Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

dokumen-dokumen yang mirip
Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

Kajian Perhiasan Tradisional

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

Ragam Hias Kain Celup Ikat

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Alat dan Teknik Rekarakit Nusantara

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1

BAB I PENDAHULUAN. masyrakatnya juga terkenal dengan handmade dan handicraftnya. salah satunya Koto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

Gambar dan Nama Pakaian Adat dari 33 Daerah Provinsi di Indonesia Lengkap

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

Gambar Cover buku

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II METODE PERANCANGAN

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V LAPORAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dan siklus PTK sebagai berikut : Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Untuk pelajaran IPA sebagai

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

Kreasi Ragam Hias Uis Barat

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

Kerajinan Fungsi Hias

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk Kelas VII TEKSTIL. Penulis : Cut Kamaril Wardhani Ratna Panggabean

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

Transkripsi:

KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta memerlukan perlindungan tubuh dari keadaan lingkungan di sekitarnya. Kebutuhan ini dipenuhi dengan cara memanfaatkan benda yang ada di alam, kemudian diproses secara sederhana. Misalnya, memakai bulu binatang, kulit kayu, dan serat tumbuhan. Adanya penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, menjadi penolong manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu di antaranya adalah cara melindungi tubuh dari perubahan iklim, yaitu dengan membuat kain. Kain bukan hanya untuk melindungi tubuh dari perubahan cuaca, tetapi juga menampilkan aneka makna lain. Makna-makna yang ditampilkan, antara lain sebagai lambang status sosial dan budaya. Semua itu ditentukan berdasarkan kepercayaan dan pengertian masyarakat pembuatnya dalam mengungkapkan keberadaan dirinya di alam ini.

2 TEKSTIL B. TUJUAN Setelah mempelajari materi ini kita akan memiliki kemampuan untuk: 1. Memahami berbagai pengetahuan tentang mengapa manusia membuat kain, fungsi kain sebagai kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis, dan status sosial budaya, serta keanekaragaman cara pembuatan kain di Nusantara dan mancanegara. 2. Menghayati keanekaragaman fungsi dan cara pembuatan kain di Nusantara dan mancanegara. C. KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia memiliki derajat yang tertinggi dibandingkan makhluk lainnya. Namun manusia tetap memiliki kekurangan. Manusia tidak memiliki kelengkapan tubuh yang memungkinkannya dapat bertahan hidup di lingkungan tertentu. Akan tetapi, dengan akal dan budi, manusia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka memanfaatkan berbagai peralatan untuk mengatasi keterbatasan jasmaninya. Jadi dengan kemampuan akal budinya, manusia dapat bertahan hidup di mana saja. Manusia mampu mengembangkan teknologi karena mereka memiliki daya pikir beperlambang yang tidak dimiliki makhluk lain. Mereka menggunakan lambang-lambang yang diberi makna, sehingga dapat menyampaikan pemikiran dan pengetahuannya, serta mendapatkan respons dari sesamanya. Dengan demikian, proses penyesuaian diri dengan sesama serta alam lingkungan tempatnya berdiam dapat dilakukan secara aktif. Pada awalnya, manusia hanya memerlukan kebutuhan dasar, tetapi kemudian kebutuhan ini berkembang menjadi semakin beragam. Hal ini terutama terlihat pada kebutuhan budaya, yaitu antara lain pakaian. Cara manusia memenuhi kebutuhan tersebut sangat beragam sesuai dengan lingkungan tempat tinggal. Demikian pula dengan masyarakat Nusantara yang meskipun kebudayaannya memiliki asal usul yang serupa, namun perbedaan kondisi lingkungan

KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 3 Gambar 1.1: Menenun dengan alat tenun gedogan di jaman dahulu dan letak geografis, menimbulkan keragaman budaya yang amat kaya. Keragaman ini antara lain terlihat pada bentuk, bahan, serta ragam hias yang digunakan dalam membuat perlengkapan kehidupannya. Kekayaan budaya Nusantara ini terlihat dengan mudah dalam aneka tekstil dan kain adat. Mulai dari busana sehari-hari yang sederhana, sampai dengan kain selendang dari benang emas serta sutera halus, atau benang kapas dengan corak berani dan tegas, demikian juga kain-kain adat sebagai penutup dan penghias dalam upacara adat. Tidak hanya fungsi kain yang beragam, tetapi juga jenis-jenis bahan yang digunakan serta teknik pembuatannya. Menurut perkiraan para antropolog, tenunan masuk wilayah Nusantara bersamaan dengan masuknya bangsa-bangsa yang sudah mengenal perunggu dan besi. Mereka memperkenalkan alat tenun sederhana yang diikatkan pada tubuh, yang dikenal dengan nama gedogan. Tenunan yang dibuat dengan alat ini menggunakan susunan benang lungsi yang berkesinambungan. Meskipun alat tenun yang

4 TEKSTIL Gambar 1.2: Seorang kepala suku Indian yang mengenakan hiasan kepala dari bulu burung rajawali Gambar 1.3: Kain adat Ulos dari Sumatera Utara, sering digunakan sebagai selendang. Ulos Ragidup digunakan oleh mereka yang sudah mempunyai cucu (dalam foto dipakai oleh orang yang di tengah). lebih canggih sudah banyak, tetapi alat tenun ini masih digunakan oleh beberapa suku di Nusantara sampai sekarang, khususnya untuk menenun kain-kain yang bermakna khusus. Pada awalnya, alat tenun ini hanya dianggap untuk membuat kain sederhana yang terbuat dari benang kapas dengan teknik tenun yang mudah. Namun kemudian, ternyata alat ini mampu menghasilkan tenunan dengan menggunakan berbagai teknik tenun, jenis benang dan serat, serta corakcorak yang rumit. Secara umum, kain berfungsi sebagai pelindung tubuh dari perubahan cuaca. Kain yang tebal dipakai di musim dingin, sedangkan yang tipis di musim panas. Di samping itu, kain juga bisa berfungsi sebagai sarana mengungkapkan diri. Manusia pada dasarnya ingin tampil indah dan unik, sehingga ia dapat menampilkan jati diri, keberadaannya, dan keunikannya. Keinginannya untuk bisa tampil beda dan unik diungkapkannya melalui rias diri. Merias tidak hanya untuk menarik lawan jenis, tetapi juga untuk tampil khas. Konon, aspek merias diri inilah yang merupakan alasan utama mengapa manusia berpakaian. Manusia ingin kelihatan cantik, gagah, anggun, atau indah.

KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 5 Setiap kelompok masyarakat memiliki berbagai cara untuk tampil unik. Suku Mentawai di kepulauan Mentawai, Sumatera, menggunakan rajah kulit (tattoo), demikian pula bangsa Aborigin di Australia. Rajah kulit bukan hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga tanda yang mempunyai makna khusus, misalnya tanda prestasi dalam berburu. Suku-suku di Papua dan Afrika Selatan menggunakan cat tubuh sebagai hiasan, yang mengandung makna dan perlambangan tertentu. Adapun suku Dayak di Kalimantan dan Indian di Amerika memakai bulu burung, atau bangsa Mesir kuno memakai kaftan putih yang tembus pandang. Bahkan, ada beberapa remaja masa kini yang tampil dengan mengenakan baju ketat mengkilap. Kesemuanya ini bertujuan untuk menunjukkan jati diri baik sebagai kelompok atau individu. Namun berpenampilan unik tidak hanya tergantung pada bentuk busana. Busana yang terbuat dari kain mewah berlapis-lapis tidak lebih terhormat dan beradab daripada gaya berpakaian yang sederhana. Seringkali pelengkap busanalah yang lebih dapat menentukan status seseorang dibandingkan busana itu sendiri. Misalnya, hiasan kepala yang terbuat dari bulu burung bagi suku Indian di Amerika Serikat, menunjukkan pemakainya adalah seorang pemimpin atau kepala suku. Demikian pula bagi masyarakat Batak, seseorang yang memakai ulos Ragidup menunjukkan bahwa ia telah memiliki cucu. Selain itu, kain juga dapat menunjukkan kewenangan seseorang. Di ruang pengadilan, hakim menggunakan toga dari kain berwarna hitam sebagai lambang wibawa dan ketegasan hukum yang diberlakukannya. Demikian pula dengan seragam tentara yang menunjukkan kekuatan dan disiplin tinggi untuk mempertahankan bangsa dan negara. Sejak jaman prasejarah hingga kini pengakuan khusus diberikan kepada para pemimpin (raja dan kepala suku), ahli kesehatan (dokter, tabib atau dukun), dan pembela tanah air (tentara, satria dan pemburu yang tangguh) dengan mencirikan pakaian yang mereka kenakan. Busana juga dapat menjelaskan asal usul seseorang, misalnya daerah asal, sekolah, kelompok ilmu, tempat bekerja bahkan juga

6 TEKSTIL Gambar 1.6: Kain Tartan dari Skotlandia, Inggris. Ragam hiasnya terdiri dari aneka bentuk kotak dan garis yang terjadi akibat persilangan benang lungsi dan benang pakan. Gambar 1.4: Kain yang dibuat menjadi kimono, busana tradisional masyarakat Jepang. Gambar 1.5: Busana khas perempuan India, terdiri dari kain, sari, yang dililitkan sekeliling tubuh. kelompok keluarga atau marga. Penggunaan busana untuk keperluan ini, biasanya sarat dengan atribut-atribut yang melambangkan asal usul tersebut. Atribut-atribut ini dapat berupa bentuk pakaian, corak, warna maupun cara mengenakannya. Misalnya, baju kimono menjadi ciri khas busana bangsa Jepang, atau kain sari dari masyarakat India. Bangsa Skotlandia di Inggris, terkenal dengan tenunan wol yang halus dan indah penuh corak kotak-kotak hasil persilangan warna benang lungsi dan benang pakan. Kain ini dikenal dengan nama tartan. Ragam hias kotak-kotak tartan menjadi ciri khas kaum kerabat di wilayah Skotlandia, sehingga menjadi identitas kelompok kerabat pemakainya. Kain juga dapat menunjukkan kepribadian, pengaruh, dan selera pemakai.

KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 7 Kain yang digunakan oleh masyarakat niaga berbeda dengan kain yang digunakan oleh masyarakat keraton. Umumnya, keraton memiliki aturan yang ketat, sehingga produk-produk yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan dan masyarakat keraton dibuat dengan aturan (pakem) tertentu pula. Kain-kain ini biasanya sarat dengan makna dan perlambangan yang ditampilkan dengan cara yang indah. Bentuk-bentuk dari alam digambarkan dalam ukuran kecil, rinci dan padat secara berulang-ulang di atas permukaan kain. Ukuran corak yang kecil dan rinci ini kemudian melahirkan bentuk-bentuk baru yang lebih sederhana namun sarat perlambangan. Selain itu, cara menghias ini sekaligus juga menjadi sumber gagasan bentuk corak pengisi bidang kosong di antara corak-corak utama. Proses menghias seperti ini membutuhkan konsentrasi tinggi serta penghayatan yang mendalam. Dengan demikian, si pembuat dapat menampilkan corak utama dalam bentuk saripati, sedangkan bentuk rinci pada corak-corak pelengkap. Ragam hias dengan kombinasi seperti inilah yang menjadi daya tarik utama bagi banyak orang. Lain halnya dengan masyarakat niaga yang pada umumnya tinggal di daerah-daerah yang sering didatangi orang-orang dari mancanegara. Dalam perdagangan, masukan dan pengaruh dari luar dipertimbangkan agar produk bisa dipasarkan ke berbagai daerah. Hal ini melahirkan nilai-nilai keindahan tersendiri. Masyarakat niaga lebih sering berurusan dengan selera yang lain daripada yang dikenalnya selama ini. Sebagaimana pepatah mengatakan: Lain lubuk, lain ikannya, maka selera daerah yang satu berbeda dengan daerah lainnya. Dalam hal ini, masyarakat niaga lebih terbiasa menerima hal-hal baru. Keterbukaan ini terungkap dalam aneka produk kain yang dihasilkan. Misalnya, kain yang dibuat dengan kombinasi warna dan ragam hias khusus untuk memenuhi permintaan pasar mancanegara. Kemampuan membuat ragam hias sesuai selera mancanegara nantinya akan memperkaya ragam hias lokal, sehingga melahirkan aneka corak dan kombinasi warna yang baru dan indah. Jadi, baik masyarakat keraton maupun masyarakat niaga sama-sama memiliki kreativitas tinggi dalam mengungkapkan keindahan pada kain-kain mereka.

8 TEKSTIL Gambar 1.7: Busana pengantin Yogyakarta, sarat dengan aneka kain batik tulis yang dilapis warna emas (prada). Gambar 1.8: Busana pengantin Minangkabau. Busana ini dihiasi dengan corak-corak yang disulam dengan benang emas. Dalam masyarakat tradisional, kain memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan adat dan kepercayaan mereka. Hal ini terutama terlihat dalam upacara adat dan ritual keagamaan. Kain sutera berwarna putih gading mempunyai makna khusus yang sakral dalam upacara keagamaan di Tibet. Sementara itu, masyarakat desa Tenganan di Bali menganggap kain geringsing dapat menolak bala dan penyakit (gering = sakit; sing = tidak). Hampir setiap upacara adat yang ada di dunia ini menggunakan kain produksi setempat. Salah satu kegiatan tradisional yang masih sering diadakan adalah upacara perkawinan. Peran kain dalam upacara ini adalah sebagai salah satu atribut dan pelengkap utama. Selain sebagai busana kebesaran pengantin dan para tamu yang datang, kain juga berperan sebagai mas kawin atau mahar. Di samping itu, kain juga menjadi lambang dari pemberian doa restu, berkah, keselamatan dan kebahagiaan bagi kedua mempelai. Keterampilan membuat VCD Track 1 Fungsi tekstil dalam kehidupan manusia kain menjadi salah satu keahlian kaum perempuan dan dapat menaikkan kehormatan keluarganya. Di beberapa masyarakat

KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 9 tradisional, perempuan diharapkan memiliki keterampilan menenun atau membuat kain. Bukti keahliannya akan terlihat pada kain yang dikenakannya saat ia menikah. Kain itu menjadi kebanggaan dia dan keluarganya. Anak perempuan yang pandai membuat kain yang indah dinilai sebagai salah satu harta keluarga. Oleh karena itu, tanpa mengurangi nilai kebanggaan keluarga, pihak keluarga perempuan menyerahkan proses pembuatan kain kepada pembuat yang mahir. Upacara perkawinan adalah sarana untuk menampilkan kain-kain yang paling indah bagi kedua mempelai, keluarga mereka, dan para tamu yang hadir. Kompetensi Konsepsi Buatlah kliping tentang perbedaan fungsi pakaian. a. Kumpulkan gambar dari koran atau majalah bekas, serta foto dari Internet tentang pakaian yang digunakan dalam upacara adat dan pakaian sehari-hari di daerahmu. Jelaskan fungsi dari pakaian adat dan pakaian sehari-hari. Jelaskan perbedaan fungsi dari kedua pakaian tersebut. b. Apa pendapatmu tentang perbedaan kedua fungsi pakaian tersebut? Kompetensi Apresiasi Kain Sebagai Kebutuhan Manusia Uraikan penilaianmu terhadap perbedaan fungsi dan makna dari pakaian tersebut.

10 TEKSTIL