METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

KAJIAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KAWASAN KONSERVASI DESA MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KAWASAN PERLUASAN LAHAN KONSERVASI DESA KARANG REJO KOTA TARAKAN KALIMANTAN TIMUR.

III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

III. METODE PENELITIAN

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 Tahapan Studi

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, NOMOR : 201 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU DAN PEDOMAN PENENTUAN KERUSAKAN MANGROVE

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3. METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Gambar 2 Peta lokasi studi

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

IV. METODE PENELITIAN

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan dari masyarakat, wisatawan, dan pemirintah tentang persepsi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

PENDAHULUAN Latar Belakang

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 29

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

Transkripsi:

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Konsep ekowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan kawasan pariwisata dalam suatu wilayah yang tetap memperhatikan konservasi lingkungan dengan menggunakan potensi sumberdaya serta masyarakat setempat. Pengembangan kawasan ekowisata bukan merupakan suatu pengembangan kawasan industri pariwisata yang hanya bersifat sektoral. Dalam pengembangan tersebut, terdapat aspek-aspek lain yang saling berhubungan dan menentukan keberhasilan pengembangannya. Dalam pengembangan ekowisata mangrove, keseimbangan yang menepatkan dimensi-dimensi sosial, lingkungan dan ekonomi menjadi penting untuk dikaji. Disatu sisi, pengembangan ekowisata ditujukan untuk menghasilkan keuntungan secara ekonomi, namun di sisi lain, pengembangan juga harus memperhatikan terjaganya kualitas lingkungan, baik secara biofisik maupun sosial. Konsep semacam ini, sering disebut sebagai konsep pembangunan berkelanjutan dengan prinsip memperhatikan masa depan, lingkungan, persamaan dan partisipasi dalam konteks isu-isu kehidupan pertumbuhan ekonomi serta kualitas lingkungan. Sebagai awal penelitian ini, dilakukan pengumpulan data berkaitan dengan hutan mangrove di kawasan Pelabuhan Tengkayu II meliputi potensi biofisik yang berkaitan dengan bidang biologi (vegetasi, satwa burung) dan data fisik (luas dan letak, sarana dan prasarana, iklim, topografi dan tanah, hidrologi, lanskap). Kemudian melakukan pengumpulan data pengunjung dan masyarakat sekitar (identitas, persepsi, partisipasi dan harapan), serta permasalahan yang timbul di kawasan hutan mangrove tersebut. Dari data yang terkumpul ditentukan daya dukung fisik dari hutan mangrove sebagai kawasan wisata. Selanjutnya, dilakukan penilaian kelayakan pengembangan ekowisata terhadap hutan mangrove di kawasan pelabuhan Tengkayu II. Langkah terakhir menentukan strategi pengembangan berdasarkan kriteria penilaian sebelumnya.

Berdasarkan hal di atas, maka disusun diagram alir pemikiran penelitian seperti yang tertera pada Gambar 1. Kawasan Hutan Mangrove Pelabuhan Tengkayu II Kondisi eksisting Masyarakat Lokal Identitas Persepsi, partisipasi dan harapan Pengunjung : Jumlah Identitas Motivasi, Aktivitas dan Harapan Potensi Biofisik Kawasan Mangrove: Biologi : Vegetasi Satwa burung dan ikan Fisik : Luas dan Letak Sarana dan Prasarana Iklim Topografi dan Tanah Hidrologi Lanskap Permasalahan - kebijakan Pemerintah Daerah - ekologi - sosial ekonomi Daya Dukung Kawasan : Jumlah kunjungan yang dapat diserap ekowisata mangrove Penilaian kelayakan pengembangan ekowisata Analisis Deskriptif Analisis SWOT Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Strategi Pengembangan Ekowisata Magrove Secara Berkelanjutan. Pemilihan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tarakan Propinsi Kalimantan Timur dengan lokasi penelitian kawasan konservasi hutan mangrove yang terletak di 26

Kawasan Pelabuhan Tengkayu II Jalan Gajah Mada. Waktu penelitian dimulai November 2005 Februari 2006. Gambar 2. Lokasi penelitian Kawasan mangrove Tengkayu II seluas 8 ha yang menjadi objek penelitian ini, berada di Jalan Gajah Mada termasuk dalam wilayah Kelurahan Karang Rejo Kecamatan Tarakan Barat. Kawasan tersebut berdekatan dengan pusat keramaian di Kota Tarakan, dimana di sebelah timur terdapat pasar umum, pusat 27

perbelanjaan modern Ramayana/Gusher Plaza dan lokasi rencana pembangunan hotel. Bagian utara berbatasan langsung dengan Jalan Gajah Mada, sub terminal dan pemukiman penduduk Kelurahan Karang Anyar Pantai. Pada bagian barat kawasan terdapat pelabuhan, TPI Tengkayu II, dan sedikit pemukiman. Pada bagian utaranya terdapat perusahaan cold storage, mess karyawan (Gambar 2). Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi empat kelompok dengan aspek-aspek yang diteliti diantaranya; faktor biologi meliputi aspek vegetasi dan satwanya, kemudian faktor fisik meliputi luas dan letak, sarana prasarana, iklim, topografi geologi, hidrologi dan lanskap. Data mengenai masyarakat sekitar berkaitan tentang identitas, presepsi, partisipasi dan harapan. Data berkaitan dengan wisatawan yang berkunjung meliputi jumlah, identitas, motivasi, aktivitas dan harapan mereka (Tabel 1). Tabel 1. Jenis data No Kelompok Jenis data Aspek-aspek 1. 2. 3. 4. Faktor Biologi Faktor Fisik Masyarakat Wisatawan - Vegetasi (jenis, jumlah dan penyebaran) - Satwa (jenis, jumlah dan penyebaran) - Luas dan letak - Sarana dan prasarana - Iklim - Topografi geologi dan tanah - Hidrologi - Lanskap - Identitas (umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan) - Persepsi, partisipasi dan harapan - Jumlah - Identitas (umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan, asal daerah) - Motivasi, aktivitas dan harapan 28

Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan bersifat eksploratif dengan tujuan untuk menggali fakta yang ada. Arah penelitian adalah untuk mendapatkan data potensi sumberdaya untuk pengembangan ekowisata mangrove, tingkat persepsi, partisipasi masyarakat dan pengunjung dalam kegiatan tersebut, serta kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, dengan melakukan pengukuran potensi hutan mangrove dan melakukan wawancara langsung dengan pengunjung, masyarakat lokal dan pihak-pihak terkait. Untuk mengetahui persepsi mereka terhadap pengembangan ekowisata pada kawasan konservasi hutan mangrove PelabuhanTengkayu II Kota Tarakan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah tersedia. Pengumpulan data sekunder dengan cara mengumpulkan dokumendokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data pendukung lainnya yang dikeluarkan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dari Dinas/Instansi terkait dengan penelitian, yaitu: Kantor Wilayah/Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat Kota Tarakan, Kantor Camat Tarakan Barat, Kantor Desa Karang Rejo. Pengumpulan Data Vegetasi dan Satwa Pengumpulan data vegetasi dan satwa dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di lapangan. Pengamatan vegetasi di kawasan hutan mangrove dilakukan dengan cara mengambil contoh bagian-bagian tumbuhan, mencatat nama daerah, ciri-ciri, tempat tumbuhnya yang kemudian diidentifikasi dengan melihat buku petunjuk yang ada, serta menghitung kerapatannya. Untuk menginventarisasi vegetasi digunakan metode garis berpetak, arah jalur pengamatan tegak lurus terhadap pantai ke arah darat. Pada setiap zona mangrove yang berada di setiap transek garis, diletakkan petak-petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 x 10 m untuk tingkat pohon (diameter >4 cm), 5 x 5 m untuk tingkat pancang ( 1,5 4 cm), 2 x 2 (semai atau tumbuhan bawah), dan jarak setiap zona mangrove satu dengan yang lain adalah 50 m. 29

Gambar 3. Petak pengambilan contoh a b c 50 meter Keterangan : a. Plot 2 x 2 m untuk tingkat semai b. Plot 5 x 5 m untuk tingkat pancang c. Plot 10 x 10 m untuk tingkat pohon Pengambilan Data Persepsi Pengunjung Data dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan responden (interview). Selain itu juga, dilakukan dengan teknik observasi (pengamatan) dan observasi terencana (pedoman dengan kuisioner). Data yang dikumpulkan meliputi : 1. Data karakter responden (umur, asal wisatawan, lama kunjungan, jumlah rombongan wisata, dan jumlah biaya wisata yang bersedia dibayarkan oleh wisatawan). 2. Persepsi wisatawan tentang kegiatan pariwisata khususnya wisata mangrove (apakah motivasi kunjungan, atraksi yang dimintai, fasilitas dan infrastruktur maupun sumberdaya manusia yang diharapkan, serta rekomendasi wisatawan untuk rencana pengembangan ekowisata mangrove di kawasan Tengkayu II Kota Tarakan) Responden yang diwawancarai adalah wisatawan yang berwisata di Kawasan hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II. Penentuan responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu memilih responden yang akan diambil keterangannya/datanya dengan pertimbangan pertimbangan tertentu (sudah dapat berpikir secara logis) sebanyak 5% dari ratarata pengunjung yang datang tiap hari. N = Rata-rata jumlah pengunjung dalam tahun pertama x 5 % N = 24417 x 5/100 N = 101.74 sampel 30

Pengambilan Data Presepsi Masyarakat Data dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan responden (interview) dan wawancara mendalam (depth-interview). Selain itu juga, dilakukan dengan teknik observasi (pengamatan) dan observasi terencana (pedoman dengan kuesioner). Data yang dikumpulkan meliputi : 1. Data karakteristik responden (umur, mata pencaharian, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan lama tinggal). 2. Pemahaman atau persepsi masyarakat lokal tentang ekowisata mangrove 3. Partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan pengembangan ekowisata mangrove mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Pemilihan responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive sampling). Responden yang diamati adalah penduduk dewasa yang berdomisili di sekitar lokasi penelitian secara administratif yang terkait dengan kawasan hutan wisata mangrove. Penduduk dewasa dalam hal ini adalah yang bersangkutan dengan telah matang dalam mengambil keputusan dan berfikir secara positif dalam mengambil tindakan, dan diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Menurut Kusmayadi dan Endar (2000) rumus pengambilan sampel sebagai berikut : n = N 1 + N e 2 dimana n : ukuran contoh N : ukuran populasi e : nilai kritis/batas ketelitian (10%) Jumlah kepala keluarga di Kelurahan Karang Rejo pada tahun 2004-2005 tercatat sebesar 1.864 orang, sehingga setelah melalui perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel sebesar kurang lebih 95 orang. Metode Analisis Data Potensi Ekosistem Mangrove Data yang dikumpulkan meliputi : data mengenai spesies, jumlah individu, dan diameter pohon yang telah dicatat pada form mangrove, kemudian diolah untuk memperoleh kerapatan spesies, frekuensi spesies, luas areal tutupan, nilai 31

penting suatu spesies, frekuensi spesies, luas areal tutupan, nilai penting suatu spesies dan keanekaragaman spesies (Bengen, 2002): a. Kerapatan Spesies (Ki) Kerapatan spesies (i) adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut : Ki = ni / A Dimana, Ki adalah kerapatan spesies i, ni adalah jumlah total individu dari spesies dan A adalah luas area total pengambilan contoh (luas total petak/plot/kuadrat contoh). b. Kerapatan Relatif Spesies (KRi) Kerapatan relatif spesies (KRi) adalah perbandingan antara jumlah individu spesies i (ni) dan jumlah total individu seluruh spesies (Σn) dengan formula sebagai berikut : KRi = (ni / Σn) x 100 c. Frekuensi Spesies (Fi) Frekuensi spesies (Fi) adalah peluang ditemukannya spesies i dalam petak contoh yang diamati : Fi = pi / Σp Dimana, Fi adalah frekuensi spesies i, pi adalah jumlah petak contoh dimana ditemukan spesies i dan Σp adalah jumlah total petak contoh yang diamati. d. Frekuensi Relatif Spesies (FRi) Frekuensi relatif spesies (FRi) adalah perbandingan antara frekuensi (Fi) dan jumlah frekuensi untuk seluruh spesies (ΣF): FRi = (Fi / ΣF) x 100 % e. Penutupan Spesies (Ci) Penutupan spesies (Ci) adalah luas penutupan spesies i dalam suatu unit area : Ci = ΣBA / A Dimana, BA = ΠDBH 2 /4, (dalam Cm 2 ), Π adalah suatu konstanta (3,14) dan DBH adalah diameter dari jenis i, A adalah luas area total pengambilan contoh (luas total petak/plot/kuadrat contoh). 32

DBH = CBH /Π (dalam Cm), CBH adalah lingkaran pohon setinggi dada. f. Penutupan Relatif Spesies (RCi) Penutupan relatif spesies (RCi) adalah perbandingan antara luas area penutupan spesies i (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh spesies (ΣCi) : RCi = (Ci / ΣCi) x 100 % g. Nilai Penting Spesies (NPi) Jumlah nilai kerapatan relatif spesies (RDi), frekuensi relatif spesies (RFi) dan penutupan relatif spesies (RCi) menunjukkan Nilai Penting Spesies (NPi) : NPi = RDi + RFi + RCi Nilai penting suatu spesies berkisar antara 0-300. Nilai Penting ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu spesies tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove. Analisis Penilaian dan Pengembangan Potensi Kawasan Obyek Ekowisata Mangrove Penilaian potensi obyek wisata disusun meliputi suatu kawasan di suatu daerah dan merupakan kawasan lokasi terpilih (prioritas) sesuai dengan fungsi kriteria penilaian maka yang dipakai dalam penilaian harus mencakup kriteria yang mampu mengkombinasikan beberapa kepentingan yang dimaksud. Berikut ini penyusunan analisis penilaian dan pengembangan potensi kawasan objek ekowisata mangrove berdasarkan penilaian Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2002). Cara pengamatan/penilaian: 1. Daya tarik, komponen daya tarik yang diamati adalah keindahan alam, keunikan sumberdaya alam, banyaknya potensi sumber daya alam, keutuhan sumber daya alam, kepekaan sumberdaya alam, pilihan kegiatan wisata, kelangkaan, keanekaragaman, kebersihan, dan kerawanan kawasan. Pengamatan dilakukan terhadap kondisi hutan mangrove di kawasan Tengkayu II dan dibantu oleh petugas. 2. Potensi pasar, komponen potensi pasar yang diamati adalah jumlah penduduk lokasi 75 km dari kawasan, kepadatan penduduk lokasi 75 km dari kawasan, 33

dan tingkat kebutuhan wisata. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dapat dilihat dari data Kota Tarakan Dalam Angka dan dibantu dengan peta. 3. Kadar hubungan/aksesibilitas, komponen yang diamati adalah kondisi jalan darat, jalan laut, jumlah kendaraan/perahu, frekuensi kendaraan umum dari pusat penyebaran wisata ke objek. Data diperoleh melalui data primer dan data sekunder. 4. Kondisi lingkungan, sosial ekonomi dan pelayanan masyarakat, hal-hal yang diamati adalah tata ruang wilayah, status lahan, tingkat pengangguran, mata pencaharian peduduk, ruang gerak pengunjung, pendidikan, tingkat kesuburan tanah, sumberdaya alam mineral, aktivitas manusia dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata hutan mangrove di daerahnya. Data diperoleh melalui data primer dan data sekunder. Komponen yang diamati dalam pelayanan masyarakat adalah sikap dan sifat pelayanan masyarakat terhadap pengunjung dan kemampuan berbahasa dari masyarakat sekitar objek. Data diperoleh melalui data primer dan sekunder. 5. Kondisi iklim, komponen yang diamati adalah pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan, suhu udara pada musim kemarau, jumlah bulan kering ratarata per tahun, kelembaban rata-rata per tahun, dan percepatan angin pada musim kemarau. Data diperoleh melalui data sekunder. 6. Akomodasi, komponen yang diamati adalah jumlah kamar hotel atau penginapan dalam radius 15 km dari objek, data ini diperoleh dari data sekunder. 7. Sarana dan prasarana penunjang, hal-hal yang diamati adalah prasarana yang menunjang kegiatan pariwisata yang dilakukan, yaitu: kantor pos, telepon umum, puskesmas/klinik, warung internet, jaringan televisi, jaringan radio, dan surat kabar. Sarana yang mendukung kegiatan pariwisata, yaitu: rumah makan/minum, pusat perbelanjaan/pasar, bank, toko cinderamata, tempat peribadatan, dan toilet umum. Data-data ini diperoleh melalui pengamatan di lapangan/data primer. 8. Ketersediaan air bersih, komponen yang diamati adalah debit sumber air, jarak sumber air terhadap lokasi objek, dapat tidaknya air dialirkan ke objek 34

atau mudah dikirim dari tempat lain, kelayakan dikonsumsi, dan kontinuitas. Data-data ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. 9. Keamanan, komponen yang diamati adalah ada tidaknya binatang pengganggu, ada tidaknya ras yang berbahaya, ada tidaknya kelabilan tanah atau alam, dan ada tidaknya kepercayaan yang mengganggu. Data-data ini diperoleh melalui data primer. 10. Hubungan objek dengan objek wisata lain, komponen yang diamati adalah jumlah objek wisata lain yang sejenis dan tak sejenis. Data diperoleh dari data sekunder. 11. Hasil penilaian secara keseluruhan akan dibandingkan dengan tabel kriteria kelayakan pengembangan wisata, maka akan diperoleh kriteria sangat layak, layak, cukup layak, kurang layak dan tidak layak. 12. Data analisis SWOT diperoleh dari data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu pada tujuan penelitian yang pertama ditambah dengan wawancara dengan pihak terkait, seperti: pihak pengelola pariwisata, petugas konservasi hutan mangrove di Kawasan Pelabuhan Tengkayu II, masyarakat sekitar, dan pengunjung. Daftar kriteria penilaian dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata menurut Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan tahun 2002 dapat di lihat pada Lampiran 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang menggambarkan/melukiskan keadaan komponen penelitian di suatu kawasan. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat dan pengunjung yang datang ke lokasi. Analisis daya dukung Kebutuhan setiap wisatawan akan ruang sangat bervariasi, tergantung pada latar belakang budayanya. Kebutuhan akan ruang menentukan beberapa ukuran fasilitas yang perlu dibangun untuk melayani kebutuhan wisatawan. Sebuah formula matematis yang dirumuskan Boulin (1985) dalam Soebagio (2004), untuk 35

menentukan daya dukung pengunjung dalam sebuah area wisata dengan standar individu, adalah sebagai berikut: Daya dukung = Luas lahan yang digunakan pengunjung Rata - rata standart individu Total pengunjung per hari = Daya dukung x Koefisien perputaran Koefisien perputaran = Jumlah jam per hari di lokasi wisata Rata - rata waktu kunjungan Analisis Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Ekowisata Hutan Mangrove Untuk mengukur nilai potensi pengembangan objek wisata di hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II dilakukan penilaian potensi secara kuantitatif dengan menggunakan kriteria penilaian dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang dikeluarkan oleh Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2002). Dilanjutkan analisis strategi kebijakan pengelolaan kawasan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT ini disusun berdasarkan peta logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts), peluang (opportunities) secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakneses) dan ancaman (threat) didalam menentukan strategi terbaik (Rangkuti, 2004). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif atau deskripsi dengan pendekatan matrik SWOT. Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matrik SWOT adalah mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal (EFAS) terlebih dahulu (Rangkuti 2004). Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi internal: a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II dalam kolom 1. b. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala sesuai dengan bobot kriteria penilaian objek wisata hutan mangrove. c. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor berdasarkan hasil penilaian kondisi ekosistem hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II. 36

d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor. e. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan ekowisata mangrove Pelabuhan Tengkayu II. f. Memberi kode pada kolom 5 untuk memudahkan dalam menyusun alternatif strategi yang akan dilaksanakan. Tabel 2. Faktor strategi internal No Faktor-faktor strategi Bobot Nilai Skor Kode 1 Kekuatan 2 Kelemahan Setelah faktor-faktor strategis eksternal ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II diidentifikasi, tabel EFAS disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut, tahapnya adalah: a. Menyusun dalam kolom 1 (peluang dan ancaman). b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, sesuai dengat bobot kriteria penilaian ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II. c. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala berdasarkan hasil penilaian kondisi ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II. d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor. e. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II. f. Memberi kode pada kolom 5 untuk memudahkan dalam menyusun alternatif strategi yang akan dilaksanakan. Tabel 3. Faktor strategi eksternal No Faktor-faktor strategi Bobot Nilai Skor Kode 1 Peluang 2 Ancaman Selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya dalam bentuk matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan strategis. 37

Tabel 4. Matriks SWOT. Kekuatan Peluang Strategi Kekuatan-Peluang Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Ancaman Strategi Kekuatan-Ancaman Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan yang mengatasi ancaman Kelemahan Strategi Kelemahan-Peluang Menciptakan strategi yang meniminal kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi Kelemahan-Ancaman. Menciptakan strategi kelemahan dan menghindari ancaman Strategi Kekuatan Peluang Dibuat untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi Kelemahan Peluang Dibuat untuk menggunakan seluruh kekuatan didalam mengatasi ancaman. Srategi Kelemahan Peluang Diterapkan Berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi Kelemahan Ancaman Didasarkan pada kegiatan yang bersifat bertahan dan berusaha meminimalkan kelemahan. 38