Secara urnurn, saat ini masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk rnewujudkan kesehatan

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

julukan live laboratory. Sekitar jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS (TNBD)

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, dan lebih dari 60% dari jumlah ini merupakan tumbuhan tropika.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. saling terkait. Peristiwa banjir, erosi dan sedimentasi adalah sebagian indikator

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dari kemiringan rendah hingga sangat curam (Gumbira-Sa id et al., 2009).

PERATURAN PEMERINTAH NO. 07 TH 1990

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi

l. PENDAHULUAN Karel alam adalah salah satu komoditi perkebunan yang stralegis dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia mempunyai banyak potensi alam yang dapat dikembangkan untuk

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAB I PENDAHULUAN jenis pengobatan tradisional dari desa. Pengobatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tentang HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Gadjah Mada

IV. GAMBARAN UMUM. yang yang hanya memiliki luas Ha sampai Ha saja.

Indonesia mempakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari. dapat pulih seperti minyak bumi dan gas mineral atau bahan tambang lainnya

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. Pengantar. A. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. daya alam di antaranya sumber daya alam hayati. Kondisi alamindonesia yang cukup

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. seperti China Asia Free Trade Area (CAFTA) dapat memperparah keadaan krisis

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Transkripsi:

tumpuan hidup masyarakat pedesaan, memberikan harapan tingginya peluang pasar tumbuhan obat yang semakin besar dan mempunyai peranan yang strategis untuk dikembangkan pemanfaatannya. Secara urnurn, saat ini masyarakat cenderung berhati-hati dalam menggunakan obat-obatan kimia yang mempunyai efek negatif yang membahayakan bagi kehidupan dan kesehatan. Di negara-negara maju, yang secara luas menggunakan obat-obatan modem, akhir-akhir ini pola hidup masyarakatnya memperlihatkan kecenderungan lebih menyukai obat tradisional dan obat-obatan yang berbahan baku dari tumbuhan, daripada obat-obatan sintetik. Kecenderungan tersebut telah meluas ke berbagai negara di seluruh dunia, dan dikenal sebagai gelombang hijau baru (new green wave) atau gaya hidup kembali ke dam (back to nature). Faktor penyebab timbulnya kecenderungan perubahan gaya hidup tersebut adalah adanya efek samping (side effect) penggunaan obat sintetik dan antibiotik, serta berkembangnya pandahgan bahwa pemanfaatan bahan yang bersifat alami relatif lebih aman dari pada bahan buatan (sintetik). Muncul~ya sejumlah besar toko makanan sehat di banyak negara barat yang menjual ekstrak dan jamu, turut mendukung perkembangan gaya hidup kembali ke dam. Selma tahun 1981, toko makanan sehat menjual jamu bemilai lebih dari US $ 360 juta, dan kondisi tersebut diduga akan terus meningkat di masa mendatang (Tyler, 1986). Menurut WRI, IUCN, dan UNEP (1992), obat-obatan tradisional saat ini digunakan oleh kurang lebih tiga milyar orang atau oleh 80 % penduduk di negara-negara berkembang. Lebih dari 5.100 spesies flora dan fauna di Cina

digunakan untuk menbuat obat tradisional dan 2.500 spesies flora dan fauna di Amazon. Hampir 2.500 jenis tanaman di Uni Soviet digunakan untuk tujuan pengembangan obat dan permintaan tanaman obat meningkat tiga kali lipat pada dekade akhir ini. Saat ini, World Health Organization (WHO) mencanangkan penggunaan obat-obatan tradisional di banyak negara, termasuk di negara-negara industri. Di Indonesia sekitar 80% masyarakat merawat kesehatannya secara tradisional, yakni meminum jamu secara teratur. Selain itu pemanfaatan tumbuhan obat dalani bentuk ramuan yang dikenal sebagai jamu dan obat tradisional pada saat ini sudah meluas, baik untuk perawatan kecantikan, menjaga kesehatan, menjaga kekuatan dan sebagainya. Pertumbuhan yang pesat dari perusahaan jamu memberikan gambaran perkembangan pemanfaatan obat tradisional yang mengalami peningkatan yang sangat cepat (Zuhud, 1992 ). Berdasarkan data Ditjen POM (1992) pada tahun 1981 jumlah perusahaan jamul obat-obatan di Indonesia yang menggunakan bahan baku tanaman obat tradisional yang terdaftar adalah 165 perusahaan. Jumlah tersebut meningkat rnenjadi 443 perusahaan pads tahun 1990, pada tahun 1993 terdapat 450 perusahaan dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 807 perusahaan obat yang berbahan baku tanaman obat tradisional. Indonesia yang mempunyai keragaman tanaman obat yang tinggi masih melakukan impor tanaman obat maupun obat tradisional. Menurut data Deperindag (1996), pada periode tahun 1996 Indonesia mengimpor 4.207.089 kg

tanaman obat jenis ginseng, kina dan aka-akaran lainnya dengan nilai U$ 6.379.298 yang berasal dari industri kimia di Cina, Hongkong, Afrika, Italia. Pada tahun yang sama Indonesia mengekspor tanaman obat 2.864 kg jenis kumis kucing dan daun-daunan lainnya untuk insektisida dengan nilai U$ 26.484 ke negara Jepang, Perancis, India, USA, Singapura. Areal PT. Inhutani V yang mempunyai wilayah kerja perusahaan yang meliputi empat propinsi di Sumatera Bagian Selatan, Jambi, Bengkulu dan Lampung. Areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Inhutani V meliputi tiga unit Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) dengan sistem permudaan Tebang Pilih dan Tanam Jalur seluas 358.995 Ha di Propinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Disamping itu, perusahaan mengusahakan satu unit HPHTI dengan sistem permudaan Tebang Habis Permudaan Buatan seluas 56.547 Ha di Propinsi Lampung. Sampai dengan akhir tahun 1999, perusahaan menerima penugasan dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan yaitu rehabilitasi hutan areal bekas HPH swasta yang telah habis atau dicabut haknya seluas 1.719.718 Ha. Sebagai wakil pemerintah, perusahaan menjadi pemegang &% saham di perusahaan patungan baik patungan HTI (Trans dan non Trans) maupun patungan HPH seluas 840.403 Ha. Dengan memperh~tikan jumlah total luas hutan yang dikelola, maka PT. Inhutani V mempunyai potensi hutan yang cukup besar dengan keragaman jenis yang tinggi. Berdasarkan ha1 tersebut areal PT. Inhutani V memiliki cukup banyak jenis tanaman hutan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat baik yang

telah diketahui khasiatnya maupun yang belum diketahui sebagai obat. Dengan melihat peluang yang cukup besar dalam pemasaran tanaman obat saat ini, maka dalam upaya memberikan nilai tambah terhadap tumbuhan hutan sebagai penghasil obat di areal PT. Inhutani V perlu dilakukan pengusahaan dan peningkatan nilai ekonomi tanaman yang terdapat pada areal dimaksud. B. Rumusan Masalah Dalam rangka pengusahaan turnbuhan hutan sebagai penghasil obat di areal PT. Inhutani V, terdapat beberapa permasalahan yang perlu ditanggulangi, agar pengusahaan tersebut dapat memberikan hasil yang optimal. Permasalahan- pcrmasalahan dalam pemberdayaan tanaman obat pada areal PT. Inhutani V adalah sebagai berikut. 1. Jenis-jenis tumbuhan hutan yang mana yang dapat diusahakan dan ditingkatkan nilai ekonominya sebagai obat. 2. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala dan peluang dalam pengusahaan tumbuhan hutan sebagai penghasil obat di areal PT. Inhutani V. 3. Bagaimana kekuatan dan,kelemahan ( faktor internal) serta peluang dan ancaman ( faktor eksternal) dalam pengusahaan turnbuhan hutan sebagai penghasil obat pada areal PT. Inhutani V. 4. Langkah-iangkah atau strategi yang hams dilaksanakan agar pengusahaan tumbuhan hutan sebagai obat dimaksud dapat memberikan hasil yang optimal.

C. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi sumberdaya tumbuhan hutan sebagai penghasil obatobatan bagi kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan kesehatan masyarakat di sekitar areal PT. Inhutani V melalui pengobatan tradisional. 2. Mencari alternatif strategi pengusahaan tumbuhan hutan sebagai penghasil obat, guna meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan, dan juga pendapatan lain-lain dari PT. Inhutani V. 3. Mengkaji upaya pelestarian jenis tumbuhan hutan sebagai penghasil obat dari kegiatan eksploitasi hutan, sehingga diupayakan budidaya dan pemuliaannya dari tanaman obat-obatan dimaksud. D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi PT. Inhutani V untuk dapat merumuskan kebijakan operasional dalam mengusahakan dan meningkatakan nilai ekonomi tumbuhan hutan sebagai penghasil obat. 2. Untuk memberikan tambahan pendapatan lain-lain bagi PT. Inhutani V dalam pemanfaatan tumbuhan hutan sebagai penghasil obat-obatan yang selama ini belum diperhitungkan oleh PT. Inhutani V sendiri, sementara permintaan akan tanaman obat untuk dalam dan luar negeri diduga cukup besar.

3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut untuk mencari pzluang pemanfaatan tumbuhan hutan sebagai penghasil obat. E. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan pada aspek managemen strategis yang difokuskan pada pengkajian perurnusan strategi yang dapat diterapkan oleh PT. Inhutani V Unit Jambi Satuan Pengusahaan Hutan Batanghari Bungo Tebo (SPH BBT) dalam rangka pengusahaan dan peningkatan nilai ekonomi tumbuhan hutan sebagai penghasil obat-obatan.