PENURUNAN TINGKAT ANSIETAS KLIEN PENYAKIT FISIK DENGAN TERAPI GENERALIS ANSIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM BOGOR. Depok Jawa barat

dokumen-dokumen yang mirip
PENURUNAN RESPONS ANSIETAS KLIEN PENYAKIT FISIK DENGAN TERAPI GENERALIS ANSIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM BOGOR

PENURUNAN TINGKAT ANSIETAS KLIEN PENYAKIT FISIK DENGAN TERAPI GENERALIS ANSIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II TINJAUAN TEORI

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Vol XI Nomor 1 Januari Jurnal Medika Respati ISSN :

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

BAB I PENDAHULUAN. xiv

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENURUNAN TINGKAT ANSIETAS KLIEN PENYAKIT FISIK DENGAN TERAPI GENERALIS ANSIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM BOGOR Livana PH 1, Budi Anna Keliat, Yossie Susanti Eka Putri 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jalan Laut 1A Kendal Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia, kampus FIK UI, Depok Jawa barat- 1644 Email: livana.ph@gmail.com ABSTRAK Klien yang dirawat di rumah sakit mengalami beberapa masalah baik secara fisiologis maupun psikologis sehingga menghambat aktivitas klien sehari-hari. Masalah psikologis yang sering terjadi diantaranya ansietas, sehingga perlu upaya tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosis ansietas tersebut agar status kesehatan klien meningkat baik secara fisilogis ataupun psikologis. Karya ilmiah ini bertujuan untuk melaporkan penerapan terapi generalis terhadap tanda dan gejala klien ansietas dengan penyakit fisik. Karya ilmiah ini menggunakan pendekatan konsep Caring Swanson dan model stres adaptasi Stuart terhadap klien yang dirawat di rumah sakit umum. Penerapan terapi generalis menurunkan respons kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial serta meningkatkan kemampuan klien dalam mengatasi ansietas. Terapi generalis ansietas direkomendasikan untuk diberikan pada klien ansietas dengan penyakit fisik di rumah sakit umum. Kata Kunci: Terapi generalis ansietas, ansietas, penyakit fisik. PENDAHULUAN Ansietas merupakan kebingungan atau kekwatiran pada sesuatu yang terjadi dengan penyebab tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu obyek ( Stuart, 01). Ansietas merupakan keadaan emosi yang dirasakan secara subyektif dengan obyek tidak jelas dan terlihat dalam hubungan interpersonal (Asmadi, 008). Setiap orang pernah mengalami ansietas sehingga ansietas bukanlah hal yang asing dalam hidup manusia. Ansietas merupakan masalah kesehatan jiwa yang masuk dalam kelompok gangguan mental emosional. Prevalensi ansietas di negara berkembang pada usia dewasa sebanyak 0% (Videback, 008). Prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia yang didalamnya termasuk ansietas mencapai 6%. Kota bogor merupakan kota yang ada di provinsi Jawa barat, dimana prevalensi ansietas yang merupakan bagian dari gangguan mental emosional nilainya cukup tinggi, yaitu sebesar 8,1

persen. (Riskesdas, 01). Ansietas yang terjadi salah satunya disebabkan karena sedang dirawat di rumah sakit, sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan jiwa secara holistik dan komprehensif. Individu yang mengalami ansietas akan mengalami ketidakseimbangan secara fisik dan emosi (Stuart & Laraia, 00). Ansietas terjadi karena adanya perasaan takut tidak diterima dalam satu lingkungan tertentu;atau karena adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar; bahkan karena ancaman terhadap konsep diri: identitas diri, harga diri, dan perubahan peran (Keliat, 011). Klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik juga mengalami ansietas. Hal ini sesuai dengan teori Videbeck (008) yang menyatakan bahwa peristiwa yang dapat menyebabkan ansietas, salah satunya adalah penyakit fisik. Tanda dan gejala ansietas terdiri atas dua komponen, yaitu komponen psikis/mental berupa khawatir atau was-was dan komponen fisik berupa napas semakin cepat, jantung berdebar, mulut kering, keluhan lambung, tangan dan kaki merasa dingin dan ketegangan otot (Maramis, 009). Respons dari ansietas tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan dan menurunkan tanda dan gejala. Peningkatan kemampuan dan penurunan tanda gejala tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan situasi klien. Ansietas dapat dicegah dengan mengenali ansietasnya, meningkatkan kemampuan dalam mengatasi ansietas dengan cara tarik nafas dalam, distraksi, kegiatan spiritual dan teknik lima jari (Keliat, 011). Data tersebut membuktikan bahwa terapi generalis mampu menurunkan gejala ansietas dalam beradaptasi terhadap stimulus yang diterima sehingga asuhan keperawatan yang diberikan menjadi efektif sesuai konsep stres dan adaptasi Stuart sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat memberikan pengaruh terhadap klien dalam mencapai kesejahteraan klien sesuai konsep Caring. Pemberian asuhan keperawatan dapat menjadi optimal jika menggunakan manajemen pelayanan yang tepat yaitu dengan manajeman praktik keperawatan profesional (MPKP). Kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan holistik dan profesional di ruang rawat inap menggunakan pendekatan Counseling Liasson Mental Health Nursing (CLMHN) dengan menerapkan manajemen dan asuhan keperawatan fisik dan psikososial sehingga terwujud pelayanan keperawatan yang komprehensif dengan pendekatan konsep stres adaptasi Stuart dan konsep Caring Swanson pada individu sebagai klien maupun keluarga sebagai klien

Jumlah klien yang dikelola di ruang rawat inap selama 9 minggu waktu efektif terdapat klien ansietas dengan berbagai macam penyakit fisik yang ditemukan yaitu, gagal ginjal kronik (17,6%), gagal jantung (1,7%), Diabetes melitus (7,8%), Dispep sia (7,8%), Apendixitis (6,9%), stroke (,9%), demam thypoid (,9%), demam berdarah (,9%). Klien ansietas yang dikelola menunjukan tanda dan gejala atau penilaian terhadap stressor melalui pendekatan teori konsep stres dan adaptasi Stuart dengan berbagai respon yaitu respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Respon kognitif (,%) ditunjukkan dengan berfokus pada hal yang penting dan sulit berkonsentrasi. Respon afektif (6,%) ditunjukkan dengan perasaan sedih, khawatir, tidak percaya di ri dan bingung. Respon fisiologis (8,6%) diantaranya nafsu makan menurun, otot tegang, peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah meningkat, dan sulit tidur. Respon perilaku (4,%) diantaranya waspada, tidak produktif, banyak bertanya. Respon sosial (%) diantaranya memerlukan orang lain dan interaksi sosial berkurang. Tindakan keperawatan yang telah diberikan dari pada klien ansietas dengan penyakit fisik yaitu, mendiskusikan tentang ansietas yang klien alami, melatih tarik nafas dalam, distraksi, kegiatan spiritual, dan teknik lima jari. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan mencoba mengidentifikasi hasil penerapan terapi generalis dalam bentuk karya ilmiah ini. Metode Karya ilmiah ini dilakukan dengan melaporkan hasil penerapan tindakan keperawatan terapi generalis ansietas pada klien ansietas dengan penyakit fisik. Dilakukan pengukuran tanda dan gejala serta kemampuan sebelum dan setelah pemberian terapi generalis ansietas. Untuk mengetahui tingkat ansietas yang klien rasakan, penulis memberikan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 4 (DASS 4) yang berisikan 14 pertanyaan terkait ansietas.hasil pengkajian dengan Depression Anxiety Stress Scale 4 (DASS 4). Tindakan keperawatan generalis yang diberikan kepada klien ansietas, yaitu dengan cara mengenal ansietas (pengertian, penyebab, proses terjadinya, tanda dan gejala ansietas) dan berlatih mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas dalam, distraksi, kegiatan spiritual, dan teknik lima jari. Pelaksanaan terapi generalis pada klien ansietas digambarkan pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Pelaksanaan Terapi Generalis pada Klien Ansietas (n = ) Pertemuan Tindakan Keperawatan generalis Jumlah 1 Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat ansietas Melatih teknik relaksasi nafas dalam Melatih mengatasi ansietas dengan distraksi Melatih mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual Melatih mengatasi ansietas melalui teknik lima jari Terapi generalis pada klien ansietas ini dilakukan sebanyak 1 kali pertemuan dan setiap pertemuan dilakukan selama 1 0 menit. Kondisi klien ansietas yang dirawat di ruang rawat inap mayoritas mempunyai riwayat belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya sehingga belum mempunyai pengalaman terkait cara mengatasi ansietas terkait ansietas dengan penyakit fisik. Pelaksanaan terapi generalis diawali dengan mengenalkan ansietas (pengertian, pen yebeb, proses terjadinya, tanda dan gejala) dan cara mengatasi ansietas tersebut dengan teknik relaksasi nafas dalaam, distraksi, kegiatan spiritual, dan teknik lima jari. Media yang penulis gunakan dalam memberikan terapi generalis ini adalah lembar balik dan leaflet, sedangkan metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Hasil Karakteristik Responden Tabel. Distribusi karakteristik jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, riwayat dirawat sebelumnya pada klien ansietas (n = ) No Kategori Jumlah 1 Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 47 Usia : a. Dewasa (-60 tahun) b. Lansia (> 60 tahun) c. Remaja (1-18 tahun) d. Dewasa muda (18- tahun) Pendidikan: a. SLTA b. SD c. SLTP d. PT e. Tidak sekolah 70 19 6 4

4 Pekerjaan a. Bekerja b. Belum/ tidak bekerja c. Pensiunan Status pernikahan : a. Menikah b. Janda/ duda c. Belum menikah 6 Agama a. Islam b. Kristen 7 Riwayat dirawat sebelumnya a. Belum pernah dirawat b. Pernah dirawat 0 4 71 16 1 97 6 44 Tabel. Distribusi karakteristik lama rawat di ruangan dan lama rawat oleh residen (n = ) No Variabel Mean Min-Maks 1 Usia 48 16 84 Lama rawat di ruang rawat inap (Hari) -4 Lama rawat oleh penulis (Hari) -8 Tabel 4. Distribusi faktor predisposisi No Faktor Predisposisi Jumlah 1 4 1 4 1 4 6 7 8 9 Biologis Keturunan Napza/alkohol Merokok Pola Makan Psikologis Pengalaman masuk RS sebelumnya Pola asuh : Otoriter Pengalaman yang tidak menyenangkan Kepribadian Tertutup Sosiokultural Tidak bekerja Pendidikan rendah Pola Komunikasi Tertutup Tinggal dengan bukan dengan keluarga inti Tidak aktif mengikuti kegiatan di masyarakat Pengambilan keputusan tergantung orang lain Tidak ada penghasilan dalam keluarga Tinggal sendiri Perceraian 0 19 44 1 1 4 6 18 14 1 1 8

Faktor Presipitasi Biologis a. Aspek Biologis Keluhan Fisik Diagnosis Medis Tindakan Invasif b. Aspek Psikologis Kekhawatiran terhadap penyakitnya Perubahan peran Takut mati Merasa menyusahkan keluarga Takut bertambah parah penyakitnya Merasa tidak berguna Konflik keluarga c. Aspek Sosiokultural Hospitalisasi (tidak dapat beraktivitas) Masalah ekonomi Masalah pekerjaan Masalah keluarga Tabel. Distribusi faktor presipitasi (n = ) Jumlah 6 4 19 16 11 9 94 11 Tabel 6. Distribusi tanda dan gejala ansietas No Tanda Gejala Anxietas Jumlah 1. Respon Kognitif: Fokus pada hal yang penting Tidak bisa konsentrasi Lapang persepsi menyempit Perlu banyak arahan Cepat berespon terhadap stimulus. Respon Afektif: khawatir Sedih Tidak percaya diri Bingung. Respon Fisiologis: Napsu makan menurun Otot tegang TTV meningkat/ menurun Sulit tidur Sering BAK/BAB Mimpi buruk 4 Respon Perilaku: Waspada Tidak produktif Banyak bertanya Respon Sosial: Memerlukan bantuan orang lain Interaksi sosial berkurang 8 1 1 9 1 69 1 6 61 99 71 9 7 60 47 40 49 78 48 6

Tabel 7. Distribusi sumber koping klien Sumber Koping 1. Kemampuan personal a. Tahu dan mampu cara mengatasi ansietas b. Tidak tahu dan mampu cara mengatasi ansietas. Dukungan sosial a. Keluarga tahu cara mengatasi ansietas b. Keluarga tidak tahu cara mengatasi ansietas c. Adanya kader kesehatan jiwa d. Tidak ada kader kesehatan jiwa. Ketersediaan material aset a. Memiliki penghasilan sendiri b. Penghasilan keluarga mencukupi c. Puskesmas terjangkau d. Memiliki BPJS 4. Keyakinan positif a. Yakin akan sembuh b. Tidak yakin akan sembuh Jumlah 7 6 78 4 96 0 64 1 98 0 Tabel 8. Distribusi diagnosis Ansietas (n = ) Diagnosis Ansietas Jumlah Ansietas Ringan 10 Ansietas Sedang 4 Ansietas Berat 4 Adapun perbedaan respons klien sebelum dan sesudah penerapan terapi psikoedukasi keluarga pada klien ansietas dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Distribusi tanda dan gejala ansietas klien (n = ) No Tanda dan gejala Anxietas Jumlah Penurunan Pre Post T&G 1. Respon Kognitif: Fokus pada hal yang penting Tidak bisa konsentrasi Lapang persepsi menyempit Perlu banyak arahan Cepat berespon terhadap stimulus. Respon Afektif: Khawatir Sedih Tidak percaya diri Bingung 8 1 1 9 1 69 1 6 61 6 6 4 1 10 9 19 9 68 11 7

. Respon Fisiologis: Napsu makan menurun Otot tegang TTV meningkat/menurun Sulit tidur Sering BAK/BAB Mimpi buruk 4 Respon Perilaku: Waspada Tidak produktif Banyak bertanya Respon Sosial: Memerlukan bantuan orang lain Interaksi sosial berkurang 99 71 9 7 60 47 40 49 78 48 6 0 4 16 1 0 8 11 9 0 6,7 17 17 17 79 67 41 0 8 7 8 9 8 40 4 61 1 Evaluasi akhir menunjukkan seluruh klien mengalami penurunan respons ansietas secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial setelah penerapan terapi generalis, yaitu adanya perubahan atau selisih nilai pre dan post pada respons kognitif yaitu klien, respons afektif 7 klien, respons fisiologis yaitu 8 klien, respons perilaku yaitu 4 klien, dan respons sosial sebesar klien. Terapi generalis terbukti mampu menurunkan respons afektif, sosial, dan perilaku dibanding dengan respons ansietas yang lain. Penerapan terapi generalis ansietas menghasilkan perubahan kemampuan pada klien. Adapun distribusi kemampuan klien sebelum dan sesudah pemberian terapi generalis ansietas dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini: Tabel 10. Distribusi kemampuan klien ansietas dengan terapi generalis (n = ) Kemampuan yang dicapai Pre Post Peningkatan 1. Mampu relaksasi nafas dalam. Mampu melakukan distraksi. Mampu melakukan teknik jari 4. Mampu melakukan spiritual 4 40 0 88 78 76 60 78 1 8 9 7 Tabel 10 menunjukkan bahwa kemampuan klien dalam mengatasi ansietas dengan tindakan keperawatan generalis meningkat sebesar 7 klien.

Pembahasan Tanda dan Gejala Ansietas Klien dengan Penyakit Fisik Jumlah klien ansietas dengan penyakit fisik yang ada di ruang rawat inap berjumlah klien dan mayoritas (90 klien) mengalami ansietas sedang hingga berat, hal ini ditunjukkan dari respons ansietas yang muncul sebelum diberikan terapi generalis yaitu: a. Respons Kognitif Respons kognitif ditunjukkan dengan fokus pada hal yang penting (8 klien), sulit konsentrasi ( klien), lapang persepsi menyempit (1 klien), cepat berespons terhadapstimulus (9 klien), perlu arahan (1 klien). Hasil pengkajian ini sesu ai dengan pendapat Stuart & Laraia (00) yang menyatakan bahwa klien yang mengalami ansietas sedang secara kognitif memungkinkan untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain dan lapang persepsi juga menyempit. Hasil ini juga mendukung pendapat Keliat (011) yang menyatakan bahwa klien ansietas secara kognitif ditandai dengan lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsangan luar, berfokus pada hal yangmenjadi perhatiannya saja. Berdasarkan hasil dan beberapa pendapat tesebut penulis simpulkan bahwa klien dengan penyakit fisik yang mengalami ansietas, secara kognitif mengalami fokus pada hal yang penting, sulit konsentrasi, lapang persepsi menyempit, cepat berespons terhadap stimulus, perlu arahan. b. Respons Afektif Hasil pengkajian pada respon afektif menunjukkan bahwa klien mengalami khawatir (%), sedih (69%), bingung (6%). Hasil ini sesuai dengan pendapat Stuart (009) yang menyatakan bahwa respon afektif yang terjadi pada klien ansietas merupakan respons emosi dalam menghadapi masalah dan bergantung dari lama dan intensitas stresor yang diterima dari waktu ke waktu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan NANDA (01) bahwa respon afektif yang tampak pada ansietas diantaranya merasa khawatir, sedih, kurang motivasi, Ideal diri tinggi fokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik, tidak percaya diri, merasa bersalah, putus asa, bingung, penguasaan diri tergesa-gesa, tidak sabar, bahkan lepas kendali. Berdasarkan hasil pengkajian respons afektif dan beberapa pendapat diatas penulis simpulkan bahwa salah satu respon afektif yang muncul dari klien ansietas dengan penyakit fisik adalah perasaan sedih akibat perubahan status kesehatan yang dialami sehingga menyebabkan klien sering merasa khawatir akan mengalami peristiwa yang sama.

c. Respons Fisiologis Respons fisiologis yang ditemukan dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa mayoritas klien mengalami penurunan nafsu makan (99%), otot tegang (71%), tanda -tanda vital meningkat/ menurun (%), sulit tidur (%). Hasil pengka jian ini sesuai dengan pendapat Stuart (009) yang menyatakan bahwa respon fisiologis yang terjadi akibat ansietas antara lain tanda-tanda vital meningkat/menurun, terjadi ketegangan otot, mual/ muntah, tidak nafsu makan,sulit memulai tidur. Pendapat lain yang mendukung hasil pengkajian ini adalah pendapat Mutptaqin (008) yang menyatakan bahwa klien yang mengalami ansietas akan membutuhkan banyak energi sehingga menyebabkan aktivitas dari sistem saraf simpatis aktif yang akan memacu aliran darah ke otot-otot skeletal, meningkatkan detak jantung dan pernafasan, serta mengurangi aktivitas pencernaan. Pendapat Hawari (008) juga mendukung hasil pengkajian ini, yaitu bahwa klien yang mengalami ansietas muncul respons fisik berupa lambung terasa kembung, mual, perut mulas dan sukar buang air besar atau sering diare, frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, otot terasa tegang,berdasarkan hasil pengkajian pada respons fisiologis dan beberapa pendapat tersebut, penulis simpulkan bahwa klien dengan penyakit fsik yang mengalami ansietas akan mengalami ketegangan otot, perubahan tanda-tanda vital, dan perubahan sistem pencernaan. d. Respons Perilaku Hasil pengkajian pada respons perilaku menunjukkan bahwa 60% klien mengalami kewaspadaan, 47% produktivitas menurun, dan 40% klien sering bertanya. Hasil pengkajian ini sesuai dengan pendapat NANDA (01) bahwa respons perilaku pada klien ansietas diantaranya aktivitas motorik tidak terarah, agitasi, pembicaraan koheren hingga inkoheren. Hasil penulisan ini juga mendukung pendapat Stuart (01) yang menyebutkan bahwa respons perilaku klien ansietas ditunjukkan dengan kewaspadaan meningkat, gelisah, dan produktivitas menurun. Berdasarkan hasil pengkajian dan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa respons perilaku klien ansietas dengan penyakit fisik ditujukkan dengan kewaspadaan, sering bertanya dan produktivitas menurun. e. Respons Sosial Respon sosial yang ditunjukkan klien ansietas dengan penyakit fisik dari hasil pengkajian yaitu 48% dari klien menunjukkaninteraksi sosial menurun dan 78% memerlukan bantuan orang lain. Hasil pengkajian ini mendukung pendapat NANDA (01) bahwa respon sosial yang ditampilkan oleh klien ansietas berupa interaksi sosial menurun bahkan menarik diri dari lingkungan sehingga memerlukan bantuan orang lain (NANDA, 01). Sedangkan pendapat Stuart (009) respons sosial

klien dengan ansietas ditunjukkan dengan mencari informasi tentang masalah yang dihadapi, mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah yang ada, menyalahkan diri sendiri, bersikap pasif, dan menarik diri, membandingkan ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki dengan orang lain yang memiliki masalah yang sama. Berdasarkan hasil pengkajian dan pendapat beberapa literatur, penulis dapat simpulkan bahwa respons sosiaal yang muncul pada klien ansietas dengan penyakit fisik ditunjukkan dengan interaksi sosial menurun karena adanya penyakit fisik sehingga membutuhkan orang lain. Klien dengan penyakit fisik yang mengalami ansietas secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan menggunakan kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai sumber koping dan mekanisme koping yang dimiliki.mekanisme koping sebagai upaya yang dilakukan individu dalam mengatasi ansietas berupa upaya konstruktif dan destruktif.mekanisme koping yang konstruktif pada klien ansietas dijadikan sebagai tanda dan peringatan, sehingga individu menerimanya sebagai suatu pilihan untuk pemecahan masalah, seperti negosiasi, meminta saran, perbadingan yang positif, penggantian reward. Sedangkan mekanisme koping yang destruktif ditunjukkan klien dengan mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan, tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan diri, istirahat dan tidur dan berdandan, perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung, manipulatif dan impulsif) (Keliat et.al, 011). Berdasarkan masalah tersebut sebagai perawat profesional dalam memberikan asuhan komprehensif maka akan berupaya memberikan tindakan untuk mengatasi ansietas klien tersebut. Upaya yang dilakukan oleh penulis adalah memberikan tindakan keperawatan terapi generalis ansietas. Tindakan generalis yang diberikan berupa tarik nafas dalam, distraksi, kegiatan spiritual, dan teknik lima jari. Hasil penerapan terapi generalis ansietas pada klien mendapatkan hasil bahwa respons ansietas sebelum dan sesudah dilakukan terapi generalis rata-rata mengalami penurunan pada respons kognitif ( klien), respons afektif (7 klien), respons fisiologis (8 klien), respons perilaku (4 klien), dan respon sosial ( klien). Hasil ini mendukung pendapat Keliat (011) yang membuktikan bahwa terapi generalis ansietas berupa relaksasi nafas dalam, distraksi, kegiatan spiritual, dan teknik lima jari mampu menurunkan respons ansietas baik respons kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial.hasil penulisan Hikmawati, Mubin, dan Livana (01)menunjukkan bahwa respons fisiologis ansietas atau stres dapat dikurangi dengan teknik lima jari sebesar 60%. Berdasarkan hasil evaluasi, pendapat ahli dan penulisan sebelumnya dapat penulis

simpulkan bahwa terapi generalis ansietas dapat menurunkan respons ansietas yang dialami klien dengan penyakit fisik, yaitu respons kognitif berupa penurunan kondisi yang fokus pada hal yang penting saja, respons afektif terjadi penurunan perasaan khawatir, respons fisiologis terjadi peningkatan nafsu makan, respons perilaku terjadi penurunan kewaspadaan, dan pada respons sosial terjadi peningkatan kemandirian klien. Sedangkan respons mayoritas rata-rata yang mengalami banyak penurunan setelah pemberian terapi generalis adalah respons afektif, respons sosial, dan respons perilaku. Kemampuan Klien Ansietas dengan Penyakit Fisik setelah Pemberian Terapi Generalis Ansietas Penerapan terapi generalis ansietas pada klien menghasilkan peningkatan kemampuan berupa: kemampuan melakukan relaksasi nafas dalam meningkat 76 klien, kemampuan melakukan distraksi meningkat sebesar 60 klien, peningkatan kemampuan melakukan kegiatan spiritual sebesar 1 klien, dan kemampuan melakukan teknik lima jari meninngkat sebesar 78 klien. Hasil penerapan terapi generalis ansietas ini mendukung penelitaian Hikmawati, Mubin, dan Livana (01) tentang pengaruh teknik lima jari terhadap tingkat stres keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa. Hasil penulisan tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh teknik lima jari terhadap respons fisik sebesar 60%. Berdasarkan hasil penulisan tersebut dan hasil penerapan terapi generalis pada klien ansietas dengan penyakit fisik dapat penulis simpulkan bahwa kemampuan klien dalam mengatasi ansietas dengan tindakan keperawatan terapi generalis ansietas meningkat sebesar 7 klien. Meskipun penulis tidak mengidentifikasi tingkat ansietas klien dengan skala indikator Depression Anxiety Stress Scale 4 (DASS 4. Hal ini yang menjadi keterbatasan dari karya ilmiah akhir ini sehingga penulis tidak mengetahui tingkat ansietas klien setelah pemberian terapi generalis. Kesimpulan Evaluasi akhir menunjukkan seluruh klien mengalami penurunan respons ansietas secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial setelah penerapan terapi generalis, yaitu adanya perubahan atau selisih nilai pre dan post pada respons kognitif yaitu klien, respons afektif 7 klien, respons fisiologis yaitu 8 klien, respons perilaku yaitu 4 klien, dan respons sosial sebesar klien. Terapi generalis terbukti mampu menurunkan respons afektif, sosial, dan perilaku dibanding dengan respons ansietas yang lain. Evaluasi kemampuan klien setelah penerapan terapi generalis mengalami peningkatan kemampuan pada 7 klien

Refrensi Andriani, T., Mubin, F., Livana, PH. (01). Gambaran Tingkat Stres Pada Keluarga Yang Memiliki Penderita Gangguan Jiwa Di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Skripsi. Tidak dipublikasikan Hamid, A.Y.S. (008). Buku ajar riset keperawatan konsep, etika, & instrumentasi. Jakarta: EGC Hawari, D. (00). Stres, Depresi dan Cemas. Jakarta: EGC. Hawari, D. (008). Manajemen stres, cemas, dan depresi (edisi, cetakan ke ). Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia Hikmawati, R. Mubin, F., Livana, PH. (01). Pengaruh pemberian hipnotis jari terhadap tingkat strespadakeluargadalam merawat anggota keluarga gangguanjiwa berat di RSUD dr. H. Soewondo Kendal.Skripsi. Kendal: STIKes Kendal. Tidak dipublikasikan Keliat B.A. (006). Proses keperawatan kesehatan jiwa (edisi ). Jakarta: EGC. Keliat B.A. (011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC. Keliat, B.A. (01). Stres Manajemen. Dalam: kongres nasional keperawatan jiwa ix. November 01: Senggigi Nusa Tenggara Barat. Kemenkes RI. (01). Riset Kesehatan Dasar:RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes. Nasional Safety Council. (004). Manajemen stres (alih bahasa: Palupi widyastuti). Jakarta: EGC Ramdhani, N., & Putra, A.A. (008 ). Studi pendahuluan multimedia interaktif: pelatihan relaksasi. Diakses dari http://lib.ugm.ac.id/data/pubdata/relaksasi.pdf. Diperoleh tanggal 0 Februari 014. Ramdhani, N., & Putra, A.A. (008). Pengembangan multimedia relaksasi. Jogjakarta : Bagian Psikologi klinis Fakultas psikologi UGM Stuart (006). Buku saku keperawatan jiwa, edisi. Jakarta: EGC. Stuart, G. W. (007). Buku saku keperawatan jiwa (edisi ). Jakarta: EGC. Stuart, G.W & Laraia, M.T. (00). Principles and practice of psychiatric nursing (8thedition). St.Louis: Elsevier Mosby. Stuart, G.W (009). Principles and practice of psychiatric nursing(9th edition). St.Louis: mosby. Stuart, G.W. (01). Principles and practice of psychiatric nursing (10thedition). St.Louis: Elsevier Mosby.