KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) Oleh : Ngakan Agung Ari Mahendra I Ketut Keneng

dokumen-dokumen yang mirip
KEDUDUKAN DAN KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DITINJAU DARI SEGI HUKUM KONTRAK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM SISTEM HUKUM KONTRAK ABSTRACT

Disusun oleh : AZALIA SEPTINA WARDANI C

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan meningkat, serta terwujud

KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

BAB III MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

PERBEDAAN ANTARA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DENGAN KONTRAK NO MEMORANDUM OF UNDERSTANDING KONTRAK

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)

Bab I. Pendahuluan. hukum tidak terkecuali kegiatan bisnis. 1. Buku Kesatu tentang Orang. 2. Buku Kedua tentang Kebendaan.

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PARA PIHAK DALAM KONTRAK KERJASAMA INTERNASIONAL BERDASARKAN UNIDROIT

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN SEKURITAS TERHADAP INVESTOR DALAM PERDAGANGAN SAHAM SECARA ELEKTRONIK

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu kesejahteraan, adil dan makmur yang tercantum dalam. Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat yang berbunyi:

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA APOTEKER DENGAN PEMILIK APOTEK

BAB III TINJAUAN UMUM KONTRAK DAN PERJANJIAN. Perjanjian, adapun yang dimaksud dengan perikatan oleh buku III KUH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

KONTRAK BISNIS ANTARA PEMILIK KLUB DENGAN PEMAIN SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. terutama di kalangan pebisnis atau pelaku usaha. Kebutuhan akan barang modal

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

PEMBENTUKAN KONTRAK MANAJEMEN HOTEL JARINGAN INTERNASIONAL DI BALI

EFEKTIVITAS MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III PENUTUP. diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ini adalah apabila setelah dilakukan penilaian oleh KPPU, ternyata merger

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

Jurnal Syariah: Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran Implementasi Yuridis Vol 17, Nomor 2 Desember 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN

PENDAPAT HUKUM PELATIHAN HUKUM LEGAL OPINIONN PERDATA BECOMING LEGAL EXPERT THE BEST WAY UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS HUKUM

HAK ISTIMEWA BAGI INVESTOR ASING DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

PEMBATALAN PERJANJIAN MAATSCHAP YANG DIDIRIKAN TANPA JANGKA WAKTU DAN ATAS DASAR WANPRESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

TANGGUNG JAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH TOKO (RUKO) 1 Oleh : Cindi Kondo 2

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

KEPASTIAN HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DALAM BENTUK PERSEROAN TERBATAS (NAAMLOZE VENNOTSCHAP)

Abstract. Keywords: Responsibility, contractor, tort, compensation. Abstrak

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) KLINIK HUKUM PERANCANGAN KONTRAK (CONTRACT DRAFTING LAW CLINIC) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS YURIDIS AKTA DI BAWAH TANGAN YANG DI WAARMEKING DAN DI LEGALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU TENTANG

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal

PENGATURAN DAN MANFAAT PEMBUATAN POST-MARITAL AGREEMENT DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BATALNYA PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN KARENA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PT. SRIKANDI

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

III. METODE PENELITIAN. berdasarkan logika berpikir. Metodologi artinya ilmu tentang cara melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEWAJIBAN KETERBUKAAN SEBUAH PERUSAHAAN SEBAGAI EMITEN SETELAH GO PUBLIC

Mata Kuliah : Perancangan Kontrak Kode Mata Kuliah : WUK 7219

Oleh: Rantika Andreani I Wayan Wiryawan Dewa Gde Rudy Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE

Oleh : Gusti Ketut Alfionita** I Made Udiana*** A.A. Sagung Wiratni Darmadi**** Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub

KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI APARTEMEN MELALUI PEMESANAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH PADA KOPERASI DALAM HAL WANPRESTASI

Transkripsi:

ABSTRAK KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) Oleh : Ngakan Agung Ari Mahendra I Ketut Keneng Fokus kajian dalam tulisan ini adalah menyangkut kekuatan mengikat Memorandum Of Understanding (MOU). Tulisan ini didasarkan pada penelitian Hukum Normatif yang bertumpu pada data kepustakaan. Pendekatan yang dilakukan dalam pembahasan masalah adalah pendekatan fakta dan pendekatan analisis konsep hukum. Data kepustakaan sebagai bahan hukum diolah dan dianalisa secara deskriptif analisis. Kesimpulan hasil penelitian dari tulisan ini, bahwa pada dasarnya Memorandum Of Understanding hanya mempunyai kekuatan mengikat dari segi hukum. Kata Kunci : Kekuatan Mengikat, Memorandum Of Understanding (MOU). ABSTRACT The focus of the study in this writing is related to the binding power of Memorandum of Understanding. This writing is based on reserach of Normative Law using library data. In discussing the problem, the research applied fact and concept of law approaches. The library data as law material were processed and analyzed descriptively. The conclusion of the research shows that seen from law jpoiint of view Memorandum Of Understanding basically has a binding power. Key Words : Binding Power, Memorandum of Understanding I. PENDAHULUAN Suatu transaksi bisnis umumnya dituangkan dalam suatu perjanjian atau kontrak. Menurut Salim HS, perjanjian atau kontrak merupakan hubungan hukum antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan. 1 Subyek hukum yang satu berhak atas suatu prestasi dan subyek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai yang disepakati. 2 Dalam praktek bisnis, kesepakatan diantara para pelaku bisnis seringkali diwujudkan tidak saja dalam bentuk kontrak, tetapi ada juga diwujudkan dalam 1 Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Innominant di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 17. 2 Ibid 1

bentuk suatu dokumen yang disebut Memorandum Of Understanding (MOU) atau adakalanya disebut dengan Letter of Intent. 3 Memorandum Of Understanding itu sendiri pada hakekatnya merupakan kesepakatan diantara para pihak untuk berunding dalam rangka membuat perjanjian dikemudian hari, apabila hal-hal tertentu yang belum pasti telah dapat dipastikan. 4 MOU disebut juga sebagai nota kesepahaman. Memorandum Of Understanding (MOU) atau nota kesepahaman adalah catatan tentang hal-hal dalam kaitan dengan kerjasama bisnis, yang pada prinsipnya telah disepakati oleh para pihak melalui proses negosiasi. Nota ini sekalipun tidak diharuskan oleh Undang-undang, tetapi telah berlaku sebagai kelaziman dalam tradisi bisnis modern. MOU dibuat dalam rangka menyiapkan suatu hubungan bisnis yang kuat dan aman, atau suatu kontrak bisnis yang cermat dan lengkap. Kontrak yang akan terbentuk nantinya harus matang, sebesar-besarnya dapat mencegah dan menghindarkan para pihak dari risiko sekecil apapun. Dalam rangka itulah MOU dibutuhkan oleh para pihak yang melakukan transaksi bisnis. 5 Pada dasarnya MOU diadakan untuk menyawali proses pembuatan kontrakkontrak yang komplek, dimana pihak-pihak masih menggantungkan kemungkinan dibuatnya kontrak pada soal-soal pokok yang masih belum jelas keberadaannya (misalnya menyangkut sumber daya keuangan, izin pemerintah, dan sebagainya). MOU telah menimbulkan berbagai pandangan tentang kekuatan mengikatnya. Dalam praktek MOU banyak digunakan sebagai kontrak yang mengikat secara yuridis. Dalam tulisan ini masalah yang dibahas adalah mengenai kekuatan mengikat MOU. Berdasarkan penggunaannya dalam ada yang menganggap MOU sudah memenuhi persyaratan dan memiliki elemen-elemen untuk terbentuknya suatu kontrak yang mengikat. Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami dan mengetahui kekuatan mengikat dari pada memory of understanding. II. ISI MAKALAH 2.1. Metode Penulisan Jenis penelitian kaitannya penulisan makalah ini adalah termasuk penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum kepustakaan 3 Laboratorium Hukum FH. Unpar, 1997, Ketrampilan Perancangan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 173. 4 IB. Wyasa Putra, 1998, Bali Dalam Perspektif Global, Upada Sastra, Denpasar, h. 97. 5 Ibid, h. 99. 2

tanpa didukung dengan data lapangan. Permasalahan dikaji melalui pendekatan fakta dan pendekatan analisa konsep hukum. Bahan hukum yang diperoleh dianalisa secara deskriptif analisis yang didasarkan pada argumentasi hukum. 2.2. Hasil dan Pembahasan 2.2.1. Pengertian dan Tujuan Dibuatnya MOU Secara gramatikal Memorandum of Understanding (MOU) diartikan sebagai nota kesepahaman. 6 Guna memahami MOU, ada baiknya dikemukakan pandangan Munir Fuady sebagai berikut : Memorandum of Understanding adalah sebagai perjanjian pendahuluan, dalam arti nantinya akan diikuti dan dijabarkan dalam perjanjian lain yang mengaturnya secara detail, karena itu MOU berisikan hal-hal yang pokok saja. Adapun mengenai lain-lain aspek dari MOU relatif sama dengan perjanjianperjanjian lain. 7 Pada prinsipnya setiap MOU yang dibuat oleh para pihak mempunyai tujuan tertentu. Menurut Munir Fuady tujuan dibuatnya MOU adalah : 1. Untuk menghindari kesulitan pembatalan suatu agreement nantinya, dalam hal prospek bisnisnya belum jelas benar, dalam arti belum bisa dipastikan apakah deal kerja sama tersebut akan ditindaklanjuti, sehingga dibuatlah Memorandum of Understanding yang sudah dibatalkan. 2. Penandatangan kontrak masik lama karena masih dilakukan negosiasi yang alot. Karena itu, daripada tidak ada ikatan apa-apa sebelum ditandatangani kontrak tersebut, dibuatlah Memorandum of Understanding yang akan berlaku sementara waktu. 3. Adanya keraguan para pihak dan masih perlu waktu untuk pikir-pikir dalam hal penandatanganan suatu kontrak, sehingga untuk sementara dibuatlah memorandum of understanding. 4. Memorandum of Understanding dibuat dan ditandatangani oleh pihak eksekutif teras dari suatu perusahaan, sehingga untuk suatu perjanjian yang lebih rinci mesti 6 Salim HS, H. Abdullah, Wiwik Wahyuningsih, 2008, Perancangan Kontrak & Memorandum Of Understanding, Sinar Grafika, Jakarta, h. 46. 7 Munir Fuady, 1997, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Ke Empat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 91. 3

dirandang dan dinegosiasi khusus oleh staf-staf yang lebih rendah tetapi lebih menguasai secara teknis. 8 2.2.2. Kekuatan Mengikat MOU Berbagai pandangan muncul dalam praktek, menyikapi keberadaan dari MOU. Pada satu sisi ada yang berpandangan bahwa MOU itu mengikat secara hukum, tetapi pada sisi lain ada yang berpandangan MOU itu tidak mengikat, karena sifatnya pra kontrak. Para uraian berikut ini akan diketengahkan tentang pro dan kontra dari kekuatan mengikat dari MOU. Hikmahanto Juwana mengemukakan pandangannya tentang pengunaan istilah MOU. Ia mengatakan bahwa : Penggunaan istilah MOU harus dibedakan dari segi teoritis dan praktis. Secara teoritis, dokumen MOU bukan merupakan hukum yang mengikat para pihak. Agar mengikat secara hukum, harus ditindak lanjuti dengan sebuah perjanjian. Kesekapakatan dalam MOU lebih bersifat ikatan moral. Secara praktis, MOU disejajarkan dengan perjanjian. Ikatan yang terjadi tidak hanya bersifat moral, tetapi juga ikatan hukum. 9 Dalam pengamatan I.B. Wyasa Putra, dalam praktek terdapat dua aliran pemikiran yang mempunyai pengaruh sama kuat. Pertama, aliran yang memandang MOU semata-mata sebagai dokumen prosedural, sama sekali tidak memiliki kekuatan hukum. Kedua, aliran yang memandang MOU lebih sebagai dokumen hukum (legal document), memiliki kekuatan hukum mengikat, dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mempertahankan atau menuntut hak. Aliran pertama lebih memandang MOU sebagai bagian proses pembentuk kontrak, sedangkan yang kedua memandang MOU sebagai bentuk kesepakatan dasar. 10 Penulis sendiri sepaham dengan pandangan dari I.B. Wyasa Putra, bahwa dari kedua pandangan tersebut harus ditempatkan secara proporsional. Pada prinsipnya MOU hanyalah sekedar dokumen prosedural, yaitu sekedar sebagai bagian dari proses pembntukan kesepakatan (kontrak). Adapun alasannya karena dari segi status dan tujuan dasarnya, MOU memang tidak dimaksudkan untuk menjadi wadah 8 Ibid, h. 91-92. 9 H. Salim, H. Abdullah, Wiwik Wahyuningsih, Op. Cit, h. 55. 10 I. B. Wyasa Putra, Op. Cit, h. 101. 4

kesepakatan, melainkan sekedar prosedur untuk memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyiapkan kontrak secara lebih baik. Namun demikian, kemungkinan untuk menjadikan MOU sebagai dasar menuntut atau mempertahankan hak juga tidak boleh ditutup, sepanjang peristiwa-peristiwa hukum yang timbul juga memungkinkan hal demikian terjadi. III. KESIMPULAN Dari pemaparan sebagaimana tersebut diatas, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Praktek bisnis modern sudah lazim menggunakan Memorandum Of Understanding (MOU). Pada dasarnya MOU atau nota kesepahaman dibuat untuk mengawali proses pembuatan kontrak-kontrak yang bersifat komplek. 2. Pada prinsipnya MOU hanyalah merupakan dokumen prosedural, yaitu sekedar sebagai bagian dari proses pembentukan kesepakatan (kontrak). Dari segi status dan tujuan, memang pada dasarnya MOU tidak dimaksudkan untuk menjadi wadah kesepakatan, dan karena itu MOU tidak mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. DAFTAR PUSTAKA IB. Wyasa Putra, 1998, Bali Dalam Perspektif Global, Upada Sastra, Denpasar. Laboratorium Hukum FH. Unpar, 1997, Ketrampilan Perancangan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Munir Fuady, 1997, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Ke Empat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Innominant di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Salim HS, H. Abdullah, Wiwik Wahyuningsih, 2008, Perancangan Kontrak & Memorandum Of Understanding, Sinar Grafika, Jakarta. 5