KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASA AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASE AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

ADSORPSI LIMBAH URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG NANGGULAN

PENGARUH SENYAWA PENGOTOR Ca DAN Mg PADA EFISIENSI PENURUNAN KADAR U DALAM AIR LIMBAH

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) 2 HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

PENGARUH ph UMPAN LIMBAH CAIR Sr-90 TERHADAP ADSORBEN BREKSI BATU APUNG

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

KARAKTERISASI KADAR ZAT PADAT DALAM EFLUEN PADA PROSES SORBSI LIMBAH B3 CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KAnAN PENGARUH PENAMBAHAN PASm PADA ZEOLIT UNTUK MENJERAP NUKLmA URANIUM DALAM LIMBAH RADIOAKTIF FASE AIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

ION EXCHANGE DASAR TEORI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

No Penghasil Limbah Radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang mempunyai kewajiban mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah sebelum diser

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

BAB 1 PENDAHULUAN. bengkel, rumah sakit, pasar, perusahaan berpotensi besar menghasilkan limbah

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

KAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 03: Batuan & Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR CHROM DALAM LIMBAH CAIR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Bab III Metodologi Penelitian

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sifat fisika air. Air O. Rumus molekul kg/m 3, liquid 917 kg/m 3, solid. Kerapatan pada fasa. 100 C ( K) (212ºF) 0 0 C pada 1 atm

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

KAJIAN PEMAKAIAN FERRO SULFAT PADA PENGOLAHAN LIMBAH CHROM

OPTIMALISASI DEKONTAMINASI LIMBAH RADIOAKTIF HASIL DEKOMISIONING FASILITAS NUKLIR. Gatot Sumartono Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Warna Tekstur Tanah Struktur Tanah Konsistensi Pori

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN

4 Hasil dan Pembahasan

KARAKTERISTIK FISIK CAMPURAN BATU BATA DENGAN MEMANFAATKAN ABU SISA PEMBAKARAN LIMBAH KAYU Oleh : I Made Nada. Ida Bagus Suryatmaja.

KARAKTERISASI KAPASITAS TUKAR KATION ZEOLIT UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH B3 CAIR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

89 KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASA AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG M.E. Budiyono dan Sukosrono P3TM BATAN ABSTRAK KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH URANIUM CAIR FASA AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG. Telah dilakukan percobaan penentuan kapasitas serap mineral magnetit terhadap limbah uranium fase air. Percobaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian bahan isi/urug pada penyimpanan limbah radioaktif. Percobaan dilakukan dengan cara memvariasi ukuran butir mineral magnetit dan ph. Ukuran butir divariasi dari 10/20-100/120 mesh, sedangkan ph limbah divariasi dari 4-10. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu hasil,yang paling baik adalah magnetik dengan ukuran butir 100/120 mesh, ph 7 mempunyai kecepatan perembesan 2,73.10-1 cm 3 /s, koefisien permebilitas 3,89 10-1 cm/s, porositas 17,21 faktor dekontaminasi 25,62, kapasitas serap 23,75 grek/g dan fraksi terserap 67,24 %. ABSTRACT STUDY OF CAPACITY OF SORPTION OF THE MAGNETITE MINERAL TO URANIUM LIQUID WASTES USING AS A LANDFILL MATERIALL. The experimental investigation on soprtion capacity of magnetic mineral to uranium liquid wastes has been done. The aim of the experiment was to find data which was needed in the research of landfill materiall for storage of radioactive wastes. The investigated parameters were the grain size of magnetite and ph of uranium of radioactive wastes. The grain size was varied from 10/20 to 100/120 mesh and the ph was varied from 4 to 10. The conclusions that could be drawn from this research were that the best result of the grain size of magnetite was 100/120 mesh and the ph was 7, rate of diffusion was 2,73 cm 3 /s, permeability coefficient was 3,89 cm/s, porocity was 17,21, decontamination factor 25,62 capacity of soprtion was 23,75 grek/gram, fraction of sorption was 67,24 %. PENDAHULUAN Berbagai tahapan pengelolaan limbah radioaktif meliputi pengolahan awal, pengolahan, penyimpanan dan pemantauan. Pengolahan awal meliputi : perlakuan administrasi, pengumpulan /pengangkutan, sortir, pengelompokan, reduksi ukuran (untuk limbah padat), pewadahan, pemantauan dan pengolahan awal lainnya. Pengolahan limbah radioaktif dilakukan sesuai jenis limbahnya untuk limbah gas diolah ditempat proses dengan sistem ventilasi sedang untuk limbah cair dengan cara pengolahan kimia, evaporasi, penukar ion dan immobilisasi, untuk limbah padat dengan sistem kompaksi, insenerasi/pembakaran, distruksi kimia, metal melting proses, dekontaminasi, microwave melting proses, immobilisasi, dll (1). Untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya pelindian radionuklida akibat kerusakan kemasan limbah dalam penyimpanan sementara atau pembuangan akhir perlu diberikan bahan penahan atau bahan isi/urug ( landfill materiall ) diantara kemasan limbah (2,3). Dengan demikian bahan isi akan menyerap nuklida bila terjadi pelindian sehingga tidak mencemari lingkungan. Sebagai bahan isi atau bahan urug dapat digunakan adalah bentonit, magnetit, pasir kuarsa dan lain-lainnya. Pada umumnya digunakan campuran dari bahan-bahan tersebut (4). Magnetit yang dikenal sebagai mineral alam yang mengandung unsur dominan Fe 3 O 4, merupakan sedimen lapukan dan letakan dari batuan induk yang bersifat granitik atau pun rombakan dari urat-urat kristal disebut kristalin. Tidak seperti bahan amorf yang lain, magnetit memiliki pore yang unik, seragam dengan ukuran celah sebesar (3-8 A), yang dapat dimasuki ion atau molekul polar sekaligus secara selektif yang ada di sekitarnya. Adanya sangkar intrakristal dan struktur rongganya pada magnetit

90 ISSN 0216 3128 M.E. Budiyono, dkk. menyebabkan magnetit banyak dipakai sebagai katalis heterogen. (5) Mengingat fungsi bahan isi/urug adalah sebagai penyerap nuklida yang terlindi, maka bahan isi tersebut perlu diketahui permeabilitas, porositas, koefisien distribusi, kecepatan alir, kecepatan migrasi, kecepatan serap dan faktor dekontaminasi dari bahan isi/urug tersebut. Ketentuan yang dapat digunakan sebagai bahan isi atau bahan urug antara lain adalah dapat mengurangi/menghambat radionuklida dan dapat menaikan daya isolasi, dapat menjaga keutuhan bahan pengungkung akibat dari perubahan cuaca, benturan atau gempa dan lainnya. Perlu diketahui bahwa limbah radioaktif cair yang mengandung unsur uranium berasal dari rangkaian pembuatan bahan bakar nuklir. Seperti misalnya uranium, yang mempunyai umur paro yang sangat panjang hingga 10 10 tahun, Perbedaan energi ikatan antara 5f dan 6d adalah sangat kecil, dan U dengan konfigurasi elektron 5f 3 6s 2 6p 6 6d 1 7s 2. Orbital elektron terluarnya terletak pada orbital 5f, hal ini sangat penting karena sangat mempengaruhi sifat kimianya dalam pembentukan kompleks. Jari-jari ion U 3+, U 4+ 2+, dan UO 2 adalah 1,05 A, 0,93 A dan 0,83 A hal ini dikarenakan bertambahnya muatan. Sifat kimia Uranium secara mendasar adalah terhidrolisanya U 4+ pada ph rendah.. Membentuk senyawa kompleks ionik atau netral. Bilangan oksidasi VI lebih 2+ sering dalam bentuk UO 2. Dismutasi U(V) terbentuk U(IV) dan U(VI). Kelarutan yang luar biasa dari uranil nitrat dalam beberapa senyawa organik. (4) Magnetit dapat digunakan sebagai bahan isi atau bahan urug perlu diketahui harga koefisien permeabilitas yaitu kapasitas tanah untuk dilalui air. Nilai permeabilitas tanah dipengaruhi tingkat kebasahan, tekstur, struktur, bentuk dan susunan pori tanah, Untuk nilai koefisien permeabilitas yang besar maka nilai pelepasan spesifiknya juga besar, sedang untuk tanah liat mempunyai nilai sangat kecil (5,6). Dari data pustaka dan teori yang menyangkut bahan isi atau bahan urug, maka magnetit dapat digunakan untuk menyerap limbah uranium fase air yang nantinya bahwa magnetit dapat digunakan sebagai bahan isi atau bahan urug, sehingga keselamatan lingkungan dapat terjamin dari cemaran limbah radioaktif uranium fase air, yang mendukung tahapan pengelolaan limbah radioaktif secara keseluruhan. TATA PERCOBAAN Bahan Yang Digunakan Limbah radioaktif uranium fase air, magnetit, aquades, dan lain-lain. Peralatan Yang Digunakan Kolom gelas, timbangan analitik, pompa dosis, piranti gelas, stop watch, alat cacah alpha ORTEC, dan lain-lain. Cara Kerja Percobaan penentuan kapasitas manetit. Mula-mula ditimbang 5 gram magnetit ukuran butir 100/120 mesh, kemudian disiapkan 2 kolom gelas, gelas 1 untuk tempat magnetit dan gelas 2 untuk tempat limbah. Selanjutnya dimasukkan magnetit pada kolom gelas 1, diukur diameter dan tinggi magnetit dalam kolom. Percobaan selanjutnya dimasukkan limbah pada kolom gelas 2, diukur diameter dan tinggi limbah dalam kolom. Secara perlahan limbah uranium dialirkan ke dalam magnetitpada kolom gelas 1, diamati dan dicatat volume limbah dan waktu yang dibutuhkan untuk membasahi magnetit sampai batas bawah. Limbah yang telah lewat magnetit pada tetesan pertama diambil dan dicacah dengan alat alat cacah alpha. Selanjutnya limbah ditampung sampai volume total 5 ml sambil diamati dan dicatat waktu yang diperlukan dan dianalisa. Percobaan diteruskan tiap pertambahan volume 5 ml diamati dan dicatat waktu dan volumenya serta sampel diambil dan dianalisa. Percobaan dihentikan setelah konsentrasi uranium dalam limbah pada volume tertampung tertentu sama dengan konsentrasi uranium dalam limbah awal. Setelah percobaan selesai magnetit yang telah dipakai dikeluarkan bertahap dibagi tiga dimulai dari lapisan magnetit paling atas sampai magnetit paling bawah, kemudian dikeringkan dan dicacah. Dengan cara yang sama ukuran butir divarasi dari 10/20-100/120 sedangkan ph limbah divariasi dari 4-10. Dari data-data tersebut dihitung porositas, permeabilitas, kecepatan serap/perembesan, kecepatan lolos, faktor dekontaminasi dan kapasitas serapnya dengan rumus sbb. Penetapan permeabilitas menggunakan cara yang dikemukakan oleh De Boodt(1967) berdasarkan hukum Darcy (6). Tli = L/V (1) Tli = waktu limbah lolos sampai batas bawah (s)

91 V = kecepatan perembesan (cm/s) L = panjang sampel (cm) Vi = VLt / TLt (2) Vlt = volume limbah tertampung pada waktu t (cm 3 ) Tlt = waktu limbah tertampung pada waktu t (s) Vi = kecepatan lolos (cm 3 /s) K = Q.l / A.H (3) K = koefisien permeabilitas (cm/s) Q = debit aliran (cm 3 /s) H = tinggi limbah (cm) F = K.H/ V.L (4) F = porositas FD = Ao / At (5) FD = faktor dekontaminasi Ao = aktivitas awal At = aktivitas pada t tertentu Ks = (Ca-Ct) / g (6) Ks = kapasitas serap (grek/gram) Ca = konsentrasi awal (gram/l) Ct = konsentrasi setelah perlakuan (gram/l) = (Ca-Ct) / Ca x 100 % (7) HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil percobaan dan pengamatan disajikan pada Tabel 1, 2, 3 dan 4 Tabel 1. Data pengaruh ukuran butir magnetit terhadap porositas, permeabilitas, kecepatan rap/perembesan, kecepatan lolos, faktor dekontaminasi, kapasitas serapnya dan fraksi serapnya. No. Ukuran butir V.10-1 K.10-1 (mesh) (cm 3 /dt) (cm/dt) f.10-1 FD 1. 10/20 2,16 3,79 2,26 4,56 9,15 71,93 2. 20/40 1,77 4,71 4,51 11,10 12,53 77,95 3. 40/60 2,08 4,61 6,00 11,10 13,75 78,95 4. 60/80 1,87 6,42 9,71 10,09 14,34 84,84 5. 80/100 1,46 6,68 10,95 22,20 20,28 85,62 6. 100/120 0,97 5,51 15,14 25,62 23,75 87,24 V = kecepatan perembesan(cm/s) FD = faktor dekontaminasi K = koefisien permeabilitas(cm/s) Ks = kapasitas serap(grek/gram) F = porositas Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa secara umum ukuran butir berpengaruh pada parameter yang diamati. Kecepatan perembesan dan permeabilitas menurun untuk ukuran butir mineral yang semakin kecil. Sedangkan untuk porositas, harga faktor dekontaminasi, kapasitas serap dan fraksi serap naik untuk ukuran butir yang semakin kecil. Hal ini disebabkan semakin kecilnya ukuran butir total luas permukaan Tabel 2. semakin besar, sehingga luas permukaan untuk kontak antara mineral dengan limbah semakin besar yang selanjutnya akan mempengaruhi harga dari porositas, faktor dekontaminasi, kapasitas serap dan fraksi terserap. Semakin kecilnya ukuran butir juga mempersempit jarak antar mineral, sehingga lolosnya limbah semakin lambat. Data pengaruh ph limbah terhadap porositas, permeabilitas, kecepatan serap /perembesan, kecepatan lolos, faktor dekontaminasi, kapasitas serapnya dan fraksi serapnya( ukuran butir magnetik mesh 100/120 mesh) No. ph V.10-1 K.10-1 (cm3/dt) (cm/dt) f. 10-1 FD 1. 4 2,31 2,52 1,16 24,24 20,20 86,32 2. 5 1,87 3,31 1,54 25,22 23,54 88,48 3. 6 1,93 3,69 1,69 25,23 22,60 87,02 4. 7 2,73 3,89 1,78 25,62 23,75 87,24 5. 8 1,89 4,18 2,01 25,22 23,10 87,62 6. 9 2,28 4,66 2,13 24,88 22,46 86,74 7. 10 2,25 4,86 2,13 25,87 22,78 87,68 V = kecepatan perembesan(cm/s) FD = faktor dekontaminasi K = koefisien permeabilitas(cm/s) Ks = kapasitas serap(grek/gram) F = porositas

92 ISSN 0216 3128 M.E. Budiyono, dkk. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara umum ph limbah tidak banyak berpengaruh pada parameter yang diamati. Namun untuk ph 7 nilai parameter yang diamati agak tinggi dibanding yang lain. Hal ini dimungkinkan adanya ph semakin rendah maupun semakin tinggi kerusakan terhadap mineral semakin tinggi sehingga akan menurunkan nilai parameter yang diamati. Tabel 3. Data kapasitas serap dan fraksi serap magnetit untuk komposisi berbagai lapisan dengan ukuran butir yang bervariasi. No. Ukuran Tinggi Lapisan ke 1 Lapisan ke 2 Lapisan ke3 butir (atas) (tengah) (bawah) Mineral Ks.10 (mesh) (cm) (grek/gr 1. 10/20 1,59 42,42 87,00 4,24 9,09 2,09 4,29 2. 20/40 1,41 39,78 86,17 4,32 33,86 2,06 4,46 3. 40/60 1,21 48,32 43,96 3,71 32,85 2,44 22,23 4. 60/80 1,12 33,35 41,44 2,64 33,86 2,07 25,70 5. 80/100 1,08 37,98 43,09 3,14 32,85 1,87 21,23 6. 100/120 1,02 33,37 55,17 1,39 35,67 1,32 21,23 Ks = kapasitas serap(grek/gram) Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara umum ukuran butir berpengaruh pada kapasitas serap dan fraksi serap lapisan mineral yang dilewati limbah uranium, semakin kecil ukuran butir uranium yang terserap semakin besar. Untuk semua ukuran butir lapisan paling atas limbah uranium yang terserap lebih besar dibanding lapisan di bawahnya, semakin tinggi limbah uranium yang terserap semakin tinggi pula kapasitas serap dan fraksi serapnya. Tabel 4. Data kapasitas serap dan fraksi serap magnetit untuk komposisi berbagai lapisan dengan ph limbah yang bervariasi. No. ph Lapisan ke 1 (atas) Lapisan ke 2 (tengah) Lapisan ke3 (bawah) 1. 4 13,00 51,67 8,31 35,13 3,30 13,08 2. 5 6,80 54,58 3,54 28,29 2,14 17,15 3. 6 101,22 61,28 59,52 36,01 4,53 2,77 4. 7 8,40 54,95 5,40 35,03 1,51 9,86 5. 8 73,28 56,24 48,6 38,67 3,92 3,07 6. 9 5,24 45,55 2,8 24,92 3,42 29,86 7. 10 5,87 58,69 2,7 26,75 1,54 14,98 Ks = kapasitas serap(grek/gram) Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa seperti halnya data pada tabel 2 secara umum ph limbah tidak banyak berpengaruh pada parameter yang diamati. Namun untuk untuk ph 7 nilai parameter yang diamati paling tinggi dibanding yang lain. Lapisan paling atas limbah uranium yang terserap lebih besar dibanding lapisan di bawahnya, semakin tinggi limbah uranium yang terserap semakin tinggi pula kapasitas serap dan fraksi serapnya. KESIMPULAN Dari data percobaan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kuran butir berpengaruh pada parameter yang diamati. Kecepatan perembesan dan permeabilitas menurun untuk ukuran butir mineral yang semakin besar. Sedang untuk porositas, harga faktor dekontaminasi, kapasitas serap dan fraksi serap meninggi untuk ukuran butir yang semakin kecil. Sedangkan ph limbah tidak banyak berpengaruh pada parameter yang diamati, namun untuk untuk ph 7 nilai parameter yang diamati paling

93 tinggi dibanding yang lain. Untuk semua ukuran butir lapisan paling atas limbah uranium yang terserap lebih besar dibanding lapisan di bawahnya. Hasil yang paling baik yang dicapai pada percobaan ini adalah pasir kuarsa ukuran butir 100/120 mesh, ph 7 mempunyai kecepatan perembesan 2,73.10-1 cm 3 /s, koefisien permebilitas 3,89. 10-1 cm/s, porositas 17,21 faktor dekontaminasi 25,62, kapasitas serap 23,75 grek/g dan fraksi terserap 67,24 %. DAFTAR PUSTAKA 1. WASITO, Pengolahan Limbah Radioaktif Padat Aktivitas Rendah dan Sedang, PTPLR BATAN, 1992. 2. SUKARMAN A., dkk. Sementasi Hasil Olah Kimia Limbah Uranium, Prosiding PPI Penelitian Dasar Iptek Nuklir, PPNY- BATAN, Yogyakarta 1992. 3. SUPARDI, dkk., Pengaruh Komposisi Bahan Isi Untuk Penyimpanan Limbah Radioaktif, Prosiding PPI Penelitian Dasar Iptek Nuklir, PPNY-BATAN, Yogyakarta 1992. 4. BUDIYONO, ME., dkk., Mempelajari Sifat Sorpsi Campuran Pasir Kuarsa, Magnetik dan Bentonit Terhadap Nuklida Sr-90 Sebagai Back Fill Material. Prosiding PPI Penelitian Dasar Iptek Nuklir, PPNY- BATAN, Yogyakarta 1992. 5. MUHAMMAD YUSUF, Mengenal Bentonit dan Kaolin, BEB, Januari/Frebuari 1992. 6. SOEKODARMODJO. S., dkk, Panduan Analisis Fisika Tanah, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.1989. TANYA JAWAB Mulyono Daryoko Mengapa Anda memakai mineral lokal magnetit untuk bahan urug terhadap limbah radioaktif uranium fase air, mohon dijelaskan! Mohon dapat dijelaskan bahwa ukuran butir dapat mempengaruhi kapasitas serapnya! M.E. Budiyono Mineral magnetit dapat digunakan sebagai bahan urug dikarenakan bahan mineral magnetit tersebut tahan terhadap panas, radiasi dan gempa dan mempunyai kapasitas serap yang relatif lebih baik. Memang benar bahwa ukuran butir dapat mempengaruhi kapasitas serapnya, dapat dilihat di dalam Tabel 1 dan 3. Yusuf Nampira Bagaimana cara menentukan kapasitas serap dari magnetit terhadap limbah radioaktif uranium? Bagaimana cara analisis limbah radioaktif uranium tersebut? M.E. Budiyono Dengan menggunakan persamaan (6) di dalam makalah yaitu Ks = (Ca Ct) / g. Ca = konsentrasi awal, Ct = konsentrasi setelah lewat sampai jenuh, g = berat magnetit, Ks = kapasitas serap. Analisis limbah radioaktif uranium fase air menggunakan alat cacah alpha.