BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk kuat bersaing, perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat tersebut, suatu perusahaan harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Untuk dapat melakukan aktivitasnya dan dapat bersaing dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki kewajiban dalam melaporkan pertanggungjawaban

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka untuk kuat bersaing, perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Pajak Tangguhan deferred tax sudah tidak asing lagi bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik manajemen laba sudah menjadi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia maupun di luar

ANALISIS PENGATURAN LABA ( EARNINGS MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan menyediakan informasimengenai laba sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat kinerja dari suatu perusahaan. Informasi laba yang diberikan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. informasi bagi investor dan kreditur, yang menunjukan kinerja perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan kenaikan aset dalam satu perioda akibat kegiatan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang terkandung di dalam laba ( earnings) mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. pada periode tertentu. Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu dalam mengambil keputusan oleh pengguna laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan timbulnya istilah beban pajak tangguhan. Oleh karena itu manajer

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya sebuah periode operasi perusahaan akan diakhiri dengan pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia dalam praktiknya berusaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. standar akuntansi keuangan. Book tax differences tersebut berpengaruh besar

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. indikasi kondisi perusahaan sebelum pada akhirnya mengambil suatu keputusan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Fokus utama pelaporan keuangan. adalah informasi mengenai laba dan komponennya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan mengenai pertanggung jawaban pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan utama suatu negara memiliki peran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPTOTESIS PENELITIAN. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. satunya untuk meningkatkan kesejahteraan perusahaan. Laba yang berkualitas dapat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. (UU KUP) Nomor 16 Tahun 2009 pasal 28 (1) diatur bahwa Wajib Pajak (WP)

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian adalah mengenai book tax differences. Book tax differences

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan digunakan sebagai alat pertanggungjawaban bagi pengurus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan operasional maupun keadaan finansial perusahaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal perusahaan. Mereka selalu menggunakan laba sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan melakukan suatu pelaporan keuangan mempunyai tujuan. untuk menyediakan informasi yang berguna dalam proses pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi yang terkandung di dalam laba (earnings) mempunyai peran

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peran sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib

BAB 1 PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, agraria, maritim yang mencoba untuk bangkit dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal penyediaan barang dan jasa yang bermutu, tetapi juga dalam hal

BAB I. atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi laba perusahaan. saham dan pengguna eksternal lainnya. Namun demikian, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak pihak yang. baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Informasi keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan dihadapkan dengan persaingan yang keras

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti kaidah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. laba dan komponennya. Laba dapat menggambarkan kinerja perusahaan selama

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan yang terjadi antar perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan diberikan oleh perusahaan kepada pihak manajemen sebagai pengelola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam struktur penerimaan negara, penerimaan pajak memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan perkembangan bisnis semakin membawa

BAB I PENDAHULUAN. Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun

PENGGUNAAN KOMPONEN PEMBENTUK PAJAK TANGGUHAN DALAM MENDETEKSI MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman menghadapkan perusahaan dengan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pajak merasakan manfaat dari pajak secara langsung, Karena pajak

Abstrak. Kata kunci: perencanaan pajak, beban pajak tangguhan, manajemen laba

BAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isu yang menarik saat ini adalah book tax differences yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang (expected future

BAB I PENDAHULUAN. stakeholder maupun pihak manajemen perusahaan. Menurut Statement of

BAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang. pihak, baik principal selaku pemegang saham maupun agent selaku

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir tingkat persaingan bisnis yang terjadi antar perusahaan semakin tinggi dan kuat. Hal ini disebabkan setiap perusahaan ingin meraih pangsa pasar yang lebih tinggi. Dalam meraih pangsa pasar yang tinggi tidak hanya diperlukan produk yang bagus dan promosi yang menarik tapi juga melihat pada kinerja keuangan yang dimiliki masing-masing perusahaan. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan pada periode tertentu. Manajemen perusahaan terkadang memberikan sinyal positif kepada pasar tentang kondisi perusahaan yang dikelolanya. Oleh karena itu, manajer perusahaan kemudian berkeinginan untuk menaikkan laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan pemakai eksternal lainnya (Ettredge, Sun, dan Lee, 2007). Tindakan manajemen memanipulasi informasi keuangan dengan melaporkan laba yang dinaikkan mengindikasikan adanya praktik manajemen laba oleh perusahaan. Menurut Scott (2006:344) manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka dan atau nilai pasar 1

2 perusahaan. Menurut Subramayam dan John (2010:130) manajemen laba merupakan hasil akuntansi akrual yang paling bermasalah, karena dapat merusak kredibilitas informasi akuntansi, sehingga mengurangi keandalan laporan keuangan yang berdampak pada pemakai laporan keuangan tersebut. Sebenarnya perusahaan menghadapi suatu dorongan yang saling bertentangan pada saat melakukan manajemen laba. Pada satu sisi manajemen perusahaan ingin menampilkan kinerja keuangan yang baik dengan memaksimalkan laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan pengguna eksternal lainnya. Namun demikian, di sisi lain manajemen perusahaan juga menginginkan untuk meminimalkan laba kena pajak yang dilaporkan untuk keperluan pajak (Ettredge dkk., 2007). Perusahaan di Indonesia dalam menyusun laporan keuangan berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Peraturan Perpajakan. Akuntansi komersial pada umumnya mengacu pada aturan-aturan standar yang ditetapkan dalam PSAK, namun demikian untuk menjalankan fungsi budgeter dan reguler pajak, pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak) menetapkan beberapa aturan khusus yang berbeda dengan aturan akuntansi dalam PSAK. Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dan perpajakan disebabkan karena dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan estimasi akuntansi dibandingkan yang

3 diperbolehkan menurut peraturan perpajakan (Phillips, Pincus, dan Rego, 2003; Yulianti, 2005). Semakin besarnya motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba akan menyebabkan semakin besarnya perbedaan antara laba akuntansi dengan laba perpajakan (Mills dan Newberry, 2001 dalam Irreza dan Yulianti, 2010). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 1997 menerbitkan PSAK No.46 yang mengatur tentang akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) yang mulai diterapkan pada tahun 2001. Sebelum diberlakukannya PSAK No.46 tersebut, perusahaan hanya menghitung dan mengakui besarnya beban pajak penghasilan untuk tahun berjalan saja tanpa menghitung pajak tangguhan. Menurut Waluyo (2012:273) pajak tangguhan (deferred tax) adalah jumlah pajak penghasilan yang terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dari sisa kerugian yang dapat dikompensasikan. Pengakuan pajak tangguhan berdampak terhadap berkurangnya laba atau rugi bersih sebagai akibat adanya kemungkinan pengakuan beban pajak tangguhan atau manfaat pajak tangguhan. Beban (penghasilan) pajak tangguhan adalah jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang muncul akibat adanya pengakuan atas kewajiban atau aset pajak tangguhan. Kewajiban pajak tangguhan dapat terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi negatif yang berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih besar dibanding beban pajak menurut undang-undang pajak. Kewajiban pajak tangguhan ini

4 timbul sebagai akibat perbedaan temporer kena pajak. Sedangkan, aset pajak tangguhan dapat terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif yang berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih kecil dibanding beban pajak menurut undang-undang pajak (Waluyo 2012:273). Aktivitas manajemen laba yang terdeteksi dalam book-tax differences, dapat dilakukan dengan menaikkan kewajiban pajak tangguhan bersih dan mengakibatkan naiknya beban pajak tangguhan (deferred tax expense). Pendapat ini konsisten dengan (Phillips dkk., 2003) yang membuktikan bahwa beban pajak tangguhan, yang merupakan wakil empirik untuk book-tax differences, menghasilkan total akrual dan ukuran abnormal akrual dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun. Kewajiban (aset) pajak tangguhan meningkat ketika perusahaan mempercepat pengakuan pendapatan atau menangguhkan pengakuan beban (mempercepat beban atau menangguhkan pendapatan). Dengan pola seperti ini, maka perusahaan tersebut akan melaporkan laba akuntansi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laba menurut perpajakan, sehingga akan meningkatkan kewajiban pajak tangguhan bersih perusahaan tersebut, begitu pula sebaliknya. Ini menunjukkan manajemen memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan laba yang lebih besar di masa yang akan datang sehingga mengurangi besarnya pajak yang dibayarkan. Phillips, Pincus, Rego, dan Wan (2004) memecah komponen beban pajak tangguhan ke dalam 8 komponen yaitu, (1) akrual dan

5 pencadangan atas pendapatan dan beban, (2) kompensasi (terkait dengan kewajiban pasca imbalan kerja), (3) depresiasi atas aset berwujud, (4) penilaian aset lainnya, (5) poin lain-lain, (6) unrealized gains or losses from securities, (7) tax carryforwards, (8) valuation allowance account. Menurut Phillips dkk. (2004) manajemen laba yang berusaha untuk memaksimalkan laba tanpa meningkatkan biaya terkait dengan perpajakan, tidak mempunyai dampak pada laba menurut perpajakan, sehingga tidak akan mempengaruhi tax carryforwards dari perusahaan tersebut. Hal yang sama juga terkait dengan unrealized gains and losses from securities, karena tidak ada kaitan antara manajemen laba yang tidak berdampak pada laba menurut perpajakan dengan komponen tersebut. Selanjutnya, untuk komponen valuation allowance account, yang merupakan metode pencadangan aset pajak tangguhan perusahaan, tidak diwajibkan oleh PSAK No. 46, maka komponen tersebut tidak relevan untuk digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang berada di Indonesia. Berdasarkan penelitian Phillips dkk. (2004) serta Irreza dan Yulianti (2010), maka dalam penelitian ini komponen-komponen yang akan diuji yaitu (1) akrual dan pencadangan atas pendapatan dan beban, (2) kompensasi (terkait dengan kewajiban pasca imbalan kerja), (3) depresiasi atas aset berwujud, (4) penilaian aset lainnya, (contoh, beban terkait dengan aset tidak berwujud, persediaan, dan sewa guna usaha) dan, (5) miscellaneous items. Sesuai PSAK No. 46 komponen-komponen penting ini akan ditelusuri dari pengungkapan atas perubahan aset dan kewajiban pajak tangguhan dari masing-

6 masing catatan atas laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Dengan laba akuntansi yang lebih besar dari laba menurut perpajakan akan berdampak pada peningkatan salah satu dari komponen diatas, dan hal ini akan berguna dalam mendeteksi aktivitas manajemen laba ini (Phillips dkk., 2004). Komponen akrual dan pencadangan atas pendapatan dan beban dapat digunakan untuk mendeteksi adanya manajemen laba. Menurut Phillips dkk. (2004), salah satu contohnya dengan mengurangi pencadangan pada bad debt, dan warranty, atau mengurangi pendapatan yang ditangguhkan maka akan menaikkan kewajiban pajak tangguhan bersih dan laba perusahaan. Komponen kompensasi terkait dengan kewajiban pasca imbalan kerja dapat digunakan manajemen untuk mengelola laba. Menurut Phillips dkk. (2004), salah satu contohnya dengan mengecilkan estimasi untuk pension dan post-retirement benefits maka akan menaikkan kewajiban pajak tangguhan bersih dan laba perusahaan. Maka dari itu variabel kompensasi mempunyai indikasi positif sebagai salah satu kelompok yang dapat dikelola untuk aktivitas manajemen laba (Irreza dan Yulianti, 2010). Komponen depresiasi atas aset berwujud dapat membuat manajemen melakukan aktivitas manajemen laba. Menurut Phillips dkk. (2004) salah satu contohnya dengan memanjangkan umur aset yang dapat didepresiasi. Manajer dari perusahaan mempunyai power yang paling kuat dalam menentukan metode depresiasi dan umur estimasi. Perusahaan dapat memainkan metode dan estimasi umur

7 manfaat untuk memperkecil beban depresiasi pada suatu periode (Irreza dan Yulianti, 2010). Komponen penilaian aset lainnya dapat digunakan dalam mendeteksi adanya manajemen laba. Menurut Phillips dkk. (2004), sebagai contoh, apabila amortisasi atas aset tak berwujud perusahaan mempunyai perbedaan jauh dengan amortisasi yang dilakukan oleh perpajakan maka akan menimbulkan perbedaan temporer di dalam perubahan kewajiban pajak tangguhan bersih. Komponen miscellaneous items dapat mempengaruhi manajemen laba, termasuk di dalamnya adalah perubahan dalam seluruh kewajiban pajak tangguhan bersih yang tidak termasuk komponen-komponen di atas dan juga tidak terkait dengan tax-carry forward dan unrealized gain or losses (Phillips dkk., 2004; Irreza dan Yulianti, 2010). Banyak penelitian yang menggunakan akrual dan beban pajak tangguhan sebagai indikator mendeteksi manajemen laba. Penelitian yang dilakukan Phillips dkk. (2003) dan Yulianti (2005) juga menemukan bukti empiris bahwa beban pajak tangguhan memilki hubungan positif dan signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan manjemen laba untuk menghindari kerugian perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Djamaluddin, Rahmawati, dan Wijayanti (2008) menemukan bukti empiris bahwa perubahan dalam kewajiban pajak tangguhan bersih dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari penurununan

8 laba. Sedangkan perubahan dalam komponen kewajiban pajak tangguhan bersih yang berkaitan dengan akrual dan pencadangan atas pendapatan dan beban, kompensasi, depresiasi aktiva tetap, penilaian aktiva lainnya, miscellaneous items, dan perubahan dalam cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan tidak terbukti secara signifikan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya manajemen laba untuk menghindari laba menurun. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Phillips dkk. (2004) dimana komponen akrual dan pencadangan atas pendapatan dan beban secara signifikan dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Irreza dan Yulianti (2010) menemukan bukti empiris bahwa total perubahan kewajiban pajak tangguhan bersih dan total akrual dapat mendeteksi kemungkinan perusahaan melakukan aktivitas manajemen laba untuk menghindari kerugian. Hal ini konsisten dengan penelitian Yulianti (2005). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Irreza dan Yulianti (2010) hanya satu variabel komponen yaitu komponen depresiasi atas aset berwujud yang mempunyai dampak signifikan dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari kerugian. Sedangkan komponen akrual dan pencadangan atas pendapatan dan beban, kompensasi, penilaian aset lainnya tidak mempunyai dampak signifikan dalam mendeteksi manajemen laba. Pada penelitian ini objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

9 Pembatasan perusahaan diperlukan karena masing-masing perusahaan menghadapi perlakuan pajak dan akuntansi yang berbeda, sedangkan perusahaan manufaktur dipilih sebagai objek penelitian karena perusahaan manufaktur memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan dengan industri lainnya. Selain itu, industri keuangan merupakan industri dengan regulasi yang sangat ketat dibandingkan dengan industri lainnya sehingga mempunyai peraturan-peraturan yang dapat membedakan pengungkapan pajak penghasilan perusahaan-perusahaan pada industri tersebut. Maka dari itu dipilihlah perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian. Penelitian mengenai pengaruh komponen-komponen pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba masih jarang dilakukan di Indonesia. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Komponen-Komponen Pembentuk Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur di BEI. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu Apakah komponen-komponen yang terkandung dalam perubahan kewajiban pajak tangguhan bersih berpengaruh terhadap manajemen laba untuk menaikkan laba akuntansi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

10 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah ingin memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komponen-komponen yang terkandung dalam perubahan kewajiban pajak tangguhan bersih terhadap manajemen laba untuk menaikkan laba akuntansi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Akademik Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan tambahan pengetahuan bahwa besarnya komponen-komponen dalam pajak tangguhan dapat digunakan untuk menilai kinerja yang dilakukan oleh manajemen. 2. Manfaat Praktik a) Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi manajemen tentang perlunya kemampuan manajemen untuk mengelola perbedaan temporer sedemikian rupa sehingga laba akuntansi tetap dipersepsikan berkualitas atau direspon positif oleh investor. b) Penelitian ini juga dapat digunakan bagi pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan yang berkualitas, handal, dan

dapat dipercaya sehingga informasi yang didapat tidak menyesatkan. 11 1.5. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi penelitian terdahulu, landasan teori, pengembangan hipotesis, dan model analisis. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini berisi desain penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, jenis data dan sumber data, alat dan metode pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi karakteristik objek penelitian, deskripsi data, analisis data dan pembahasan. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya.