PERANAN HAKIM PENGAWAS DAN PEGAMAT TERHADAP PELAKSANAAN PUTUSAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II.B KOTA PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Marwan Busyro 1

dokumen-dokumen yang mirip
PUTUSAN SELA TERHADAP PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Syahril 1

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat. disimpulkan sebagai berikut:

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMBUKTIKAN TERJADINYA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN HUBUNGAN KELUARGA. Oleh: Marwan Busyro * Abstrak

PENUTUP. penelitian lapangan, serta pembahasan dan analisis yang telah penulis lakukan

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh seseorang

SKRIPSI PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGAMATAN TERHADAP NARAPIDANA OLEH HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT STUDI KASUS DI LAPAS SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

Kata kunci: Pencabutan keterangan, terdakwa. AKIBAT HUKUM TERHADAP PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DI PENGADILAN 1 Oleh: Efraim Theo Marianus 2

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan, maka dapat dirumuskan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT BAGI HAKIM DALAM MENETAPKAN PUTUSAN DALAM PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Indra Purba Harahap 1

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Salah satu ciri negara hukum Indonesia yaitu adanya. yang bertugas mengawal jalannya pemeriksaan sidang pengadilan.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG TUNTUTAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI PADANGSIDIMPUAN

satunya diwujudkan kedalam Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Nomor 14 tahun 1970 dan diganti oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DALAM MENERIMA PENINJAUAN KEMBALI SUATU PERKARA PIDANA 1 Oleh: Eunike Lumi 2

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

BAB III PENUTUP. menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari: berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

PANITERA DAN MASALAHNYA DALAM PERKARA PERDATA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Indra Purba Harahap.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penulis yang telah dilakukan maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERAN JAKSA DALAM PENGAWASAN NARAPIDANA YANG DIBERIKAN PELEPASAN BERSYARAT DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Kejaksaan Negeri Surakarta)

BAB III PENUTUP. korupsi dan kekuasaan kehakiman maka penulis menarik kesimpulan. mengenai upaya pengembalian kerugian negara yang diakibatkan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

TINJAUAN TENTANG HAMBATAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Anwar Sulaiman Nasution 1.

BAB III PIDANA BERSYARAT

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,

Institute for Criminal Justice Reform

BAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

PERANAN HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA. Hudali Mukti ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pembahasan, hasil penelitian yang penulis

AKIBAT HUKUM PERALIHAN TANGGUNG JAWAB PENYIDIK ATAS BENDA SITAAN 1 Oleh : Noldi Panauhe 2

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

PRAPENUNTUTAN DALAM KUHAP DAN PENGARUH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 Oleh: Angela A.

BAB III PENUTUP. umum dalam memberikan perlindungan terhadap korban sebagai saksi kekerasan. dalam rumah tangga maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB III PENUTUP. maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

TUGAS II PENGANTAR ILMU HUKUM PENGARUH PUTUSAN PENGADILAN DALAM HUKUM

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI. Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memenuhi gelar kesarjanaan Dalam bidang Ilmu Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti

BEBERAPA HAMBATAN YANG DIHADAPI HAKIM DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA KORUPSI DI PENGADILAN NEGERI JAMBI

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukum tetap ini merupakan upaya hukum luar biasa, dalam memperoleh kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tidak mendapat kepastian hukum setelah melalui proses persidangan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERUSAKAN PAGAR DIATAS TANAH OBJEK SENGKETA PERDATA MERUPAKAN TINDAK PIDANA. Triswidodo 1. Abstrak

ANALISIS TERHADAP SISTEM PEMIDANAAN DALAM UU NO. 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK 1 Oleh : Merril Constantia Lomban 2

Negeri Wonosari dalam pelaksanaan checking on the spot tidak

Berdasarkan angka 1 dan 2 diatas dan dengan pertimbangan hal-hal, antara lain: 1. Azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur menurut Undang-Undang ini.

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BLOCK BOOK HUKUM ACARA PIDANA Kode Mata Kuliah : WUI 5342

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan hukum dan penegakkan hukum yang sah. pembuatan aturan atau ketentuan dalam bentuk perundang-undangan.

Institute for Criminal Justice Reform

Transkripsi:

PERANAN HAKIM PENGAWAS DAN PEGAMAT TERHADAP PELAKSANAAN PUTUSAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II.B KOTA PADANGSIDIMPUAN Oleh: Marwan Busyro 1 ABSTRAK Permasalahan penelitian ini adalah, pertama, apakah Hakim Pengawas dan Pengamat telah dapat berperan sebagai aparat yang berwenang dalam mengawasi dan mengamati pelaksanaan suatu putusan pemidanaan sesuai dengan tuntutan KUHAP? Kedua, apakah hambatan-hambatan yang ditemui Hakim Pengawas dan Pengamat dalam melaksanakan tugas mengawasi dan mengamati pelaksanaan suatu putusan pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.B Kota Padangsidimpuan? Metode yang digunakan adalah metode pustaka dan lapangan. Pengumpulan data dengan interview dan studi dokumentasi. Data dianalisa menggunakan teknik pengujian hipotesa induksi dan deduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hakim Pengawas dan Pengamat belum dapat berperan sebagai aparat yang berwenang dalam mengawasi dan mengamati pelaksanaan suatu putusan pemidanaan sesuai dengan tuntutan KUHAP. Kemudian hambatanhambatan yang ditemui tidak adanya penunjang tugasnya seperti staf untuk membantu tugas dari pada Hakim Pengawas dan Pengamat untuk mengawasi dan mengamati perkembangan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. Kata Kunci: Hakim Pengawas dan Pengamat, Lembaga Pemasyarakatan. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Apabila kita lihat tugas-tugas Hakim yang diberikan wewenang untuk memutuskan suatu perkara terhadap pelanggar hukum atau yang mengawasi pelaksanaan putusan itu, maka disini bukan hanya Hakim Ketua saja yang dapat mengawasi akan tetapi sudah ada yang ditetapkan oleh Hakim Ketua Pengadilan Negeri yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman tentang penghunjukan Hakim Pengawas dan Pengamat untuk membantu tugas-tugas Hakim Ketua Pengadilan Negeri tersebut. Hakim Pengawas dan Pengamat yang telah dihunjuk oleh Hakim Ketua Pengadilan Negeri tersebut dapat mengawasi dan mengamati pelaksanaan putusan 1 Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Unviersitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. 409

Pengadilan untuk melaksanakan hukuman terhadap terpidana yang akan menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan, dimana yang berwenang untuk memutuskan suatu tindak pidana ini ialah Hakim yang menangani perkara tersebut dan menjatuhkan hukuman terhadap terpidana itu sendiri Sesudah Hakim Ketua memutuskan suatu perkara dan menjatuhkan hukuman, maka disini Hakim Pengawas dan Pengamat dapat mengawasi putusan Pengadilan dan begitu juga setiap ada putusan Pengadilan maka disini Hakim Ketua akan memberi wewenang kepada Hakim Pengawas dan Pengamat untuk membantu Hakim Ketua dalam mengamati dan mengawasi terhadap terpidana yang menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. Seperti halnya yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pokok Kehakiman bahwa: a. Ketua Pengadilan wajib mengawasi pelaksanaan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap; b. Pengawasan pelaksanaan putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan (Pasal 55 ayat 1 dan 2). 2 Sesuai dengan Pasal tersebut dengan memalalui Hakim Ketua Pengadilan Negeri tersebut untuk membantu Hakim Ketua dalam melaksanakan dan mengawasi serta memutuskan perkara. Ketua Pengadilan memberi wewenang kepada Hakim Pengawas dan Pengamat dalam mengawasi dan mengamati terhadap putusan Pengadilan Negeri yang berdasarkan Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1985, tanggal 11 Pebruari 1985 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat di lingkungan Pengadilan. 2. Permasalahan Permasalahan penelitian ini adalah, pertama, apakah Hakim Pengawas dan Pengamat telah dapat berperan sebagai aparat yang berwenang dalam mengawasi dan mengamati pelaksanaan suatu putusan pemidanaan sesuai 2 Departemen Kehakiman RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman, Jakarta, 2009, hal. 18 410

dengan tuntutan KUHAP? Kedua, apakah hambatan-hambatan yang ditemui Hakim Pengawas dan Pengamat dalam melaksanakan tugas mengawasi dan mengamati pelaksanaan suatu putusan pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.B Kota Padangsidimpuan? B. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini adalah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.B Kota Padangsidimpuan dan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan. Dengan jenis penelitian normatif yang bersumber kepada data berupa peraturan perundang-undangan dan berupa dokumen tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun 1985. Sumber data yang digunakan sumber data primer dan skunder. Kemudian teknik pengumpulan data wawancara dan studi dokumentasi. Analisa data yang di gunakakan adalah induksi dan deduksi. C. Hasil Penelitian 1. Kedudukan Hakim Pengawas Dan Pengamat Dalam Pelaksanaan Putusan Pemidanaan Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, tentang Hukum Acara Pidana khususnya yang menyangkut pada Bab XX Pasal 277 sampai dengan 283, dimana Mahkamah Agung belum pernah mengeluarkan petunjuk tentang pelaksanaan tugas dari pada Hakim Pengawas dan Pengamat yang sifatnya berkaitan erat dengan pelaksanaan tugas secara teknis, padahal ketentuan dari Hakim Pengawas dan Pengamat itu merupakan hal yang baru dalam perundang-undangan nasional kita yang mana masih memerlukan petunjuk-petunjuk lebih lanjut. Berdasarkan penjelasan di atas dan mengingat luasnya ruang lingkup Hukum Acara Pidana sebagai cabang hukum yang langsung mengatur tata cara hukuman bagi yang sedang menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. Maka hal ini sangat perlu dikeluarkan suatu peraturan yang terkait dengan 411

permasalahan tentang Hakim Pengawas dan Pengamat sebagaimana yang terdapat di dalam Hukum Acara Pidana. Sehingga masalah ini tidak jarang mengalami kendala dalam perakteknya secara operasional dan perlu sekali disejajarkan dengan prinsip terbentuknya Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, diantaranya adalah masalah dari pada kedudukan Hakim Pengawas dan Pengamat dalam pelaksanaan putusan pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya di dalam menjalankan pengawasan dan pengamatan terhadap tingkah laku seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan adalah salah satu yang dilakukan Hakim Pengawas dan Pengamat setelah ditunjuk Ketua Pengadilan melalui Surat Penetapan yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan yang bersangkutan. Sekalipun demikian hal ini oleh Hakim Pengawas dan Pengamat menyatakan sesudah berlakunya UU No. 8 Tahun 1981 perkembangannya belum ada, Cuma sudah ditunjuk Ketua Pengadilan Negeri Padangsidimpuan Hakim Pengawas dan Pengamat, akan tetapi dalam menjalankan tugas Hakim Pengawas dan Pengamat (Kimwasmat) masih bersifat passif atau masih menunggu adanya laporan atau keluhan-keluhan dari pada narapidana di dalam menjalankan masa pidananya, hal demikian terjadi oleh karena Hakim Pengawas dan Pengamat dalam menjalankan tugasnya untuk bisa bertindak aktif, belum mempunyai suatu mata anggaran tersendiri dan juga Hakim Pengawas dan Pengamat belum mempunyai Staf untuk mengurusi data-data para narapidana yang sedang menjalani hukumannya Berdasarkan penjelasan aparat tersebut di atas, maka kedudukan Hakim Pengawas dan Pengamat di dalam pelaksanaan putusan pemidanaan adalah sebagai aparat yang berkewajiban di dalam menjalankan tugasnya sebagai Hakim Pengawas dan Pengamat untuk mengawasi dan mengamati pelaksanaan putusan pemidanaan yang telah dijatuhkan oleh Hakim di muka persidangan terhadap terpidana untuk menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan. Namun sekalipun demikian keududkan Hakim Pengawas 412

dan Pengamat dalam mengawasi dan mengamati pelaksanaan putusan pemidanaan adalah sebagai aparat penegak hukum, hal ini sebagaimana yang jelaskan oleh Bapak Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II. B Kota Padangsidimpuan yang mengatakan sekalipun belum menerima Surat Keputusan, baik putusan persidangan yang dijatuhkan terhadap terpidana dari Pengadilan Negeri Padangsidimpuan yang ditujukan kepada Lembaga Pemasyarakatan tetap dilaksanakan atau dijalankan pembinaan narapidana dan tidak ada penyimpangan dan dijalankan menurut prosedur yang ada, walaupun untuk menjalankan putusan itu tidak ada Instruksi dari Hakim Pengawas dan Pengamat yang berhak mengawasi dan mengamati pelaksanaan putusan pemidanaan itu sendiri Sesuai dengan penjelasan tersebut, apabila kita lihat dalam UU No. 8 Tahuin 1981 khususnya yang menyangkut Hakim Pengawas dan Pengamat dalam Bab XX Pasal 277 ayat (1) yang menyatakan, bahwa di dalam setiap Pengadilan harus ada seorang Hakim yang diberi tugas oleh Ketua Pengadilan untuk melakukan Pengawasan dan Pengamatan terhadap putusan Pengadilan baik terhadap narapidana maupun Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri, akan tetapi dengan operasionalnya masih kabur tanpa suatu pedoman untuk bertindak secara teknisnya, sehingga dengan kondisi ini tidak jarang sering mengalami hambatan Dengan demikian kita dapat mengerti bahwa setiap para Hakim Pengawas dan Pengamat yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang ebrsangkutan hal ini para Hakim yang berkedudukan sebagai aparat penegak hukum yang senantiasa mempunyai kewajiban moral mengadakan pembinaan terhadap narapidana, baik pembinaan mental maupun pembinaan agar narapidana tersebut tidak lagi berbuat atau melakukan pelanggaran peraturan Perundang-undangan yang telah dijatuhkan terhadapnya yaitu dengan suatu maksud agar nantinya sesudah terpidana lepas dari menjalani pidananya sudah tahu makna dan tujuan pembinaan yang dilakukan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat dalam Lembaga Pemasyarakatan 413

Sejalan dengan itulah maka terpidana diberikan dengan pidana bersyarat yang diperbolehkan bagi terpidana menjalani pidananya di luar Lembaga Pemasyarakatan atau dengan kata lain hukuman percobaan, maka disinilah Hakim Pengawas dan Pengamat harus melaksanakan tugasnya dengan mengawasi dan mengamati tindak-tanduk dari pada terpidana baik mengenai prilaku terpidana dimana terpidana tersebut berdomisili atau bertempat tinggal. Berdasarkan hal tersebut di atas sebagaimana dinyatakan oleh Hakim Pengadilan Negeri Padangsidimpuan bahwasanya pengawasan yang berada di luar tidak ada pengawasan dan pengamatan akan tetapi bagi orang yang menjalani pidana percobaan (Voorwaardelijk), maka Hakim Pengawas dan Pengamat melaksanakan pengawasan dan pengamatan kepada terpidana tersebut dengan mencari informasi dari aparat Desa atau Kelurahan dimana terpidana bertempat tinggal atau berdomisili dan juga informasi dari temanteman sepergaulannya, akan tetapi hal ini belum pernah berjalan, sehubungan dengan hal belum adanya mata anggaran tersendiri ataupun di dalam menjalankan tugasnya masih bersifat passif (masih menunggu adanya laporan atau keluhan-keluhan dari para narapidana di dalam menjalani masa pidananya). 2. Tugas Hakim Pengawas Dan Pengamat Dalam Pembinaan Narapidana Memperhatikan seluruh uraian yang penulis paparkan terdahulu, maka penulis disini akan memaparkan kembali mengenai tugas-tugas dari pada Hakim Pengawas dan Pengamat dalam pembinaan narapidana, sekalipun penulis telah memaparkan mengenai kedudukan dari pada Hakim Pengawas dan Pengamat dalam pelaksanaan putusan pemidanaan akan tetapi masih berkaitan lagi dengan tugas dari pada Hakim Pengawas dan Pengamat dalam pembinaan narapidana khususnya perkembangan dalam praktek. Apabila kita ketahui bahwasanya untuk mengadakan pembinaan narapidana yang menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II. B bukan hanya difokuskan 414

untuk melaksanakan pembinaan narapidana tersebut bukan saja tanggung jawab Hakim Pengawas dan Pengamat yang diberi tugas oleh Ketua Pengadilan, akan tetapi aparat yang lebih berwenang adalah aparat yang berada di Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri, sejauhmana mengadakan pembinaan terhadap narapidana yang menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri Demikian pula kalau kita perhatikan dalam uraian di atas hal ini dapat dikatakan bahwasanya kerja sama antara Hakim Pengawas dan Pengamat dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan inilah yang diharapkan dalam aturan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II. B Kota Padangsidimpuan yang menyatakan bahwa dalam menjalankan tugas Hakim Pengawas dan Pengamat sebagai aparat yang berwenang dalam menjalankan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II. B Kota Padangsidimpuan, biarpun Hakim Pengawas dan Pengamat tidak hadir ataupun belum pernah memberikan pembinaan terhadap narapidana akan tetapi Staf dari pada Lembaga Pemasyarakatan terus mengadakan pembinaan terhadap narapidana yang menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan yang khsusunya di Lembaga Pemasyarakatan kelas II. B Kota Padangsidimpuan Dengan memperhatikan perkembangan bahwasanya pembinaan narapidana belum dapat dikatakan sebagai hasil yang dilakukan Hakim Pengawas dan Pengamat, karena Hakim Pengawas dan Pengamat itu belum dapat menjalankan tugasnya sebagaimana yang disebutkan dalam Perundang-undangan, hal ini diakibatkan oleh karena Hakim Pengawas dan Pengamat tersebut masih bersifat passif dan belum mempunyai suatu mata anggaran tersendiri serta belum mempunyai Staf untuk mengurusi data-data para narapidana yang sedang menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan Berdasarkan uraian tersebut di atas maka yang lebih berperan di dalam pembinaan narapaidana adalah para Staf yang ada di Lembaga 415

Pemasyarakatan itu sendiri yang secara langsung turun tangan untuk mengadakan pembinaan terhadap terpidana yang menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan khususnya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II. B Kota Padangsidimpuan. Namun demikian kalau kita lihat sebagaimana yang ditegaskan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat yang mengatakan bahwa tugas dari pada Hakim Pengawas dan Pengamat itu bukan hanya untuk mengadakan pembinaan saja akan tetapi mengadakan wawancara secara langsung dengan para narapidana, dengan para petugas Lembaga Pemasyarakatan, mengadakan observasi terhadap keadaan, suasana dan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalam Lembaga Pemasyarakatan Dengan demikian atas dasar itulah dimana hubungan antara Kepala Lembaga Pemasyarakatan dengan Hakim Pengawas dan Pengamat perlu sekali mengadakan musyawarah yang kontiniu baik mengenai cara pengawasan dan pengamatan yang dilakukan Hakim Pengawas dan Pengamat dan cara pembinaan yang akan dilakukan sebagai suatu kesatuan aparat yang berwenang melaksanakan pembinaan terhadap terpidana. Sehingga pembinaan narapidana baik bersifat pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat terhadap narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat berjalan lebih sempurna sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-undang Sesuai dengan uraian tersebut di atas apa yang telah dikemukakan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat dan Kepala Lembaga Pemasyarakatan penulis juga menganggap bahwa pembinaan yang dilakukan oleh para petugas Lembaga Pemasyarakatan dan Hakim Pengawas dan Pengamat perlu membuat suatu petunjuk sehingga Hakim Pengawas dan Pengamat yang tidak setiap harinya mengawasi dan mengamati pelaksanaan putusan pemidanaan terhadap terpidana yang menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan bisa agar bisa mengawasi dan mengamati secara cheking on the spot paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali atau Hakim Pengawas dan Pengamat memreiksa kebenaran dari berita acara pelaksanaan putusan 416

Pengadilan yang ditanda tangani oleh Jaksa, kepala Lembaga Pemasyarakatan dan terpidana secara kontiniu Dengan adanya kerja sama yang baik antara Hakim pengawas dan Pengamat dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan semua cara pembinaan terhadap terpidana yang menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan dapat diterapkan sebagaimana mestinya yang telah diatur dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi Negara kita sendiri, maka dengan tercapainya hal demikian terpidana yang menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan sesudah habis masa pidananya terpidana tersebut dapat mengembangkan keterampilan yang di dapatnya selama dalam Lembaga Pemasyarakatan dan dapat diterapkannya dimana tempat tinggalnya atau dimana terpidana tersebut berdomisili. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat dalam wawancara penulis bahwa yang menjadi titik paling berat perhatian pengawasan dan pengamatan Hakim dalam pelaksanaan putusan tersebut adalah: a. Apakah benar Jaksa Penuntut Umum telah menjalankan Eksekusi terhadap putusan Hakim yang telah berkekuatan hukum tetap. b. Apakah di dalam Lembaga Pemasyarakatan benar-benar berjalan pembinaan narapidana tersebut untuk dimasyarakatkan kembali dengan memberikan keterampilan tertentu kepada narapidana sesuai dengan bidangnya masing-masing. c. Apakah seorang narapidana selama masa menjalankan pidananya diperhatikan dan diberikan hak-hak terhadap narapidana, misalnya; hak cuti, pengobatan, hak remisi dan sebagainya. 3. Wewenang Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pelaksanaan Putusan Di Lembaga Pemasyarakatan Dimana kita ketahui bahwa wewenang Hakim Pengawas dan Pengamat dalam melaksanakan putusan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan belum berperan sebagaimana mestinya, dimana aparat penegak hukum yang berwenang untuk mengawasi dan mengamati pada 417

pelaksanaan putusan Pengadilan baik itu mengawasi dan mengamati tindak tanduk, perilaku terpidana baik di dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun diluar Lembaga Pemasyarakatan bagi terpidana yang menjalani pidananya yaitu Pidana Percobaan, disinipun Hakim Pengawas dan Pengamat harus melaksanakan wewenangnya sebagai aparat penegak hukum serta aparat pengayom masyarakat Sesuai dengan penjelasan tersebut di atas metode yang digunakan Hakim Pengawas dan Pengamat dalam melakukan pengawasan dan pengamatan adalah metode Edukatif yaitu suatu metode yang ditunjang oleh pada asas kekeluargaan yang dalam arti dimana Hakim Pengawas dan Pengamat dalam menjalankan tugasnya harus selalu menggunakan tata cara pendekatan yang telah dijiwai oleh itikad untuk mencapai tujuan dengan memberikan pengarahan-pengarahan terhadap narapidana. Sebagaimana dikemukakan Bapak Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.B Kota Padangsidimpuan yang mengatakan bahwa wewenang dari pada Hakim Pengawas dan Pengamat dalam mengawasi dan mengamati pelaksanaan putusan Pengadilan adalah sebagaimana yang ditentukan dalam UU No. 8 Tahun 1981 yang terdapat dalam Pasal 277 sampai dengan Pasal 283 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Dengan memperhatikan penjelasan dari Bapak Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.B Kota Padangsidimpuan memang belum ada pengaturannya dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana sampai sejauhmanakah wewenang Hakim Pengawas dan Pengamat terhadap suatu putusan Pengadilan, sedangkan yang kita ketahui wewenang dari Hakim Pengawas dan Pengamat sudah diutarakan penulis di atas, maka setelah berlakunya UU No. 8 tahun 1981, sebaiknya peranan Hakim Pengawas dan Pengamat sudah terdapat dalam ketentuan Pasal 277 hingga Pasal 283 KUHAP mengenai pengawasan dan pengamatan pelaksanaan putusan Pengadilan supaya dijalankan sesuai dengan prosedur yang semestinya terdapat dalam peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa wewenang 418

Hakim Pengawas dan Pengamat dalam melaksanakan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan Pengadilan masih diharapkan petunjuk pelaksanaannya agar dapat dilaksanakan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan setempat yang sesuai dengan Perundang-undangan. 4. Hambatan Yang Ditemui Dalam Pelaksanaan Pengawasan Dan Pengamatan Di Lembaga Pemasyarakatan Setelah menguraikan dengan rinci baik yang menyangkut mengenai kedudukan, wewenang dan tugas Hakim Pengawas dan Pengamat dalam mengawasi dan mengamati pelaksanaan putusan Pengadilan, maka jelaslah semuanya yang telah diuraikan terlebih dahulu, akan tetapi di dalam melaksanakan tugasnya itu masih terdapat lagi kejanggaln atau hambatan dalam melaksanakan tugasnya sebagai Hakim Pengawas dan Pengamat terhadap pelaksanaan putusan Pengadilan yang telah dibebankan terhadapnya. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Hakim Pengadilan Negeri Padangsidimpuan Erwin Eka Saputra. SH (Hakim Pengawas dan Pengamat) menjelaskan bahwa hambatan yang ditemui oleh Hakim Pengawas dan Pengamat adalah sebagai berikut: a. Masalah Dana, yaitu kurang tersedianya dana bagi Hakim Pengawas dan Pengamat dalam melaksanakan tugasnya untuk turun ke lapangan untuk mengadakan pengawasan dan pengamatan. b. Belum adanya pegawai khusus (staf) yang membantu Hakim Pengawas dan Pengamat dalam mendata para narapidana melalui putusan-putusan Hakim di dalam persidangan. c. Sehubungan dengan penjatuhan pidana yang ringan atau proses tahanan atau lebih sedikit karena antara masa tahanan yang telah dijalani selama proses pemeriksaan perkara dengan pidana yang dijatuhkan relatif singkat sehingga banyak narapidana yang dijatuhi hukumannya sebagian di bawah satu tahun dan sebagian lagi di atas satu tahun. 419

d. Belum adanya tembusan laporan bulanan dari Lembaga Pemasyarakatan kepada Hakim Pengawas dan Pengamat mengenai data-data para Narapidana yang sedang menjalani hukuman ataupun telah habisnya masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. Dengan memperhatikan mengenai hambatan pelaksanaan pengawasan dan pengamatan yang diperoleh Hakim Pengawas dan Pengamat dalam pelaksanaan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan Pengadilan boleh dikatakan bahwasanya apabila ada kejanggalan ataupun hambatan yang diperoleh untuk melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Ketua Pengadilan kepada Hakim Pengawas dan Pengamat tidak akan dapat berjalan sebagaimaan mestinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.B Kota Padangsidimpuan dalam wawancara penulis mengatakan bahwa yang menjadi hambatan bagi terlaksananya pengawasan dan pengamatan terhadap terpidana adalah masalah dana sangat dibutuhkan untuk pembinaan narapidana yang menjalani pidananya di Lembaga Pemasyarakatan dan kalau tidak adanya dana ini maka cara pembinaan narapidana masih jauh sebagaimana yang diharapkan dengan semestinya menurut Perundang-undangan, maka narapidana yang menjalani pidana yang berat akan mengalami kesulitan apabila narapaidan tersebut telah habis masa hukumannya akan mengalami kendala dalam hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. D. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Bahwa Hakim Pengawas dan Pengamat belum dapat berperan sebagai aparat yang berwenang dalam mengawasi dan mengamati pelaksanaan suatu putusan pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan sesuai dengan tuntutan KUHAP disebabkan belum terdapatnya suatu koordinasi dalam pelaksanaan tugas-tugas di lapangan sehingga sering menimbulkan ketidakpastian terhadap wewenang masing-masing. 420

b. Hambatan yang ditemui Hakim Pengawas dan Pengamat dalam melaksanakan tugasnya adalah tidak adanya penunjang tugasnya seperti staf untuk membantu tugas Hakim Pengawas dan Pengamat dalam mengawasi dan mengamati perkembangan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. tersebut. 2. Saran a. Dengan melihat besarnya manfaat yang dapat dilakukan Hakim Pengawas dan Pengamat untuk pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan seharunya dilakukan koordinasi antara pihak Lembaga Pemasyarakatan dengan pihak Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri agar mengawasi dan mengamati pelaksanaan Putusan Pengadilan Negeri agar terwujud sesuai dengan ketentuan KUHAP, ataupun perlu dibentuk suatu Undang-undang tentang pengawasan dan pengamatan terhadap Narapidana yang menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. b. Antara Hakim Pengawas dan Pengamat yang bertindak sebagai penegak hukum dan petugas Lembaga Pemasyarakatan sebagai aparat yang lebih khusus dalam pembinaan Narapidana, dimana Hakim Pengawas dan Pengamat perlu ditingkatkan kemampuannya baik secara yuridis maupun dalam kaitannya dengan masalah pembinaan bagi para Narapidana. Daftar Pustaka A. Buku Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana, Ghalia, Indonesia, 1985. Bambang Poernomo, Orientasi Hukum Acara Pidana Indonesia, Amarta Buku, Yogyakarta, 1984 Djoko Prakoso, Upaya Hukum Yang Diatur Di Dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Aksara Persada, Jakarta, 1984. Gempur Sentosa, Metode Penelitian, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2005 421

K. Wantjik Saleh, Kehakiman dan Peradilan, Simbur Cahaya, Jakarta, 2009 Martiman Prodjohamidjojo, Komentar Atas Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Rajawali, Jakarta, 1990. R. Soesilo, Hukum Acara Pidana (Prosedur Penyelesaian Perkara Pidana Menurut KUHAP, Pelita, Bogor 1987. Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Rajawali, Jakarta, 1983. Suharsini Arikunto, Pengantar Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1987 Sudjana, Metodologi penelitian, Sinar Grafindo, Jakarta, 1985. Sudarto, Metodologi Filsafat, Raja Grafindo Persada, 1997. B. Perundang-undangan Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Karya Anda, Surabaya, 1981. Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman, Jakartan 2009. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1985, mengenai Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat, 1985., 422