V. KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

PERSAINGAN USAHA dan JASA KONSTRUKSI

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

MANUAL PROCEDURE. Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal

POKOK KEBIJAKAN DAN IMPLIKASI HUKUM PENGADAAN jasa konsultansi PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Prosedur Lelang Jasa Konstruksi. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

MANUAL PROSEDURE (MP) PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang

BAB III PENUTUP. 1. KPPU dalam melakukan penanganan perkara-perkara persekongkolan tender,

PEMERIKSAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH (PBJP)

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

BERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

Akselerasi Penyerapan Anggaran terkait Keppres 80/2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi tersebut adalah Penyedia Jasa atau sering juga disebut dengan istilah

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA

BAB V PENUTUP. Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Proses pengadaan

MATERI PELATIHAN PENGADAAN BARANG JASA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2018 TENTANG PEMBARUAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis yang telah diuraikan pada

Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesarbesarnya.

BAB III BENTUK PENJABARAN GCG DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PLN. 3.1 Pengaturan dan Penjabaran GCG dalam Peraturan di Indonesia

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah MONITORING EVALUASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI. Sekilas Monev Online

DASAR NO. 2 TAHUN 2002 TTG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERBAGI PENGALAMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 53 TAHUN 2009 TENTANG

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tidak hanya di lingkup nasional tapi juga di lingkup global

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

Walikota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.

MENGHADAPI SANGGAH DAN SANGGAH BANDING Oleh: Fatimah Widyaiswara Muda BDK Malang Sanggah merupakan materi yang paling sering ditanyakan para peserta

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER SESUAI DENGAN PASAL 22 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 DAN PERATURAN KPPU NOMOR 2 TAHUN 2010

Kementerian Sosial RI

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

DIR Instruksi Kerja : Metode Pemilihan Penyedia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum Persaingan Usaha pada dasarnya mengatur mengenai perilaku,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160, 2010 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik.

MATERI 1 PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA. PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya. versi_9.1 1

BAB II. A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa. Fungsi pemerintahan dijalankan dengan memerlukan logistik, peralatan

HUKUM PERSAINGAN USAHA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 81 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG

2012, No BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN ATAS SANKSI DAFTAR HITAM TERHADAP PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan

: 0157/S.Sangg./JK/IX/2017

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

GUBERNUR JAWA TENGAH

Daftar Isi. Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI

ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Proses tender merupakan persaingan antara para penyedia barang

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

BAB IV PENUTUP. pengadaan dilakukan secara semi e-proc.

Pedoman Larangan Persekongkolan Dalam Tender. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

ANALISIS PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSULTANSI ( Studi Kasus : Proyek Pemerintah ) Gatot Nursetyo. Abstrak

WALIKOTA TASIKMALAYA

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA PAGAR ALAM PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR : 32 TAHUN 2010 T E N T A N G

UNIT LAYANAN PENGADAAN

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

PENGELOLAAN TENDER PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG BERSIH DAN TRANSPARAN

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN / PERUBAHAN DOKUMEN PENGADAAN

Transkripsi:

88 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kriteria tender pengadaan barang dan jasa pemerintah akan berjalan dengan adil (fairness) apabila dalam pelaksanaannya berlandaskan prinsip efisiensi, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel sehingga penggadaan baran/jasa pemerintah akan terhindar dari kegiatan persekongkolan tender yang dilarang oleh UU No. 5 Tahun 1999. Persekongkolan dalam tender pengadaan barang dan jasa pemerintah menjadi dilarang ketika dalam persekongkolan tersebut terbukti mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat. Oleh sebab itu kegiatan persekongkolan dirumuskan dengan pendekatan Rule of Reason, yaitu bahwa suatu tindakan memerlukan pembuktian dalam menentukan telah terjadinya pelanggaran terhadap persaingan usaha yang sehat. Pembuktian tersebut dilakukan dengan cara melihat akibat dari dilakukannya kegiatan persekongkolan. Persekongkolan tender yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat dapat terjadi karena adanya kegiatan penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku usaha maupun pihak penyelenggara tender pemerintah. Kegiatan

89 penyimpangan tender dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan pengadaan, tahap pembentukan panitia, tahap prakualifikasi peserta, tahap penyusunan dokumen tender, tahap pengumuman tender, tahap pengambilan dokumen, tahap penentuan harga perkiraan sendiri (HPS), tahap penjelasan tender, tahap penyerahan penawaran dan pembukaan dokumen, tahap evaluasi penawaran, tahap pengumuman calon pemenang, tahap sanggahan peserta lelang, sampai tahap penunjukan pemenang. Kegiatan penyimpangan ini terjadi dalam tataran teknis dan harus dihindari oleh para pihak yang terlibat dalam kegiatan PBJP. Tataran teknis yang membahas mengenai tata cara pengadaan barang dan jasa pemerintah telah diatur dalam Perpres No. 54 Tahun 2010. Dalam pelaksanaan PBJP dibutuhkan korelasi antara UU No. 5 Tahun 1999 sebagai batasan dalam bertindak dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 sebagai tata cara untuk bertindak. Jika korelasi antara dua aturan yang saling melengkapi dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka dapat dipastikan tender pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat berjalan secara adil (fair) dan terhindar dari persaingan usaha yang tidak sehat. 2. Perpres No. 54 Tahun 2010 mengatur tentang tata cara pelaksanaan tender yang dilakukan oleh pihak penyelenggara (dalam hal ini pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran/panitia tender) mulai dari tahap perencanaan penggadaan barang/jasa, tahap penetapan metode pemilihan pengadaan barang/jasa, tahap pemilihan metode penyampaian dokumen, tahap pemilihan metode evaluasi penawaran, tahap pemilihan metode kualifikasi, sampai pada tahap penyusunan jadwal pemilihan penyedia barang/jasa. Dengan adanya pemaparan mengenai tata cara pelaksanaan

90 tender pengadaan barang/jasa pemerintah, pihak penyedia barang/jasa (pelaku usaha) dapat mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan yang dilakukan oleh pihak penyelenggara yang sesuai dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pihak penyelenggara juga harus melaksanakan prosedural sesuai dengan amanah Perpres No. 54 Tahun 2010 sehingga dalam pelaksanaan tender pengadaan barang dan jasa pemerintah tidak menimbulkan polemik yang berujung kepada konflik diantara para pihak yang terlibat, maksudnya jika terjadi pelanggaran persaingan usaha yang tidak sehat oleh satu pihak yang terlibat dapat diketahui secara jelas dimana letak pola-pola persekongkolan yang tidak sesuai dengan tata cara pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam Perpres No. 54 Tahun 2010. 3. Upaya yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha ketika adanya indikasi persekongkolan dalam tender pengadaan barang/jasa pemerintah adalah melakukan sanggahan kepada pihak penyelenggara (panitia tender) saat tender itu berlangsung, atau pelaku usaha dapat mengajukan pelaporan ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Sedangkan upaya yang dapat dilakukan pemerintah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang/jasa, dapat melakukan pemutusan kontrak secara sepihak kepada penyedia barang/jasa yang terbukti melakukan persekongkolan tender yang berakibat pada persaingan usaha tidak sehat. Selain itu upaya pencegahan yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan memaksimalkan penggunaan e- procurement sehingga penggadaan barang/jasa pemerintah dapat diakses oleh masyarakat umum dengan lebih mengedepankan prinsip transparansi, keterbukaan, adil dan tidak diskriminatif, efektif, efisien dan akuntabel.

91 Kemudian peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintahan agar dapat terselenggara dengan baik dan bersih (good governance). Oleh sebab itu, Perpres No. 54 Tahun 2010 menjamin bahwa masyarakat dapat menyampaikan informasi atau pengaduan mengenai proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang tidak sesuai dengan ketentuan. Selain itu, UU No. 5 Tahun 1999 juga menjamin adanya peran serta masyarakat umum untuk dapat melakukan pelaporan terkait dugaan pelanggaran persaingan usaha tidak sehat. Artinya masyarakat dapat melakukan pelaporan secara tertulis kepada KPPU terkait dugaan persekongkolan tender yang dilakukan oleh pihak pelaku usaha dan/atau pihak penyelenggara (panitia tender). B. Saran Sistem pengadaan barang dan jasa yang saat ini berlaku di Indonesia masih memiliki kelemahan dan belum secara efektif mampu mencegah terjadinya praktek persekongkolan dalam tender. Perpres No. 54 Tahun 2010 masih memungkinkan bagi panitia pengadaan dan/atau pelaku usaha untuk melakukan kegiatan persekongkolan disetiap tahapannya. Maka dari itu diperlukan pemaksimalan penggunaan e-procurement pada setiap Kemeterian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi pemerintahan. Dengan e-procurement pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat berjalan lebih efektif, efisien, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. E-procurement juga dapat menuntut penyedia barang/jasa untuk berlomba-lomba dalam melakukan efisiensi, namun disisi lain juga menuntut

92 untuk menghasilkan output yang berkualitas. Kondisi semacam ini merupakan ciri dari terciptanya persaingan usaha yang sehat, selain itu juga akan mendukung iklim investasi yang kondusif bila e-procurement diterapkan secara konsisten di tingkat nasional.