikasi tidak terjalin dengan baik, orang tua tidak melakukan tindakan atau pendekatan khusus dengan anak-anaknya. Orang tua tidak memahami anak dan tidak ada penjelasan dari orang tua tentang apa yang sedang terjadi di dalam keluarga, orang tua menganggap anak tidak perlu mengetahui tentang kondisi keluarga. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan informan di lapangan, peneliti menemukan berbagai informasi dan kejadian-kejadian yang menyangkut permasalahan tentang bagaimana perkembangan perilaku anak dari keluarga yang bercerai. Informasi yang peneliti peroleh merupakan informasi aktual yang langsung peneliti peroleh melalui wawancara dengan beberapa responden yang dekat dengan subjek penelitian. Sebagaimana yang telah peneliti temukan di lapangan yang bahwa subjek I, II, III, IV, dan V masih belum stabil emosinya, sosialnya masih harus diperbaiki dan perilakunya masih belum stabil. Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, ditemukan jenis dan bentuk perilaku yang sering dilakukan oleh anak yang menjadi subjek dalam penelitian Kabupaten Pidie Jaya Kecamatan Ulim yaitu membanting, melempar, dan mengejek. Hal tersebut menjadi sebuah masalah bagi perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan, perilaku anak pada kesehariannya masih cenderung kurang baik, subjek belum mampu mengatur dirinya sendiri, ekspresi emosi dan perilaku yang berlebihan. Anak dihadapkan dengan masalah perceraian orang tuanya yang tanpa disadari berpengaruh pada perilakunya. Anak-anak seharusnya mendapatkan kasih sayang dari keluarganya, mendapat perlakuan yang selayaknya, karena cinta dan kasih sayang dari kedua orang tua sangat perlu untuk perkembangan dan tumbuh kembang anak. Apabila anak tidak mendapatkan sesuai yang dibutuhkan anak maka anak akan merasakan dampak negatifnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dariyo (2008:169) anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya yang bercerai 49

juga merasakan dampak negatif. Mereka mengalami kebingungan harus ikut siapa. Mereka tidak dapat melakukan proses identifikasi pada orang tua. Akibatnya, tidak ada contoh positif yang harus ditiru. Secara tidak langsung, mereka mempunyai pandangan yang negatif (buruk) terhadap pernikahan. Namun, yang jelas perceraian orang tua akan mendatangkan perasaan traumatis bagi anak. Orang tua yang menentukan baik dan buruknya perilaku anaknya. Anak-anak tidak terpenuhi kebutuhan dan perkembangannya sehingga perilaku anak tidak stabil. Keluarga yang tidak utuh membuat permasalahan dalam diri anak, anak akan terasa tertekan dengan keadaan rumahnya yang tidak harmonis. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf (2004) Perceraian orang tua adalah keadaan keluarga yang tidak harmonis, tidak stabil atau berantakan. Dengan keadaan yang demikian membuat perilaku anak tidak stabil. Anak akan melampiaskan kemarahannya kepada siapa saja ketika keinginannya tidak terpenuhi. Seperti halnya yang terjadi pada lima subjek pada saat marah, subjek melampiaskan kepada teman orang lain. Emosi seseorang digambarkan dalam bentuk perilaku seperti yang dikemukakan oleh Soefandi (2009:46) Emosi adalah perasaan yang banyak berpengaruh terhadap perilaku. Berawal dari emosi sehingga menjadi bentuk-bentuk perilaku yang sering atau yang menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh setiap orang, baik perilaku baik maupun buruk. Anak yang mempunyai masalah di dalam keluarganya biasanya akan mengenang apa saja yang dia lihat. Walaupun anak tersebut mencoba melupakan. Namun, itu tidak akan membuat anak tersebut melupakan semuanya, akan tetapi akan terus terkenang dan tersimpan di dalam memori otaknya sampai ia dewasa. Seperti halnya Judith Wallerstein dalam bukunya Second Chances: Men, Women and Children a Decade After Duvorce (Musbikin, 2008:244) menyatakan bahwa: Anakanak korban perceraian, meskipun bisa hidup bahagia di masa dewasanya, tetap terkenang pengalaman buruk itu (perceraian orang tuanya) sepanjang hidupnya. Anak sebagai silence victim, meskipun tumbuh sebagai orang dewasa berbahagia dan bisa menyesuaikan diri dengan baik, cenderung mempunyai masalah perilaku di masa kanak-kanak dan remajanya, dibandingkan anak-anak dari keluarga yang utuh. Perceraian orang tua membuat anak kehilangan akan cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sehingga anak merasa malu, marah, kasar, pembangkang dan sebagainya, padahal untuk usia ini anak sudah mampu mengendalikan emosi, memahami orang lain, tanggung jawab, bermain dengan teman sebaya, dan bekerja sama dengan orang lain. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusuf (2009:202) Anak yang hubungan keluarganya penuh konflik, tegang dan perselisihan, serta orang tua kurang memberikan kasih sayang, maka remaja akan mengalami kegagalan dalam mencapai identitasnya secara matang, akan mengalami kebingungan, konflik atau frustasi. Hal ini terjadi tanpa mereka sadari yang bahwa apa yang dilakukan itu tidak benar, merugikan diri sendiri dan orang lain. Persoalan-persoalan yang terjadi di rumahnya akan menjadi contoh bagi anakanak, jelas bahwa perceraian sangat mengganggu perkembangan anak. Peran orang tua begitu penting dalam kehidupan anak, karena orang tua yang pertama sekali dilihat oleh anak. Sebagian besar waktu anak dihabiskan di rumah. Baik dan buruk pengasuhan yang didapat oleh anak akan berdampak kepada anak. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perceraian orang tua dapat memberikan pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak, Karena keluarga yang bermasalah memberi dampak negatif kepada anak seperti mengabaikan kebutuhan dan perkembangan anak, tidak 50

terjalin komunikasi yang baik dengan anak dan tidak ada penjelasan kepada anak tentang apa yang sedang terjadi di dalam keluarga. Sehingga anak melihat kerusakan yang terjadi di lingkungan keluarganya yang memberi tekanan tersendiri bagi anak, anak akan mengingat sampai ia dewasa tentang peristiwa buruk dalam keluarganya, sehingga mengganggu perilakunya yang digambarkan dalam bentuk perilaku-perilaku yang cenderung kurang baik, seperti emosi dan perilaku yang tidak terkontrol, tidak dapat bersosialisasi dengan orang sekitar, bahkan menutup diri dari lingkungan sekitar dan menjadi pribadi yang pemalu. Anak-anak sering marah-marah ketika keinginan tidak terpenuhi, mengejek teman, berkata kasar, melempar dan membanting barang. Hal tersebut jelas bahwa sangat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan anak ke depannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang bercerai di Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya, perkembangan Perilaku anak cenderung kurang baik disebabkan oleh kurang mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak, yaitu berupa kekerasan fisik dan verbal. Kekerasan fisik yang dilakukan anak seperti melempar dan membanting ketika keinginan tidak terpenuhi. Selain itu, kekerasan verbal yang dilakukan oleh anak seperti mengancam temannya, berkata kasar, dan mengejek temannya. Perilaku tersebut dapat terjadi disebabkan oleh orang tua yang kurang memberikan kasih sayang terhadap anak-anaknya. Saran Saran yang disampaikan anatara lain; (1) Diharapkan komunikasi dengan anak harus terjalin dengan baik walaupun keluarga keluarga sudah tidak utuh lagi (2) Diharapkan kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan baik dari ayah dan ibu walaupunsudah berpisah (3) Dapat memberi penjelasan kepada anak tentang apapun kondisi keluarga (4) Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk mencari teori dan metode yang lebih spesifik tentang perkembangan perilaku anak dari keluarga yang bercerai dan tentunya pada tempat yang berbeda. DAFTAR RUJUKAN Dariyo, Agoes. 2008. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : Grasindo Imam, Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Musbikin, Imam. 2008. Mengatasi Anakanak Bermasalah. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Soelaeman. 1994. Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: CV Alfabeta Soefandi, Indra dan Ahmad Pramudya. 2009. Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia. Yusuf, Syamsu (2004) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya. 51