BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Petroleum menangani sejumlah besar material yang mudah terbakar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Kecelakaan Menggunakan Metode Event and Casual Factor Analysis Pada Kecelakaan Menghilangkan Waktu Kerja Studi Kasus di PT.

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja pada sektor migas sangat beresiko akan terjadinya

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

PENGELOLAAN OPERASI K3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Penilaian risiko..., Adis Arzida Lanin, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini bisa dicegah dengan melakukan Procedure Lock dan Tagging serta

Sehingga semua pihak merasa ikut memilki dan merasakan hasilnya. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Sistem Manajemen K3 SMK3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. besar atau kecil sangat membutuhkan sumber daya manusia yaitu karyawan.

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d T a u f i q u r R a c h m a n TKT302 K3I Materi #12

SISTEM PERMIT TO WORK

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Oleh : Novita Kurnia Putri

#2: KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA MAINTENANCE ELEKTRIKAL DALAM MENERAPKAN WORK PERMIT DI PT.

Pembahasan Materi #12

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik Negeri Sriwijaya Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS IMPLEMENTASI HASIL AUDIT PERMIT TO WORK DI PERUSAHAAN X PERIODE BULAN MEI TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh INANI PUSPITASARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Instrumen Penelitian. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Kecelakaan Kerja

Dian Palupi Restuputri, Eriko, Andri Sulaksmi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

Analisis Prioritas Kecelakaan Kerja dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis di PT. PAL Indonesia (Persero)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 5,9% di bulan Agustus 2014 (International Labour Organization Key

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

PT MDM DASAR DASAR K3

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

1 Universitas Esa Unggul

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #5 Ganjil 2015/2016

APA YANG SALAH? Kasus Sejarah Malapetaka Pabrik Proses EDISI KEEMPAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MK3 PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pada Manajemen K3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Petroleum menangani sejumlah besar material yang mudah terbakar (flammable) dan bersifat toxic, sehingga sangat berpotensi terjadi kecelakaan serius dengan sangat jelas. Untuk mencegah hal tersebut terjadi menjadi sangat besar maka diperlukan sistem yang aman dalam kerja 1. Ketika insiden terjadi, faktor manusia, seperti kegagalan dalam mengimplementasikan prosedur dengan tepat sering menjadi akar permasalahan. Kegagalan ini bisa dianggap sebagai akibat dari kekurangan pelatihan, instruksi atau pengertian pada tujuan atau praktek aplikasinya dalam sistem izin kerja (Permit To Work System). Sistem Izin Kerja (PTW system atau Permit To Work system) bukan merupakan izin yang sederhana untuk melaksanakan sebuah pekerjaan yang berbahaya. Hal ini bagian penting dari sistem yang menentukan bagaimana pekerjaan dapat dilaksanakan dengan aman. Izin kerja tidak diperlakukan sebagai sebuah pernyataan bahwa semua bahaya (hazard) dan risiko sudah selesai tereleminasi dari area kerja. Penyelenggara izin tidak dapat berdiri sendiri dalam membuat sebuah pekerjaan menjadi aman. Hal ini dapat dicapai hanya dengan sebuah persiapan untuk kerja dan melaksanakannya. Berdasarkan sistem izin kerja (PTW system) tindakan pencegahan lain yang dapat diambil seperti membatasi produksi, suspending 1 www.ogp.org.uk/pubs/189.pdf. guidlines on permit to work. (akses pada tanggal 25 maret 2008; pukul15:01wib). 1

2 helicopter operation, dll. Sistem Izin kerja (PTW system) dapat menjamin bahwa pihak yang berwewenang dan orang-orang sudah dilatih pada bidang tertentu memiliki perkiraan risiko dan tindakan pencegahan yang sesuai. Untuk melaksanakan suatu pekerjaan, pihak yang berwewenang tersebut harus sudah memahami pekerjaan yang sedang dilakukannya dan bagaimana hubungannya dengan pekerjaan lain. Mereka juga harus mengambil tindakan pencegahan dimana mereka sudah dilatih untuk mengambil tindakan tersebut dan bertanggung jawab. Sedangkan pada proses industri kimia 2, proses ini menggunakan beberapa jenis sistem permit yang berbeda di sejumlah tempat. Beberapa permit dikembangkan oleh plant tertentu dan diterapkan hanya untuk plant tersebut. Setiap plant mempunyai sistem permit sendiri dengan pekerjaan rutin dan pemeliharaannya. Sistem permit diwajibkan oleh agensi peraturan seperti Occupational Safety and Health Adminitration (OSHA). Sistem permit merupakan sebuah dokumen (permit) wajib sebelum tipe pekerjaan tertentu dilakukan. Biasanya, sistem permit didisain untuk mentransfer peralatan pengaman dari satu grup (bagian pengoperasian) ke grup lain (bagian pemeliharaan atau kontraktor). Grup yang pertama dibebankan dengan membuat peralatan dan lingkungan yang aman untuk diterima oleh grup berikutnya. Selama transfer pengaman salah satunya termasuk izin kerja dimana izin tersebut bersifat kewajiban. Personil yang bekerja di tempat berbahaya harus mengisi permit dan permit harus diinspeksi serta diverifikasi dengan lengkap sebelum pekerjaan dimulai. 2 Chapter III Safety II : The Permit System.Pdf.

3 Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibentuk berdasarkan pengalaman tentang kerugian ketika terjadinya luka dan penyakit akibat kerja. Karena kejadian itu maka timbul desakan dari pihak luar yaitu mengenai pentingnya perlindungan terhadap aspek keselamatan dan kesehatan dalam suatu pekerjaan yang berasal dari serikat pekerja yang kemudian didukung oleh Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah mengenai Keselamatan dan Kesehatan kerja. Melihat besarnya peranan K3 dalam menciptakan suatu lingkungan kerja yang aman, sehat dan selamat, maka dengan itu aspek K3 menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diterapkan dilingkungan kerja. Dalam hal ini tentunya keberadaan sistem K3 tersebut tidak menjamin 100% pekerjaan dan lingkungan kerja selalu aman, sehat dan selamat sehingga terbebas dari bahaya. Melainkan hanya merupakan salah satu bentuk upaya untuk menurunkan kemungkinan atau meminimalisasi risiko terjadinya kecelakaan kerja, penyakit kerja dan pencemaran lingkungan yaitu dengan cara melakukan berbagai upaya rasional yang bersifat preventif serta penganggulangan terhadap keadaan yang tidak normal. Hal ini dicontohnya pada kejadian tanggal 9 September 2003 3 bersangkutan dengan kejadian izin kerja (Permit To Work), dua pekerja meninggal di Coor plant pembuatan bir di Elkton, VA pada gudang tangki pengelasan. Dua pekerja yang merupakan subkontraktor E.A. Breeden, Inc., membawa las ke platform baru dan guardrails ke tangki sludge yang besar. Penginvestigasi menyimpulkan bahwa tukang las menyalahkan obor sehingga bereaksi pada gas metane yang dilepaskan dari lumpur organik yang terjebak di dalam tank. Dua pekerja terbunuh langsung 3 http://www.usalegalhelpcenter.org/press_release_coors_pays_fines_in_work_accident_does_not_accept_blame. php. coors pays in work accident does not accept blame. Akses pada tanggal 6 Mei 2008; pukul 08.15WIB.

4 ditempat dan terjadi ledakan yang menghancurkan separuh puncak tanki. Sebagaimana yang diketahui bahwa gas methane disertai dengan karbon dioksida termasuk bahaya kimia yang biasanya terdapat di tempat peragian dan karbohidrat (pembuatan bir, pembuatan anggur). Dan gas methane itu sendiri dapat menyebabkan sesak nafas. (Sugeng, Jusuf, dan Adriana, 2003). Penginvestigasi kecelakaan menemukan tindakan pencegahan yang tidak diikuti secara tepat sebelum kecelakaan, dimana kejadian tersebut seharusnya dapat dicegah dan tidak terjadi kecelakaan. Kunci kecelakaan tersebut adalah Hot work permit bahwa Coors mengizinkan E.A Breeden untuk bekerja. Izin kerja mula-mula diikutin bekerja dengan open flame, termasuk pengelasan. Sebelum izin dilaksanakan, harus mengecek lingkungan untuk menjamin tidak ada material mudah terbakar yang berada di area kerja yang diambil. Hal ini tidak dilakukan, dibuktikan oleh penginvestigasi menemukan hal yang paling mengherankan bahwa Coor melaksanakan ilegal izin kerja, tetapi pekerjaan sudah diselesaikan di dalam sebuah kontainer yang dipengaruhi organik sludge dimana gas methane yang diasumsikan ada didalamnya. Maka, perusahaan penghasil bir sudah mengetahui mengenai gas methane dan sudah mengetahui bahwa gas tersebut berbahaya. Kejadian ini tidak dapat dicegah dari kecelakaan yang terjadi. Dengan adanya kejadian tersebut dapat dijadikan contoh pada sebuah perusahaan dan demi terciptanya suatu keadaan yang normal, pihak manajemen perusahaan harus menyadari betapa pentingnya manfaat pengembangan aspek K3 yang diintegrasikan kedalam suatu sistem operasional perusahaan. Sistem Manajemen K3 tersebut harus dilihat sebagai pusat pencegahan kerugian (loss prevention center) khususnya dalam jangka panjang dan bukan sebagai pusat

5 pengeluaran biaya perusahaan (Cost center). Sebagai salah satu bentuk dukungan perusahaan dalam melakukan upaya Preventive untuk menciptakan suatu keadaan yang normal maka manajemen membuat suatu kebijakan mengenai K3. Penerapan kebijakan manajemen itu sendiri dapat berupa penerbitan dan pengadaan tata kerja atau pedoman kerja yang dilaksanakan dalam melakukan pekerjaan sebagai salah satu pelaksanaan program keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah timbulnya bahaya pekerja, peralatan, lingkungan bahkan masyarakat sekitar tempat kerja tersebut. Pelaksanaan program itu diwujudkan dengan menetapkan suatu Sistem Izin Kerja sebagai salah satu bentuk komunikasi tertulis. Pembuatan Surat Izin Kerja menjadi salah satu persyaratan penting terhadap pelaksanaan satu pekerjaan mengingat pentingnya komunikasi dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Adapun hal yang diinformasikan didalam Surat Izin Kerja itu mengenai potensi-potensi bahaya yang ada ditempat kerja selama proses berlangsung. Dengan melakukan kedua hal tersebut maka tujuan dari penerapan K3 untuk membuat suatu keadaan yang aman, sehat dan selamat dapat tercapai. Pada kesempatan ini, penulis membahas Gambaran implementasi Permit To Work dengan Prosedur Oil dan Gas di Perusahaan X mengenai kebijakan manajemen dalam mengendalikan bahaya dan meminimalisasi risiko yang berdasarkan pada pedoman tata kerja aman yaitu mengenai pengadaan dan penerbitan Surat Izin Kerja yang sangat dibutuhkan ketika melaksanakan suatu pekerjaan disemua bidang industri yang sangat beresiko baik dari proses kerja, aktivitas, maupun hasil produknya.

6 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil penemuan audit Perusahaan X ditemukan bahwa tidak memenuhi kriteria. Sistem Izin Kerja (PTW system) bukan merupakan izin yang sederhana untuk melaksanakan sebuah pekerjaan yang berbahaya. Hal ini bagian penting dari sistem dimana yang menentukan bagaimana pekerjaan dapat dilaksanakan dengan aman. Ketika insiden terjadi, faktor manusia, seperti kegagalan dalam mengimplementasikan prosedur dengan tepat sering menjadi akar permasalahan. Kegagalan ini bisa menjadi atribusi untuk kekurangan pelatihan, instruksi atau pengertian pada tujuan atau praktek aplikasinya dalam sistem izin kerja. Izin kerja seharusnya tidak diperlakukan sebagai sebuah pernyataan bahwa semua bahaya (hazard) dan risiko sudah selesai tereleminasi dari area kerja. Penyelenggara izin tidak dapat melakukan sendiri dalam membuat sebuah pekerjaan menjadi aman. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas dan perumusan masalah yang ada maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah : Bagaimana Implementasi Permit to work di Perusahaan X dengan membandingkan Oil and Gas Procedure 1.4. Tujuan 1.4.1. Tujuan Umum Memperoleh gambaran tentang implementasi permit to work di Perusahaan X

7 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Memperoleh gambaran tentang implementasi permit to work pada penyelenggara izin. 2. Memperoleh gambaran tentang implementasi permit to work pada pekerja 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Perusahaan Sebagai masukan bagi perusahaan mengenai pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. 1.5.2. Bagi Peneliti a) Menambah pengalaman dan pengetahuan teoritis yang telah diperoleh di bangku kuliah, khususnya dalam hal aspek K3 di perusahaan. b) Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam program K3, khususnya dalan pengenalan dan analisa risiko potensi bahaya, sehingga diharapkan dapat menekan atau mengurangi kecelakaan kerja, dan sekaligus menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, lingkungan kerja yang memenuhi syarat serta melindungi tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan. 1.5.3. Bagi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mempererat hubungan baik dengan perusahaan terkait serta sebagai tempat untuk mengaplikasikan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja bagi peserta didik. 1.6. Ruang Lingkup Sistem permit merupakan sebuah dokumen (permit) wajib sebelum tipe pekerjaan tertentu dilakukan. Biasanya, sebuah sistem permit didisain untuk

8 mentransfer peralatan pengaman dari satu grup (bagian pengoperasian) ke grup lain (bagian pemeliharaan atau kontraktor). Selain itu, sistem Izin Kerja (PTW system atau Permit To Work system) bukan merupakan izin yang sederhana untuk melaksanakan sebuah pekerjaan yang berbahaya. Hal ini bagian penting dari sistem yang menentukan bagaimana pekerjaan dapat dilaksanakan dengan aman. Penelitian ini dilakukan pada selama bulan Mei 2008 dan ditunjukkan untuk semua pekerja serta penyelenggara Izin Kerja (PTW). Penulis ingin melihat melalui implementasi permit to work diperusahaan Oil and Gas. Dengan membandingkan Oil and Gas Prosedur terhadap implementasi permit to work di perusahaan X. Karena semua kegiatan tersebut memiliki potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja maka diperlukan permit to work sebelum bekerja. Dengan menggunakan data-data yang berasal dari perusahaan yaitu berupa data sekunder, dan OGP (Oil and Gas Prosedur).