III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Plastik bag Genset Total Penyusutan per Tahun

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

BAB III METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BUSINESS ANALYSIS ENLARGEMENT COMMON CARP (Cyprinus carpio) FLOATING NET CAGES IN TANJUNG ALAI VILLAGE XIII KOTO KAMPAR DISTRICT RIAU PROVINCE

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alasan peneliti memilih desa Sipiongot kecamatan Dolok Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

IV. METODE PENELITIAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

VII. ANALISIS FINANSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

BAB IV METODE PENELITIAN. kabupaten, yaitu Kabupaten Badung dan Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali.

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011.

METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Perkembangan Perikanan Air Tawar pada Keramba Jaring Apung (KJA)

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

C E =... 8 FPI =... 9 P

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut: Keramba jaring apung (KJA) adalah sistem pemeliharaan ikan mas dengan menggunakan jaring dengan rakit bambu/kayu yang diapungkan dengan drum plastik. Analisis kelayakan finansial adalah suatu studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Layak adalah kemungkinan dari usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik manfaat finansial maupun manfaat sosial. Tidak layak adalah kemungkinan dari usaha yang akan dilaksanakan tidak memberikan manfaat, baik manfaat finansial maupun manfaat sosial.

39 Produksi adalah output atau jumlah ikan mas yang dihasilkan dari usaha Keramba Jaring Apung (KJA), diukur dalam kilogram per periode produksi (kg/periode produksi). Harga jual adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memperoleh ikan mas, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). Periode produksi adalah waktu yang digunakan untuk produksi ikan mas dari usaha Keramba Jaring Apung (KJA), diukur dalam satuan 3 bulan 1 kali produksi. Penerimaan adalah jumlah ikan mas yang dihasilkan dari usaha Keramba Jaring Apung (KJA) dikalikan dengan harga jual, diukur dalam rupiah per periode (Rp/periode). Benih adalah banyaknya benih ikan mas yang dipakai pada usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ukuran 5-8 cm, yang diukur dalam satuan kilogram per periode (kg/periode). Pakan adalah banyaknya makanan yang diberikan pada ikan mas Keramba Jaring Apung (KJA), diukur dalam satuan kilogram per periode (kg/periode). Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses kegiatan produksi sampai penanganan pascapanen untuk usaha Keramba Jaring Apung (KJA). Tenaga kerja yang dicurahkan adalah tenaga kerja pria yang diukur dalam satuan Hari Kerja Orang per periode (HOK/periode).

40 Obat-obatan adalah obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit yang menyerang budidaya ikan mas yang diukur dalam satuan liter per periode (Ltr/periode). Peralatan adalah peralatan yang digunakan dalam budidaya ikan mas di Keramba Jaring Apung (KJA) yang diukur dalam satuan rupiah per periode (Rp/periode). Net Present Value (NPV) adalah menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai sekarang. Gross B/C adalah perbandingan antara jumlah present value dari benefit kotor dengan jumlah present value dari biaya kotor. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana NPV sama dengan jumlah seluruh investasi. Payback Period (Pp) adalah perbandingan antara investasi awal dengan benefit bersih yang diperoleh pada setiap periode. Biaya investasi adalah biaya yang digunakan dalam waktu relatif lama (lebih dari satu tahun). Investasi terdiri dari rumah jaga, tabung oksigen, perahu besar, perahu kecil, bak plastik, drum plastik, bambu, bahan jaring, paku, tali ris, tali nilon, jangkar, serok, ember, baskom dan kerangka besi. Biaya operasional adalah biaya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam suatu proses produksi yang sifatnya habis dipakai

41 dalam waktu relatif singkat (kurang dari satu tahun). Biaya operasional terdiri dari biaya operasional sarana produksi dan biaya operasional tenaga kerja. Biaya operasional sarana produksi terdiri dari benih ikan, pakan, tenaga kerja, minyak tanah, oksigen, dan obat-obatan. Tingkat suku bunga adalah suku bunga yang berlaku pada saat ini yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai uang di masa akan datang. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan adalah suku bunga pinjaman sebesar 12 % untuk usaha skala kecil yang merupakan suku bunga pinjaman berdasarkan Bank Indonesia (BI). Discount factor (df) adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat dipakai untuk mengurangi suatu jumlah di waktu yang akan datang sehingga dapat diketahui berapa nilainya saat ini, diukur satuan persen (%). Compounding factor (cf) adalah suatu bilangan yang lebih besar dari satu (1,0) yang dapat dipakai untuk menghitung nilai uang yang lalu, dihitung pada saat sekarang ini, diukur satuan persen (%). Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun peralatan investasi selama digunakan seperti serok, baskom, bambu batang, paku, tali ris, tali jahit nilon, drum plastik, ember dan kerangka besi, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun. Skenario sensitivitas yakni kenaikan harga input pakan sebesar 3%. Sedangkan penurunan produksi sebesar 50 % diasumsikan terserang penyakit virus herves pada ikan.

42 Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga petani KJA dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Pengukuran tingkat kesejahteraan/kemiskinan berdasarkan pada Sayogyo (1979) yaitu dilihat dari pengeluaran rumah tangga petani KJA per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara beras setempat. Pendapatan keramba jaring apung (on farm utama) adalah penerimaan usahatani KJA dikurangi biaya KJA yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu kali periode produksi diukur dalam satuan rupiah (Rp/periode). Pendapatan karet (on farm bukan utama) adalah penerimaan usahatani karet dikurangi biaya usahatani karet yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu tahun, diukur dalam satuan rupiah (Rp/tahun). Pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari keramba jaring apung (on farm utama), karet (non farm bukan utama) dan non keramba jaring apung (non farm) dalam satu tahun yang diukur dalam satuan rupiah (Rp/tahun). B. Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden Penelitian dilakukan pada lokasi pembesaran ikan mas di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara memiliki potensi yang besar untuk dilakukan budidaya ikan

43 air tawar dengan memanfaatkan perairan umum berupa waduk. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu semua populasi dijadikan responden dalan penelitian. Menurut Arikunto (2002), apabila subjek penelitian kurang dari 100 unit (orang), maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Responden dalam penelitian ini terdapat di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun berjumlah 5 responden yang melakukan pembesaran ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA). D. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan para petani ikan mas, menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Utara serta literatur - literatur yang terkait dengan penelitian ini. C. Metode Analisis Untuk mengetahui kelayakan usaha digunakan analisis finansial seperti : analisis biaya, penerimaan, pendapatan, NPV, Gross B/C, IRR, Pp, dan analisis sensitivitas. Metode pengolahan data dilakukan dengan metode

44 tabulasi dan komputerisasi. Adapun analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Analisis Biaya Untuk menentukan biaya total yang dikeluarkan petani ikan mas, secara matematis dapat dihitung dengan rumus: TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Cost (Rp) FC = Fixed Cost (Rp) VC = Variable Cost (Rp) 2. Analisis Penerimaan Penerimaan ikan mas diperoleh dengan mengalikan besarnya volume produksi ikan mas dengan harga jualnya pada saat penelitian. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: TR = P X Q Keterangan: TR = Total Revenue (Rp) P = Price/harga jual ikan mas (Rp) Q = Quantity/volume produksi ikan mas (Kg) 3. Analisis Pendapatan Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : π = TR TC Keterangan : π = keuntungan/pendapatan (Rp) TR = total penerimaan (Rp) T = total biaya (Rp)

45 Pendapatan KJA (on farm) = MT 1 (Januari Maret) + MT 2 (Mei Juli) + MT3 (September November) Pendapatan Rumah Tangga = Pendapatan KJA (on farm utama)+pendapatan Karet (on farm bkn utama) + Pendapatan non KJA (non farm) 4. Analisis Finansial Untuk mengukur dan menentukan kelayakan usaha tani suatu komoditi yang diproduksi di suatu daerah dan diperdagangkan. Alat analisis yang digunakan dalam evaluasi proyek dijabarkan sebagai berikut : a. Net Present Value (NPV) Menurut Ibrahim (2003), NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Formula: di mana: NB = Net Benefit = Benefit Cost C = Biaya investasi +biaya operasi = Benefit yang telah di-discount = Cost yang telah di-discount i = Discount factor n = Tahun (waktu) Kriteria: Apabila hasil perhitungan net present value lebih besar dari 0 (nol), dikatakan usaha/proyek tersebut feasible (go) untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 0 (nol), maka tidak layak untuk dilaksanakan.

46 b. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) Gross Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah present value dari benefit kotor dengan jumlah present value dari biaya kotor. Menurut Kadariah dkk (1999), secara matematis Gross B/C dapat dirumuskan sebagai berikut : GrossB/ C n t 0 n t 0 Bt Ct 1 i 1 i t t Keterangan: Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-i Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-i i = Suku bunga (%) n = Umur proyek (tahun) Kriteria pada pengukuran ini adalah : 1) Jika Gross B/C > 1, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan. 2) Jika Gross B/C < 1, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan 3) Jika Gross B/C = 1, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point. c. Internal Rate of Return (IRR) Menurut Choliq, Wirasasmita, dan Hasan (1999), Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan

47 kata lain tingkat suku bungan yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Menurut Ibrahim (2003), Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai: NPV 1 IRR i1 ( i2 i NPV 1 NPV 2 Keterangan: NPV 1 = Present Value positif NPV 2 = Present Value negatif i 1 = Discount faktor, jika NPV > 0 i 2 = Discount faktor, jika NPV < 0 1 ) Dengan kriteria: a. Jika IRR > i, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan b. Jika IRR < i, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan c. Jika IRR = i, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point 5. Payback Period Menurut Ibrahim (2003), payback period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai : Io PP 1 tahun Ab Keterangan: Pp = Payback period I 0 = Investasi awal = Manfaat (benefit) yang diperoleh setiap periode A b

48 Kriteria kelayakan : a. Jika payback period lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan b. Jika payback period lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. 5. Analisis Sensitivitas Menurut Djamin (1992), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau benefit. Dalam analisis kepekaan, setiap kemungkinan harus dicoba untuk dilakukan analisis kembali. Hal ini perlu, karena analisis proyek biasanya didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Gittinger (1993) menyatakan bahwa dalam bidang pertanian, proyek sensitif untuk berubah, yang diakibatkan oleh empat masalah utama, yaitu : a. Harga, terutama perubahan dalam harga hasil produksi yang disebabkan oleh turunnya harga di pasaran. b. Keterlambatan pelaksanaan proyek. Dalam proyek pertanian dapat terjadi keterlambatan pelaksanaannya karena ada kesulitan-kesulitan secara teknis atau inovasi baru yang diterapkan, atau karena keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan.

49 c. Kenaikan biaya, baik dalam biaya konstruksi maupun biaya operasional yang diakibatkan oleh perhitungan-perhitungan yang terlalu rendah. d. Kenaikan hasil, dalam hal ini kesalahan perhitungan hasil. Analisis sensitivitas dilakukan dengan memperhitungkan kemungkinan di atas yang mungkin terjadi. Perubahan harga, keterlambatan suatu proyek, dan tingkat kenaikan biaya suatu produksi yang akan menyebabkan nilai NPV, Gross B/C, IRR dan PP tidak lagi menguntungkan. Pada titik itulah proyek tersebut tidak layak, maka itulah batas kelayakan proyek. Rumus untuk sensitivitas adalah: Laju kepekaan = X1 - X0 X Keterangan : X1 = NPV, Gross B/C, IRR setelah perubahan X0 = NPV, Gross B/C, IRR sebelum perubahan X = Rata-rata NPV, Gross B/C, IRR Kriteria laju kepekaan : a. Jika laju kepekaan > 1, maka hasil kegiatan usaha peka/sensitif terhadap perubahan. b. Jika laju kepekaan < 1, maka hasil kegiatan usaha tidak peka/tidak sensitif terhadap perubahan. Dalam usaha keramba jaring apung (KJA), dilakukan dua model skenario perubahan. Untuk selanjutnya dapat dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap komponen-komponen kelayakan usaha (NPV, IRR, Gross B/C) secara finansial. Kedua skenario yang akan dilihat sensitivitas perubahannya yaitu:

50 a. Jika ada kenaikan harga input untuk pakan naik 3%, dan b. Jika terjadi penurunan produksi 50%. 6. Analisis Kesejahteraan Kesejahteraan menggambarkan kepuasan seseorang karena kegiatan konsumsi dari pendapatan yang diperoleh. Kepuasan yang diperoleh bersifat relatif tergantung jumlah pendapatan yang diperoleh. Konsep kesejahteraan menurut Sawidak (1985) adalah kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi merupakan kesejahteraan yang bersifat lahiriah sehingga bersifat nyata (tangible) dan dapat diukur (measurable). Pengukuran dapat dilakukan terhadap kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan dan kebutuhan yang bersifat kebendaan lainnya. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani usaha mikro KJA di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun adalah analisis kuantitatif. Analisis ini menggunakan kriteria Sajogyo (1979) yang membuat klasifikasi tingkat kesejahteraan/kemiskinan berdasarkan besarnya pengeluaran per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara beras setempat. Tingkat kesejahteraan rumah tangga dapat dilihat dari persentase pengeluaran rumah tangganya baik pengeluaran untuk kebutuhan pangan maupun kebutuhan non pangan. Hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa

51 aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan (Mosher, 1987). Pengeluaran tersebut kemudian dikonversikan ke dalam ukuran setara beras dalam satuan kilogram. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut: Pengeluaran/ Kapita Keluarga/ Setara Beras (Kg) = Pengeluaran/kapita keluarga/tahun (Rp) Harga beras (Rp/Kg)