DESAIN PROGRAM KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DI NTT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AIPMNH INOVASI DALAM PERENCANAAN DAN MANAJEMEN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013

SEBAGAI UPAYA PENURUNAN AKI & AKB PROVINSI NTT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

KEMATIAN NEONATAL DI PROVINSI NTT SUMBA TENGAH SUMBA BARAT SB D. Disampaikan oleh: Dr. Stefanus Bria Seran, MPH. (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT)

MATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

KerangkaAcuanKegiatan Program Perencanaan, Persalinan Dan PencegahanKomplikasi( P4K )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Komponen input pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu (AKI) adalah indikator di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

Pendekatan Kebijakan di Hulu ke Hilir. dr. Sitti Noor Zaenab, M. Kes

Ilmu Kesehatan Masyarakat 2. Quit Tobacco Indonesia (QTI), CBMH Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut

Motivator KIA. Buku Saku. Edisi 1, September Motivator KIA 1

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka. Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi ancaman kesehatan global. Sejak tahun 1993, World

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN IBU & ANAK AIPMNH

INISIASI MENYUSU DINI & PEMBERIAN ASI SECARA EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya telah menunjukkan kemajuan yang baik, namun masih

MODEL KELAS IBU HAMIL UNTUK PEMETAAN RISIKO KEHAMILAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PERSALINAN

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K)

BAB VII PENUTUP. Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Pariaman Standar Pelayanan

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

PENGEMBANGAN MODEL PERTOLONGAN PERSALINAN UNTUK MENURUNKAN AKI DI PROPINSI JAWA BARAT. Forum Nasional II Makassar, September

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat dan keberhasilan pembangunan

Efektifitas Pendampingan Klinis Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Maternal dan Neonatal di 6 RSUD Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN. tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Hak setiap bayi untuk

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MGD s) atau tujuan pembangunan milenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

Peran Perempuan Komunitas Lokal Dalam Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga Di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. M. Faozi Kurniawan Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM

PEDOMAN KELAS IBU HAMIL

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 2, Juni 2013

Penduduk Perkotaan (1000s)

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KAMPANYE DAN PENGELOLAAN MODEL PERLINDUNGAN ANAK TERPADU BERBASIS MASYARAKAT (PATBM)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI PENYULUH KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas

KIE - KESEHATAN REPRODUKSI OLEH : DR. DIFFAH HANIM, DRA. M.SI

Oleh : dr. Johanes Don Bosco Do, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Kab. Ende

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KIA MELALUI PENDEKATAN PUSKESMAS MAMPU PONED

2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju


PUSKESMAS NARINGGUL KECAMATAN NARINGGUL KABUPATEN CANJUR PROGRAM : KIA/KB TAHUN 2016

Transkripsi:

DESAIN PROGRAM KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DI NTT AIPMNH AIPMNH is managed by Coffey on behalf of the Australian Department of Foreign Affairs and Trade

DESAIN PROGRAM KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DI NTT Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health (AIPMNH) AIPMNH is managed by Coffey on behalf of the Australian Department of Foreign Affairs and Trade

DAFTAR ISI Apa Itu Komunikasi Perubahan Perilaku? Siapa yang Perlu Tahu tentang KPP? Mengapa KPP Penting? Promosi Kesehatan Sebelum AIPMNH Desain Program KPP AIPMNH di NTT 1. Kerangka kerja program KPP AIPMNH 2. Pendekatan dan strategi AIPMNH: mulai dari provinsi 3. Meningkatkan kapasitas Dinas Kesehatan kabupaten 4. Hasil Pelatihan 5. Hambatan 6. Pelajaran yang dipetik 1 1 1 2 3 2 4 6 9 10 11

Apa Itu Komunikasi Perubahan Perilaku? Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) adalah model pendekatan komunikasi untuk mengubah perilaku masyarakat secara sukarela dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi. Siapa yang Perlu Tahu tentang KPP? Perencana program kesehatan mulai dari pemerintahan (misalnya, Dinas Kesehatan dan BKKBN), lembaga swadaya masyarakat, mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat, hingga praktisi biro iklan, dan sebagainya. Mengapa KPP Penting? Faktor perilaku sangat berkontribusi pada baik buruknya kualitas kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat. Tujuan Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak, yaitu agar semua ibu bersalin di fasilitas kesehatan yang memadai, misalnya, tidak mungkin dapat dicapai tanpa upaya untuk mengubah perilaku ibu dari kebiasaan bersalin di rumah menjadi bersalin di fasilitas kesehatan. Sementara itu, di sisi lain, masih banyak perencana program kesehatan baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten yang kurang memahami secara mendalam tentang perilaku masyarakat yang akan diintervensi. Bagi para perencana program itu, mengubah perilaku masyarakat dilakukan dengan memberi paparan melalui satu-dua media informasi secara terus-menerus tentang "perilaku ideal". "Kesalahan" kedua yang sering ditemukan adalah memuat banyak pesan dalam satu kemasan. Akibatnya, media yang dipakai menjadi sesak pesan, dan hasilnya masyarakat sasaran kurang dapat menangkap tawaran "perilaku ideal" yang ingin diperkenalkan. Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT 1

Kurangnya pemahaman para perencana program terhadap perilaku kelompok sasarannya ini, utamanya yang berkaitan dengan faktor penghalang, motivasi, dan pendukung, serta kurangnya keahlian dalam memanfaatkan media dalam konteks model perubahan perilaku, sering membuat desain program menjadi kurang tajam. Promosi Kesehatan Sebelum AIPMNH Promosi kesehatan pada era Orde Baru menjadi tanggung jawab unit Promosi Kesehatan Departeman Kesehatan. Semua pengembangan media dan strategi promosi kesehatan dikendalikan dari Jakarta. Provinsi dan kabupaten hanya bertugas untuk menggandakan dan mendistribusikan berbagai media dimaksud, melalui saluran komunikasi yang ada di daerahnya (puskesmas, posyandu, balai desa, dan sebagainya). Kebijakan yang sentralistik ini berdampak terhadap kemampuan perencana program promosi kesehatan baik di tingkat provinsi mapun kabupaten di Indonesia, termasuk di NTT. Dampak yang paling terasa terutama dalam hal mendesain program komunikasi perubahan perilaku. Sehubungan dengan itu, desain intervensi komunikasi perubahan perilaku AIPMNH lebih berfokus pada upaya untuk meningkatkan kapasitas perencana program promosi kesehatan baik di provinsi maupun di kabupaten/kota. Desain Program KPP AIPMNH di NTT 1. Kerangka kerja program KPP AIPMNH Bagan Kerangka Kerja Konseptual KPP Tahun 2012-2013: Berfokus pada perilaku di tingkat provinsi dan kabupaten. 2 Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT

HASIL TUJUAN INPUT PROSES Dinkes Kab, Penyaji Layanan Kesehatan dan ToT dan Pelatihan NGO: - Meningkatnya persalinan di faskes - Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan - Semakin baiknya penanganan kasus - Ibu hamil meminta suaminya menemani untuk ANC - Ibu hamil bersama suami merencanakan persalinan di faskes terdekat - Suami menyiapkan Tabulin - Inisiasi menyusui dini PESERTA - Ibu - Pengasuh - Suami - Keluarga - Kelompok masyarakat - Pemimpin lokal - Tokoh agama Dinkes Prov, Dinkes Kab, Keterampilan KPP: bagaimana mengembangkan program perubahan perilaku yang komprehensif, perencanaan dan pelaksanaan dan pemantauan, termasuk: - Penelitian formatif: analisis perilaku, memahami dan mengatasi halangan dan motivator, pemetaan agenagen perubahan - Informasi, pengetahuan: hak-hak klien - Norma-norma budaya/sosial - Menangani panawaran dan permintaan (supply and demand) - Lobi untuk kemitraan pemerintah-lsm Pelatihan IPC untuk bidan, posyandu dan kader desa siaga KEGIATAN/INTERVENSI DAMPAK Menurunnya AKI dan AKB - Peran serta masyarakat: desa siaga - Media massa: radio spot, radio talk show, media cetak - Dukungan individu (siklus penilaian bersama, negosiasi, kesepakatan) - Bahan IEK: alat bantu diskusi dengan masyarakat, alat bantu konseling (cue cards, flip charts, komik, poster, video, dll.) AGEN PERUBAHAN PERILAKU - Tokoh masyarakat - Trend setters - CE desa siaga - PKK - Posyandu; Kader - Bidan Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT 3 TUJUAN PRIORITAS BCI AIPMNH UNTUK TAHUN 2012 2013

Logical flow (Alur logis) Output (jumlah peserta pelatihan KPP dan IPC) Outcome (mampu membuat rencana KPP kabupaten sendiri, dan mampu menghasilkan berbagai materi KIE yang sesuai dengan pesan kunci berbasis bukti untuk kabupaten/kota masingmasing) Impact: jumlah ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan dan jumlah suami yang menemani istrinya memeriksakan kehamilan dan bersalin di fasilitas kesehatan meningkat. 2. Pendekatan dan strategi AIPMNH: mulai dari provinsi Melalui pendekatan ToT (Training of Trainers), pelatihan KPP dimulai dari tingkat provinsi untuk mendapatkan fasilitator provinsi. Lima belas (15) peserta yang berasal dari berbagai latar belakang dan institusi di Provinsi NTT, di antaranya: Dinas Kesehatan, BKKBN, Biro Pemberdayaan Perempuan, Bappeda, Tim Penggerak PKK, dan tokoh agama, mengikuti pelatihan yang berlangsung selama lima hari kerja. Pelatihan Komunikasi dan Perubahan Perilaku Tingkat Provinsi NTT dilaksanakan di Kupang pada tanggal 6 10 Maret 2012. KPP tingkat provinsi 4 Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT

Selanjutnya para fasilitator provinsi ini diberi kesempatan untuk melatih diri dengan cara memfasilitasi perlatihan KPP di 14 kabupaten/kota AIPMNH, yaitu: Manggarai Barat, Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores Timur, Lembata, Belu, TTU, TTS, Kabupaten Kupang, Kota Kupang, Sumba Timur, dan Sumba Barat. Pelatihan KPP di 14 kabupaten/kota dimaksud, dilakukan selama 11 bulan (10 April 2012 s/d 23 Maret 2013). Pelatihan KPP tingkat kabupaten/kota Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT 5

3. Meningkatkan kapasitas Dinas Kesehatan Kabupaten Upaya meningkatkan kapasitas perencana program promkes di Dinkes kabupaten/kota beserta mitra SKPD lainnya terkait KPP, dilakukan melalui on the job training yang berlangsung selama lima hari. Pelatihan ini berfokus pada perilaku kunci bersalin di fasilitas kesehatan memadai. Materi pelatihan meliputi: Enam langkah pengembangan program KPP, yaitu: - Analisis Situasi - Kajian Formatif - Merancang Strategi Komunikasi - Mengembangkan Materi KPP - Implementasi Program - Monitoring dan Evaluasi Model perubahan perilaku dan strategi media yang diberikan pada pelatihan ini mengacu pada stages of change model dari Prochaska dan Di Clemente. Model intervensi perilaku ini bertumpu pada sejumlah tahapan perilaku yang membentuk garis linier. Meliputi: pre-contemplation (belum memikirkan), contemplation (perenungan), decision (memutuskan), action (bertindak) dan maintenance (terbiasa melakukan dan perilaku menetap). Model stages of change dari Prochaska ini juga memungkinkan perencana program untuk memadukannya dengan strategi media mix (bauran media), yaitu: above the line (media massa), below the line (media cetak), dan IPC atau Inter-Personal Communication (komunikasi interpersonal oleh bidan, kader, dan tokoh masyarakat) pada berbagai tahapan di atas. Pelatihan KPP ini dikemas dalam bentuk pelatihan dampingan. Dari pelatihan yang berlangsung selama lima hari itu, peserta pelatihan didampingi fasilitator membuat dan mengembangkan rencana strategi perubahan perilaku yang akan diterapkan di kabupaten asal mereka. Peserta juga membuat sendiri media yang sesuai untuk kabupatennya masing-masing. 6 Kajian formatif kegiatan KPP di kabupaten Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT

Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang berhasil diproduksi oleh empat belas kabupaten/kota selama pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku, di antaranya: a. Aktivitas lini atas (above the line activities) menggunakan media massa terutama radio. Media massa ini relatif murah dan mampu menjangkau daerah terpencil yang tidak memiliki listrik. Materi promosi melalui radio meliputi: radio spot, talk show, drama radio, dan DBU (Development Broadcasting Unit). b. Media cetak meliputi: pembuatan poster, stiker, banner, komik, cerita bergambar, dan flipchart (lembar balik). c. Media tradisonal berupa lagu daerah yang berisi pesan KIA. d. Pembuatan film KIA, yaitu Harapan Sebina, dan Inerie. Pengunjung posyandu membaca komik KB produksi Tim KPP Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT 7

Pelatihan IPC/C (Inter Personal Communication and Counselling atau Komunikasi Interpersonal dan Konseling). Dari hasil kajian formatif diperoleh masukan dari para ibu, bahwa salah satu keengganan ibu untuk bersalin di puskesmas adalah karena bidan tidak bersahabat. Berikut adalah beberapa pandangan para ibu tentang bidan. Saya tidak bisa bebas berteriak kalau kesakitan, karena ibu bidan akan marah dan mencubit. Kata bu bidan, waktu membuatnya diam-diam, tapi teriak-teriak waktu melahirkan Untuk mengatasi hal itu, dikembangkan kurikulum satu hari, dengan materi pelatihan IPC yang praktis, singkat (mengingat bidan tidak bisa meninggalkan puskesmas dalam waktu lama), dan berfokus untuk mengubah perilaku dan cara berkomunikasi para bidan melalui berbagai role play dan contoh-contoh. Pelatihan IPC ini berbeda dengan pelatihan IPC/C sebelumnya yang lebih menekankan pada upaya meningkatkan pengetahuan (kognitif) para bidan melalui berbagai teori dan definisi operasional. Bidan menyempatkan diri membaca komik KB hasil produksi Tim KPP 8 Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT

4. Hasil Pelatihan Pelatihan KPP Sejumlah 266 orang peserta (127 laki-laki dan 139 perempuan) telah mengikuti pelatihan KPP dan pengembangan media. Pelatihan IPC Sejumlah 541 orang, terdiri dari bidan dan petugas lapangan KB (4 laki-laki dan 537 perempuan) telah mengikuti pelatihan komunikasi interpersonal. Kegiatan KPP di Kabupaten TTU Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT 9

5. Hambatan yang dihadapi kabupaten/kota dalam menerapkan intervensi KPP Dimulai dari seleksi peserta pelatihan Salah satu kesulitan dalam seleksi peserta pelatihan KPP adalah memilih peserta dari mitra SKPD. Kriteria peserta pelatihan yang disyaratkan untuk mengikuti pelatihan KPP terkadang sulit untuk dipenuhi. Salah satu sebabnya adalah karena disposisi kepala SKPD terkadang bukan kepada staf yang sesuai dengan bidang yang terkait dengan komunikasi. Akibatnya peserta yang bersangkutan mengalami kesulitan untuk memahami konsep komunikasi yang diberikan dalam pelatihan. Salah satu contoh adalah didisposisikannya seorang staf administrasi poli bedah dari sebuah rumah sakit di salah satu kabupaten, untuk mengikuti pelatihan KPP. Jalan keluar: Mitra SKPD harus diberi informasi yang jelas terlebih dahulu tentang apa itu KPP, manfaat untuk institusinya, siapa staf yang bisa mengikuti pelatihan KPP, dan sebagainya. Dengan demikian, peserta pelatihan akan lebih sesuai dengan bidang dan minatnya. Persoalan mutasi tenaga pelatih Hambatan yang muncul setelah peserta memperoleh pelatihan KPP adalah mutasi pegawai. Masalah klasik ini muncul di hampir semua mitra SKPD, sehingga sering membuat upaya capacity building nyaris sia-sia. Jalan keluar: Alternatif jalan keluar untuk masalah ini adalah dengan memanfaatkan tenaga ahli lokal, misalnya tenaga pensiunan dari Dinas Kesehatan/BKKBN. Pengetahuan dan pengalaman mereka akan dapat memperkaya implementasi program KPP yang dikembangkan. Alternatif lainnya adalah melibatkan tenaga widyaiswara yang sesuai dari BAPELKES (Balai Pelatihan Kesehatan) di Dinas Kesehatan setempat. 10 Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT

Tidak ada dana di SKPD untuk mengimplementasikan program KPP Masalah mendasar setelah pelatihan KPP adalah mengimplementasikan rencana program KPP di Kabupaten. Rencana yang dibuat bersama selama pelatihan KPP kebanyakan tidak dapat diimplementasikan secara utuh karena keterbatasan dana. Padahal, semakin banyak kesempatan staf berlatih, akan membuatnya semakin ahli. Jalan keluar: Diperlukan upaya advokasi dari staf Promkes Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk memasukkan dana implementasi program KPP ke dalam APBD kabupaten/ kota. Advocacy tools, seperti leaflet, booklet dan film bisa digunakan untuk mengubah pola pandang anggota dewan terhadap perlunya upaya promosi kesehatan yang dilakukan secara terfokus, sistematis, dan terus menerus. Hambatan lain Yang harus mendapat perhatian adalah masih kuatnya ego sektoral, dan tidak adanya data pendukung untuk membaca situasi lapangan, misalnya data epidemiologi di tingkat Kabupaten/kota terkait PSP (Pengetahuan, Sikap dan Perilaku) ibu hamil terhadap tanda bahaya pada kehamilan dan tanda bahaya pada bayi baru lahir. Hasil studi PSP terhadap ibu hamil dimaksud, pada baseline survey diawal projek KIA, bisa membantu perencana program KPP untuk memahami perilaku ibu hamil terhadap faktor risiko yang menyertai kehamilan dan bayi baru lahir. Kegiatan pelatihan KPP di Kabupaten Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT 11

5. Pelajaran yang dipetik Program perubahan perilaku berdasarkan pendekatan BCC selama ini hanya berfokus pada creating demand di area demand side saja. Padahal jika dilihat besaran masalah kesehatan, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif dan lebih luas. Contoh: Salah satu faktor yang turut mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap keputusan untuk bersalin di Puskesmas, adalah ketiadaan infrastruktur jalan di desanya. -oo0oo- 12 Desain Program Komunikasi Perubahan Perilaku di NTT

AIPMNH 2015