METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan melakukan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan alat uji statistik berupa uji beda maka variabel yang digunakan

METODE PENELITIAN. kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Anggaran

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk medapatkan data dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

III.METODE PENELITIAN. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang mulai

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN

BAB III. METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB IV METODA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lampung Selatan berupa data PAD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Selatan (2014), sejarah

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

I. PENDAHULUAN. Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan

KAJIAN SIGNIFIKANSI DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA KABUPATEN INDUK DAN PEMEKARAN DI ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis rasio ketergantungan keuangan daerah, simpulan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Disusun Oleh : NPM : Pembimbing : Dr. Emmy Indrayani

I. PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

PERKEMBANGAN DAN HUBUNGAN DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini menarik untuk dicermati. Era

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

I. PENDAHULUAN. masalah pokok pemerintah, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang harus

PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

I. PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Lahirnya Undang-undang No.22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sendiri, pada tahun ini juga tonggak sejarah reformasi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah/Kota.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sidik et al, 2002) UU No.12 tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

1. PENDAHULUAN. merupakan salah satu unsur belanja langsung. Belanja modal merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Buleleng (4) Kab. Gianyar (5) Kab. Jembrana (6) Kab. Karangasem (7) Kab. Klungkung (8) Kab. Tabanan (9) Kota Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan data sekunder.

Transkripsi:

34 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah adalah jenis data sekunder dalam runtun waktu (time series), yaitu tahun 2006-2010 yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung Selatan, BAPPEDA Lampung Selatan, dan BPS Lampung Selatan. Untuk menunjang penulisan ini digunakan juga metode kepustakaan guna mencari literatur yang mendukung tema penulisan. B. Alat Analisis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatf. 1. Analisis Deskriptif Kualitatif Yaitu dengan menganalisa dan menafsirkan data dengan menggunakan teori-teori pendukung sehingga dapat memberikan gambaran umum dari pengelolaan Dana Perimbangan terhadap Penerimaan Daerah Kabupaten Lampung Selatan.

35 2. Analisis Kuantitatif Untuk mengetahui tingkat kemandirian fiskal Kabupaten Lampung Selatan dalam hubungannya dengan Dana Perimbangan maka digunakan alat analisis berupa pengukuran derajat desentralisasi fiskal, yaitu: PAD Rumus 1 x 100% Semakin besar nilai persentase PAD terhadap maka semakin besar pula kemandirian fiskal suatu daerah. BHPBP Rumus 2 x 100% Semakin besar nilai persentase BHPBP terhadap maka semakin besar kemandirian fiskal suatu daerah. DAU Rumus 3 x 100% semakin besar nilai persentase rasio DAU terhadap maka ini berarti semakin besar pula ketergantungan fiskal suatu daerah. Dimana = PAD + BHPBP + DAU Ket : PAD = Pendapatan Asli Daerah BHPBP DAU = Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak = Dana Alokasi Umum = Total Penerimaan Daerah

36 C. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Geografis Secara geografis Lampung selatan terletak pada posisi 5 15 LS- 6 0' LS dan 105 0 BT - 105 45' BT, dengan luas wilayah mencapai 3.406 km dengan ibukota Kalianda. Di Kabupaten Lampung Selatan terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni. Pelabuhan ini merupakan pintu gerbang utama keluar masuknya orang dan barang dari Pulau jawa, yang juga merupakan salah satu sektor yang mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Wilayah Kabupaten Lampung selatan secara administratif meliputi 10 kecamatan yaitu meliputi 337 desa dan 5 kelurahan, 114 desa diantaranya merupakan desa tertinggal (BPS, 1998). Terdapat 53 desa pantai yang berada dalam 6 kecamatan yaitu Kec. Palas, Kec. Kalianda, Kec. Penengahan, Kec. Sidomulyo, Kec. Padang Cermin dan Kec. Katibung. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kabupaten Tanggamus yaitu pemekaran wilayah dari Kabupaten Lampung Selatan, maka batas-batas wilayah Kabupaten lampung Selatan adalah sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat, dan sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.

37 2. Penduduk Penduduk yang berdomisili di Kab. Lampung Selatan bermacam-macam suku dari seluruh Indonesia, dan penduduk pendatang lebih besar datang dari pulau Jawa selain akibat perpindahan penduduk secara swakarsa dan spontan serta adanya program pemerintah melalui transmigrasi dimasa kemerdekaan. Jumlah penduduk di Kab. Lampung Selatan pada tahun 2009 berjumlah 1.162.708 jiwa, yang terdiri dari 602.317 laki-laki dan 560.391 jiwa perempuan. Dengan tingkat sex ratio atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan sebesar 107,4 persen, dengan tingkat pendapatan perkapita tiap tahunnya sebesar 1,92 persen. Kabupaten Lampung Selatan dalam penerimaan DAU selalu teletak diperingkat tiga besar dalam penerimaan DAU dari pemerintah pusat dibandingkan dengan kabupaten lainnya, hal ini mennunjukan bahwa potensi fiskal (fiscal capacity) yang dimiliki Kabupaten Lampung Selatan cukup besar. Tabel 6. Perkembangan Penduduk dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2005-2009 Jumlah Pendapatan Perkembangan Tahun Penduduk Perkapita (%) (jiwa) (Rp) 2005 1.111.358-727.367 2006 2007 2008 2009 1.128.912 1.133.180 1.142.435 1.162.708 1,58 0,38 0,82 1,77 731.695 749.936 774.065 799.584 Perkembangan (%) - 0,60 2,49 3,22 3,29 Rata-rata 0,91 1,92 Sumber : Data diolah dari BPS Lampung Selatan. Ket : *) data sementara

38 Tabel 6. menunjukan bahwa pendapatan perkapita masyarakat di Kab.Lampung Selatan tiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 0,91 persen dan pendapatan perkapita yang mengalami perkembangan sebesar 1,92 persen. Selain dari bidang perdagangan, sektor pariwisata menjadi pendukung unggulan dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Lampung Selatan yang terdiri dari wisata alam, wisaya budaya, wisata tirta, dan wisata pantai yang diharapkan dapat memberikan potensi yang cukup besar dalam meningkatakan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan. 3. APBD Kabupaten Lampung Selatan Umumnya struktur penerimaan APBD Kab. Lampung Selatan masih didominasi bantuan dari pemerintah pusat berupa dana perimbangan yang lebih besar dari Penerimaan Asli Daerah itu sendiri. Tabel 7. PAD dan Dana Perimbangan Kabupaten Lampung Selatan Tahun Anggaran 2006-2010. Tahun PAD Dana Perimbangan (Rp) (Rp) 2006 2.261.100.425,08 128.270.162.932,51 2007 3.048.575.602,62 121.668.433.346,85 2008 9.811.724.560,88 261.649.884.643,79 2009 9.519.594.688,38 302.922.580.423,91 2010 11.928.095.496,07 373.558.323.637,00 Sumber : Bag. Keuangan Pemda Kabupaten Lampung Selatan. PAD tiap tahunnya mengalami peningkatan demikian halnya dengan dana perimbangan atau transfer pusat dengan belanja tiap tahunnya mengalami perkembangan sebesar 47,88 persen untuk belanja rutin dan 63,29 persen untuk belanja pembangunan, dan pemerintah Kabupaten Lampung Selatan mengalokasian DAU pada Belanja Rutin, antara lain: Belanja Pegawai,

39 Belanja Barang, Belanja Pemeliharaan, dan Belanja Perjalanan Dinas. Setelah memenuhi kebutuhan rutin daerah sisa DAU dialokasikan pada Belanja Pembangunan dengan demikian DAU akan memberikan kepastian bagi daerah untuk memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan di daerah sehingga efesiensi dan efektifitas dari penggunaan DAU sangatlah penting dalam rangka Otonomi Daerah.