BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis sebagai intermediary institution dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam berawal dari krisis moneter pada bulan Juli-Agustus Krisis

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sistem pengelolaan yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. demikian, rasio tersebut relatif lebih rendah di banding negara kawasan Asia lainnya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 bank

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan. Proses pemulihan perekonomian dunia pada tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. dalam sektor perbankan. Hal ini antara lain dipicu pengalaman negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari. pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan keuangan.perekonomian suatu negara sudah sangat bergantung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan maka bank dalam operasinya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap munculnya peluang peluang diberbagai bidang usaha yang

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraaan masyarakat. Proses tersebut melibatkan banyak pihak dimana

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. memperlancar lalu lintas pembayaran (Dendawijaya 2004:15) atau kredit macet. Dalam rangka menjaga agar bank-bank tersebut lebih

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang akan dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Komplektisitas yang sering menjadi permasalahan dalam dunia perbankan antara lain disebabkan oleh depresiasi rupiah, serta peningkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sehingga dapat menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah. Hal ini dipicu karena lemahnya kondisi internal bank seperti lemahnya kinerja manajemen bank, serta lemahnya bank dalam mengidentifikasi resiko-resiko yang akan dihadapi sehingga menyebabkan kinerja bank menurun. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Bank juga mempunyai peran sebagai pelaksana kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. (Booklet Perbankan Indonesia 2009) Krisis ekonomi yang melanda di Indonesia berawal pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan seluruh potensi ekonomi mengalami penurunan kinerja dan 1

2 bank-bank mengalami kebangkrutan. Krisis moneter mengakibatkan banyak bank yang mengalami kredit macet. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi iklim investasi pasar modal dibidang perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Ali (2006), penyebab terjadinya krisis ekonomi di Indonesia bukan dari lemahnya fundamental ekonomi, tetapi karena merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. (www.sliazor.wordpress.com - 05 Februari 2013) Secara tidak langsung krisis yang terjadi pada tahun 1997 tentu akan berpengaruh terhadap kondisi perbankan di Indonesia, karena bagaimanapun juga pondasi ekonomi dunia masih didominasi oleh negara Amerika. Kondisi perbankan di Indonesia pada tahun 2008-2012 merupakan periode yang penuh dinamika bagi industri perbankan nasional, dimana pada tahun tersebut kinerja perbankan bergerak secara fluktuatif. Kondisi perbankan yang fluktuatif ini membuat bank sentral mengambil kebijakan untuk menaikkan suku bunga. Sehingga industri perbankan Indonesia ikut menaikkan suku bunganya untuk menyeimbangkan pendapatan. Pengalaman dari krisis ekonomi tersebut telah membuat sektor perbankan pada akhirnya harus menumbuhkan kembali citra perbankan dan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan, sehingga industri perbankan dapat tetap bertahan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya pada kondisi ekonomi dimasa yang akan datang. Walaupun industri perbankan Indonesia dapat bertahan terhadap resiko dari krisis ekonomi tersebut, tetap saja kualitas dan kesehatan usaha perbankan harus tetap

3 diperhatikan dan dijaga agar tetap memenuhi standar yang telah di tetapkan agar tidak mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia. Dalam rangka menjaga stabilitas dan memperbaiki permasalahan industri perbankan secara nasional, maka pada tanggal 09 Januari 2004 pemerintah melalui Bank Indonesia telah meluncurkan regulasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh, dimana arah kebijakan pengembangan industrinya yaitu untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Dalam API arah dan kebijakan pengembangan industri dimasa datang dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi nasional. (www.bi.go.id - 05 Februari 2013) Tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari bagaimana kinerja suatu bank. Tingkat kesehatan perbankan ini seutuhnya diatur oleh Bank Indonesia, sehingga kegiatan operasionalnya dapat berjalan dengan baik. Hal ini karena fungsi dari Bank Indonesia itu sendiri yaitu sebagai Bank Sentral. Berikut ini adalah perkembangan kinerja perbankan berdasarkan rasio keuangan yang telah diatur oleh Bank Indoensia dapat dilihat pada tabe1 1.1, sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa (%) Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 NIM 6,07 5,81 6,11 6,37 5,49 LDR 74,72 71,14 73,16 79,00 80,00 CAR 14,82 16,61 15,76 16,01 17,43 ROA 1,25 2,20 2,58 3,00 3,11

4 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Edisi 2012 (data diolah) Melalui tabel 1.1 kita dapat melihat beberapa faktor penilaian perkembangan kinerja perbankan Indonesia yaitu Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Return on Asset (ROA). Salah satu indikator kinerja keuangan bank adalah return on asset (ROA), merupakan indikator yang menunjukkan tingkat profitabilitas bank. Pada tabel 1.1 kondisi ROA dari tahun 2008 hingga 2012 secara keseluruhan mengalami kenaikan. Dimana pada tahun 2008 rasio ROA berada pada besaran 1,25%, lalu pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang menempatkan ROA berada pada besaran 2,20%. Kenaikan rasio ROA terus berlangsung hingga tahun 2012 yang menempatkan ROA pada besaran 2,58% untuk tahun 2010, 3,00% untuk tahun 2011 dan 3,11% untuk tahun 2012. Dari data yang diperoleh Statistik Perbankan Indonesia edisi 2012 dapat disimpulkan bahwa kondisi perbankan Indonesia berada dalam kondisi yang sehat. Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi bank persero, bank devisa, bank non devisa, bank pembangunan daerah, bank campuran, dan bank asing. Bank yang digunakan dalam penelitian adalah Bank Devisa, yaitu bank yang berstatus devisa yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau bank yang dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing, misalnya transfer ke luar negeri, jual beli valuta asing, travelers cheque, serta transaksi luar negeri lainnya. Pengertian devisa dapat dikategorikan secara fisik dan non fisik. Secara fisik devisa merupakan valuta asing non logam yang digunakan untuk alat pembayaran yang sah,

5 sedangkan secara non fisik adalah saldo dalam bentuk valuta asing pada Bank Indonesia. Bank devisa yang terdapat di Indonesia berjumlah 33 bank, salah satunya yaitu Bank Bumi Arta Tbk. (www.tiosijimbo.wordpress.com - 05 Februari 2013) Untuk mengukur kinerja suatu perbankan diperlukan laporan kinerja keuangan, salah satu pengukur kinerja keuangan perbankan yaitu dengan melihat tingkat profitabilitasnya. Profitabilitas adalah suatu kemampuan bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Kegunaan dari profitabilitas ini biasanya digunakan oleh investor dalam menanamkan modalnya untuk berinvestasi, nasabah dalam melihat kesehatan bank untuk menanamkan (menabung) dananya dan Bank Indonesia sebagai regulator dalam melihat kinerja operasional bank. Profitabilitas juga penting bagi suatu bank, dimana profitabilitas ini digunakan untuk melihat perkembangan bank dalam hal memperoleh laba. Kinerja manajemen yang tidak efektif dan terorganisir tentu akan mengakibatkan tingkat profitabilitas yang diperoleh rendah. Bank Bumi Arta merupakan salah satu contoh bank devisa yang memiliki tingkat profitabilitas rendah, dengan alasan karena profitabilitas yang diperoleh Bank Bumi Arta masih berada dibawah standar rata-rata Industri Perbankan Indonesia yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia. Berikut adalah perbandingan rasio keuangan antara Bank Bumi Arta dengan standar rata-rata Industri Perbankan Indonesia bila dilihat dari tingkat profitabilitasnya, indikator profitabilitas yang digunakan adalah Return On Asset (ROA), sebagai berikut:

6 Tabel 1.2 Perbandingan Rasio ROA pada Bank Bumi Arta Tbk dengan Rata-rata Industri Perbankan Indonesia Tahun 2008-2012 Tahun Rasio ROA (%) pada Bank Bumi Arta Tbk Rasio ROA (%) Rata-rata Industri Perbankan Indonesia 2008 2,07 1,25 2009 2,00 2,20 2010 1,52 2,58 2011 2,11 3,00 2012 2,47 3,11 Sumber : Laporan Keuangan Bank Bumi Arta Tbk dan Statistik Perbankan Indonesia (data diolah) Berdasarkan data tabel 1.2 yang memuat informasi data tentang perbandingan rasio ROA pada Bank Bumi Arta Tbk dengan rata-rata Industri Perbankan Indonesia, dapat dilihat bahwa rasio ROA pada Bank Bumi Arta masih berada jauh dibawah standar rata-rata Industri Perbankan Indonesia.. Hal tersebut dapat terlihat pada tahun 2009, ROA pada Bank Bumi Arta berada pada besaran 2,00%, sedangkan untuk ratarata Industri Perbankan Indonesia berada pada besaran 2,20%. Sama halnya dengan tahun 2009, pada tahun 2010 hingga 2012 besaran ROA pada Bank Bumi Arta masih berada jauh dibawah standar rata-rata Industri Perbankan Indonesia dimana pada tahun 2010 besaran ROA pada Bank Bumi Arta berada pada besaran 1,52%, sedangkan pada standar rata-rata Industri Perbankan Indonesia 2,58%. Pada tahun 2011 hingga 2012 besaran ROA yang diperoleh Bank Bumi Arta sebesar 2,11% dan 2,47%, sedangkan untuk rata-rata Industri Perbankan Indonesia berada pada besaran 3,00% dan 3,11%.

7 Berikut adalah perbandingan rasio ROA pada Bank Bumi Arta dengan ratarata Industri Perbankan Indonesia bila disajikan dalam bentuk grafik, sebagai berikut: 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Bumi Arta Tbk Rata-rata Industri Perbankan Indonesia Sumber : Laporan Keuangan Bank Bumi Arta Tbk dan Statistik Perbankan Indonesia Grafik 1.1 Perbandingan ROA pada Bank Bumi Arta Tbk dengan Rata-rata Industri Perbankan Indonesia Tahun 2008-2012 Profitabilitas adalah kemampuan suatu bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba berdasarkan investasi yang dilakukannya (Komaruddin Sastradiopera, 2001: 274). Salah satu indikator penilaian pada profitabilitas bank adalah Return on Asset (ROA). Menurut Malayu Hasibuan (2009: 100), return on asset (ROA) adalah perbandingan (rasio) laba sebelum pajak selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Semakin besar ROA, maka semakin besar pula keuntungan yang akan didapat oleh sebuah bank sehingga kondisi bermasalah yang akan dihadapi pun semakin kecil. Bank Bumi Arta Tbk berdiri pada tanggal 03 Maret 1967. Pada tanggal 18 September 1976, Bank Bumi Arta mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara.

8 Penggabungan usaha tersebut bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan, manajemen bank, dan memperluas jaringan operasional bank. Bank Bumi Arta Tbk merupakan salah satu bank yang diindikasikan sebagai bank yang kurang sehat karena memiliki tingkat profitabilitas yang diukur dengan rasio ROA sebesar 2,47% pada tahun 2012. Besaran rasio tersebut masih berada dibawah standar rata-rata Industri yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu 3,11%. Berikut adalah perubahan rasio ROA dari tahun 2008-2012 berdasarkan laporan keuangan Bank Bumi Arta Tbk adalah sebagai berikut: Tabel 1.3 Perubahan ROA Bank Bumi Arta Tbk Tahun 2008-2012 Tahun Rasio ROA (%) Perubahan ROA (%) Keterangan 2008 2,07 0,00 2009 2,00 (0,07) Turun 2010 1,52 (0,48) Turun 2011 2,11 0,59 Naik 2012 2,47 0,36 Naik Sumber : Laporan Keuangan Bank Bumi Arta, Tbk (data diolah) Berdasarkan data tabel 1.3 yang memuat informasi data tentang ROA Bank Bumi Arta Tbk, dapat dilihat bahwa kondisi ROA pada Bank Bumi Arta mengalami perubahan yang fluktuatif, hal tersebut dapat terlihat pada tahun 2008 ROA berada pada besaran 2,07%, lalu di akhir tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan yang menempatkan ROA berada pada besaran 2,00% untuk tahun 2009 dan 1,52% untuk tahun 2010. Pada tahun 2011 dan 2012 rasio ROA mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang menempatkan ROA berada pada besaran 2,11% untuk tahun 2011 dan 2,47% untuk tahun 2012. Bila melihat kondisi profitabilitas Bank Bumi Arta Tbk

9 yang masih berada dibawah standar rata-rata industri Perbankan Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa Bank Bumi Arta Tbk belum dapat memaksimalkan usahanya dalam meningkatkan profitabilitas. Berikut adalah perubahan rasio ROA Bank Bumi Arta bila disajikan dalam bentuk grafik maka akan tampak sebagai berikut: 3 2 1 0 2008 2,07 2 2009 Rasio ROA (%) 1,52 2010 2,11 2011 2,47 2012 Rasio ROA (%) Sumber : Laporan Keuangan Bank Bumi Arta, Tbk (data diolah) Grafik 1.2 Perubahan rasio ROA Bank Bumi Arta Tbk Tahun 2008-2012 Kondisi ROA Bank Bumi Arta yang selalu berada dibawah standar rata-rata Industri Perbankan Indonesia sepanjang tahun 2008 hingga 2012 tentu akan menyebabkan kerugian baik dari sisi internal bank tersebut maupun eksternal. Secara internal apabila keuntungan yang didapat berkurang maka modal kedepannya untuk menjalankan operasional bank pun akan berkurang dan akan menghambat kegiatan bank maupun ekspansi perusahaan juga terhambat. Para investor pun akan menarik sahamnya apabila melihat kinerja perusahaan kurang baik dengan begitu nilai perusahaan akan turun. Secara eksternal menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank yang disusul oleh loyalitas pemilik dana akan berkurang.

10 Faktor yang diindikasikan mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu bank adalah tingkat likuiditasnya. Menurut Kasmir (2002: 272), likuiditas merupakan kemampuan suatu bank untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek. Alat ukur untuk mengukur likuiditas bank terdiri dari cash ratio (CR), reserve requirement (RR), loan to deposit ratio (LDR) dan loan to asset ratio (LAR). Alat ukur likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah loan to deposit ratio (LDR). Loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2002: 272). Ketentuan Bank Indonesia tentang loan to deposit ratio (LDR) yaitu berada diantara rasio 80% hingga 110%. Menurut Lukman Dendawijaya (2005:58), menjelaskan bahwa salah satu ketentuan perbankan yang sangat berpengaruh terhadap keberanian para eksekutif perbankan untuk memperbesar volume kreditnya dalam rangka mengejar profitabilitas yang tinggi adalah loan to deposit ratio (LDR). Maka loan to deposit ratio (LDR) sebagai tolak ukur bank untuk memperbesar volume kredit untuk mencapai profit yang tinggi. Berikut ini adalah data loan to deposit ratio (LDR) selama tahun 2008-2012 yang terdapat pada Bank Bumi Arta Tbk, yang bersumber dari Laporan Keuangan Bank Bumi Arta Tbk, sebagai berikut:

11 Tabel 1.4 Perubahan LDR Bank Bumi Arta Tbk Tahun 2008-2012 Tahun Rasio LDR (%) Perubahan LDR (%) Keterangan 2008 59,86 0,00 2009 50,86 (9,00) Turun 2010 54,18 3,32 Naik 2011 67,53 13,35 Naik 2012 77,95 10.42 Naik Sumber : Laporan Keuangan Bank Bumi Arta, Tbk (data diolah) Sepanjang tahun 2008 sampai 2012 rasio LDR pada Bank Bumi Arta Tbk mengalami perubahan yang fluktuatif. Pada tahun 2008 rasio LDR pada Bank Bumi Arta Tbk sebesar 59,86%, tahun berikutnya yaitu pada tahun 2009 besaran rasio LDR Bank Bumi Arta Tbk mengalami penurunan (59,86% menjadi 50,86%). Tahun 2010 rasio LDR mengalami kenaikan (50,86% menjadi 54,18%), dan kenaikan tersebut tetap berlangsung sampai tahun 2012 yang mengalami kenaikan (54,18% menjadi 67,53%) untuk tahun 2011, dan (67,53% menjadi 77,95%) untuk tahun 2012. Bila disajikan dalam bentuk grafik maka perubahan LDR pada Bank Bumi Arta Tbk tahun 2008-2012 akan tampak sebagai berikut :

12 100 80 60 40 20 0 2008 59,86 2009 Rasio LDR (%) 50,86 54,18 2010 2011 67,53 2012 77,95 Rasio LDR (%) Sumber: Laporan Keuangan Bank Bumi Arta Tbk (data diolah) Grafik 1.3 Perubahan LDR pada Bank Bumi Arta Tbk Tahun 2008-2012 Semakin tinggi tingkat rasio LDR, maka akan memberikan indikasi semakin tingginya tingkat kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan dalam penarikan simpanan oleh para nasabahnya. Namun kondisi rasio LDR pada Bank Bumi Arta Tbk masih berada dibawah standar rata-rata Industri telah distandarkan oleh Bank Indonesia yaitu berkisar antara 80% - 110%. Pada akhir tahun 2008 sebesar 59,86%, di akhir tahun 2009 menurun ke poin 50,86%, tetapi meningkat ke poin 54,18% di tahun 2010, peningkatan ini terus berlangsung ditahun 2011 dan 2012 yang menempatkan LDR berada dititik 67,53% untuk tahun 2011 dan 77,95% untuk tahun 2012. Kondisi LDR yang masih berada dibawah standar rata-rata Industri Perbankan Indonesia dapat dikatakan bahwa Bank Bumi Arta terlalu berhati-hati dan sangat konservatif dalam menyalurkan kreditnya, sehingga menyebabkan tingkat profitabilitas yang diperoleh kurang optimal. Pengelolaan kredit yang baik akan membuat bank mampu meningkatkan tingkat profitabilitasnya. Semakin tinggi nilai LDR yang didapat, maka akan meningkatkan pula profitabilitas yang akan diperoleh.

13 Berangkat dari fenomena ROA Bank Bumi Arta Tbk yang masih jauh berada dibawah standar Bank Indonesia, dan faktor yang mempengaruhi seperti likuiditas yang diukur dengan menggunakan LDR, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT BANK BUMI ARTA TBK. 1.2 Identifikasi Masalah Kegiatan bank dalam perekonomian nasional adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada pihak yang membutuhkan dana. Dalam perekonomian nasional, perkembangan perbankan diikuti dengan stabilitas perekonomian makro. Berbagai macam tantangan yang dihadapi perbankan dapat dihindari dengan melakukan pengelolaan yang baik dalam hal internal maupun eksternal bank, hal tersebut dilakukan agar kinerja bank meningkat dan bank akan memperoleh laba yang optimal. Dari semua perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, salah satu bank yang memiliki tingkat profitabilitas yang masih berada dibawah standar ratarata Industri Perbankan Indonesia adalah Bank Bumi Arta. Bank Bumi Arta merupakan salah satu bank devisa yang memiliki tingkat profitabilitas rendah. Perkembangan profitabilitas pada bank ini tiap tahunnya mengalami perubahan yang fluktuatif dan masih berada dibawah standar Bank Indonesia, hal ini akibat dari

14 kinerja bank dalam memperoleh laba tidak berjalan secara efektif dan efisien terutama dalam pengelolaan dana baik dana yang masuk dalam bentuk dana pihak ketiga (DPK) maupun dana yang keluar dalam bentuk penyaluran kredit, sehingga bank tidak optimal dalam menghasilkan laba. Ukuran kinerja keuangan suatu bank salah satunya dapat dilihat dari seberapa besar kemampuan bank dalam memperoleh profit (laba). Profitabilitas adalah kemampuan bank dalam memperoleh laba berdasarkan investasi yang dilakukannya (Komaruddin Sastradipoera, 2001: 274). Profitabilitas bank dapat diukur dengan rasio return on asset (ROA). Return On asset (ROA) merupakan perbandingan (rasio) laba sebelum pajak selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama (Malayu Hasibuan, 2009: 100). Kondisi ROA yang terjadi pada Bank Bumi Arta sepanjang tahun 2008-2012 mengalami perubahan yang fluktuatif, dan masih berada dibawah standar ketentuan Bank Indonesia. Kondisi ROA yang masih berada dibawah standar rata-rata industri tentu akan berdampak pada tingkat profitabilitas yang akan diperoleh bank tersebut. Untuk mendapatkan profitabilitas yang tinggi, bank harus dapat mengelola aktiva produktifnya dengan baik agar dapat memperoleh pendapatan yang maksimal. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas yaitu likuiditas. Likuiditas adalah kemampuan suatu bank untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek (Kasmir, 2002: 272). Alat ukur yang digunakan dalam likuiditas ini adalah loan to deposit ratio (LDR).

15 Menurut Kasmir (2002:272), loan to deposit ratio adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Pengelolaan LDR yang baik, tentunya akan dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi pihak bank, dimana LDR harus berada pada tingkat yang ideal sesuai dengan standar ketetapan Bank Indonesia yaitu sebesar 80%-110%. Menurut Lukman Dendawijaya (2005:58), menjelaskan bahwa salah satu ketentuan perbankan yang sangat berpengaruh terhadap keberanian para eksekutif perbankan untuk memperbesar volume kreditnya dalam rangka mengejar profitabilitas yang tinggi adalah loan to deposit ratio (LDR). Maka loan to deposit ratio (LDR) sebagai tolak ukur bank untuk memperbesar volume kredit untuk mencapai profit yang tinggi. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis sampaikan sebelumnya, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran likuiditas pada Bank Bumi Arta Tbk? 2. Bagaimana gambaran profitabilitas pada Bank Bumi Arta Tbk? 3. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas pada Bank Bumi Arta Tbk? 1.4 Tujuan Penelitian

16 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Gambaran likuiditas pada Bank Bumi Arta Tbk. 2. Gambaran profitabilitas pada Bank Bumi Arta Tbk. 3. Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas pada Bank Bumi Arta Tbk. 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan kontribusi baru yang berkaitan dengan manajemen keuangan yang berkaitan dengan perbankan, khususnya tentang bagaimana pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas bank. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari tingkat likuiditas terhadap profitabilitas bank, dan untuk melihat tingkat kinerja bank. b. Bagi penulis, penelitian ini sangat berguna untuk memperoleh gambaran secara langsung bagaimana penerapan teori-teori yang

17 selama ini didapatkan, khususnya mengenai likuiditas dan profitabilias bank. Juga untuk melihat bagaimana kondisi perbankan yang ada di Indonesia.