Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif..Hj. Baiq Harwini 74

dokumen-dokumen yang mirip
ISSN No Media Bina Ilmiah 1

HJ. BAIQ SUMIATI. Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Mataram

Upaya Peningkatan Kemampuan Guru-Guru SMP.I Cening Joni 121

Supervisi Klinis dalam Meningkatkan Kemampuan... Ni Nengah Sri Swathi 103

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU-GURU SD PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA MATARAM

Nur Isnaini Taufik Pengawas SMA/SMK Dinas Pendidikan Kab. Ogan Komering Ulu Prov. Sumatera Selatan

OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 49 CAKRANEGARA

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 11 MATARAM

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH SISTEMATIS PADA KELAS V B SDN CAKRANEGARA KOTA MATARAM

64 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

50 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

PENINGKATAN MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF COURSE REVIEW HORAY (CRH)

BAB III METODE PENELITIAN. adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 181 Pekanbaru tahun ajaran. 2013/2014 yang terdiri dari 46 orang siswa.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB V PENUTUP. kabupaten Solok, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1. Pendekatan pelaksanaan Supervisi Klinis

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PESERTA DIDIK KELAS VIII-F DI SMP NEGERI 1 MATARAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jeruklegi tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 34 siswa yang terdiri dari 16

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN :

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian classroom

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PBM PADA SISWA KELAS XI MM1 SMK TKM TEKNIK KEBUMEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU SD DABIN III UPTD DIKDAS DAN LS WONOSEGORO - BOYOLALI DALAM MENGELOLA KELAS MELALUI TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu kejadian terhadap

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian

ABSTRAK PENDAHULUAN. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 RATNASARI. Guru SD Negeri 6 Cakranegara

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin*

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal classroom action research.

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini memungkinkan peneliti melakukan beberapa tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelas II Di MI Islamiyah Bulusari Sayung Demak. 2.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu

64 Media Bina Ilmiah ISSN No

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di kelas IV SD Negeri

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

Kata kunci: Model Think-Talk-Write (TTW) dan Prestasi Belajar

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

JURNAL WAHANA PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research

PROSIDING ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN. Classroom Action Research, Wardhani, dkk., (2007: 1.3), selain itu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN MINAT MENGARANG NARASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN MEDIA TEKS WAWANCARA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KURIPAN

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYUSUN PERCAKAPAN TENTANG BERBAGAI TOPIK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI TEKNIK MURDER

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian Februari Maret April Mei

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB III METODE PENELITIAN

BIODATA. 1. Nama Lengkap : NIP : Jabatan : Pangkat/Golongan : Instansi : Tempat, Tanggal Lahir :...

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran melalui model cooperative learning tipe

PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN. Ani Yuliastuti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. kolaboratif. Menurut Wardhani (2009: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah. aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

BAB III METODE PENELITIAN. 176 Pekanbaru Kecamatan Tampan tahun pelajaran dengan. materi Kenampakan alam, sosial, dan budaya (Variabel Y).

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENERAPAN PENDEKATAN SUPERVISI KOLABORATIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROSES PEMBELAJARAN GURU-GURU SMP NEGERI 6 MATARAM ABSTRAK HJ. BAIQ HARWINI Kepala SMP Negeri 6 Mataram Yang melatarbelakangi penelitian ini adalah masih banyak guru mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran yang meliputi pemilihan/penggunaan metode, alat pelajaran, pengelolaan kelas, maupun evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru dalam proses pembelajaran yang mencakup; metode, alat bantu pembelajaran, pengelolaan kelas, kegiatan peserta didik dan evaluasi di SMP Negeri 6 Mataram. Teknik pengambilan data yang digunakan dengan observasi, evaluasi, dan dokumentasi. Sedangkan Teknik analisa data adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru dalam proses pembelajaran, ini dapat dilihat dari hasil analisis keterlaksanaan PBM pada subyek I, II, III, dan IV adalah sebagai berikut; pada siklus I baru mencapai nilai antara 52-77 masih tergolong dalam kategori Cukup dan Baik, sedangkan pada siklus II untuk subyek I, II, III dan IV mencapai skala nilai antara 80-81 tergolong dalam kategori Amat baik, Kata kunci:pendekatan supervisi kolaboratif, proses pembelajaran PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Berbicara tentang konteks pendidikan yang selalu mengalami perubahan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pasal (1) yang isinya Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan kepala sekolahan proses pembelajaran. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran kami selaku kepala sekolah sudah melakukan monitoring, dan pembinaan kepada seluruh guru, baik dengan cara mengadakan pertemuan-pertemuan resmi, menyelenggarakan workshop dengan mengundang nara sumber dari Dinas Dikpora, LPMP, maupun LPTK, juga dengan melakukan supervisi. Tampaknya pembinaan pembinaan seperti itu belum mampu merubah perilaku guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan optimal. Masih banyak guru yang mengajar tanpa persiapan. Guru memiliki Silabus dan RPP namun ketika mengajar guru tidak menjadikan pedoman atau panduan dalam PBM, sehingga sering terjadi antara RPP yang dipersiapkan tidak sesuai dengan pelaksanaan PBM. Berdasarkan hasil supervisi sebelumnya ternyata masih ada beberapa guru mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran baik dalam hal penggunaan metode, alat pelajaran, pengelolaan kelas, maupun evaluasi. Dari 55 orang guru ternyata 30 orang (54.55%) guru yang menggunakan metode bervariasi dalam PBM dengan nilai 80 s.d 89 (kategori Baik sekali), sedang 25 orang (45.45%) guru masih menggunakan metode yang monoton dalam PBM dengan nilai antara 60 s.d 79 (kategori Baik). Alat bantu pembelajaran; baru 28 orang (50.90%) guru yang menggunakan ABP dengan nilai 80 s.d 89 (kategori Baik), 23 orang (41.81%) dengan nilai 50 s.d 69 (cukup), dan 4 orang (7.27%) dengan nilai 40 s.d 49 (kategori kurang). Masih belum optimalnya kegiatan pelaksanaan PBM tentunya akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Hal ini bisa di lihat dari hasil ulangan harian yang tidak mencapai KKM yang dipersyaratkan seperti pada mata pelajaran IPA, matematika, dan seni budaya dan Pendidikan Agama Islam. Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif..Hj. Baiq Harwini 74

Berdasarkan permasalahan di atas, menggugah peneliti sebagai seorang kepala sekolah untuk menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif dalam meningkatkan kemampuan guru-guru di SMP Negeri 6 Mataram dalam melaksanakan proses pembelajaran. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 6 Mataram. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui sejauh mana pelaksanaan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 6 Mataram. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru dalam meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan PBM. TINJAUAN PUSTAKA Sahertian (2000) memberi rumusan supervisi tidak lain dari usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Dengan demikian maka kata kunci pemberi supervisi pada akhirnya ialah memberikan layanan dan bantuan kepada guru dengan tujuan untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran. Sebab dengan terciptanya mutu proses yang optimal maka pada giliran berikutnya akan menjadi konstribusi bagi pencapaian hasil yang optimal pula. Pendekatan supervisi kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi (PPTKBPSDMP PMP, 2011) Soedjono (2001) menjelaska n pembelajaran sebagai kegiatan sadar dan disengaja, mengandung beberapa alasan bagi upaya pengembangan sumber daya manusia. Adapun alasan alasan itu menurutnya adalah pertama, bahwa kehidupan manusia merupakan proses dan pengalaman belajar, kedua pembelajaran merupakan upaya pemecahan masalah yang selalu muncul dalam kehidupan manusia dan ketiga, pembelajaran adalah kegiatan untuk menumbuhkan proses belajar untuk belajar. Dilain pihak Usman (2002) memberi konsep yang lebih menekankan pada adanya serangk aian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi yang terjadi di dalam proses pembelajaran tidak hanya hubungan antara guru dan peserta didik, bukan hanya berupa upaya penyampaian berbagai materi akan tetapi juga termasuk penanaman sikap dan nilai nilai atau dengan kata lain pembentukan dan pengembangan afeksi. Hal ini sejalan dengan konsep yang disampaikan oleh Pidarta (1997) bahwa proses pendidikan it u seyogyanya dapat mengembangkan tiga ranah kependidikan secara proposional yakni pengembangan kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran dapat berlangsung apabila terjadi interaksi antara yang dilakukan dengan rancangan dan tujuan tertentu, berlangsung dalam situasi edukatif dengan menggunakan metode, media, dan berbagai sarana lainnya. Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses membuat orang melakukan belajar sesuai dengan rancangan. Interaksi timbal balik merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Hipotesis Penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran guru-guru SMP Negeri 6 Mataram Semester II Tahun Pelajaran 2011. Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif..Hj. Baiq Harwini 75

METODE PENELITIAN GaneÇ Swara Vol. 6 No.1 Maret 2012 Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan pengawas sekolah pembina sebagai observer. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 6 Mataram selama 5 bulan dari bulan Januari sampai dengan Mei 2011 dengan subyek penelitian 4 orang guru SMPN 6 Mataram. Adapun indikator kinerja ditetapkan sebagai berikut: kemampuan guru dalam PBM dikatakan meningkat bila hasil supervisi kolaboratif menunjukkan rata-rata keseluruhan 80, sedangkan untuk keterlaksanaan supervisi kolaboraif dikatakan berhasil bila dalam pelaksanaannya telah mencapai kualifikasi A (Amat Baik) pada skala 16-20 Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah yang terdiri dari dua siklus dimana tiap siklus dilaksanakan melalui tahapan refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi sesuai dengan faktor-faktor yang diselidiki. Pada tahap awal kepala sekolah mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru berdasarkan hasil supervisi sebelumnya. Kepala sekolah dalam hal ini peneliti dan pengawas sekolah sebagai observer bersama dengan guru berdiskusi untuk menyusun rencana yang akan dilakukan untuk memperbaiki kekurangan guru dalam proses pembelajaran. Kekurangan tersebut muncul akibat berbagai kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tersebut kemudian dicermati dan dianalisis untuk menemukan hal-hal yang menjadi penyebab munculnya masalah tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap peningkatan guru dalam melaksanakan PBM. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan nilai rata-rata variabel-variabelnya, yakni capaian kemampuan dan peningkatan guru dalam melaksanakan PBM. Sebagai variabel tindakan adalah penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dan variabel harapan adalah aktivitas guru dalam hal ini keterlaksanaan PBM. Untuk mengukur kemampuan guru dalam merancang serta melaksanakan PBM adalah dengan cara: Hasil Penilaian Jumlah nilai riil Jumlah nilaiideal x100 Hasil Penilaian = x 100 =. Jumlah Nilai Ideal = 100 Kategori Penilaian 90 s/d 100 = Sangat Baik Sekali 80 s/d 89 = Baik Sekali 60 s/d 79 = Baik 50 s/d 69 = Cukup 40 s/d 49 = Kurang < 40 = Kurang Sekali HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru dalam PBM baik dari perencanaan, maupun pelaksanaan. Hasil pada siklus I ketercapaian keterlaksanaan PBM (variabel harapan ) pada subyek I 65, II 77, III 53, dan subyek IV 52. Jadi belum mencapai indikator kinerja yakni 80. Untuk tingkat ketercapaian kegiatan keterlaksanaan supervisi kolaboratif baik pada tahap pertemuan pra-pengamatan, pengamatan dan analisis hasil pengamatan PBM maupun pertemuan setelah pengamatan adalah sebagai berikut; pada siklus I baru mencapai skala nilai 11-13 masih tergolong dalam kualifikasi B (Baik). Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus I untuk keterlaksanaan PBM pada ke empat subyek penelitian belum tercapai, maka pelaksanaan kegiatan tindakan dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan seperti yang disarankan oleh observer baik pada tahap pertemuan prapengamatan, pengamatan dan analisis hasil pengamatan PBM maupun pertemuan setelah pengamatan. Setelah dilaksanakan siklus II ternyata ke empat orang subyek telah mencapai indikator kinerja. Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif..Hj. Baiq Harwini 76

Pada siklus I kegiatan observasi keterlaksanaan PBM yang dilakukan kepala sekolah pada subyek I, II, III, dan IV masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki. Berdasarkan hasil refleksi siklus I kepala sekolah telah membuat persiapan. Sebelum masuk kelas kepala sekolah bertemu terlebih dahulu dengan guru untuk menanyakan perangkat mengajarnya. Setelah itu guru mengajar dan kepala sekolah masuk kelas untuk melakukan observasi dari awal sampai akhir PBM. Pengamatan dilakukan secara umum dan terfokus untuk melihat bagaimana guru melaksanakan PBM sesuai dengan perencanaan dan kesepakatan awal. Untuk merekam seluruh kegiatan PBM kepala sekolah menggunakan alat observasi. Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat dijelaskan bahwa pada siklus/putaran I untuk ke empat subyek memperoleh skor diantara 12-13 dengan kategori Baik dan nilai 52-77 (kategori Cukup dan Baik). Pada siklus I ini berdasarkan catatan pada tahap persiapan masih banyak yang harus diperbaiki. Untuk Subyek I belum memiliki hasil analisis SK/KD sehingga penjabaran KD ke indikator tidak tepat. Pada silabus belum nampak penugasan terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Begitu juga pada RPP guru tidak menuliskan materi ajar. Ini juga berlaku untuk subyek II, III, dan IV. Pada Subyek II masih ada revisi pada bagian RPP yakni pada indikator pencapaian KD masih belum sesuai dengan KD, kegiatan inti belum menggambarkan proses elaborasi dan konfirmasi. KKM untuk Subyek III belum dimulai dari analisis indikator sampai akhirnya ke KKM mata pelajaran. Subyek IV tidak melakukan analisis SK/KD dalam mengembangkan silabus dan RPP, KKM belum mulai dari KKM indikator. Pada RPP belum dilengkapi dengan teknik penilaian, soal/instrumen, dan pedoman penskoran. Sedangkan pada tahap kegiatan pembelajaran ada hal-hal yang masih harus diperbaiki. Subyek I tidak menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dan pada bagian inti guru sering melupakan tugasnya sebagai seorang fasilitator yang seharusnya memfasilitasi siswa ketika melakukan diskusi. Masih ada siswa yang tidak berani mengemukakan pendapat meskipun jumlahnya telah berkurang dibandingkan pada data awal sebelum ada tindakan. Subyek II pengelolaan kelas masih harus ditingkatkan ketika melakukan eksperimen sehingga menghindari kesulitan siswa untuk bergerak bebas. Subyek III dan IV dominasi guru masih tinggi, sehingga siswa pasif dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Pada kegiatan penutup Subyek I, II, III, dan IV masih perlu ditingkatkan. Setelah kegiatan inti selesai guru langsung saja menutup pembelajaran tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis/mencatat hal-hal yang penting, tidak melakukan refleksi terhadap PBM, apalagi menyampaikan materi berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi di atas peneliti bersama observer merancang kegiatan untuk siklus II. Dan hasil pada siklus II ketercapaian keterlaksanaan PBM (variabel harapan ) pada subyek I 80, II 81, III 80, dan subyek IV 80. Jadi telah mencapai indikator kinerja yakni 80. Untuk tingkat ketercapaian kegiatan keterlaksanaan supervisi kolaboratif baik pada tahap pra-observasi, observasi maupun pasca-observasi telah mencapai skala nilai 16 (19-20) tergolong dalam kualifikasi A (Amat Baik). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan pendekatan kalaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru IPA, matematika, pendidikan agama islam dan seni budaya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Ini dapat di lihat dari hasil analisis keterlaksanaan supervisi kolaboratif maupun proses pembelajaran selama siklus I dan II pada masingmasing subyek. Kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi kolaboratif dari tahap pertemuan prapengamatan, pengamatan dan analisis hasil pengamatan PBM maupun pertemuan setelah pengamatan sebagai berikut: a). Subyek I siklus I, II, berturut-turut 13 dan 20; b). Subyek II Siklus I, II berturut-turut 12 dan 19; c). Subyek III siklus I, dan II berturut-turut 12, dan 18; d). Subyek IV siklus I dan II berturutturut 12 dan 19. Keterlaksanaan proses pembelajaran yang meliputi metode pembelajaran, Alat Pembelajaran, Pengelolaan Kelas, Kegitan peserta didik dan evaluasi pada subyek I dari siklus I dan II berturut-turut dari 65 dan 80, terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II 15%; Subyek II dari siklus I dan II berturut-turut dari 77 dan 81, terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II 4%; Subyek III dari siklus I dan II berturut-turut dari 53 menjadi 80, terjadi peningkatan dari siklus I ke silkus II 31%; Subyek IV dari siklus I dan II berturut-turut dari 52 menjadi 80, terjadi peningkatan dari siklus I ke Siklus II sebesar 28%, 2. Melalui supervisi Kolaboratif dapat membangun hubungan kolaborasi yang harmonis sehingga antara kepala sekolah dan guru tidak diwarnai oleh hubungan hirarkial. Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif..Hj. Baiq Harwini 77

Saran-saran GaneÇ Swara Vol. 6 No.1 Maret 2012 Dari hasil penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut : Pendekatan Supervisi kolaboratif adalah supervisi yang yang memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif, maka dalam penerapannya hendaknya antara Kepala sekolah dan guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri, 2000 a. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta Jakarta, 2002 b. Strategi Pembelajaran. Rineka Cipta Jakarta Pidarta, Made, 1997 a. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta Jakarta, 1999 b. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Bumi aksara Jakarta Pohan, W. James dan Baker, Eva L,2000. Teknik Mengajar Secara Sistematik. Rineka Cipta Jakarta Purwanto, Ngalim M, 2001 a. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Remaja Rosda Karya Bandung,2001 b. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya Bandung. Riyanto, Yatim. 2001 a. Landasan Pembelajaran. Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Sahertian,A. Piet,2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Rineka Cipta Jakarta Usman, Moh. Uzer,2002. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosda Karya Bandung Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif..Hj. Baiq Harwini 78