HUKUM HADIAH KOMERSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Keutamaan Membaca dan Merenungkan AYAT AL-KURSI حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

PETAKA BUNGA BANK. Publication: 1435 H_2014 M

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

GHARAR Dalam Transaksi KOMERSIAL

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Hadits Palsu Tentang Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

KAIDAH FIQH PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

Rumah Idaman TIDAK MELANGGAR SYARI AT. حفظو هللا Ustadz Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman. Publication: 1435 H_2014 M

Petunjuk Rasulullah. Ber-KOKOK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

Syarah Istighfar dan Taubat

DOA-DOA YANG DINUKIL DARI

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa

JUAL-BELI SISTEM DROPSHIPPING

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

PEMBIAYAAN MULTI JASA

KAIDAH FIQH. Sesuatu yang Diperbolehkan Oleh Syar'i Meniadakan Kewajiban Mengganti. Publication 1438 H_2016 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN

Hadits-hadits Shohih Tentang

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Berdzikir Dengan BIJI TASBIH حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

Jangan Mengikuti HAWA NAFSU. Publication : 1437 H_2016 M. Jangan Mengikuti Hawa Nafsu

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KESOMBONGAN Penghalang Masuk Surga

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

ADAB AL-IJAARAH (Mempekerjakan Orang)

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

HOMOSEKS Dosa yang Lebih Besar Dari Zina

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

MUZARA'AH dan MUSAQAH

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

KAIDAH FIQH. Semua hukum ilmu dan amal tidak sempurna kecuali dengan dua perkara: Terpenuhi syarat dan rukunnya serta tidak ada penghalangnya

حفظو هللا Oleh : Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc, MA. Publication : 1437 H_2016 M. Keutamaan Tauhid dan Bahaya Syirik

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

Kaidah Fiqh MENUTUP JALAN MENUJU KEMUNGKARAN. Publication: 1434 H_2013 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Kebahagiaan Mana yang Ingin Anda Raih?

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

Rahasia di Balik Uban Menurut

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

حفظه هللا Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-abbad al-badr. Publication 1436 H/ 2015 M HAJI DAN TAUBAT

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

Al-'Azhiim, Al-Majiid dan Al-Kabiir

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

PENGELOLAAN HARTA ZAKAT

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

Hadits Palsu Tentang Larangan Melihat Kemaluan SUAMI/ISTRI حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

MENGENAL PERNIAGAAN HARAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Pembiayaan Multi Jasa

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Memakai Pakaian WOL

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Al-Samii' dan Al-Bashiir

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Publication: 1435 H_2014 M. Beginilah Mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Benar

Adalah Sebagian Dari IMAN حفظو هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-sidawi

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

PAKAIAN IHRAM DAN MENGINGAT KAIN KAFAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

POKOK SYARI AH. حفظه هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtaras-Sidawi. Publication: 1435 H_2014 M. 5 Tujuan Pokok Syari ah

Transkripsi:

HUKUM HADIAH KOMERSIAL حفظه هللا Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, MA Publication : 1436 H / 2015 M HUKUM HADIAH KOMERSIAL حفظه هللا Oleh : Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, MA Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 160 Ed. 1 Th ke-15_1436/2015 e-book ini didownload dari www.ibnumajjah.com

MUQODDIMAH Di antara maqashid (tujuan pokok) syari'at Islam adalah menciptakan rasa saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling mencintai sesama hamba Allah pengikut Nabi akhir zaman.(هللىلص) Salah satu faktor yang dapat menimbulkan saling mengasihi dan mencintai yaitu berbagi rezeki dalam bentuk sedekah atau hadiah kepada saudara seiman. Sedekah yaitu sesuatu yang diberikan kepada orang lain yang membutuhkan (fakir miskin) tanpa mengharap imbalan. Adapun hadiah yaitu sesuatu yang diberikan kepada orang lain tanpa imbalan dengan tujuan mempererat hubungan atau sebagai penghormatan, dan orang yang diberi hadiah bukanlah orang dalam ekonomi sulit. Tindakan saling berbagi hadiah dianjurkan oleh Rasulullah هللاىلص di dalam sabdanya: : الن ب ه ر ي ر ة أ ب ع ن ي ق ول و س ل م ع ل ي ه ا لل ص ل ى ع ن ر ض ي هللا ع ن ه ت اب وا ت ه اد وا Abu Hurairah هللايضر meriwayatkan dari Nabi,هللىلص beliau bersabda, "Salinglah memberikan hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai." (HR al-bukhari dalam kitab Adabul Mufrad. Derajat hadits ini dinyatakan hasan oleh al-albani.)

Dan untuk menjaga perasaan pemberi hadiah, Nabi menolaknya. menganjurkan agar orang yang diberi tidak هللاىلص Beliau bersabda: الد اع ي ا ل د ي ة ت ر د وا و ل أ ج يب وا "Hadirilah undangan dan jangan tolak hadiah!" (HR Ahmad. Al-Arnauth menyatakan sanad hadits ini jayyid). Ummulmukminin Aisyah هللايضر juga meriwayatkan bahwa Rasulullah هللاىلص menerima hadiah dan membalasnya. (HR al- Bukhari) Terkadang hadiah yang diberikan tidak terlalu berharga, namun tetap dianjurkan untuk menerimanya. Sebab, Nabi menerima hadiah sekalipun kikil kambing. Beliau هللاىلص bersabda: ذ ر اع أ و ك ر اع إ ل أ ه د ي و ل و أل ج ب ت أ و ك ر ا ع ذ ر ا ع إ ل د ع ي ت ل و ل ق ب ل ت "Aku akan menghadiri undangan, sekalipun untuk makan kikil kambing kaki depan atau kaki belakang dan aku menerima hadiah, sekalipun kikil kambing kaki depan atau kaki belakang." (HR al-bukhari)

Di era modern, para pedagang (dan produsen, Red.) memanfaatkan pemberian hadiah untuk menarik konsumen sebanyak mungkin agar keuntungan yang diperoleh semakin besar. Cara pembagian hadiah pun dibuat beraneka ragam: beli satu dapat dua, diskon harga di setiap musim tertentu, door prize, undian berhadiah, puzzle potongan gambar yang dikumpulkan dari barang yang dibeli, ataupun mengumpulkan huruf-huruf sehingga membentuk kata yang diinginkan, hadiah tunai dalam setiap kemasan, dan sebagainya. Seorang muslim tentu ingin mengetahui hukum hadiah komersial ini, karena dalam beberapa bentuknya mirip dengan judi dan mengandung gharar. CENDERA MATA (SUVENIR) Banyak para pedagang dan pengusaha membuat cendera mata dalam bentuk kalender, gantungan kunci, cangkir, buku catatan harian, pena, dan alat tulis lainnya untuk dibagikan cuma-cuma kepada setiap pembeli dan pelanggan sebagai kenang-kenangan dan untuk mempromosikan usaha/barang mereka. Pada saat penerima hadiah membutuhkan barang/jasa yang dipromosikan, mereka langsung ingat dan akan menghubungi pemberi hadiah, karena alamat lengkap

perusahaan pemberi hadiah tertera pada cendera mata yang dibagikan. Hadiah jenis ini termasuk hibah. Sebab itu, hadiah jenis ini boleh diterima; kecuali hadiah digunakan untuk kepentingan haram, seperti asbak rokok dan kalender yang bergambar wanita yang tidak menutup aurat atau hadiah tersebut berasal dari perusahaan yang bergerak di bidang haram, seperti kalender dari bank riba karena hadiah tersebut bagian dari promosi untuk menggunakan barang/jasa pemberi hadiah. HADIAH PROMOSI Hadiah promosi terkadang diberikan oleh sebuah perusahaan sebelum pembelian barang dalam bentuk contoh barang (sampel) dengan tujuan memperkenalkan barang dagangannya kepada calon konsumen. Andai kata konsumen menginginkan barang dalam jumlah besar, dia telah melihat contohnya. Hukum hadiah ini boleh karena termasuk hadiah (hibah) yang dibolehkan. Apabila calon pembeli berpedoman kepada contoh dan tidak menyaksikan barang yang akan dibelinya, apakah jual beli ini dibolehkan?

Para ulama berbeda pendapat tentang jual beli barang berdasarkan contoh: Pendapat pertama: jual beli ini tidak sah, karena termasuk jual-beli yang mengandung unsur gharar, di mana barang yang dibeli tidak disaksikan dalam akad dan contoh yang diperlihatkan belum tentu sama seperti barang yang dibeli. Ini merupakan pendapat yang terkuat di dalam madzhab Hanbali. Pendapat kedua: jual beli ini hukumnya boleh. Ini merupakan pendapat mayoritas para ulama madzhab. Sebab, unsur ketidakjelasan (gharar) dalam barang yang merupakan objek akad telah tiada dengan cara melihat barang contohnya; syaratnya, barang yang hendak dijual harus sama persis spesifikasinya dengan contoh yang diperlihatkan. Wallahu A'lam, pendapat yang membolehkan jual beli barang berdasarkan contoh adalah pendapat yang terkuat. Sebab, untuk dewasa ini, kesamaan barang dengan contoh telah menjadi ukuran mutu sebuah barang. Dengan demikian, unsur gharar dalam barang objek akad dapat diminimalkan. 1 Dan terkadang hadiah promosi diberikan oleh sebagian supermarket dan toko besar dengan menjanjikan bagi 1 Dr. Khalid al-mushlih, al-hawafizh at-tijariyyah, hlm. 102-103.

pembeli jika berbelanja di toko mereka di atas nominal tertentu akan diberi hadiah menarik yang tidak dijelaskan ciri-ciri fisiknya. Hal ini bertujuan untuk menarik pembeli sebanyak mungkin. Setelah konsumen berbelanja di atas nominal yang disyaratkan, pembeli mengunjukkan lembaran tanda pembayaran ke bagian yang bersangkutan dan menukarnya dengan hadiah. Hadiah yang diberikan terkadang berupa piring, cangkir, dan peralatan rumah tangga lainnya. Para ulama kontemporer berbeda pendapat tentang hukum hadiah ini. Pendapat pertama: Sebagian ulama kontemporer, seperti asy-syaikh Dr. Abdullah al-jibrin رمحه هللا dan asy-syaikh Dr. Shalih al-fauzan mengharamkan pemberian hadiah dengan cara ini. Dalil pendapat ini: Bahwa harga dari hadiah yang dijanjikan telah dihitung pada saat pembayaran barang yang dibeli. Andai kata nominal yang disyaratkan Rp500.000,00 maka hakikatnya dia membeli barang seharga Rp480.000,00 dan Rp20.000,00 lagi disisihkan untuk harga hadiah yang dijanjikan. Dengan demikian, sesungguhnya hadiah adalah bagian dari barang yang dibeli dan bukan murni hadiah. Dan ini termasuk jual beli gharar karena hadiah (barang yang dibeli) tidak jelas; bisa jadi berbentuk piring, gelas, sendok, baju

kaos, dan sebagainya. Karena hadiah bentuk ini termasuk jual beli gharar, hukumnya pun haram. Selain mengandung gharar, cara ini juga dapat merugikan pedagang lain yang tidak memberikan hadiah promosi, terutama pedagang kecil. Rasulullah هللاىلص bersabda: ل ض ر ر و ل ض ر ار "Tidak boleh melakukan perbuatan yang membuat mudharat bagi orang lain baik permulaan ataupun balasan." (HR Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan oleh al- Albani) Tanggapan: Hadiah yang diberikan tidak diambil dari pembayaran barang karena nilai barang pada saat pembagian hadiah dan pada saat tidak ada hadiah tetap, tidak berubah. Ini berarti bahwa hadiah tidak ditarik harganya dari barang yang dibeli. Adapun cara ini dapat merugikan pedagang lain yang tidak memberikan hadiah maka tidak dapat dibenarkan. Sebab, setiap pedagang memiliki cara tersendiri untuk menarik para pelanggan; mungkin dengan cara mengantar barang ke alamat tanpa ditarik imbalan, atau fasilitas barang yang dibeli dapat dikembalikan dalam tenggang waktu tertentu yang dinamakan khiyar syarat, dan lain-lain. Jadi, hadiah bukanlah satu-satunya cara untuk menarik pembeli.

Sebagaimana khiyar syarat tidak dapat diharamkan karena merugikan pedagang lain yang tidak menggunakannya, hadiah juga tidak dapat diharamkan karena pada dasarnya hadiah hukumnya mubah. رمحه هللا Pendapat kedua: Asy-Syaikh Muhammad al-utsaimin membolehkan pemberian hadiah dengan cara ini. Beliau berkata, "Apabila harga barang yang dijual oleh pedagang yang menjanjikan hadiah untuk pembeli yang nominal belanjanya di atas sekian sama dengan harga yang dijual oleh pedagang lain yang tidak memberikan hadiah maka hukumnya boleh." Pendapat ini didasarkan pada hukum mu'amalat bahwa pada prinsipnya halal, kecuali terdapat hal-hal yang diharamkan. Di dalam pemberian hadiah cara ini tidak terdapat larangan karena hadiah yang diberikan murni hadiah dan tidak mengapa terdapat gharar dalam akad hadiah. 2 Wallahu A'lam, dari tinjauan dalil, pendapat yang membolehkan memberi dan menerima hadiah dengan cara ini lebih kuat. 2 Dr. Khalid al-mushlih, al-hawafizh at-tijariyyah, hlm. 75-92.

HADIAH PROMOSI LANGSUNG Terkadang hadiah yang diberikan oleh pedagang kepada pembeli diikat dengan barang, lalu dijual seharga satu barang dan satunya lagi hadiah, atau diikat tiga barang dan dijual seharga dua barang. Biasanya hadiah seperti ini diiklankan dengan "beli satu dapat dua" atau "beli dua dapat tiga". Cara pemberian hadiah seperti ini, selain untuk menarik pembeli, juga bertujuan mempertahankan harga barang. Terkadang ia juga bertujuan untuk menghabiskan barang yang tersimpan lama di gudang dan telah mendekati masa kedaluwarsa. Pemberian hadiah dengan cara ini hukumnya boleh. Sebab, sekalipun harga hadiah telah dihitung dan dimasukkan ke dalam harga barang yang lain, barang dan harganya jelas tidak terdapat unsur gharar. Dengan demikian, hukum hadiah bentuk ini kembali kepada hukum asal mu'amalat yaitu boleh.

HADIAH YANG DIBERIKAN DENGAN CARA MELENGKAPI GAMBAR, MENGUMPULKAN HURUF ATAU MENGUMPULKAN KEMASAN Terkadang hadiah diberikan dengan cara perusahaan produsen barang memotong gambar mobil menjadi beberapa bagian. Setiap bagian diletakkan ke dalam kemasan barang. Pembeli yang berhasil mengumpulkan seluruh potongan gambar hingga lengkap membentuk gambar mobil berhak mendapat mobil dari perusahaan. Juga terkadang dengan meletakkan huruf-huruf tertentu pada setiap kemasan barang dan pelanggan diminta untuk mengumpulkan hurufhuruf sehingga membentuk kalimat tertentu. Juga terkadang dengan mengumpulkan bungkus kemasan barang yang dijual dalam jumlah tertentu. Hukum membeli barang ini dengan tujuan selain mendapat barang juga mendapat kesempatan untuk mendapatkan hadiah adalah haram. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut ini: 1. Pemberian hadiah dengan cara seperti ini termasuk qimar dan gharar. Karena pembeli barang atau pengguna jasa mengeluarkan uang untuk membeli barang dan potongan gambar. Pada waktu pembelian, dia tidak dapat memastikan apakah akan mendapatkan potongan

gambar yang dicarinya atau tidak. Jika mendapatkan potongan gambar maka ia beruntung dan jika tidak mendapatkannya maka jelas ia rugi. Spekulasi jenis ini termasuk gharar dan qimar yang disepakati oleh para ulama haram hukumnya. Tanggapan: Tujuan utama pembeli pada saat membeli adalah barang. Adapun hadiah hanyalah sebagai pengikut. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa gharar yang terdapat pada akad dengan status pengikut tidak diharamkan, maka membeli barang sambil mendapatkan kesempatan meraih hadiah tidaklah dilarang. Dan juga tidak ada untung rugi dalam hal ini. Karena jika pembeli tidak mendapat potongan gambar ia telah mendapatkan barang dengan harga normal tanpa dirugikan. Dan jika mendapatkan potongan gambar ia telah beruntung dengan mendapatkan barang ditambah keuntungan mendapat hadiah. Jawaban atas tanggapan: Tidak benar tujuan untuk mendapatkan potongan hanya sekadar pengikut, terlebih lagi jika hadiah yang diinginkan bernilai mahal, seperti mobil. Tentu keinginan untuk mendapatkan potongan gambar tidak kalah dengan keinginan untuk mendapatkan barang. Kemudian kegagalannya memperoleh potongan gambar dianggap rugi sekalipun tetap mendapatkan barang, karena telah hilang kesempatan meraih hadiah yang diinginkan.

2. Pemberian hadiah dengan cara ini mengajari masyarakat hidup mubadzir, membeli barang melebihi kebutuhan untuk dia dan keluarganya. Hal ini ia lakukan karena berharap akan menemukan potongan gambar/huruf lainnya pada kemasan yang dibeli berikutnva, semakin banyak ia membeli semakin besar kesempatan untuk memenangkan hadiah. عز وجل Allah telah melarang gaya hidup mubadzir. Allah berfirman: ال م س ر ف ي ي ب إ ن ه ل ت س ر ف وا و ل Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS al- An'am [6]: 141) Allah عز وجل berfirman: و اب ن ي و ال م س ك ح ق ه ال ق ر ب ذ ا و آت إ ن ت ب ذ ير ا. ت ب ذ ر و ل الس ب ي ل ك ف ور ا. ل ر ب ه الش ي ط ا ن و ك ا ن الش ي اط ي إ خ و ا ن ك ان وا ال م ب ذ ر ين Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS al-isra' [17]: 26-27)

Asy-Syaikh al-utsaimin رمحه هللا berkata, "Bentuk lain dari pemberian hadiah, yaitu dengan cara gambar mobil dibagi dua, satu gambar bagian mobil dimasukkan ke dalam salah satu kemasan barang dan potongan gambar lainnya tidak diketahui apakah dimasukkan ke dalam kemasan lain atau tidak sama sekali. Sekalipun dimasukkan ke dalam kemasan barang lain, hukumnya tetap haram. Sebab, pembeli yang membeli satu kemasan lalu mendapatkan gambar salah satu bagian mobil, ia akan terus membeli barang. Ia berharap akan menemukan gambar bagian lainnya dan memenangkan hadiah mobil. Padahal satu kemasan saja sudah mencukupi kebutuhan dia dan keluarganya. Dan kenyataannya, ia tidak menemukan potongan lainnya. Ia telah rugi karena telah mengeluarkan uang yang banyak untuk membeli berkotakkotak barang dan ia tidak mendapatkan yang diinginkan. Ini termasuk gharar (spekulasi) dan membuang-buang harta. Dan hukum perbuatan ini adalah haram." 3 HADIAH UANG TUNAI ATAU EMAS PADA SETIAP PEMBELIAN Di antara trik perusahaan/pedagang untuk meningkatkan penjualan barang adalah dengan memberikan hadiah berupa 3 Dr. Khalid al-mushlih, al-hawafizh at-tijariyyah, hlm. 97-98.

uang tunai atau emas yang terkadang terpisah dengan barang dan terkadang menyatu dalam barang dalam bentuk cincin/koin emas di salah satu kemasan atau uang tunai. Adakalanya hadiah uang tunai atau emas diberikan kepada setiap pembeli, dan adakalanya hanya untuk yang beruntung saja dengan cara produsen mencantumkan pada setiap kemasan bahwa pembeli yang beruntung akan memperoleh sebuah cincin/koin emas sekian gram dalam kemasan barang. Jika uang tunai atau emas diberikan kepada setiap pembeli apa hukum dari hadiah seperti ini? Pemberian hadiah serupa ini dapat ditakhrij dengan permasalahan yang dijelaskan dahulu oleh para ahli fiqih dikenal dengan "mud ajwah wa dirham bi dirham" (satu mud kurma ajwah ditambah satu dirham ditukar dengan dua dirham). Para ulama berbeda pendapat dalam hukum mud ajwah wa dirham bi dirham. Pendapat pertama: mud ajwah wa dirham bi dirham hukumnya tidak boleh. Ini merupakan pendapat madzhab Syafi'i dan Hanbali. Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid هللايضر bahwa dalam Perang Khaibar ia membeli kalung emas permata seharga 12 Dinar (uang emas). Lalu ia memisahkan emas dari permata, ternyata

emas kalung lebih berat dari 12 Dinar. Lalu ia memberi tahu Nabi هللا ىلص tentang hal tersebut, maka Nabi هللا ىلص bersabda: ف ص ل ل ت ب اع ح ت ت "Tidak boleh kalung emas permata dijual sebelum dipisah antara emas dan permata." (HR Muslim) Di dalam riwayat lain, Nabi هللاىلص bersabda setelah memerintahkan supaya memisahkan emas dari permata pada kalung: الذ ه ب ب لذ ه ب و ز ن ب و ز ن "Emas ditukar dengan emas, harus sama beratnya." (HR Muslim) Di dalam hadits di atas, Rasulullah هللاىلص melarang menjual suatu barang yang terdiri dari bahan emas dan bahan lainnya هللاىلص dengan emas (uang dinar). Akan tetapi, Nabi memerintahkan agar emas terlebih dahulu dipisah dari benda lainnya. Setelah emas dipisah maka emas ditukar dengan uang dinar (emas) dengan syarat harus sama beratnya serta tunai. Dari kasus ini, tidak boleh menukar mobil beserta hadiah uang tunai dengan uang tunai, karena hukum uang kartal

disamakan dengan emas dan perak. Maka dari itu, berdasarkan hadits ini, uang tunai hadiah ditukar dengan uang tunai pembeli secara langsung dan sama nominalnya dan setelah itu baru dilakukan pembelian mobil. Tanggapan: Dalil ini tidak terlalu tepat untuk hadiah uang tunai, karena di dalam kasus hadits Fudhalah,هلليضر emas yang bersama kalung permata lebih banyak daripada emas harga kalung, berbeda dengan mobil beserta uang tunai (hadiah) ditukar dengan uang tunai, di mana jumlah uang tunai pembeli jauh lebih banyak. Pendapat kedua: Mud ajwah wa dirham bi dirham hukumnya boleh jika emas yang menjadi pembayar lebih banyak daripada emas yang beserta barang. Pendapat ini merupakan madzhab Maliki dan didukung oleh Ibnu Taimiyyah. Dalil pendapat ini bahwa ini adalah jual beli dan hukum :عز وجل asal jual beli boleh berdasarkan firman Allah ا لل ال ب ي ع و أ ح ل Allah telah menghalalkan jual beli. (QS al- Baqarah[2]:275) Hakikat jual beli mobil beserta uang tunai 10 juta rupiah (hadiah) dengan uang tunai 300 juta rupiah adalah: uang

tunai 10 juta rupiah yang merupakan hadiah ditukar dengan uang tunai 10 juta rupiah yang merupakan sebagian dari harga, dan mobil ditukar dengan uang tunai 290 juta rupiah. Ini adalah jual beli yang terpenuhi syarat beserta rukunnya; hukumnya boleh. Juga, dalil dari pendapat ini bahwa Ibnu Umar meriwayatkan dari Nabi هللا ىلص bersabda: عنهما رضي هللا ال م ب ت اع ي ش ت ط أ ن إ ل ب ع ه ل ل ذ ي ف م ال ه م ا ل و ل ه ع ب د ا اب ت ا ع م ن "Barang siapa yang menjual budak dan budak tersebut memiliki harta, maka hartanya milik penjual, kecuali pembeli mensyaratkan (bahwa harta budak menjadi miliknya)" (HR al-bukhari dan Muslim) Di dalam hadits di atas, Nabi هللاىلص tidak memerintahkan untuk memisahkan antara budak dengan hartanya, padahal kemungkinan harta bawaan budak tersebut berbentuk emas/perak, yang ketika ditukar dengan harga uang emas dan perak haruslah mengikuti kaidah sharf agar tidak terjadi riba ba'i. Ketiadaan perintah Nabi هللاىلص untuk memisah antara budak dengan harta bawaannya dikarenakan status harta hanyalah sebagai pengikut, sedangkan tujuan objek jual beli adalah budak. Oleh karena itu, menjual mobil yang merupakan

tujuan dari akad ditambah dengan uang tunai ditukar dengan uang tunai hukumnya boleh karena uang tunai hadiah hanyalah sebagai pengikut dalam akad jual beli mobil dan bukan tujuan. Wallahu A'lam, pendapat kedua yang membolehkan pemberian hadiah dalam bentuk uang tunai atau emas hukumnya boleh. HADIAH EMAS ATAU UANG TUNAI PADA SEBAGIAN BARANG Jika hadiah uang tunai atau emas dengan cara emas atau uang tunai diselipkan pada sebagian kemasan dan diberitahukan bahwa jika beruntung pembeli akan mendapat uang tunai atau emas, maka orang-orang akan membeli barang sebanyak mungkin. Mereka berharap akan mendapatkan emas di dalam kemasan, selain juga mendapatkan barang yang dibeli. Hukum pemberian dan menerima hadiah dengan cara ini diharamkan, berdasarkan dalil-dalil berikut: 1. Hal ini termasuk qimar dan gharar, karena pembeli saat membeli kemasan barang selain bertujuan mendapatkan barang juga bertujuan mendapatkan emas.

Dan pada saat transaksi pembelian dilakukan ia tidak tahu apakah emas yang diinginkannya ada pada kemasan yang dibeli atau tidak? Ini dinamakan ba'i gharar (barang tidak jelas keberadaannya). Jika ternyata tidak ada emas di dalam kemasan maka ia rugi dan jika ada maka ia beruntung. Spekulasi ini dinamakan qimar (judi). Qimar dan gharar hukumnya haram. 2. Hadiah dengan cara ini juga mengajari masyarakat hidup boros. Mereka akan membeli barang melebihi kebutuhan dengan tujuan mendapatkan emas yang ada pada kemasan. 4 PENUTUP Demikianlah paparan singkat ini kami sampaikan, semoga hadiah yang kita peroleh dan yang kita berikan berbuah pahala, bukan malah menuai murka. Dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. [] 4 Dr. Khalid al-mushlih, al-hawafizh at-tijariyyah, hlm. 113-115