BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA NEGERI 2 GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR (KOGNITIF) ANAK DI KELOMPOK B2 TK ALKHAIRAAT TAVANJUKA Siti Romlah 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. laku dalam diri siswa, dan menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2000:26). Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri. waktu yang relatif lama (Sugiyo, 2000:26).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani termasuk bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai pendidikan atau dengan istilah pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya sadar dan terencana agar peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Menurut Yudanto (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanusiaan. Dalam hal ini Rosdiani ( 2012:41) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah sebuah bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya.

2 Husdarta (2009:167) mengungkapkan bahwa pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanusiaan. Sedangkan menurut Paturusi (2012:29) bahwa pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainanan dan olahraga. Didalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Menurut (Paturusi, 2012:29) bahwa pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahragaagar mereka menguasai keterampilan olahraga. Selanjunya yang ditekankan disini adalah hasil dari pembelajaran itu, sehingga metode pembelajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup kedalam proses pembelajaran. Paturusi (2012: 29-30) mengungkapkan bahwa Pendidikan kesehatan adalah usaha yang diberikan berupa bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang kesehatan, yang meliputi seluruh aspek pribadi baik (fisik, mental, dan sosial) agar dapat berubah dan berkembang secara harmonis. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat terintegrasi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga.

3 Menurut (paturusi, 2012:1) bahwa Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia indonesia seutuhnya. Sumbangan nyata pendidikan jasmani dan olahraga adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi pendidikan jasmani dan olahraga menjadi unik,sebab berpeluang lebih banyak dari mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilan. Hal ini sekaligus mengungkapkan kelebihan pendidikan jasmani dan olahraga dari pelajaran-pelajaran lainnya. Parenkuan (2010:40) mengungkapkan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian dari proses pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan manusia secara menyeluruh (fisik, mental, sosial, intelektual, emosional, spiritual) melalui media aktivitas fisik. Menurut Junaidi (2010:12) bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertemuan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

4 2.2 Hakikat Hasil Belajar Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan ini dilakukan secara sadar dan terencana yang mengarah pada pencapaian tujuan dari kegiatan belajar yang sudah dirumuskan dan diterapkan sebelumnya. Keberhasilan dalam belajar terlihat dari siswa yang berprestasi. Rusman (2012:1) berpendapat bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses melihat, mengamati, dan memahami. Kemudian Sutikno (2013:3-4) bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas peran aktif guru yang aktif mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif, menyenangkan dan mampu memberi semangat kepada siswa. Rendahnya prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor baik internal maupun eksternal siswa itu sendiri. Faktor internal antara lain minat siswa, bakat, motivasi dan intelegensi sedangkan faktor eksternal antara lain metode belajar, fasilitas, media, proses belajar baik disekolah maupun luar sekolah. Menurut Ahmadi, Setyono dan Amri (2011:131-132) bahwa belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperhatikan. Jadi belajar terjadi hanya dapat diketahui bila ada sesuatu diingat dan apa yang dipelajari itu. Suatu fakta yang dipelajari harus dapat diingat dengan setelah diajarkan. Akan tetapi dalam waktu

5 tertentu dapat terjadi perubahan, karena yang diingat itu dapat dilupakan sebagian atau seluruhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain: 1) jumlah yang dipelajari dalam waktu tertentu, 2) adanya kegiatan-kegiatan yang lain sesudah belajar, yang merupakan interference yang mengganggu apa yang diingat itu, 3) waktu yang tersisa setelah berlangsungnya belajar juga dapat mengandung kegiatan yang mengganggu. Proses belajar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajanmerupakan proses yang komplek dan senantiasa berlangsung dalam berbagai situasi dan kondisi. Menurut Suprijono (2013:5) bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sedangkan Aunurrahman (2012:109) mengungkapkan bahwa hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh anak adalah terjadinya perubahan perilaku secara holistik. Pandangan yang menitikberatkan hasil belajar dalam bentuk penambahan pengetahuan saja merupakan wujud dari pandangan yang sempit, karena belajar dan pembelajaran harus dapat menyentuh dimensi-dimensi individual anak secara menyeluruh, termasuk dimensi emosional yang dalam waktu cukup lama luput dari perhatian. Menurut Wena (2012:22) bahwa variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1) keefektifan (effectiveness), 2) efisiensi ( efficiency), dan 3) daya tarik (appeal). Menurut Wena (2012:22) Dalam pelaksanaan pembelajaran ada beberapa variable, baik teknis maupun non teknis yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran. Beberapa variable tersebut antara lain: 1) Kemampuan guru dalam membuka pelajaran, 2)

6 Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, 3) Kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran, 4) Kemampuan guru dalam menutup pembelajaran, dan 5) Faktor penunjang lainnya. Menurut Sudjana (2010:3) Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Sudjana (2010:3) menambahkan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Sudjana (2010:22) Mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Mujiman, (2009: 76-77) menjelaskan bahwa evaluasi hasil belajar terbagi atas tiga jenis evaluasi, yaitu: 1) tes objektif dan esai; tujuan evaluasi adalah untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah mengikuti pelatihan, 2) portfolio; untuk mengukur secara lebih konprehensif capaian belajar partisipan, sekaligus untuk menumbuhkan motivasi belajar, dalam pelatihan dapat digunakan evaluasi diri dengan pelaporan portfolio, dan 3) evaluasi diri dan motivasi belajar; evaluasi jenis ini menempatkan partisipan dalam posisi sebagai hakim terhadap capaian belajarnya sendiri. Sedangkan menurut Dimyanti dan Mujiono (2009: 200) bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran

7 hasil belajar. Hasil kegiatan hasil belajar berfungsi untuk (i) diagnostic dan pengembangan, (ii) seleksi, (iii) kenaikan peringkat belajar, dan (iv) penempatan siswa. Adapun sasaran evaluasi hasil belajar berorientasi pada perbaikan dan peningkatan pada kemampuan ranah-ranah kognitif, afektif, danp sikomotor siswa. Sudjana (2010:22,23) mengungkapkan bahwa dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative. Sementara itu menurut Sutikno (2013: 4) bahwa hasil dari belajar adalah ditandai dengan adanya perubahan, yaitu perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas tertentu. Hasil belajar

8 merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu. Hasil belajar yaitu kemampuan yang diperoleh setelah mendapat kegiatan belajar yang mengakibatkan perubahan dalam ciri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Sementara itu menurut Hanafiah dan Suhana, (2010:9-10) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, antara lain: 1. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya, yang mencakup: a. Tingkat kecerdasan (intelligent quetion); b. Bakat (aptitude); c. Sikap (attitude); d. Minat (interest); e. Motivasi (motivation); f. Keyakinan (belief); g. Kesadaran (consciousness); h. Kedisiplinan (discipline); i. Tanggung jawab (responsibility). 2. Pengajar yang profesional yang memiliki: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi sosial; c. Kompetensi personal; d. Kompetensi profesional;

9 e. Kualifikasi pendidikan yang memadai; f. Kesejahtreraan yang memadai. 3. Atmosfir pembelajaran partisipasif dan interaktif yang dimanifestasikan dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah (multiplecommunication) secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan, yaitu : a. Komunikasi antara guru dengan peserta didik; b. Komunikasi antara peserta didik dngan peserta didik; c. Komunikasi kontekstual dengan integratif antara guru, peserta didik, dan lingkungannya. 4. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, sehingga peserta didik merasa betah dan bergairah (enthuse) untuk belajar, yang mencakup: a. Lahan tanah, antara lain kebun sekolah, halaman, dan lapangan olahraga; b. Bangunan, antara lain ruang kantor, kelas, laboratorium, perpustakaan, dan ruang aktivitas ektra kulikuler; c. Perlengkapan, antara lain alat tulis kantor, media pembelajaran, baik elektronik maupun manual. 5. Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan, khusus mengenai perubahan perilaku (behavior change) peserta didik secara integral, baik yang berkaitan dengan kognitif, afektif, maupun psikomotor. 6. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu, dan teknologi, serta lingkungan alam sekitar, yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan. Lingkungan ini

10 merupakan faktor peluang (opportunity) untuk terjadinya belajar konstektual (constextual learning). 7. Atmosfir kepemimpinan pembelajaran yang sehat, partisipasif, demokratis, dan situsional yang dapat membangun kebahagiaan intelektual (intelectual happiness), kebahagiaan emosional (emotional happiness), kebahagiaan dalam merekayasa ancaman menjadi peluang (adversity happiness), dan kebahagiaan spiritual (spiritual happiness). 8. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin (recurrent budget) maupun biaya pembangunan (capital budget) yang datangnya dari pihak pemerintah, orang tua, maupun stakeholder lainnya sehingga sekolah mampu melangkah maju dari sebagai pengguna dana (cost) menjadi penggali dana (revenue). Aunurrahman (2012:37) menjelaskan bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable).