Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Masyarakat melalui Rumah Pintar

dokumen-dokumen yang mirip
Capaian Keaksaraan, Gender, dan Pengembangan Budaya Baca

Peningkatan Mutu Keaksaraan Diintegrasikan dengan Literasi Kewirausahaan, Peningkatan Budaya Baca dan Peningkatan Kapasitas Tutor Bindikmas PAUDNI

Penataan Kelembagaan PKBM

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

SAMBUTAN DIRJEN PAUDNI

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012

KRIDA PENDIDIKAN MASYARAKAT. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

C UN MURNI Tahun

CAPAIAN PROGRAM, TARGET PROGRAM DAN ARAH KEBIJAKAN

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

PROGRAM KERJA TAHUN 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

PEMANFAATAN DATA DAPODIK UNTUK PEMBINAAN SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

KESEHATAN ANAK. Website:

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

KEBIJAKAN PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2012

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)

Landasan Pelaksanaan Akreditasi (1)

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

INDONESIA Percentage below / above median

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PENGERTIAN DAERAH KHUSUS DAN TUNJANGAN KHUSUS

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

Disabilitas. Website:

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Lampiran 3 PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANTUAN INSENTIF BAGI PENGELOLA PKBM DAN PENGELOLA TBM TAHUN 2012

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

WORKSHOP KOMPILASI DATA SATUAN PENDIDIKAN DAN PROSES PEMBELAJARAN. Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

CEDERA. Website:

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

BERITA RESMI STATISTIK

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

PROGRAM PENUNTASAN REHABILITASI SEKOLAH RUSAK

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

PERKEMBANGAN PENILAIAN KABUPATEN/KOTA PEDULI HAK ASASI MANUSIA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Transkripsi:

Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Masyarakat melalui Rumah Pintar Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013 1

Kerangka Penyajian 1 Draft Permendikbud Tahun 2013 tentang Pendirian S-PNF 2 Kelembagaan Rumah Pintar 3 4 Sinergi Layanan Peningkatan Keaksaraan Orang Dewasa dan Budaya Baca 5 Kewirausahaan 2

Rumah Pintar Sebagai Satuan Pendidikan Nonformal Sejenis (SPNF-S) PENGERTIAN: Satuan pendidikan nonformal sejenis merupakan penyedia layanan pembelajaran sepanjang hayat sesuai dengan kebutuhan setempat yang diprakarsai oleh, dari, dan untuk masyarakat sehingga mampu memberdayakan, meningkatkan kemandirian, meningkatkan kualitas hidup, mengembangkan, dan membangun masyarakat. Satuan Pendidikan Nonformal Sejenis adalah seperti rumah pintar, lembaga bimbingan belajar, komunitas pendidikan rumah, atau bentuk lain yang berkembang di masyarakat dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Rumah Pintar dapat menyelenggarakan program: a. pendidikan anak usia dini; b. pendidikan keaksaraan; c. pendidikan kesetaraan; d. pendidikan kecakapan hidup; e. pendidikan pemberdayaan perempuan; f. peningkatan minat baca, seni dan budaya; dan/atau g. pendidikan nonformal lain yang diperlukan 3 Sumber: draft Permendikbud Tahun 2013 tentang Satuan PNF

Persyaratan Pendirian dan Tata Cara Perizinan 1. Persyaratan pendirian Satuan PNF terdiri atas: (i) persyaratan administratif; dan (ii) persyaratan teknis. 2. Persyaratan administratif terdiri atas: a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pendiri; b. Susunan pengurus dan rincian tugas; c. Surat keterangan domisili Kepala Desa/Lurah; d. Keterangan kepemilikan atau kuasa penggunaan tempat pembelajaran selama 3 (tiga) tahun. e. Dalam hal Pendiri adalah badan hukum, Pendiri melampirkan Surat Penetapan Bada Hukum dari Kementerian di bidang Hukum. 3. Persyaratan teknis berupa dokumen Rencana Pengembangan Satuan Pendidikan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Tata Cara Perizinan: 1. Pendiri Mengajukan surat permohonan pendirian Satuan PNF dengan melampirkan persyaratan teknis dan administratif kepada Kepala Dinas. 2. Kepala Dinas melakukan verifikasi berkas administrasi dan teknis. 3. Kepala Dinas memberi persetujuan atau penolakan pendirian Satuan PNF paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja, sejak permohonan diterima. 4. Kepala Dinas menerbitkan Izin Pendirian Satuan PNF. 4 Sumber: draft Permendikbud Tahun 2013 tentang Satuan PNF

Rintisan Rumah Pintar (RUMPIN) Pengertian Persyaratan Sasaran Alokasi Rintisan rumah pintar merupakan upaya memfasilitasi komunitas belajar masyarakat untuk menjadi rumah pintar sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis, terutama di kawasan adat, tertinggal, terpencil, perbatasan, terdepan, dan terluar, dimaksudkan sebagai layanan menjangkau masyarakat yang belum terlayani Lembaga calon penerima bantuan rintisan rumah pintar adalah yayasan, lembaga sosial-kemasyarakatan, lembaga kemasyarakatan lainnya yang memiliki : 1. Legalitas, berupa akte notaris; 2. Rekomendasi dari dinas pendidikan kabupaten/kota atau provinsi; 3. Nomor rekening bank atas nama lembaga yang masih aktif; 4. NPWP atas nama lembaga; 5. Struktur organisasi dan Sekretariat dengan alamat yang jelas; Penerima manfaat layanan rintisan rumah pintar adalah anggota masyarakat, anak usia dini dan ibunya, anak usia sekolah, remaja/pemuda, dan anggota masyarakat secara keseluruhan khususnya di kawasan adat, tertinggal, terpencil, perbatasan, terdepan, dan terluar atau masyarakat yang belum terlayani 1. Lokus : 15 Lembaga yang layak melalui proses Kompetisi Penilaian Administratif dan Substantif di Proposal yang diajukan; 2. Anggaran: Rp. 200.000.000/ Lembaga 5

1 Kelembagaan Rumah Pintar 6

Pencapaian Kelembagaan PNF Dikmas 2012 2013 PKBM 583 Unit 594 Unit TBM 439 Unit 492 Unit Rumpin 8 Unit 25 Unit BPKB 4 Unit 4 Unit 2012 2013 PKBM 1.057 Unit 1067 Unit TBM 832 Unit 887 Unit Rumpin 4 Unit 13 Unit BPKB 6 Unit 6 Unit 1 Koridor Sumatera 2012 2013 PKBM 1.539 Unit 1558 Unit SKB 42 Unit 42 Unit SKB 81 Unit 81 Unit Koridor Kalimantan 3 4 Koridor Sulawesi 6 Koridor Papua - Maluku 2012 2013 TBM 894 Unit 1019 Unit Rumpin 28 Unit 59 Unit BPKB 7 Unit 7 Unit SKB 115 Unit 115 Unit 2 Koridor Jawa 2012 2013 PKBM 2.718 Unit 2743 Unit TBM 3.025 Unit 3.025 Unit Rumpin 206 Unit 219 Unit BPKB 3 Unit 3 Unit SKB 99 Unit 99 Unit Keterangan: Data PKBM menyesuaikan NILEM online TBM terdiri atas TBM, TBM-Mobile, dan TBM@Mall 5 Koridor Bali NTB-NTT 2012 2013 PKBM 486 Unit 496 Unit TBM 560 Unit 611 Unit Rumpin 4 Unit 9 Unit BPKB 3 Unit 3 Unit SKB 29 Unit 29 Unit PKBM 189 Unit 191 Unit TBM 211 Unit 237 Unit Rumpin 10 Unit 12 Unit BPKB 3 Unit 3 Unit SKB 29 Unit 29 Unit Sumber: BPS & 7 Direktori Bindikmas, 2012

Delta Rumah Pintar per Koridor Ekonomi KONDISI SAAT INI Perbandingan PKBM terhadap Rumah Pintar di: Sumatera --> 1 : 26 Jawa --> 1 : 13 Kalimantan --> 1 : 24 Sulawesi --> 1 : 82 Bali, NTB, NTT --> 1 : 55 Papua, Maluku --> 1 : 16 KONDISI IDEAL Perbandingan ideal PKBM terhadap Rumah Pintar adalah 1 : 30. Dengan demikian, Delta Rumah Pintar adalah sebagai berikut: Sumatera --> Masih diperlukan untuk daerah terpencil dan perbatasan Jawa --> Sudah terpenuhi dari segi total pulau. Tetapi, menumpuk pada kota Semarang sehingga masih tetap di perlukan untuk Jawa Timur, Banten dan Jawa Tengah dan Jawa Barat Selatan sebanyak 25 Kalimantan --> Masih diperlukan untuk daerah terpencil dan perbatasan Sulawesi --> 52 Bali, NTB, NTT --> 35 Papua, Maluku --> Masih diperlukan untuk daerah terpencil dan perbatasan 8

Belajar dari Kominkan (1/3) Pemerintah Jepang pada tahun 1946 menganggap bahwa rekonstruksi bidang pendidikan melalui sekolah atau pendidikan anak-anak tidaklah cukup, sehingga diperlukan model pendidikan yang betul-betul mampu menyatukan dan melayani seluruh kebutuhan pendidikan bagi masyarakatnya. Model pendidikan orang dewasa dan pendidikan masyarakat merupakan sebuah konsep yang dianggap dapat melayani seluruh kebutuhan pendidikan bagi masyarakat (diantaranya program keterampilan bagi orang dewasa). Konsep Citizens Public Hall (Kominkan) direkomendasikan pemerintah Jepang sebagai sebuah fasilitas pendidikan sosial di setiap pemerintahan kota, dengan harapan dapat membangun dan meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan kepercayaan diri masyarakat Jepang. 1946 2012 9

Belajar dari Kominkan (2/3) KOMINKAN 17143 SMP & MTs 42.799 Public Libraries 2979 Perpustakaan 294.589 Junior High Schools 10915 PKBM 6.556 0 5000 10000 15000 20000-50000.0100000.0150000.0200000.0250000.0300000.0 Catatan: Perpustakaan termasuk perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi (data dari Pustaka Indonesia, 2012) 10

(3/3) Sekilas tentang Pemberdayaan Masyarakat di Negara Lain KOMINKAN-JEPANG 11

2 Sinergi Layanan 12

Sinergi Layanan Satuan PAUDNI P A U D KOBER TK SPS TPA Sentra Buku Sentra Komputer Sentra Alat Permainan Edukatif Sentra Audio Visual Sentra Kriya PKH DESA VOKASI ICT K U R S U S TBM Aksara Kewirausahaan PUG Bidang KD KUM PTPPO RB3 Pendidikan BINDIKMAS Koran Ibu/Koran Anak 13

3 Peningkatan Keaksaraan Orang Dewasa 14

7 Provinsi dengan Tuna Aksara di Atas 20.000, 2011 33 Kab/Kota dengan Tuna Aksara di Atas 50 ribu Laki-lak : 2.265.399 (2,98%) Perempuan : 4.465.282 (5,87%) Total : 6.730.682 (4,43%) Secara % Jabar sudah diatas rata-rata nasional (2,35%) Diolah dari: BPS, 2011 15

POLA HUBUNGAN ANGKA KEMISKINAN DENGAN ANGKA TUNA AKSARA DEWASA PER PROVINSI BERDASARKAN HASIL SENSUS 2010 Angka Kemiskinan Papua Kwadran I Angka Kemiskinan Tinggi, Tuna Aksara Rendah (9 Prov) Papua Barat Kwadran II Angka Kemiskinan Tinggi, Tuna AksaraTinggi (7 Prov) Maluku Rata Rata Nasional Angka Tuna Aksara Usia 19-23 tahun 5,02% Gorontalo NTT 21,56 Stedev 8,23 Aceh Lampung Sulteng Bengkulu D I Y Jateng Sultra Jatim NTB Rata Rata Nasional Angka Kemiskinan19-23 tahun 13,33% Sumsel Sulbar 5,1 Stedev 8,23 13,33 Sumut Jabar 11,31 11,27 Sumbar Sulut Riau DKI Kepri Kaltim Kalteng 9,5 Malut 9,42 Banten Kalsel Kwadran III Angka Kemiskinan Rendah Tuna Aksara Rendah (14 Prov) Jambi Babel Bali Kalbar Sulsel Kwadran IV Angka Kemiskinan Rendah Tuna AksaraTinggi (3 Prov) Angka Tuna Aksara Dalam kwadran ini dapat terlihat bahwa sebaran angka tuna aksara dengan angka kemiskinan berkorelasi. Jika ada salah satu wilayah dengan angka tuna aksara tinggi, tinggi pula angka kemiskinan dari wilayah tersebut. Begitu juga sebaliknya jika angka tuna aksara rendah, angka kemiskinannya pun rendah. 16

Layanan Keaksaraan Orang Dewasa Ketersediaan dan Keterjangkauan Layanan Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa Keaksaraan Dasar Keaksaraan Usaha Mandiri Aksara Kewirausahaan Ketersediaan Sarana Keaksaraan Orang Pendidikan Orang Dewasa: Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu, yang relevan dengan kebutuhan masyarakat 1 Dewasa Penyediaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Penyediaan Sarana Belajar Keaksaraan Berbasis TIK Penataan prasarana penyelenggara pendidikan masyarakat 2 -Permendiknas No. 48 Tahun 2010- Kebermutuan Lembaga Penyelenggara Pendidikan Masyarakat Penataan Kelembagaan Penataan Sinergi Kelembagaan Pendidikan Masyarakat dan UPT Kebermutuan Layanan Pendidikan melalui Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan 5 4 3 Kesetaraan Layanan POD bagi Perempuan, Pemuda & Anak Marjinal Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan Pendidikan pencegahan perilaku destruktif Pendidikan Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) Ketersediaan Layanan Pendidikan Keorangtuaan untuk Mendukung PAUDISASI dan Perlindungan Anak 17

4 Peningkatan Budaya Baca 18

Pengembangan Budaya Baca (1/5) Ranking Pendidikan di Dunia 11. Ireland 12. Denmark 13. Australia 14. Poland 15. Germany 16. Belgium 17. USA 18. Hungary 19. Slovakia 20. Russia Di posisi terbawah adalah Mexico, Brazil and Indonesia. (Sumber: BBC, 27 November 2012 Last updated at 08:31 GMT http://www.bbc.co.uk/news/education-20498356) 19

Pengembangan Budaya Baca (2/5) Menemukan informasi dari sebuah grafik, diagram, atau tabel berdasarkan gender Perempuan lebih banyak membaca & memperhatikan bukti Membaca teks yang meliputi tabel atau grafik berdasarkan gender Perempuan lebih banyak membaca & menggunakan informasi Membaca teks yang meliputi diagram atau peta berdasarkan gender Perempuan lebih banyak membaca & peka akan hal spesifik Menjelaskan cara mengatur informasi ke dalam tabel atau grafik berdasarkan gender Perempuan lebih mengerti cara menyajikan informasi Sumber : PISA, 2009 20

Pengembangan Budaya Baca (3/5) Perbandingan Jumlah Pengguna Media Informasi di Indonesia, 2012 Fakta: Masyarakat Indonesia lebih senang menonton TV dan cukup menguasai informasi dari internet. 21

4/5 22

Tingkat Kemampuan Membaca Indonesia Sepuluh negara dengan kemampuan membaca tertinggi Sepuluh negara dengan kemampuan pada level 1-2 Lebih dari 50 persen siswa Indonesia memiliki kemampuan membaca pada level 2 dari 6 level, dengan demikian: i. Kemampuan menafsirkan dan memadukan informasi untuk Indonesia skornya hanya 399 atau peringkat 56 dari 65 negara. ii. Kemampuan menempatkan atau menghubungkan satu atau lebih informasi yang berhubungan dan bertentangan berada pada level 2. iii. Lebih dari 50 persen siswa Indonesia menempati peringkat di bawah level 2 dalam kemampuan memadukan atau menginterpretasikan informasi. iv. Kemampuan merefleksikan dan mengevaluasi informasi siswa Indonesia sedikit lebih baik, yaitu berada sekitar level 2 Pengembangan Budaya Baca (5/5) 23 Diolah dari Studi PISA 2009

Taman Bacaan Masyarakat Taman Bacaan Masyarakat merupakan salah satu layanan paska keaksaraan sebagai upaya untuk mencegah kekambuhan ketunaaksaraan penduduk dewasa dan meningkatkan budaya baca dengan membacakan masyarakat dan memasyarakatkan membaca melalui sinergi program pendidikan keaksaraan dengan perluasaan akses terhadap bahan bacaan di Taman Bacaan Masyarakat. Layanan peningkatan budaya masyarakat terdiri atas: i. TBM Rintisan ii. TBM Penguatan iii. TBM di Ruang Publik 24

5 Kewirausahaan 25

Kewirausahaan Kewirausahaan adalah sebuah kegiatan menjadi seorang wirausahawan. Dalam bahasa Prancis, kewirausahaan merujuk kepada seseorang yang mempunyai pandangan yang baik terhadap inovasi, keuangan, dan bisnis sebagai upaya untuk mentransformasi inovasi menjadi hal-hal bernilai ekonomis. United Nations- 26

#

Seorang Wirausahawan Pengetahuan Keinginan kuat Semangat Anatomi seorang wirausahawan Sumber: Compaine, 2007 28

Konsep Ekonomi Dasar Fisika mempelajari dunia secara fisik. Ekonomi sebagai ilmu sosial melihat perilaku manusia di pasar. Ekonomi bukanlah ilmu eksakta, tapi ekonomi mampu memprediksi hasil yang mungkin terjadi. 29

Pilihan Ekonomi Dasar Apa yang harus diproduksi? Bagaimana memproduksinya? Siapa konsumennya? 30

Keaksaraan Kewirausahaan 1. Kewirausahaan merupakan suatu kemampuan untuk memulai dan menjalankan suatu proses/usaha dalam mengerjakan sesuatu yang baru atau berbeda. 2. Umumnya kewirausahaan dikembangkan di kalangan penduduk yang telah beraksara. 3. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat pada tahun 2013 mengembangkan Keaksaraan Kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan penduduk dewasa yang belum beraksara atau berkeaksaraan rendah melalui: Program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) bagi 144.020 orang. Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan, bagi 7.000 orang. Aksara Kewirausahaan bagi 50 lembaga. 31

Kewirausahaan di Rumah Pintar Kewirausahaan di Rumah Pintar merujuk kepada kemampuan seseorang dalam menuangkan gagasan ke dalam tindakan. Hal ini meliputi Kreativitas; Inovasi; Pengambilan resiko; dan, Kemampuan merencanakan dan mengolah kegiatan untuk meraih hasil yang diharapkan. Dengan demikian, kewirausahaan akan Mendorong setiap individu dalam kehidupan sehari-harinya di rumah dan masyarakatnya. Membuat semua orang lebih peka terhadap konteks pekerjaannya dan peluang yang mereka temukan dalam hidupnya. Menjadi fondasi bagi para wirausahawan dalam melakukan kegiatan sosial dan komersial. 32

Sentra Kriya Rumah Pintar sebagai Sentra Pemberdayaan Masyarakat Keterampilan personal: Kerjasama tim Komunikasi Kepercayaan diri Mengambil inisiatif Memecahkan masalah Mengambil resiko yang terukur Kepemimpinan Keterampilan bisnis: Ekonomi dasar Keaksaraan ekonomi Penelitian pengembangan pasar Menyusun rencana bisnis Meningkatkan pendapatan Memiliki teknik penjualan Menjalankan pertemuan bisnis

Contoh Pengembangan Kewirausahaan di Luar Negeri Finlandia & Norwegia: Strategi kewirausahaan dikembangkan bersama-sama antara berbagai kementerian. Belanda & UK: pemerintah membiayai proyek rintisan di sekolah, kemudian disebarkan sehingga menjadi praktik terbaik Luxembourg: terdapat program pada seluruh sekolah dasar untuk mengajarkan kewirausahaan berbasis figur kartun. Spanyol: di Asturias, siswa sekolah menengah menjalankan perusahaan export-import mini sebagai bagian dari kurikulum daerah. 34

Tingkatan Kompetensi Usaha Mandiri 35

Penerapan Tujuan Belajar Yulaelawati, 2013 36

37