BAB I PENDAHULUAN. modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. jasmani sebagai suatu sub sistim pendidikan memiliki peran yang berarti dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan hidupnya di masa depan. Kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. memanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia merupakan suatu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik TEDC didirikan pada tahun 2002 berdasarkan ijin. penyelenggaraan dari DIKTI No. 73/D/O/2002. Politeknik TEDC merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. anggaran pendidikan yang besar karena mereka sadar akan pentingnya pendidikan.

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

TINJAUAN ALTERNATIF KONSEP MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

PARADIGMA PEMBELAJARAN EKONOMI. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 latar belakang masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembengkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani termasuk bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan kepada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktek pendidikan yang bermutu. Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat, termasuk pendidikan di bidang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Indonesia, hingga dewasa ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah-sekolah. Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang memprihatinkan di sekolah dasar, sekolah lanjutan dan bahkan perguruan tinggi telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan olahraga (Cholik Mutohir,1992). Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Cholik Mutohir, 1992: Soediyanto, 1992, 1993).

2 Kualitas guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang ada pada sekolah dasar dan lanjutan pada umumnya kurang memadai. Mereka kurang mampu melaksanakan profesinya secara kompeten. Mereka belum berhasil melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendidik siswa secara sistematik melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Tampak pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan belum berhasil mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun intelektual. Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan cenderung tradisional. Model metode-metode praktek dipusatkan pada guru (Teacher Centered) dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai inisiatif sendiri (Student Centered). Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tradisional cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan cabang olahraga. Dalam pendekatan ini, guru menentukan tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya seperti melatih suatu cabang olahraga. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak optimalnya fungsi pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebagai media pendidikan dalam rangka pengembangan pribadi anak seutuhnya (Ahmesabe, 2004) Dalam beberapa tahun belakangan ini, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan membuat kebijakan-kebijakan baru guna meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Kurikulum baru (2006) yang mencakup pendidikan jasmani olahraga dan

3 kesehatan bagi sekolah dasar dan menengah telah dibuat dan diputuskan, Demikian pula kurikulum baru bagi program Diploma II, dimana guru-guru sekolah dasar yang di dalamnya terdapat mata kuliah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan Kesehatan telah dipersiapkan sebagai penyempurnaan kurikulum lama. Upaya pembaharuan kurikulum tersebut, seharusnya diikuti dengan upaya peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tuntutan kurikulum dan pengadaan fasilitas pendukungnya. Hingga saat ini, usaha-usaha yang dilakukan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan menyediakan fasilitas yang mendukung programprogram pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan belum dilakukan secara optimum. Apabila kondisi seperti ini terjadi terus, maka dapat diperkirakan bahwa inovasi-inovasi kurikulum yang dilakukan tidak dapat direalisasikan secara efektif. Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan tidak akan berarti, jika para guru atau dosen yang melaksanakan kurikulum dalam kondisi yang kurang menguntungkan, baik dalam kemampuan mengajar maupun fasilitas yang mendukungnya. Mereka akhirnya melaksanakan tugas mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan cenderung secara rutin dan tradisional. Akibatnya, sering berbagai inovasi yang telah direncanakan mengalami berbagai kendala dan hambatan. Untuk itu, jika implementasi kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus bisa dicapai dan berhasil, maka harus ada keinginan yang besar untuk meningkatkan kemampuan guru dan menambah fasilitas yang sesuai. Keefektifan pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah pada beberapa tahun terakhir telah menjadi isu nasional yang

4 menarik. Isu tersebut sering dibicarakan secara serius dalam forum diskusi atau seminar tingkat nasional oleh berbagai kalangan termasuk para pakar dan praktisi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Berbagai saran dan rekomendasi sering diajukan dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah-sekolah termasuk perbaikan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, penyediaan lapangan dan fasilitasnya. Sebagai akibat terlalu mendewakan prestasi, pembinaan olahraga di kalangan anak usia muda disalahgunakan, dan bahkan dalam prakteknya sering bertentangan dengan norma-norma pendidikan. Anak-anak yang seharusnya tumbuh dengan wajar, sering memperoleh perlakuan di luar batas kemampuannya. Sering anak dipaksa harus berlatih dengan beban yang berlebihan. Kasus penggunaan obat terlarang pada anak usia dini dan pencurian umur dalam arena kejuaraan kelompok umur merupakan pengalaman yang negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Idealnya, sesuai dengan pandangan hidup (filsafat) dan konsep pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang kita anut, pembinaan olahraga usia dini itu diarahkan pada pengenalan dan penguasaan keterampilan dasar suatu cabang olahraga yang dilengkapi dengan pengembangan keterampilan serta kemampuan fisik yang bersifat umum. Sementara itu, dalam konteks pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, seperti pada kelas-kelas awal, penekanannya pada pengembangan keterampilan gerak secara menyeluruh. Kualitas guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yang salah satunya adalah institusi yang memproduksi guru

5 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dalam hal ini adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai penghasil guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus mampu menghasilkan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang mempunyai kompetensi, pedagogik, profesional, kepribadian dan kompetensi sosial yang handal. Pada kenyataan, masih banyak guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang belum menguasai empat kompetensi dari seorang pendidik tersebut. Hasil penelitian Maksum, dkk (2010) tentang kualitas guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah pada tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di tiga kota besar yaitu Jakarta, Surabaya dan Padang menemukan bahwa kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan relatif optimal, namun masa kerja berbanding terbalik dengan kompetensi. Kompetensi profesional pre-service dan in-service masih kurang dan kompetensi kepribadian dan sosial berbanding terbalik dengan masa kerjanya. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) salah satu universitas di Indonesia yang menghasilkan tenaga guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan adanya Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK). Berdasarkan survey awal ditemukan adanya mahasiswa FPOK yang mempunyai nilai indeks prestasi dan juga adanya mahasiswa FPOK yang menyelesaikan perkuliahan melebihi dari waktu yang ditetapkan. Rendahnya indeks prestasi mahasiswa dan mahasiswa yang tidak menyelesaikan perkuliahan tepat waktu, mengindikasikan kurangnya penguasaan mahasiswa tersebut terhadap pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Kurangnya penguasaan

6 mahasiswa akan berimbas tidak berkualitasnya lulusan dari perguruan tinggi tersebut, sehingga mengakibatkan tidak profesionalnya calon guru yang dihasilkan tersebut jika nantinya bekerja ssebagai guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah-sekolah. Aspek yang perlu diperhatikan oleh perguruan tinggi dalam mendidik guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan salah satunya adalah aspek manajemen pembelajaran. Menurut Josep M. Muran dalam Kusuma (2006) mutu pendidikan agar dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu terletak pada manajemen (pengelolaan). Manajemen pembelajaran ialah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan. Manajemen pembelajaran merupakan aplikasi prinsip, konsep dan fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organization), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controling). Komponen manajemen pembelajaran meliputi proses pembelajaran, sumber daya manusia, mahasiswa dan sarana prasarana (Kusuma, 2006). Berdasarkan data tersebut maka perlu dilihat efektifitas manajemen pembelajaran pendidikan di perguruan tinggi dalam mendidik calon guru

7 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Rendahnya kualitas guru hingga saat ini diyakini sebagai penyebab utama rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah. Menjadi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak semudah yang dibayangkan. Menjadi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang profesional lebih sulit dibandingkan dengan guru mata pelajaran karena kompleksnya permasalahan. Pada beberapa kenyataan terlihat bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan belum menunjukkan sikap profesionalnya dalam mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Beberapa permasalahan yang dapat didentifikasi adalah sebagai berikut (Cholik Mutohir, 1992; Soediyanto, 1992; Ahmesabe, 2004; Josep M. Muran dalam Kusuma, 2006),: 1. Kegiatan pembelajaran calon guru lebih dititikberatkan kepada hasil pembelajaran yang akan dicapai, sedangkan di dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa aspek manajemen yang harus diperhatikan yaitu perencanaan pembelajaran, pengorganisasian bahan ajar, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran.

8 2. Pada kenyataannya kemampuan guru olahraga dalam mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan disekolah menengah belum terlihat optimal, seperti adanya guru olahraga mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan duduk di pinggir lapangan, sementara siswa berlatih sendiri tanpa adanya motivasi, penghargaan dan perhatian serius. Atau dapat dikatakan bahwa guru olahraga masih mengajar dengan metode mengajar yang masih bersifat tradisional. Kondisi ini dapat berkaitan dengan kompetensi guru yang meliputi empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. 3. Masih banyaknya guru olahraga yang belum bisa menunjukkan performance yang baik sebagai seorang guru terutama dalam praktek mengajar. Sehingga perlu diketahui proses pembelajaran dari calon guru yang salah satunya berhubungan dengan kegiatan praktek mengajar dari calon guru. 4. Perguruan tinggi sebagai penghasil guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, belum mampu menghasilkan calon guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang berkualitas, sehingga perlu diketahui penerapan manajemen pembelajaran di perguruan tinggi. Fungsi-fungsi manajemen dalam pembelajaran berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut

9 Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa yang akan datang. Sedangkan yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pengajar untuk merumuskan tujuan mengajar (David, 1996). Fungsi lain dari manajemen pembelajaran adalah mengorganisir bahan ajar dan juga sumber daya pembelajaran serta penentuan metode pembelajaran yang digunakan. Menurut David (1996) bahwa proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan yaitu 1) memilih alat praktek yang tepat, 2) memilih alat bantu belajar atau audiovisual yang tepat, 3) memilih besarnya kelas, 4) memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur-prosedur serta pengajaran yang kompleks. Salah satu unsur penting dalam manajemen pembelajaran adalah peran dosen yang merupakan motivator yang akan mempengaruhi mahasiswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan bentuk kegiatan pembelajaran aktif dimana selain mahasiswa yang aktif, maka dosen juga harus aktif mendengarkan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa persyaratan untuk dapat mendengar aktif dalam kegiatan mengajar adalah :1) dosen harus mempunyai perasaan percaya yang dalam terhadap kemampuan mahasiswa untuk memecahkan masalahnya sendiri, 2) dosen harus dapat menerima dengan tulus perasaan-perasaan yang diungkapkan murid, 3) dosen harus mengerti bahwa perasaan-perasaan seringkali berubah, 4) dosen harus

10 mempunyai keinginan membantu menyelesaikan masalah mahasiswa dan menyediakan waktu untuk itu. Selanjutnya fungsi managemen pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran. Menurut Reigeluth (1993:9) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah berkaitan dengan pemahaman, peningkatan dan penafsiran informasi untuk menilai (asses) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Hamalik (1990:259) memberikan tiga implikasi yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran yaitu :1) evaluasi adalah proses yang terus menerus bukan hanya pada akhir pengajaran, akan tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya pengajaran, 2) proses evaluasi senantiasa diarahkan kepada tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran, 3) evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Selain itu sebagai seorang guru olahraga (guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ) harus mempunyai kompetensi-kompetensi sebagai seorang guru. Menjadi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak semudah yang dibayangkan, karena guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai tugas yang kompleks. Menurut Wilandalton (2003:4) mengatakan bentuk tugas yang nyata dan kompleks dari guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah : 1. Sebagai pengajar. Sebagai pengajar, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tugasnya adalah memberikan ilmu pengetahuan yang

11 mempunyai dampak atau mengarah pada ranah kognitif didik menjadi lebih baik atau meningkat. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan materi permainan dan bermain, atletik, senam, renang, beladiri dan olahraga/aktivitas di alam terbuka para peserta didik mendapatkan banyak pengetahuan bagaimana hakikat masing-masing materi. 2. Sebagai pendidik. Berkaitan dengan tugas sebagai pendidik, maka seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertugas memberikan dan menanam sikap atau afektif peserta didik melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan materi permainan dan bermain, atletik, senam, renang, beladiri dan olahraga/aktivitas di alam terbuka para peserta didik ditanamkan sikap agar benar-benar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dengan unsur-unsur sikap: tanggungjawab, jujur, menghargai orang lain, ikut berpartisipasi, rajin belajar dan rajin hadir. 3. Sebagai pelatih. Sebagai pelatih, maka guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertugas memberikan keterampilan dan fisik yang mempunyai dampak atau mengarah pada ranah fisik dan psikomotorik peserta didik menjadi lebih baik atau meningkat. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan materi permainan dan bermain, atletik, senam, renang, beladiri dan

12 olahraga/aktivitas di alam terbuka para peserta didik maka guru melatih fisik dan keterampilan gerak dengan baik. 4. Sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertugas mengarahkan peserta didik berkaitan dengan tugas tambahan peeserta didik seperti membimbing baris berbaris, petugas upacara, mengelola UKS, mengelola koperasi, kegiatan pecinta alam dan juga membimbing peserta didik yang memiliki masalah atau khusus. Perguruan tinggi sebagai institusi yang menghasilkan calon guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berperan penting dalam menciptakan guru penjas orkes yang profesional, terutama perguruan tinggi yang secara khusus menyelenggarakan program kependidikan, yang salah satunya adalah Universitas Pendidikan Indonesia yang salah satu fakultasnya yaitu FPOK yang menghasilkan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. FPOK UPI berkewajiban membekali calon guru agar benar-benar menjadi guru profesional melalui pengelolaan manajemen pembelajaran, pengembangan kompetensi mahasiswa sebagai guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian serta melaksanakan proses pembelajaran bagi calon guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Berdasarkan uraian identifikasi masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah dengan fokus utama penelitian ini adalah ingin mengungkap efektifitas manajemen pembelajaran pendidikan calon guru sekolah menengah di FPOK UPI. Permasalahan tersebut selanjutnya dirinci sebagai berikut:

13 1. Bagaimana Perencanaan Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK UPI? a. Bagaimana dosen merencanakan program pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? b. Bagaimana dosen melakukan merencanakan identifikasi awal kemampuan mahasiswa dalam merencanakan proses pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? c. Bagaimana dosen merencanakan pemilihan alternative kegiatan pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? 2. Bagaimana pengorganisasian struktur program pengembangan materi Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes sekolah menengah di FPOK UPI? a. Bagaimana dosen mengorganisasikan bahan ajar untuk pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? b. Bagaimana upaya dosen mengembangkan materi pembelajaran untuk pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? c. Bagaimana dosen mengembangkan metode pembelajaran untuk pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? d. Bagaimana upaya untuk pengembangan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional dalam pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? 3. Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di FPOK UPI? a. Bagaimana langkah-langkah persiapan pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI?

14 b. Bagaimana bentuk-bentuk pelaksanaan praktek mengajar calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? c. Bagaimana strategi yang dilakukan dosen dalam menyampaikan bahan ajar dalam pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? 4. Bagaimana evaluasi hasil pendidikan calon guru Penjas Orkes sekolah menengah di FPOK UPI? a. Bagaimana penilaian hasil belajar calon guru menengah di FPOK UPI? b. Bagaimana evaluasi terhadap pembelajaran praktek calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap efektifitas manajemen pembelajaran pendidikan calon guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah menengah. Secara lebih terperinci tujuan yang dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis perencanaan pembelajaran calon guru Penjas Orkes sekolah menengah di FPOK UPI. 2. Untuk menganalisis pengorganisasian strukrur program pengembangan materi pembelajaran calon guru penjas orkes sekolah menengah di FPOK UPI 3. Untuk menganalisis proses pelaksanaan pendidikan calon guru Penjas Orkes sekolah menengah yang dilaksanakan di FPOK UPI. 4. Untuk menganalisis evaluasi hasil pendidikan calon guru di FPOK UPI

15 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna atau manfaat berkaitan dengan masalah yang diteliti. Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan kajian manajemen pembelajaran terutama di tingkat perguruan tinggi. dalam upaya meningkatkan hasil akhir yang baik bagi lulusannya yang pada akhirnya akan meningkatkan citra yang baik bagi lembaganya. b. Sebagai bahan masukan dalam perbaikan manajemen pembelajaran di tingkat perguruan tinggi terutama untuk perguruan tinggi yang menghasilkan calon guru dalam rangka peningkatan kompetensi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. c. Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut : a. Bagi Perguruan Tinggi 1) Dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran terutama dalam pembelajaran calon guru

16 2) Dapat memotivasi institusi pendidikan perguruan tinggi dalam merancang manajemen pembelajaran calon guru sekolah menengah b. Bagi Peneliti Lanjutan Dapat dijadikan landasan empirik bagi penelitian-penelitian sejenis berikutnya yang memiliki keterkaitan kuat dengan berbagai upaya untuk peningkatan kompetensi profesional guru.