Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus. AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI KELALAIAN DEBITUR DALAM JUAL BELI TANAH 1 Oleh : Rael Wongkar 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BERAKHIRNYA PERIKATAN

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II MENGENAI PERJANJIAN JUAL BELI YANG DIATUR DALAM BUKU III KUH PERDATA

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBORONGAN KERJA. 1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu; 2. Perjanjian kerja/perburuhan dan;

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI. bahwa salah satu sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian sebab

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN KERJA KARYAWAN PADA RUMAH SAKIT WOODWARD KOTA PALU. Ardy Pramana Putra / D Abstrak

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

Dari rumus diatas kita lihat bahwa unsur- unsur perikatan ada empat, yaitu : 1. hubungan hukum ; 2. kekayaan ; 3. pihak-pihak, dan 4. prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB II HUKUM PERJANJIAN SECARA UMUM. menyalin kedalam bahasa Indonesia, dengan kata lain belum ada kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. para anggota pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA, PERJANJIAN KREDIT, HAK TANGGUNGAN, PEMBUKTIAN, AKTA OTENTIK, DAN LELANG

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH]

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, mereka harus

I. PENDAHULUAN. Jenis surat berharga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. KEWENANGAN PIHAK KETIGA SEBAGAI PENJAMIN DALAM PERJANJIAN KREDIT 1 Oleh : Sarah D. L.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB II PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DAN PENGATURAN HUKUM DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. A. Pengertian Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN UTANG PIUTANG

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

Transkripsi:

AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI KELALAIAN DEBITUR DALAM JUAL BELI TANAH 1 Oleh : Rael Wongkar 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akibat hukum yang timbul dari kelalaian debitur dalam suatu jual beli tanahdan bagaimanakah cara debitur melakukan penyelesaian terhadap wanprestasi yang dilakukannya dalam jual beli tanah, yang dengan metode penelitian hukum normatif disimpulkan bahwa 1. Akibat hukum yang timbul karena kelalaian debitur atau disebut wanprestasi di sini dapat mengakibatkan batalnya suatu jual-beli tanah yang di lakukan, batalnya suatu jual beli tanah ini juga diikuti dengan ganti rugi yang harus dilakukan oleh debitur kepada kreditur. Ganti rugi ini meliputi biaya, kerugian, serta bunga. Tetapi sebelum melakukan ganti rugi tentu saja harus diperingatkan lebih dahulu lewat peringatan tertulis yang harus dilakukan oleh pihak kreditur, peringatan ini dapat dibuat secara resmi maupun tidak resmi. 2. Penyelesaian atas kelalain debitur dalam jual beli tanah tentu saja dapat diselesaikan. Terdapat beberapa cara dalam menyelesaikan wanprestasi yang dilakukan dalam jual beli tanah. Tentu saja penyelesaian yang paling banyak dilakukan yaitu melalui pembayaran. Pembayaran di sini tentu saja harus dilakukan dengan sejumlah uang, selain itu juga harus dilakukan pembayaran atas bunga jika dalam perjanjian jual beli tanah ditentukan demikian, pembayaran juga bukan hanya dapat dilakukan oleh debitur tetapi dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga untuk melakukan ganti rugi kepada pihak kreditur melalui perjanjian atau karena Undang - Undang. Pembayaran juga dapat dilakukan melalui penitipan kepada pihak pihak yang berwenang seperti notaris ataupun seorang juru sita pengadilan bilamana pihak kreditur tidak ingin menerima pembayaran yang dilakukan oleh debitur. Kata kunci: jual beli tanah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanprestasi yang dilakukan debitur biasanya disebabkan olehkelalaiandirinya sendiri bisa juga oleh faktor kesengajaan. Sejak kapan debitur dikatakan dalam keadaan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi? Hal ini perlu dipersoalkan karena wanprestasi itu mempunyai akibat hukum yang penting bagi debitur. Untuk mengetahui sejak kapan debitur itu dalam keadaan wanprestasi perlu diperhatikan apakah dalam perikatan itu ditentukan tenggang pelaksanaan pemenuhan prestasi atau tidak. 3. B. Rumusan Masalah. 1. Apakah akibat hukum yang timbul dari kelalaian debitur dalam suatu jual beli tanah? 2. Bagaimanakah cara debitur melakukan penyelesaian terhadap wanprestasi yang dilakukannya dalam jual beli tanah C. Metedologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan sebagai data Primer, Sekunder dan Tersier. PEMBAHASAN A. Akibat Hukum Yang Timbul Dari Kelalaian Debitur Dalam Jual Beli Tanah. Kelalaian yang dibuat debitur dalam jualbeli tanah merupakan suatu perbuatan melawan hukum. Istilah perbuatan melawan dalam bahasa Belanda disebut dengan onrechtmatigedaad. Sebenarnya istilah perbuatan melawan hukum ini bukanlah salahsatunya istilah yang dapat diambil sebagai terjemahan dari onrechtmatige daad, akan tetapi masih ada istilah lainnya, seperti; 1. Perbuatan yang bertentangan dengan hukum. 2. Perbuatan yang bertentangan dengan asas-asas hukum. 3. Perbuatan yang melanggar hukum. 4. Tindakan melawan hukum. 5. Penyelewangan perdata. 1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : 2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 120711295 3 Abdulkadir Muhammad. Op. Cit. Hal. 21 70

Sebenarnya, semua istilah tersebut pada hakikatnya adalah bersumber dari ketentuan pasal 1365 KUHPerdata yang mengatakan, bahwa tiap perbuatan melawan hukum, yang menimbulkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut. Selanjutnya menurut pasal 1366 KUHPerdata, setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya. 4 Dari ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata ini, dapat diketahui bahwa suatu perbuatan melawan hukum baru dapat dituntut penggantian kerugian apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Perbuatan itu harus melawan hukum Suatu perbuatan adalah merupakan perbuatan melawan hukum apabila berlawanan dengan: a. hak orang lain, atau. b. Kewajiban hukumnya sendiri, atau. c. Kesusilaan yang baik, atau. d. Keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan hidup masyarakat mengenai orang lain atau benda. 2. Perbuatan harus menimbulkan kerugian. Kerugian yang disebabkan oleh karena perbuatan melawan hukum dapat berupa kerugian materiel (dapat dinilai dengan uang) dan kerugian immaterial (tidak dapat dinilai dengan uang). Dengan demikian, kerugian yang ditimbulkan karena perbuatan melawan hukum tidak hanya terbatas pada kerugian yang ditujukan kepada kekayaan harta benda, tetapi juga kerugian yang ditujukan pada tubuh, jiwa, dan kehormatan manusia. 3. Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan. Suatu kesalahan dapat berupa kesengajaan dan kelalaian. Kesengajaan berarti seseorang melakukan suatu perbuatan dan perbuatan itu berniat untuk membuat suatu akibat. Adapun kelalaian berarti seseorang tidak melakukan suatu perbuatan, padahal menurut hukum ia harus berbuat atau melakukan suatu perbuatan. Dengan kata lain dapat disimpulkan, bahwa: a. kesengajaan adalah melakukan suatu perbuatan, di mana dengan perbuatan itu si pelaku menyadari sepenuhnya akan ada akibat dari perbuatan tersebut. b. Kelalaian adalah seseorang tidak melakukan suatu perbuatan, tetapi dengan bersikap demikian pada hakikatnya ia telah melawan hukum, sebab semestinya ia harus berbuat sesuatu atau melakukan suatu perbuatan. Jadi, ia lalai untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sebenarnya wajib melakukan suatu perbuatan. 4. Perbuatan itu harus ada hubungan kausal (sebab-akibat). Hubungan kausual merupakan hubungan sebab-akibat antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian. Hubungan kausal ini tersimpul dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang mengatakan, bahwa perbuatan yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian. Dengan demikian, kerugian itu harus timbul sebagai akibat dari perbuatan seseorang. Jika tidak ada perbuatan (sebabnya), maka tidak ada kerugian (akibatnya). Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa akibat dari suatu perbuatan melawan hukum adalah timbulnya kerugian. Kerugian sebagai akibat perbuatan melawan hukum diharuskan supaya diganti oleh orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian itu atau oleh si pelaku perbuatan melawan hukum. Dengan demikian, Pasal 1365 KUHPerdata mengatur tentang kewajiban bagi si pelaku perbuatan melawan hukum untuk mengganti kerugian yang timbul karenanya di satu pihak dan hak untuk menuntut penggantian kerugian bagi orang yang dirugikan. 5 Tentu saja perbuatan melawan hukum ini memiliki hubungan dengan wanprestasi yang di lakukan oleh pihak debitur dalam jual-beli tanah. Hubungannya karena melahirkan suatu ganti-rugi yang harus dilakukan oleh debitur. Pada umumnya, suatu wanprestasi baru terjadi jika debitur dinyatakan telah lalai untuk memenuhi prestasinya, atau dengan kata lain, wanprestasi ada kalau debitur tidak dapat 4 Simanjuntak. Hukum Perdata Indonesia. Prenadamedia. Jakarta.Hlm. 303-304. 5 Ibid. Hlm. 304-305. 71

membutikan bahwa ia telah melakukan wanprestasi itu diluar kesalahannya atau karena keadaan memaksa. Apabila dalam pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan tenggang waktunya, maka seorang kreditur dipandang perlu untuk memperingatkan/menegur debitur agar ia memenuhi kewajibannya. Teguran ini disebut juga dengan sommatie (somasi). 6 Dalam hal telah ditentukan tenggang waktunya, menurut ketentuan pasal 1238 KUHPerdata debitor dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan. 7 Suatu somasi harus diajukan secara tertulis yang menerangkan apa yang dituntut, atas dasar apa, serta pada saat kapan diharapkan pemenuhan prestasi. Hal ini berguna bagi kreditur apabila ingin menuntut debitur dimuka pengadilan. Dalam gugatan inilah, somasi menjadi alat bukti bahwa debitur betul-betul telah melakukan wanprestasi. 8 Peringatan tertulis dapat dilakukan secara resmi dan dapat juga secara tidak resmi. Peringatan tertulis secara resmi dilakukan melalui pengadilan negeri yang berwenang, yang disebut sommatie. Kemudian, pengadilan negeri dengan juru sita menyampaikan surat peringatan tersebut kepada debitor yang disertai berita acara penyampaiannya. Peringatan tertulis tidak resmi, misalnya, melalui surat tercatat, telegram, faksimile, atau disampaikan sendiri oleh kreditor kepada debitor dengan tanda terima. Surat peringatan ini disebut ingebreke stelling. 9 Struktur pernyataan lalai atau somasi terhadap debitor atau pihak yang mempunyai kewajiban melaksanakan prestasi dalam kontrak tetapi melakukan wanprestasi, terdiri dari: a. Identitas pemberi dan penerima pernyataan lalai atau somasi, mencakup: 1) Nama lengkap. 2) Umur dan tempat tanggal lahir. 3) Pekerjaan 4) Alamat atau domisili. 6 Simajuntak. Op. Cit.. Hlm. 292 7 Abdulkadir Muhammad. Op. Cit.. Hlm. 242 8 Simanjutak. Loc. Cit.. 9 Abdulkadir Muhmmad. Loc. It.. b. Postita/fundamentum petendi/ duduknya perkara (secara singkat) adalah dalil-dalil factual yang bersifat konkrit yang menjelaskan hubungan hukum yang menjadi dasar dan alasan-alasan tuntutan. c. Tuntutan/ petitum (sebagai isi pernyataan lalai atau somasi): 1) Pengosongan (jika objek sengketa tanah atau rumah). 2) Tenggang waktu. 3) Dan lain-lain, sesuai dengan prestasi yang dijanjikan oleh penerima pernyataan lalai atau somasi 10. Setelah peringatan yang diberikan pada pihak debitur maka akan menimbulkan beberapa akibat hukum pihak debitur itu sendiri. Akibat hukum bagi debitor yang telah melakukan wanprestasi adalah hukuman atau sanksi hukum berikut ini: a. Debitor diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor (1243 KUHPerdata). b. Apabila perikatan itu timbal balik, kreditor dapat menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan melalui pengadilan (pasal 1266 KUHPerdata). c. Perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitor sejak terjadi wanprestasi (pasal 1237 ayat (2) KUHPerdata). d. Debitor diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian (pasal 1267 KUHPerdata) e. Debitor wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan dimuka pengadilan negeri dan debitor dinyatakan bersalah. 11 Selain akibat-akibat hukum yang ada diatas, ada juga beberapa alkibat hukum lainnya terhadap suatu perjanjian yang telah dibuat, yaitu: a. Para pihak perjanjian menjadi terikat pada isi perjanjian dan juga kepatutan, kebiasaan dan undang-undang (pasal 1338, 1339 dan 1340 KUHPerdata). b. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik (good faith) (pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata) 10 Muhammad Syaifuddin. Op. Cit.. Hlm. 342-343 11 Abdulkadir Muhammad. Loc. Cit.. 72

c. Kreditur dapat minta pembatalan perbuatan debitur yang merugikan kreditur (Actio Pauliana) pasal 1341 KUHPerdata). 12 Dikarenakan jual-beli tanah juga merupakan perjanjian timbal balik maka jika terjadi suatu wanprestasi yang dilakukan oleh pihak debitor maka dapat dimintakan pembatalan suatu perjanjian oleh kreditor. B. Cara Debitur Melakukan Penyelesaian Terhadap Wanprestasi Yang Dilakukannya Dalam Jual Beli Tanah. Di dalam proses penyelesain wanprestasi yang dilakukan oleh pihak debitur dalam jualbeli tanah memiliki banyak cara, cara cara tersebut bahkan sudah di atur di dalam KUHPerdata. Menurut Pasal 1381 KUHPerdata, Hapusnya suatu perikatan dapat terjadi karena a. Pembayaran b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan. c. Pembaruan utang (novasi). d. Perjumpaan utang (kompensasi). e. Percampuran utang. f. Pembebasan utang. g. Musnahnya barang yang terutang. h. Batal atau Pembatalan i. Berlakunya suatau syarat batal j. Lewat waktu (kedaluwarsa). Disamping 10 hal tersebut, masih ada hal-hal lain mengenai hapusnya perikatan yang tidak disebutkan dalam KUHPerdata, yaitu antara lain: 1. Berakhirnya suatu ketetapan waktu dalam suatu perjanjian. 2. Meninggalnya salah satu pihak dalam perjanjian, misalnya perjanjian maatschap dan perjanjian pemberian kuasa. 3. Meninggalnya orang yang memberi perintah. 4. Karena pernyataan pailit dalam perjanjian maatschap 5. Adanya syarat yang membatalkan perjanjian. 13 Tetapi tidak semua cara di atas di pakai dalam suatu penyelesaian yang akan dilakukan debitur yang telah wanprestasi dalam jual-beli tanah. Tentu saja salah satu cara yang paling banyak dipergunakan adalah pembayaran. Pembayaran yang dilakukan oleh pihak debitur terkadang bukan hanya harga tanah yang di perjanjikan tetapi juga di sertai bunga jika terjadi wanprestasi dikarenakan kelalaian debitur. Setelah Undang - Undang menyebutkan pembayaran sebagai peristiwa yang menghapuskan perikatan, ia tidak memberikan penjelasan apa apa mengenai apa yang dimaksud dengan pembayaran. Kata pembayaran dalam kehidupan sehari hari selalu dikaitkan dengan penyerahan sejumlah uang tertentu atau dengan perkataan lain dikaitkan dengan hutang sejumlah uang. 14 Yang dimakud dengan pembayaran dalam hal ini tidak hanya meliputi penyerahan sejumlah uang, tetapi juga penyerahan suatu benda. Dengan kata lain, perikatan berakhir karena pembayaran dan penyerahan benda. Jadi, dalam hal objek perikatan adalah sejumlah uang, maka perikatan berakhir dengan pembayaran uang. Dalam hal objek perikatan adalah suatu benda, maka perikatan berakhir setelah penyerahan benda. Dalam hal objek perikatan adalah pembayaran uang dan penyerahan benda secara timbal balik, perikatan itu berakhir setelah pembayaran uang dan penyerahan benda. 15 Tentu saja di dalam jual beli tanah yang menjadi objek perikatan adalah pembayaran uang dan penyerahan benda secara timbal balik. Hapusnya perikatan karena pembayaran diatur dalam Pasal 1382 sampai dengan Pasal 1403 KUHPerdata. Yang dimaksud dengan pembayaran adalah pelunasan atau pemenuhan dalam perjanjian. Dalam Pasal 1382 ayat (1) KUHPerdata disebutkan, bahwa tiap-tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa saja yang berkepentingan, seperti seorang yang turut berutang atau seorang penanggung utang. Pembayaran itu sah apabila dilakukan oleh orang yang berhak atau pemilik barang itu dan berkuasa memindahkannya (Pasal 1384 ayat 1 12 Hardijan Rusli. Hukum Perjanjian Indonesia Dan Common Law. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hlm. 108 13 Simanjuntak. Op. Cit.. Hlm. 278-279. 14 J. Satrio. Hukum Perikatan Tentang Hapusnya Perikatan Bagian I. PT Citra Aditya Bakti. Jakarta. Hlm. 9 15 Abdulkadir Muhammad. Op. Cit. Hlm 282. 73

KUHPerdata). Pembayaran itu harus dilakukan kepada kreditur atau orang yang dikuasakannya atau kepada orang yang dikuasakan oleh hakim atau oleh undang undang untuk menerima pembayaran bagi kreditur. Pembayaran kepada orang yang tidak berkuasa menerima adalah sah apabila kreditur telah menyetujuinnya atau nyata nyata telah memperoleh manfaat karenanya (Pasal 1385 KUHPerdata). Pembayaran yang dilakukan dengan itikad baik kepada seseorang yang memegang surat tanda penagihan adalah sah (Pasal 1386 KUHPerdata). Menurut ketentuan dalam Pasal 1385 KUHPerdata, pembayaran harus dilakukan kepada: 1. Si berpiutang (kreditur). 2. Orang yang dikuasakan oleh kreditur. 3. Orang yang dikuasakan oleh hakim atau undang undang untuk menerima pembayaran tersebut. Selanjutnya menurut ketentuan pasal 1393 KUHPerdata, pembayaran harus dilakukan di: 1. Tempat yang ditetapkan dalam perjanjian. 2. Tempat di mana barang itu berada sewaktu perjanjiannya dibuat. 3. Tempat tinggal kreditur (berpiutang), selama ia terus menerus berdiam dalam wilayah di mana ia bertempat tinggal sewaktu perjanjian tersebut dibuat, dan di dalam hal hal lainnya di tempat tinggal si debitur (berutang). 16 Pada asasnya pembayaran dilakukan ditempat yang diperjanjikan. Apabila di dalam perjanjian tidak ditentukan tempat pembayaran maka pembayaran terjadi: a. di tempat di mana barang tertentu berada sewaktu, perjanjian dibuat, apabila perjanjian itu adalah mengenai barang tertentu. b. Di tempat kediaman kreditur, apabila kreditur secara tetap bertempat tinggal di kabupaten tertentu. c. Di tempat debitur apabila kreditur tidak mempunyai kediaman yang tetap. Bahwa tempat pembayaran yang dimaksud oleh Pasal 1394 KUHPerdata adalah bagi perikatan untuk menyerahkan sesuatu benda dan bukan bagi perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Ke dalam perikatan ini masuklah utang uang yang pembayarannya harus diantarkan ke tempat kreditur. Pembentuk undang undang melindungi debitur, dari ongkos ongkos yang tidak wajar yang mungkin timbul apabila pembayaran itu harus dilakukan di tempat kediaman kreditur yang tidak tetap. Untuk ongkos pembayaran prestasi pada asasnya adalah atas tanggungan debitur (Pasal 1395 KUHPerdata). 17 Mengacu pada pada Pasal ini maka pihak debitur harus melakukan pembayaran seperti yang telah di terangkan di atas karena jual-beli tanah merupakan perikatan untuk menyerahkan suatu benda. Tentang tempat pembayaran juga bukan hanya di atur di dalam Pasal 1394 KUHPerdata, tetapi juga di atur di dalam Pasal 1393 KUHPerdata, yaitu: Pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditetapkan dalam perjanjian. Jika dalam perjanjian tidak ditetapkan suatu tempat, maka pembayaran yang mengenai suatu barang tertentu, harus dilakukan di tempat di mana barang itu berada sewaktu perjanjian itu dibuat. Diluar kedua hal tersebut, pembayaran harus dilakukan di tempat tinggal si berpiutang, selama orang itu terus menerus berdiam dalam kerisidenan di mana ia berdiam sewaktu perjanjian dibuat, dan di dalam hal hal lainnya di tempat tinggalnya si berutang. Ketentuan dalam ayat pertama, yang menunjuk pada tempat di mana barang berada sewaktu perjanjian di tutup, adalah sama dengan ketentuan dalam Pasal 1477 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dalam jual beli, di mana juga tempat tersebut ditunjuk sebagai tempat di mana barang yang di jual harus diserahkan. Memang sebagaimana sudah diterangkan, pembayaran dalam arti yang luas juga ditujukan pada pemenuhan prestasi oleh si penjual yang terdiri atas penyerahan barang yang telah diperjualbelikan. Ketentuan dalam ayat kedua, berlaku juga dalam pembayaran-pembayaran di mana yang dibayarkan itu bukan suatu barang tertentu, 16 Simanjuntak. Op. Cit.. Hlm. 279-280. 17 Mariam Darus Badrulzaman. Op. Cit.. Hlm. 123-124. 74

jadi uang atau barang yang dapat dihabiskan. Teristimewa ketentuan tersebut adalah penting untuk pembayaran yang berupa uang. Dengan demikian, maka utang utang yang berupa uang, pada asasnya harus dibayar di tempat tinggalnya kreditur, dengan kata lain pembayaran itu harus diantarkan. Utang uang yang menurut Undang-undang harus dipungut di tempat tinggal debitur hanyalah utang wesel. 18 Kata setiap perikatan dalam Pasal 1382, dikaitkan dengan kata dapat dipenuhi yang tercantum di sana, dan kata perikatan untuk berbuat sesuatu, dihubungkan dengan kata dapat dipenuhi dalam Pasal 1383, sudah menunjukkan, bahwa kata dapat dipenuhi mempunyai kaitan dengan kata pembayaran dalam pasal 1381, dan karenanya PEMBAYARAN tidak lain berarti PEMENUHAN DAN PELUNASAN PERIKATAN. Lebih jelas lagi tampak dari ketentuan pasal 1384, yang mengatakan bahwa yang membayar harus pemilik dari barang yang dibayarkan. Di sana tidak dikatakan pemilik dari uang yang di bayarkan. Kesimpulan kita adalah, bahwa Undang Undang menggunakan kata pembayaran dalam arti lebih luas dari kata pembayaran dalam kehidupan sehari hari, yang hanya mengartikannya sebagai pelunasan hutang uang (geldschuld). Tetapi dalam arti pelunasan setiap kewajiban/hutang perikatan. Konsekuensinya, karena dalam setiap perjanjian timbal-balik, baik pihak yang satu maupun pihak yang lain mempunyai kewajiban terhadap lawan janjinya yang harus dipenuhi, maka pemenuhan kewajiban perikatan, baik oleh penjual maupun pembeli, adalah pembayaran juga. 19 Jika pembayaran yang dilakukan oleh pihak debitur dilakukan secara menyicil, oleh undang undang diberikan suatu keringanan bagi debitur dalam membuktikan bahwa ia sudah membayar cicilan-cicilan itu, yaitu dengan menentukan adanya tiga surat tanda pembayaran (kwitansi) dari mana ternyata pembayaran tiga angsuran berturut-turut. Kalau si debitur menunjukkan tiga kwitansi terakhir, maka dianggaplah ia sudah membayar semua angsuran. Dengan menunjukkan tiga kwitansi yang terakhir tadi, si debitur dibebaskan dari kewajiban untuk membuktikan bahwa ia sudah membayar angsuran angsuran yang lebih dahulu. Sekarang, adalah kewajiban pihak kreditur untuk membuktikan bahwa debitur dalam membayar angsuran angsura yang lebih dahulu itu. Memang suatu persangkaan menurut Undang Undang pada hakekatnya membalik beban pembuktian. Si debitur sebenarnya diwajibkan membuktikan semua pembayaran. Namun dengan adanya ketentuan Pasal 1394 (persangkaan menurut Undang Undang) sekarang si kreditur yang diwajibkan membuktikan bahwa debitur belum membayar semua angsuran. 20 Dalam jual beli tanah juga penyelesaian atas wanprestasi yang dilakukan debitur dapat diselesaikan oleh pihak tiga, seperti yang disebutan dalam Pasal 1382 ayat (2) KUHPerdata disebutkan, suatu perikatan bahkan dapat dipenuhi juga oleh seorang pihak ketiga, yang tidak mempunyai kepentingan, asal saja pihak ketiga itu bertindak atas nama dan untuk melunasi utangnya si berutang, atau jika ia tidak bertindak atas namannya sendiri, asal ia tidak menggantikan hak hak si berpiutang. Dengan demikian, dalam hal pembayaran, dapat terjadi bahwa pihak ketiga muncul untuk melakukan pembayaran kepada kreditur. Menggantikan hak-hak kreditur ini disebut juga dengan subrogasi. Menurut Pasal 1400 KUHPerdata, subrogasi dapat terjadi karena perjanjian (Pasal 1401 KUHPerdata) dank arena Undang Undang (Pasal 1402 KUHPerdata). 21 Subrogasi adalah penggantian kedudukan kreditur oleh pihak ketiga. Penggantian itu terjadi dengan pembayaran yang diperjanjikan ataupun karena ditetapkan oleh Undang Undang (Pasal 1400 KUHPerdata). Apabila seorang pihak ketiga melunaskan utang seorang debitur kepada krediturnya yang asli, maka lenyaplah hubungan hukum antara debitur dengan kreditur asli. Akan tetapi, pada saat yang sama hubungan hukum tadi beralih kepada pihak ketiga yang melakukan pembayaran kepada kreditur asli. Dengan pembayaran tersebut maka perikatan itu 18 Subekti. Op. Cit.. Hlm. 66. 19 J. Satrio. Op. Cit.. Hlm. 9-10. 20 Subekti. Op. Cit.. Hlm. 67. 21 Simanjuntak. Loc. Cit.. 75

sendiri tidak lenyap, tetapi yang terjadi ialah pergeseran kedudukan kreditur kepada orang lain. 22 PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Akibat hukum yang timbul karena kelalaian debitur atau disebut wanprestasi di sini dapat mengakibatkan batalnya suatu jualbeli tanah yang di lakukan, batalnya suatu jual beli tanah ini juga diikuti dengan ganti rugi yang harus dilakukan oleh debitur kepada kreditur. Ganti rugi ini meliputi biaya, kerugian, serta bunga. Tetapi sebelum melakukan ganti rugi tentu saja harus diperingatkan lebih dahulu lewat peringatan tertulis yang harus dilakukan oleh pihak kreditur, peringatan ini dapat dibuat secara resmi maupun tidak resmi. 2. Penyelesaian atas kelalain debitur dalam jual beli tanah tentu saja dapat diselesaikan. Terdapat beberapa cara dalam menyelesaikan wanprestasi yang dilakukan dalam jual beli tanah. Tentu saja penyelesaian yang paling banyak dilakukan yaitu melalui pembayaran. Pembayaran di sini tentu saja harus dilakukan dengan sejumlah uang, selain itu juga harus dilakukan pembayaran atas bunga jika dalam perjanjian jual beli tanah ditentukan demikian, pembayaran juga bukan hanya dapat dilakukan oleh debitur tetapi dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga untuk melakukan ganti rugi kepada pihak kreditur melalui perjanjian atau karena Undang - Undang. Pembayaran juga dapat dilakukan melalui penitipan kepada pihak pihak yang berwenang seperti notaris ataupun seorang juru sita pengadilan bilamana pihak kreditur tidak ingin menerima pembayaran yang dilakukan oleh debitur. B. Saran 1. akibat hukum yang timbul karena kelalaian debitur tentu saja harus dibatalkan, tetapi harus disertai dengan ganti rugi yang benar 22 Mariam Darus Badrulzaman, dkk. Op. Cit.. Hlm. 126-127. benar di derita oleh pihak kreditur. Agar dalam permintaan ganti rugi tidak berjalan secara rumit maka lebih baik dalam melakukan perjanjian jual beli tanah di lakukan secara tertulis dan di hadapan pejabat yang berwenang. 2. Penyelesaian yang dilakukan debitur tentu saja harus di sertai dengan bukti surat tertulis yang ditandatangani kedua belah pihak agar tidak menimbulkan suatu kerugian di kemudian hari bagi pihak debitur. DAFTAR PUSTAKA Badrulzaman,Mariam Darus : Hukum Perikatan Dalam KUHPerdata Buku Ketiga, PT Citra Aditya Bakti,2011. Badrulzaman,Mariam Darus,dkk : Kompilasi Hukum Perikatan,P.T Citra Aditya Bakti,Bandung,2001. Hartanto, Andi J : Hukum Pertanahan Karakteristik Jual Beli Tanah Yang Belum Terdaftar Hak Atas Tanahnya, Laksbangustitia, Surabaya, 2014. Muhammad,Abulkadir : Hukum Perdata Indonesia,P.T Citra Aditya Bakti Bandung, 2014. Muhammad,Abulkadir : Hukum Perikatan,P.T Citra Aditya Bakti Bandung, 1992. Rusli,Hardjan : Hukum Perjanjian Indonesia Dan Common Law, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1993. Satrio, J : Hukum Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian-Buku I.P.T Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1993 Satrio, J :Hukum Perikatan Tentang Hapusnya Perikatan Bagian I.P.T Citra Bakti, Jakarta, 1993 Santoso,Urip : Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah,Kencana,Jakarta, 2011. Subekti,R : Hukum Perjanjian, P.T Intermesa, Jakarta,2002. Simanjuntak, P.N.H : Hukum Perdata Indonesia, Kencana,Jakarta 2015. Sutedi,Adrian : Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya,Sinar Grafika Jakarta,2007. 76

Syaifuddin,Muhammad : Hukum Kontrak, Mandar Maju, Bandung 2012. Windari,Ratna Artha : Hukum Perjanjian, Graha Ilmu,2014. Yahman : Karakteristik Wanprestasi Dan Tindak Pidana Penipuan Prestasi, Pustaka Raya Jakarta, 2011. 77