BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

UNIVERSITAS UDAYANA. GAMBARAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STHs) PADA PEKERJA INDUSTRI KERAJINAN GENTENG TRADISIONAL

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

1. BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau

xvii Universitas Sumatera Utara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFICATION OF SOIL TRANSMITTED HELMINTHS EGG ON FRESH CABBAGE (Brassica oleracea) AT LAMPUNG UNIVERSITY FOOD STALLS

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN 2. JENIS PENYAKIT CACINGAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ittihadiyah Kecamatan Gandus Kota Palembang

Universitas Sumatera Utara

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi cacing usus masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang

SKRIPSI. Oleh: Dian Kurnia Dewi NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv DAFTAR ISI.. vi DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR TABEL...x DAFTAR LAMPIRAN.

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sebuah industri sangat penting untuk dilakukan tanpa memandang industri tersebut berskala besar ataupun kecil dan tidak pula dikhususkan untuk kriteria industri tertentu saja seperti kontraktor, proyek, pertambangan, perminyakan, ataupun manufaktur. Penerapan K3 wajib diterapkan di seluruh jenis usaha dengan dasar aktivitas yang melibatkan interaksi pekerja dengan bahan baku, alat-alat kerja atau interaksi dengan lingkungan sekitar yang berpotensi menimbulkan resiko dan membahayakan keselamatan serta kesehatan pekerja. Hal ini berkaitan dengan potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan kerja tertentu dalam waktu yang tertentu, akan mengalami gangguan-gangguan kesehatan sesuai dengan jenis dan besarnya potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja (Tarwaka, 2008). Potensi bahaya tersebut dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, yaitu penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, umumnya terdiri dari satu agen penyebab, ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja (Sucipto, 2014). Salah satu potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu potensi bahaya biologi (biological hazard). Potensi bahaya biologi bersumber dari kuman penyakit yang terdapat di lingkungan kerja, baik dari faktor tenaga kerja atau bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Berbeda dari faktor penyebab penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologi dapat menular dari seorang pekerja kepada pekerja lainnya (Suma mur, 2009). Salah 1

2 satu potensi bahaya biologi di lingkungan kerja yaitu infeksi cacing. Infeksi cacing pada pekerja dapat terjadi akibat transmisi melalui tanah yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi yang dikenal dengan istilah Soil Transmitted Helminths (STHs). Soil Transmitted Helminths (STHs) adalah kelompok parasit golongan nematoda usus yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia melalui kontak dengan telur atau larva yang mengalami perkembangan di dalam tanah dengan kondisi yang hangat dan lembab terutama pada negara-negara tropis dan subtropis di dunia. Cacing yang tergolong dalam kelompok STHs adalah cacing yang dalam siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang atau menjadi bentuk infektif (CDC, 2013). Pada infeksi cacing yang ringan (jumlah cacing kurang dari 10 ekor cacing) tidak menimbulkan tanda-tanda atau gejala klinis yang khas, sehingga pekerja yang terinfeksi merasa dalam kondisi sehat dan tidak perlu memeriksakan kondisinya ke klinik kesehatan. Ada tiga jenis STHs yang paling sering ditemukan, diantaranya cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Prevalensi STHs di dunia sebesar 24% dengan penyebarannya terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia. Angka kecacingan tertinggi terjadi di sub- Sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia timur (WHO, 2006). Jumlah infeksi STHs juga sangat banyak di Asia Tenggara termasuk Indonesia, dimana prevalensi kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena letak geografis Indonesia yang beriklim tropis sangat sesuai untuk perkembangan cacing. Distribusi STHs di Indonesia mencakup seluruh pulau yang ada di Indonesia dengan prevalensi tertinggi terdapat di Papua dan Sumatera Utara dengan prevalensi antara 50% hingga 80% (Suriptiastuti, 2006). Hasil survei terakhir yang dilakukan oleh Sub

3 Direktorat Diare dan Penyakit Pencernaan Direktorat Jenderal PPM&PL pada tahun 2008, menunjukkan prevalensi kecacingan di Kalimantan Selatan berkisar antara 5,25-60,98% dengan infeksi terbanyak disebabkan oleh Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura (Rahayu & Ramdan, 2013). Di Provinsi Bali, khususnya di Kabupaten Badung dan Karangasem pada tahun 2012, prevalensi infeksi STHs berkisar antara 51,27-96,8% dengan infeksi terbanyak yaitu infeksi campuran antara cacing gelang, cacing cambuk dan ada pula yang disertai cacing tambang (Ditjen PP dan PL, 2012). Infeksi akibat STHs biasanya ditemui pada pekerja yang dalam melakukan pekerjaannya berhubungan atau menggunakan tanah, seperti pekerja pertambangan, pertanian, perkebunan, pengolahan tanah, pekerja taman, termasuk pekerja industri genteng, keramik dan batu bata yang menggunakan tanah sebagai bahan baku utamanya. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini tahun 2004 pada perajin genteng Desa Jelobo Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi STHs pada pekerja sebesar 20%, dengan infeksi cacing tambang sebesar 16,7% dan Ascaris lumbricoides sebesar 3,3%. Infeksi STHs yang terjadi didukung oleh keadaan alam yang cocok, kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Buruknya sanitasi di tempat kerja dapat mempermudah cacing untuk berkembang biak. Selain itu, kurangnya menjaga kebersihan perorangan dan ketidakpatuhan menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja dapat mengakibatkan mudahnya telur atau larva cacing masuk ke dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri pada tahun 2005 terkait penggunaan APD pada pekerja batu bata di Kabupaten Jembrana, menemukan proporsi kecacingan pada 68% pekerja yang tidak menggunakan APD yaitu sebesar 41,9% untuk cacing tambang, 38,1% untuk cacing gelang, 4,8% untuk cacing cambuk,

4 infeksi campuran 3 jenis cacing sebesar 3,2% dan 2 jenis cacing sebesar 14,3%. Sedangkan 23,8% pekerja yang menggunakan APD tidak lengkap terinfeksi 40% cacing tambang. Perilaku dan sikap para pekerja yang tidak sesuai dengan prinsip kesehatan mempengaruhi status kesehatan pekerja yang bersangkutan, misalnya ceroboh dan tidak mematuhi aturan kerja yang berlaku serta menolak anjuran memakai alat pelindung diri. Di Bali, khususnya di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan merupakan daerah industri kerajinan genteng tradisional. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tabanan pada tahun 2014, terdapat 34 industri genteng yang memiliki ijin usaha industri di Desa Pejaten dengan jumlah pekerja sekitar 230 orang. Pekerja di industri ini selalu melakukan kontak dengan tanah dalam proses produksinya. Tanah di daerah tropis merupakan media paling baik untuk perkembangbiakan STHs. Sehingga, pekerja industri kerajinan genteng rentan terinfeksi STHs, dimana hasil penelitian Mahar tahun 2008 menunjukkan angka kejadian kecacingan pada pekerja genteng di Desa Kedawung Kabupaten Kebumen sebesar 22,5%, dengan infeksi cacing gelang sebesar 5% dan cacing cambuk sebesar 17,5%. Kemudian berdasarkan observasi awal terhadap 28 tenaga kerja di Desa Pejaten, 25 pekerja (89%) bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD). Bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri memiliki resiko lebih besar untuk terinfeksi STHs (Mahar, 2008). Selain itu, semua pekerja yang ditemui juga tidak pernah memeriksakan kesehatan khususnya pemeriksaan terkait infeksi STHs. Sehingga, perlu dilakukan studi mengenai gambaran infeksi STHs pada pekerja di industri kerajinan genteng tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan.

5 1.2 Rumusan Masalah Dalam proses produksi, pekerja industri kerajinan genteng tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan selalu kontak dengan tanah sebagai bahan baku dalam proses produksi, dimana tanah di daerah tropis merupakan media paling baik untuk perkembangbiakan STHs. Hal tersebut mengakibatkan pekerja industri kerajinan genteng di Desa Pejaten rentan terinfeksi STHs. Hasil penelitian Kieswari tahun 2009 menunjukkan adanya infeksi yang terjadi pada pekerja industri genteng di Desa Singorojo Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara dengan angka kejadian kecacingan sebesar 63,3%. Berdasarkan observasi awal terhadap 28 tenaga kerja di Desa Pejaten, 89% pekerja bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD), dimana bekerja tanpa menggunakan APD memiliki resiko 5,3 kali lebih besar untuk terinfeksi STHs (Kieswari, 2009; Maryanti, 2006). Semua pekerja yang ditemui juga tidak pernah memeriksakan kesehatan khususnya pemeriksaan terkait infeksi STHs. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai infeksi STHs pada pekerja industri kerajinan genteng tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran infeksi Soil Transmitted Helminths (STHs) pada pekerja industri kerajinan genteng tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan tahun 2015?

6 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran infeksi STHs pada pekerja industri kerajinan genteng tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan tahun 2015. 1.4.2 Tujuan khusus a) Untuk mengetahui prevalensi infeksi STHs pada pekerja industri kerajinan genteng tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan tahun 2015. b) Untuk mengetahui karakteristik, penggunaan APD dan tingkat pengetahuan pekerja industri kerajinan genteng tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan tahun 2015. c) Untuk mengetahui distribusi infeksi STHs menurut karakteristik pekerja industri kerajinan genteng tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan tahun 2015. d) Untuk mengetahui distribusi infeksi STHs menurut penggunaan alat pelindung diri pada pekerja industri kerajinan genteng tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan Bali tahun 2015. e) Untuk mengetahui distribusi infeksi STHs menurut tingkat pengetahuan pekerja terkait infeksi STHs di industri kerajinan genteng tradisional Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan Bali tahun 2015.

7 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat praktis 1. Sebagai masukan kepada pekerja industri kerajinan genteng tradisional untuk memperhatikan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Sebagai dasar informasi bagi industri untuk melakukan evaluasi lanjutan terkait dengan pelaksanaan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di industri, khususnya tentang pencegahan penyakit akibat kerja. 3. Sebagai masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan serta stakeholder terkait, mengenai penyusunan kebijakan dan pelaksanaan K3 di industri kerajinan genteng tradisional. 1.5.2 Manfaat teoritis 1. Menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan mengenai infeksi STHs pada pekerja industri kerajinan genteng tradisional. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta menjadi salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian bidang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya penyakit akibat kerja dengan hazard biologi yaitu infeksi STHs.