BAB I PENDAHULUAN. Penanganan permasalahan sosial merupakan tanggung jawab semua pihak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang semakin besar

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 56 / HUK / 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah adalah mahluk sosial yang dianugrahkan suatu kebebasan

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBENUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PENYEDIA LAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

A. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

17. Keputusan Menteri...

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Kementerian Sosial RI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB II PEMAHAMAN PUSAT REHABILITASI NARKOBA DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

BAB V PENUTUP. tekanan kelompok dan ketidakharmonisan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah bagi sebagian besar negara di dunia. Hal ini dapat dimengerti

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. H. Tambunan dalam acara Foreign Policy Breakfast di Kantor Kementerian Luar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 "... yang melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Penanganan permasalahan sosial merupakan tanggung jawab semua pihak termasuk pemerintah, yang ditangani langsung oleh lembaga Dinas Sosial. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menangani masalah-masalah sosial sebagai bukti komitmen dan kepedulian terhadap permasalahan bangsa dan negara. Permasalahan sosial sangatlah kompleks salah satu diantaranya adalah penyalahgunaan Narkoba. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah diantaranya dengan penegakan Hukum, agar kemudian para pelaku kejahatan/permasalahan sosial dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan. Saat ini Negara-negara sudah mulai sadar bahwa tidak cukup hanya dengan memberikan hukuman dalam pengambilan keputusan vonis salah pada penyalahgunaan narkoba, karena hal ini tidak cukup memberikan solusi. Adapun usaha yang lain dilakukan adalah dengan memberikan program kuratif/ mengobatan, berupa Rehabilitasi sosial. Dimana salah satu upaya tersebut adalah dengan membangun dan menyediakan tempat ( rehabilitasi) sosial serta melakukan programprogram rehabilitasi untuk mengarahkan mereka ke posisi yang sebenarnya yaitu : kehidupan yang wajar dan layak. Karena jika masalah tersebut tidak segera ditangani maka akan mengancam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. 1

2 Penyalahgunaan Narkoba ( Narkotika, Psikotropika, bahan Adiktif lainnya), mengalami peningkatan seperti dikemukakan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatera utara Aguswan di Medan. Beliau meng atakan, berdasarkan hasil survey BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 1,99 persen atau sekitar 3,3 juta orang dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun. Pada tahun 2010, angka prevalensi tersebut meningkat menjadi 2,21 persen atau 3,8 juta orang. Jumlah ini meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya sebesar 3,6 juta pengguna narkoba tahun 2013 sudah mencapai 3,8 juta. Dan pada tahun 2015, diproyeksikan akan meningkat menjadi 2,8 persen atau 5,1-5,6 juta orang. Sementara untuk Sumatera Utara, berdasarkan data kejahatan narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan jajarannya, tahun 2010 ada 2.718 kasus dan 3.736 tersangka. Tahun 2011 terdapat 2.728 kasus dan 3.514 tersangka. Korban Penyalahgunaan narkoba yang berada di Rehabilitasi Sosial Yayasan NAZAR Medan Marendal berjumlah 41 orang. Laki-laki berjumlah 32 sedangkan perempuan berjumlah 9 orang. Jumlah penyalahgunaan narkoba ini tidak sejalan dengan jumlah pengadaan fasilitas rehabilitasi yang memadai dan juga pekerja sosialnya, sebagai salah satu upaya untuk memberikan solusi dari dari permasalahan ini. Deputi Rehabilitasi Kemensos, Max Tuapattittmain mengatakan di Jakarta, Desember 2010. Untuk saat ini yang dimiliki dan dikelola langsung Kemensos hanya dua, satu di Bogor dan satu lagi di Medan, itu sangat terbatas.

3 Termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga mempunyai peran signifikan dalam melakukan rehabilitasi itu. Hingga 2010, tercatat 90 tempat rehabilitasi yang dikelola oleh swasta dan tersebar di seluruh Indonesia diantaranya adalah Yayasan Nazar medan marendal. Namun, Kondisinya terbatas, baik jumlah pekerja sosial maupun metodologi yang ada. Pemerintah dalam hal ini melibatkan secara aktif lapisan masyarakat untuk membentuk sebuah lembaga mengambil bagian dalam menangani masalah-masalah sosial, dalam hal ini penanganan korban penyalahgunaan narkoba karena keterbatasan pemerintah. Namun, perlu disadari keberhasilan lembaga tersebut tergantung pada sumber daya manusia yang memiliki produkvitas yang tinggi dan berkualitas. Sumber daya yang dimaksud disini adalah mereka yang memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Hal tersebut dapat di lihat dari tingkat pendidikan dan pengalaman sumberdaya manusianya dalam hal ini disebut pekerja sosial. Melihat dari latar belakang pendidikan nya pekerja Sosial sebagai orang lulusan atau alumni perguruan tinggi jurusan kesejahteraan sosial atau pekerjaan sosial. Mereka telah mengikuti pendidikan formal minimal strata satu (S 1 ) atau Diploma IV (D IV ). Mereka dapat bekerja di lembaga pemerintah, swasta, maupun praktik mandiri. pekerja sosial adalah tenaga profesional yang meningkatkan atau memperbaiki keberfungsian sosial orang lain dan juga telah menguasai pengetahuan, nilai dan keterampilan. untuk itu, kedudukan Pekerja Sosial adalah sebagai pelaksana teknis fungsional, yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial pada instansi pemerintah maupun badan/ organisasi sosial lainnya.

4 Petugas Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dilakukan oleh Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksud dapat berperan sebagai manajer kasus, konselor adiksi, pendamping sosial, dan advokasi sosial sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud berperan membantu penyelenggaaraan rehabilitasi sosial sesuai dengan keahlian/ilmunya masing-masing di dalam dan/atau di luar lembaga. Peranan manajer kasus sebagaimana meliputi kegiatan identifikasi kebutuhan, merencanakan, mengoordinasikan, memantau, mengevaluasi dan melakukan advokasi sosial untuk berbagai jenis pelayanan bagi korban Penyalahgunaan NAPZA dan keluarganya. Peranan konselor adiksi sebagaimana dimaksud meliputi kegiatan memberikan pemahaman, mendorong ke arah perubahan, dan memfasilitasi penentuan alternatif pemecahan masalah korban Penyalagunaan NAPZA baik secara individu maupun kelompok. Pekerja sosial harus memiliki profesionalitas yang merupakan dasar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang meliputi kerangka Pengetahuan, nilai dan Keterampilan, agar kinerja pekerja sosial dapat dilihat, maka dalam hal ini dapat diukur dari : 1. Kualitas kerja, yang dapat dilihat dari segi ketelitian dan kerapian bekerja, kecepatan penyelesaian pekerjaan, keterampilan dan kecakapan kerja. 2. kuantitas kerja, diukur dari kemampuan secara banyaknya di dalam mencapai target atau hasil kerja atas pekerjaan-pekerjaan baru.

5 3. Faktor pengetahuan, meninjau kemampuan pekerja sosial dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan tugas yang mereka lakukan. 4. Faktor keandalan, mengukur kemampuan dan keandalan dalam melaksanakan tugasnya baik dalam menjalankan peraturan maupun inisiantif dan kedisiplinan. 5. Faktor kehadiran, yaitu melihat aktivitas pekerja sosial didalam kegiatankegiatan rutin kantor/panti, rapat-rapat atau kehadiran ditengah-tengah kliebn yang membutuhkannya. 6. Faktor kerjasama, melihat bagaimana pekerja sosial bekerja dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Ini adalah Pengukuran kinerja pekerja sosial yang bisa diterapkan dalam rangka melihat bagaimana kinerja pekerja sosial dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi sosial di Yayasan Nazar Medan Marendal. Fenomena yang terlihat dilapangan tidak lah sesuai dengan harapan, banyak tenaga pekerja sosial profesional tidak melaksanakan tugas dan peranan nya secara benar dikarenakan pendidikan yang rendah/tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan kesejahteraan sosial dan pengalaman yang masih sedikit, kemudian jumlah pekerja sosial yang masih terbatas dalam rehabilitasi sosial hak ini dibuktikan dengan jumlah rehabilitasi yang terbatas. ini menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara rehabilitasi. Meskipun seorang penyalahguna NAPZA telah mengikuti program rehabilitasi, masih banyak dari mereka yang kembali menggunakan NAPZA (kambuh). Hal ini disebabkan oleh ada situasi, kurang maksimalnya kinerja Pekerja

6 Sosial dalam menangani permasalahan secara kompleks atau karena benda-benda tertentu yang dapat merangsang mereka untuk kembali menggunakan NAPZA. Ini suatu keadaan yang sangat merugikan pecandu, keluarga, dan masyarakat secara umum. Di Amerika Serikat (California), Koob, seorang ahli neurofarmakologi, mempunyai estimasi bahwa 80% dari penyalahguna NAPZA akan kembali menggunakan NAPZA (Hukom, 2008). Dengan mengetahui aspek yang paling berpengaruh pada penyalahguna NAPZA dapat dirumuskan dengan tepat cara menanganinya oleh Pekerja Sosial, agar pasien tidak kambuh kembali, karena sebagian besar penyalahguna NAPZA yang dirawat sering mengalami keadaan kambuh kembali dan dibutuhkan penanganan baru dengan biaya yang lebih mahal (Dwiyanny, 2001). Peranan pekerja sosial disini sangatlah penting, karena pekerja sosial merupakan pelaksana langsung dari suatu kegiatan, sukses atau tidak nya keberhasilan rehabilitasi ada ditangan mereka. Berdasarkan hal tersebut diatas, saya tertarik untuk meneliti. Kinerja Pekerja Sosial dalam kegiatan Rehabilitasi Sosial korban penyalahgunaan Narkoba periode juni dan Juli 2014 di Yayasan Nazar Medan Marendal. B. Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapatdi identifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Jumlah pengidap narkoba tidak sebanding dengan tempat rehabilitasi yang tersedia

7 2. Para pekerja sosial tidak memiliki pendidikan sesuai dengan profesi yang seharusnya dimiliki 3. Penyalahgunaan narkoba selalu meningkat dari tahun ketahun 4. Pelaksanaan Pekerjaan sosial terlihat kurang profesional dan membutuhkan tantangan yang besar 5. Para pasien terkadang mudah jenuh dalam mengikuti kegiatan rehabilitasi karena penanganan yang kurang profesional C. Batasan Masalah Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam permasalahan yang akan diteliti, maka perlu suatu pembatasan masalah. Batasannya adalah Seberapa baik kah Kinerja Pekerja Sosial dalam Kegiatan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkoba Periode di Yayasan Nazar Medan Marendal. D. Fokus Masalah Dari batasan masalah yang dikemukan diatas, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Kinerja Pekerja Sosial dalam Kegiatan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkoba selama Periode juni sampai agustus 2014 di Yayasan Nazar Medan Marendal.

8 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa baik : Kinerja Pekerja Sosial dalam Kegiatan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Nazar Medan Marendal. F. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat penelitian secara Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi Pusat rehabilitasi dalam mengevaluasi kinerja Pekerja sosial nya b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Sosial/dinas Kesehatan dalam merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba 2. Manfaat penelitian secara teoritis a. Sebagai bahan masukan dalam menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah b. Sebagai bahan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah. c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.