SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang S. Bab I. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

Di dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi terdiri dari 5 Proses : Proses 1 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi (output Bab I) Proses 2 : Penyiapan Pr

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1. Latar Belakang I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN DRAFF BUKU PUTIH SANITASI KOTA METRO

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Buku Strategi Sanitasi Kabupaten Bangka Selatan 1

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

KOTA TANGERANG SELATAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN HALMAHERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah. sebuah roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia.

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

KELOMPOK KERJA AMPL KOTA MATARAM Latar Belakang

1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan terkadang belum menjadi prioritas pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RAPAT INTERNALISASI DAN PENYAMAAN PERSEPSI PENYUSUNAN BUKU PUTIH SANITASI

5.1. Area Beresiko Sanitasi

BAB V Area Beresiko Sanitasi

berdasarkan data primer, dalam hal ini hasil studi EHRA.

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP- STBM

BAB 5. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2014

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

Transkripsi:

SEKILAS BUKU PUTIH Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Terkait dengan hal itu pemerintah mendorong kabupaten/kota untuk menyusun Strategi Sanitasi Perkotaan (SSK) yang memiliki prinsip (1) berdasarkan data aktual (2) berskala kota (3) disusun sendiri oleh kota: dari, oleh, dan untuk kota (4) menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down. Untuk menghasilkan SSK yang demikian, kabupaten/kota harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi (Buku Putih Sanitasi) yang baik hanya bisa dibuat apabila kota-kota/kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK. BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL APA YANG DIMAKSUD DENGAN BUKU PUTIH? Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen pemetaan situasi sanitasi kabupaten/kota berdasarkan kondisi aktual atau kondisi sebenarnya atau existing condition. Buku Putih yang baik bisa menjadi database sanitasi kota yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan stakeholder. APA SAJA LINGKUP BUKU PUTIH? Lingkup penilaian dan pemetaan situasi sanitasi mencakup (1) aspek teknis dan (2) aspek non-teknis seperti: aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. APA SAJA KANDUNGAN BUKU PUTIH? Secara umum Buku Putih harus mengandung substansi-subsatansi sebagai berikut: 1. Status (potret) terkini situasi sanitasi atau existing condition yang meliputi aspek teknis dan non-teknis. 2. Gambaran tentang kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang. 3. Usulan/rekomendasi awal terkait peluang pengembangan layanan sanitasi, misalnya penetapan area berisiko. APA TUJUAN DISUSUNNYA BUKU PUTIH? Untuk mendapatkan potret (pemetaan) situasi sanitasi kabupaten/kota secara komprehensif yang nantinya akan dijadikan dasar pijakan penyusunan strategi sanitasi perkotaan (SSK). MENGAPA HARUS AKTUAL DAN MUTAKHIR?

Untuk membantu proses perencanaan pembangunan sanitasi (dalam penyusunan SSK) menjadi lebih baik: tepat sasaran, sesuai realitas, menjangkau ke depan, dan terukur. Banyak sekali contoh penyediaan layanan sanitasi yang tidak tepat sasaran karena buruknya perencanaan. BAGAIMANA PROSES PENYUSUNAN BUKU PUTIH? Proses penyusunan Buku Putih terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) penetapan lingkup buku putih (2) pemetaan secara cepat situasi sanitasi dan (3) penyusunan/finalisasi buku putih. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENETAPAN LINGKUP (SCOPING) BUKU PUTIH? Scoping (penetapan lingkup) adalah penyamaan persepsi di antara anggota Pokja tentang pengertian Buku Putih dan merupakan proses konsolidasi awal Pokja dalam menyepakati: - Jenis informasi dan sumbernya - Cakupan wilayah pemetaan - Metoda analisis - Pembagian tugas dan pelaporan - Rencana penetapan kawasan prioritas - Kemungkinan melibatkan pihak luar - Jadwal kerja penyusunan Buku Putih. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PEMETAAN SECARA CEPAT SITUASI SANITASI? Pengumpulan dan analisis data sekunder untuk menghasilkan gambaran situasi sanitasi secara cepat. DARI MANA SAJAKAH DATA SEKUNDER BISA DIPEROLEH? Data sekunder dihimpun dari berbagai sumber seperti: dokumen-dokumen milik kabupaten/kota/skpd (laporan penelitian, dokumen perencanaan), pemerintah pusat, publikasi media, atau yang dimiliki LSM. DATA APA SAJAKAH YANG DIANGGAP SEBAGAI DATA SEKUNDER BUKU PUTIH? Data sekunder mencakup data: (1) populasi dan proyeksinya (2) kepadatan penduduk (3) kemiskinan dan keluarga miskin (4) kesehatan masyarakat (5) sarana dan prasarana sanitasi (6) cakupan layanan sanitasi (7) tataruang wilayah (8) keuangan (9) kelembagaan (10) komunikasi dan media (11) pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan. APAKAH SELURUH DATA SEKUNDER BISA DIPAKAI? Data yang akan dipakai harus diverifikasi kebenarannya dengan melakukan cross-check dengan data dari sumber lain. Selanjutnya data harus dikonsolidasikan dan disusun secara sistematis. Pokja harus menyepakati hasil verifikasi dan penyusunan data tersebut. APA YANG DIMAKSUD DENGAN FINALISASI BUKU PUTIH? Penulisan dokumen Buku Putih melalui penyempurnaan hasil pemetaan cepat. Ini dilakukan melalui (pemutakhiran) data primer, pelaksanaan beberapa studi seperti: survei EHRA, studi komunikasi dan pemetaan media, dan studi penyedia layanan sanitasi.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN EHRA? Survei environmental health risk assessment/ehra atau penilaian risiko kesehatan lingkungan adalah survai yang dimaksudkan untuk mengetahui penerapan PHBS di masyarakat dan sarana sanitasi yang dimiliki rumah tangga. APA MANFAAT LAIN EHRA? Karena informasi diperoleh secara langsung (primer) dari masyarakat, maka EHRA jelas akan melengkapi dan mempertajam data sekunder yang telah dimiliki Pokja. SIAPA YANG MELAKSANAKAN EHRA? Pada dasarnya Pokja harus melaksanakannya sendiri. Namun demikian, karena beberapa faktor, Pokja bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga penelitian untuk melaksanakan survei EHRA. KAPAN EHRA DILAKUKAN? EHRA hanya bisa dilaksanakan setelah data sekunder terkumpul. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN SSA? Sanitation supply assessment/ssa atau studi penyedia layanan sanitasi dimaksudkan untuk mengetahui partisipasi sektor swasta dan masyarakat dalam penyediaan produk dan layanan sanitasi. APAKAH ADA MANFAAT LAIN SSA? SSA sangat berguna untuk menyusun strategi pelibatan sektor swasta dan masyarakat pada saat penyusunan SSK. KAPAN SSA DILAKUKAN? Studi ini bisa dilakukan bersamaan atau setelah pengumpulan data sekunder selesai. APA YANG DIMAKSUD DENGAN STUDI KOMUNIKASI DAN PEMETAANMEDIA? Studi komunikasi dan pemetaan media studi yang dimaksudkan untuk mengetahui potensi dan peluang pelaksanaan kegiatan komunikasi kebijakan dan pembangunan sanitasi. APA MANFAAT STUDI MEDIA? Kajian ini sangat berguna untuk memetakan saluran komunikasi yang efektif bagi penyusunan strategi komunikasi skala kota: advokasi, mobilisasi sosial, dan komunikasi program dan perubahan perilaku. SIAPA YANG MELAKSANAKAN STUDI MEDIA? Pada dasarnya Pokja lah yang bertanggung jawab. Dinas Infokom/Humas merupakan sumber utama kajian media ini dan bisa dianggap mumpuni untuk melaksanakannya. KAPAN STUDI MEDIA DILAKUKAN? Studi media sebaiknya mulai dilaksanakan bersamaan dengan pengumpulan data sekunder.

APA KAITAN STUDI MEDIA DENGAN KAJIAN LAIN? Studi media sebenarnya terkait erat dengan kajian kelembagaan dan keuangan, terutama yang berhubungan dengan persepsi kelompok sasaran tentang: saluran dan sumber informasi yang dipercaya dan pemahaman terhadap PHBS. Informasi ini bisa diperoleh bersamaan dengan pelaksanaan Survei EHRA. APA YANG DIMAKSUD DENGAN AREA BERISIKO SANITASI? Area berisiko adalah kelurahan-kelurahan yang dianggap memiliki risiko kesehatan lingkungan yang tinggi karena buruknya kondisi sanitasi. BAGAIMANA MENETAPKAN AREA BERISIKO SANITASI? Area berisiko ditetapkan berdasarkan hasil survei EHRA, masukan/persepsi SKPD-SKPD, dan data sekunder. Penetapan area berisiko sanitasi merupakan salah satu keluaran (rekomendasi) penting dalam Buku Putih. APA MANFAAT PENETAPAN AREA BERISIKO? Peta area berisiko bisa menjadi acuan dasar dalam penentuan lokasi prioritas pembangunan sanitasi.

Please download full document at www.docfoc.com Thanks