BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam segala sisi kehidupannya memiliki tingkat kebutuhan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam segala sisi kehidupannya memiliki tingkat kebutuhan yang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

STRATEGI PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH UNTUK PENINGKATAN PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. subur, namun kenyataannya Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Produksi Beras Berdasarkan Pengelolaan Faktor Produksi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Arah Masa Depan Kondisi Sumberdaya Pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

I. PENDAHULUAN. produktivitas dan kualitas hasil pertanian antara lain adalah pupuk.

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

PANEN RAYA: UPAYA MENINGKATAKAN MOTIVASI PETANI PADI MENUJU KETAHANAN PANGAN DI DESA MUARA KIBUL KECAMATAN TABIR BARAT KABUPATEN MERANGIN

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara ( )

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

POLICY INFORMASI. Sub Bidang Analisis Dampak Kependudukan Tahun 2015 KEMISKINAN KULTURAL DI KALIMANTAN TENGAH DAN KELUARGA BERENCANA

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

BAB I PENDAHULUAN. pangan di mata dunia. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam segala sisi kehidupannya memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Namun, untuk masalah kebutuhan yang esensial dan harus dipenuhi untuk dapat hidup yang layak dan semestinya, jenis kebutuhan yang diinginkan manusia umumnya sama, yaitu kebutuhan pangan (makan dan minum), sandang (pakaian), dan papan (tempat berteduh). Diantara beberapa kebutuhan yang esensial tersebut, pangan adalah salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam takaran tertentu agar seseorang dapat hidup secara layak. Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan (BAPPENAS, 2011). Salah satu sumber pangan hayati penduduk yang utama, khususnya di Indonesa adalah beras. beras masih merupakan komoditi yang terus menjadi pangan pokok yang berada pada urutan teratas dalam menu konsumsi penduduk Indonesia secara umum. Konsumsi faktual rata-rata beras di Indonesia masih terbilang sangat tinggi daripada konsumsi normatif yang dianjurkan. Konsumsi rata-rata beras nasional yakni 139 kilogram per kapita per 1

2 tahun melebihi negara tetangga, yaitu Thailand yang hanya mencapai 65 kilogram per kapita per tahun dan Malaysia yang hanya mencapai 75 kilogram per kapita per tahun (Wiryawan, 2011). Tingginya rata-rata konsumsi beras penduduk Indonesia tersebut mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan pangan beras yang cukup tinggi dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Ditambah lagi 95% dari total penduduk Indonesia masih mengutamakan beras sebagai pemuncak menu makanan sehari-hari (Nurmala, 2012). Sumber pangan hayati berupa beras diperoleh dari pertanian padi. Pengelolaan pertanian padi oleh petani sebagai penyokong utama ketersediaan pangan beras harus tetap diupayakan pada kondisi produktifitas yang tinggi agar dapat memberikan hasil produksi beras yang mampu mendukung kebutuhan beras penduduk. Produksi bahan pangan terutama bahan makanan pokok seperti beras memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang masih membutuhkan beras sebagai konsumsi penghasil karbohidrat seharihari. Oleh karena itu, perencanaan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi bahan makanan pokok seperti beras merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan pokok beras tersebut. Perencanaan peningkatan produksi beras tersebut tidaklah sematamata untuk memenuhi konsumsi penduduk yang sudah terkontaminasi dengan perilaku konsumsi yang boros beras (konsumsi faktual), namun peningkatan produksi beras harus lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan padi-padian masyarakat sesuai dengan nilai normatif yang disarankan untuk dapat hidup

3 secara layak sesuai dengan Misi Ketahanan Pangan Nasional 2015, yakni sebesar 275 gram per kapita per hari atau 100,4 kilogram per kapita per tahun. Sebagai negara agraria yang masih memiliki banyak kegiatan pertanian khususnya pertanian padi, Indonesia masih sangat mungkin untuk mencapai swasembada kembali tetapi yang menjadi masalah adalah masih terjadinya tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras. Achmad (dalam Triyanto, 2006) menjelaskan ada empat masalah yang berkaitan dengan kondisi perberasan di Indonesia, (1) rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha, (2) sekitar tujuh puluh persen petani padi termasuk golongan masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, (3) hampir seluruh petani padi adalah net konsumer beras dan (4) rata-rata pendapatan dari usaha tani padi hanya sebesar tiga puluh persen dari total pendapatan keluarga. Dengan kondisi ini pemerintah selalu dihadapkan pada posisi sulit, satu sisi pemerintah harus menyediakan beras dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, dan disisi lain pemerintah harus melindungi petani produsen dan menjaga ketersediaan secara cukup. Kebutuhan masyarakat akan beras seseharusnya diimbangi dengan peningkatan hasil produksi beras melalui optimalisasi pengelolaan faktor-faktor produksi termasuk teknologi pertanian padi sebagai penghasil beras. Namun dilain pihak, upaya peningkatan hasil produksi saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi/alih fungsi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produktifitas.

4 Salah satu wilayah di Indonesia yang memiiki potensi untuk meningkatkan produksi bahan pangan berupa beras adalah Kabupaten Langkat di Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat 2010 mencatat pada tahun 2009, pada tahun 2006 produksi padi sawah meningkat dari 432.451 ton menjadi 468.322 ton, sama halnya dengan luas panen pada tahun 2006 dari 80.167 ha menjadi 85.227 ha pada tahun 2009, sedangkan padi ladang pada tahun 2009 juga mengalami peningkatan dari produksi 810 ton pada tahun 2006 menjadi 1.460 ton pada tahun 2009 dan begitu juga dengan luas panen dari 296 ha pada tahun 2006 menjadi 524 ha pada tahun 2009 (Langkat Dalam Angka 2011). Namun, Kondisi pertumbuhan produksi padi tahun 2011 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010, yakni sebesar 14,54 persen (Statistik Daerah Langkat 2012). Salah satu Kecamatan di Kabupaten Langkat yang menjadi basis pertanian padi adalah Kecamatan Gebang. Kecamatan Gebang merupakan Kecamatan yang secara administratif berada dalam naungan pemerintah Kabupaten Langkat. Kecamatan Gebang secara astronomis terletak pada 03 4 11-0 53 55 pada lintang Utara dan 98 26 00-98 12 37" pada bujur Timur dengan ketinggian ratarata 5 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Gebang yang memiliki luas 178,4 km2 adalah Kecamatan yang memiliki potensi pertanian terutama pertanian bahan pangan beras di Kabupaten Langkat. Potensi pangan beras dari padi pada tahun 2011 di Kecamatan Gebang mencapai 33.519 ton (24.922 ton beras) dengan luas lahan panen seluas 6.086 ha atau masa panen pertama (antarasumut.com). Dengan jumlah panen tersebut diharapkan hasil produksi padi di Gebang dapat

5 mendukung pemenuhan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Gebang pada tahun 2010 tercatat sebanyak 51.829 jiwa (Gebang Dalam Angka 2011). Meningkatkan produksi beras melalui optimalisasi pengelolaan faktorfaktor produksi termasuk teknologi dalam pertanian padi oleh petani merupakan salah satu langkah yang harus tetap diupayakan untuk menjaga hasil produksi terlebih lagi dengan kondisi alihfungsi yang masih terus berjalan akibat pertumbuhan dan pertambahan penduduk yang memberikan dampak ganda. Satu sisi peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah kebutuhan pangan termasuk beras, di sisi lain peningkatan jumlah penduduk juga akan berdampak pada besarnya permintaan lahan yang akan digunakan untuk keperluan non pertanian yang pada akhirnya mengakibatkan berkurangnya luas lahan pertanian. Tidak akan terbantahkan lagi jika luas lahan pertanian berkurang maka produksi juga akan berkurang terlebih jika pengelolaan faktor produksi belum optimal. Dalam konteks swasembada beras, hal yang menjadi patokan utama bagi Kecamatan Gebang adalah bagaimana perimbangan antara hasil produksi dan konsumsi. Satu sisi pengelolaan produksi oleh petani meliputi semua faktornya termasuk teknologi akan berpengaruh terhadap hasil produksi beras yang dihasilkan Kecamatan Gebang untuk memposisikan diri sebagai suatu wilayah yang memiliki potensi produksi beras yang mencukupi. Di sisi lain, tingkat kebutuhan beras penduduk juga merupakan hal yang sangat mempengaruhi apakah suatu daerah masih dapat dikatakan sebagai daerah yang berpotensi untuk berswasembada atau bahkan masuk dalam zona defisit bahan pangan beras

6 sehingga pada akhirnya menjadi daerah yang bergantung pada ketersediaan pasokan dari daerah lain. Bukan mudah bagi Kecamatan Gebang untuk tetap menjadi daerah yang mandiri dalam pemenuhan kebutuhan domestik sesuai dengan peraturan menteri pertanian yang menetapkan kondisi swasembada apabila skor dari rasio antara kebutuhan dan ketersediaan berkisar antara > 1.00 1.14. Artinya dalam mencapai status swasembada pangan di suatu daerah khususnya swasembada beras, maka daerah tersebut harus memenuhi kebutuhan beras masyarakat dari hasil produksi lokal setidaknya seimbang dengan kebutuhan beras masyarakat atau 1,14 kali lebih banyak ketersediaannya dibandingkan dengan kebutuhan beras penduduk. Peningkatan produksi melalui optimalisasi faktor-faktor produksi termasuk teknologi oleh petani dan pemenuhan kebutuhan beras penduduk berdasarkan pola konsumsi dan kebutuhan normatif berdasarkan pola pangan harapan yang dianjurkan untuk hidup layak merupakan sebuah tantangan bagi Kecamatan Gebang. Komparasi keduanya akan menunjukkan suatu rasio keberimbangan antara hasil produksi dan konsumsi yang pada akhirnya akan menggambarkan apakah Kecamatan Gebang merupakan daerah yang sebenarnya mampu untuk berswasembada beras atau tidak. B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: (1) produksi pangan belum cukup untuk membentuk cadangan pangan yang

7 memenuhi persyaratan status ketahahan pangan yang mantap, (2) pola konsumsi pangan pokok sangat terfokus pada beras, diversifikasi ke arah pangan lokal kurang berkembang, dan perbaikan pola konsumsi ke arah pola pangan harapan berlangsung lambat serta tingginya konsumsi faktual beras (3) rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha, (4) sekitar 70% petani padi termasuk golongan masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, (5) hampir seluruh petani padi adalah net konsumer beras (6) rata-rata pendapatan dari usaha tani padi hanya sebesar 30% dari total pendapatan keluarga, (7) upaya peningkatan produksi beras saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi/alih fungsi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produktifitas, (8) rendahnya produktifitas karena belum optimalnya pengelolaan produksi meliputi faktor produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja, serta teknologi sehingga berdampak pada kondisi hasil produksi (9) pertumbuhan dan pertambahan penduduk di Gebang yang meningkat akan berdampak langsung pada peningkatan kebutuhan akan pangan beras dan swasembada kewilayah lainnya. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya cakupan masalah yang ada dalam penelitian ini yang telah diuraikan sebelumnya pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan juga agar permasalahan yang

8 akan diteliti menjadi jelas dan terarah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya menyangkut: (1) produksi beras melalui optimalisasi pengelolaan faktor produksi (faktor produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan Gebang, (2) pola konsumsi dan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Gebang, dan (3) mampukah Kecamatan Gebang berswasembada beras. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi (faktor produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan Gebang? 2. Bagaimana konsumsi dan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan gebang? 3. Apakah Kecamatan Gebang mampu berswasembada? E. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi (faktor produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan Gebang; 2. Pola konsumsi dan kebutuhan beras di Kecamatan Gebang; dan 3. Kecamatan Gebang mampu berswasembada beras.

9 F. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini nantinya diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa Sebagai media untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan dan dalam rangka memperkaya wawasan ilmiah 2. Bagi Daerah Penelitian Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah penelitian dalam hal pembangunan pertanian mengenai hasil produksi pertanian yang dipengaruhi oleh luasan lahan dan pengelolaan yang menggambarkan produktifitasnya, kemudian sebagai masukan untuk ketahanan pangan terkait dengan pertumbuhan pola konsumsi penduduk agar menjadi bahan dalam kebijakan di masa yang akan datang menuju swasembada. 3. Bagi Pembaca Sebagai bahan referensi bagi seluruh pembaca mengenai pertanian khusunya dalam hal swasembada dan kebutuhan beras penduduk dan sebagai referensi bagi peneliti yang ingin melakukan kegiatan penelitian lanjutan pada lokasi dan waktu yang berbeda.