Perancangan Rumah Precast Sederhana Satu Lantai Sistim Struktur Open Frame pada Wilayah Gempa

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan Rumah Precast Sederhana Satu Lantai Sistim Struktur Infilled Frame pada Wilayah Gempa

Perilaku dan Perancangan. Rumah Sederhana Cepat Bangun Tahan Gempa JUDUL TESIS: YUYUN TAJUNNISA [ ]

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang

Studi Assessment Kerentanan Gedung Beton Bertulang Terhadap Beban Gempa Dengan Menggunakan Metode Pushover Analysis

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan letak sendi plastis dengan menggunakan reduced beam

PERILAKU BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH TINGGAL SEDERHANA TAHAN GEMPA CEPAT BANGUN DENGAN SISTEM OPEN FRAME ABSTRAK

PENGARUH DOMINASI BEBAN GRAVITASI TERHADAP KONSEP STRONG COLUMN WEAK BEAM PADA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

EVALUASI KEMAMPUAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA AKIBAT BEBAN STATIK

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

DAFTAR PUSTAKA. Akbar, Nuh, dkk. (2009), Sejarah Beton dan Perkembangannya, Makalah, Universitas Gunadarma, Depok.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

STUDI KINERJA SENDI PLASTIS PADA GEDUNG DAKTAIL PARSIAL DENGAN ANALISIS BEBAN DORONG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung Apartemen

DAFTAR PUSTAKA. Sinjaya ( ) Antonius Ireng G. ( )

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

BAB I PENDAHULUAN. Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan Menggunakan Pushover Analysis

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI STRUKTUR DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

Perbandingan Perancangan Gedung SRPMK di Atas Tanah dengan Kategori Tanah Lunak dan Tanah Baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah kolom. Kolom termasuk struktur utama yang bertujuan menyalurkan beban tekan

PERILAKU PELAT PRACETAK BANGUNAN SEDERHANA TAHAN GEMPA DAN CEPAT BANGUN

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10-LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

Evaluasi Gedung MNC Tower Menggunakan SNI dengan Metode Pushover Analysis

PENGARUH RASIO KEKAKUAN LATERAL STRUKTUR TERHADAP PERILAKU DINAMIS STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG BERTINGKAT RENDAH

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

Pengaruh Bentuk Bracing terhadap Kinerja Seismik Struktur Beton Bertulang

PENDAHULUAN Perencanaan gedung tahan gempa telah menjadi perhatian khusus mengingat telah banyak terjadi gempa cukup besar akhir-akhir ini. Perencanaa

Alternatif Perencanaan Gedung 3 Lantai pada Tanah Lunak dengan dan Tanpa Pondasi Dalam

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM

Home LOGO. 1. Latar Belakang. 2. Batasan Masalah. 3. Metodologi. 4. Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

PERENCANAAN MENARA SAINS FMIPA ITS DENGAN METODE PRACETAK

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG DENGAN DENAH BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT STOREY SKRIPSI

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BETON BERTULANG GEDUNG DEKANAT FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG BERDASARKAN SNI M.


PRESENTASI TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu di kepulauan Alor (11 Nov, skala 7.5), gempa Papua (26 Nov, skala 7.1),

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

ANALISIS KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG DENGAN DENAH BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT STOREY SKRIPSI.

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

PENGGUNAAN FRICTION BASE ISOLATION PADA RUMAH SEDERHANA

DAKTILITAS KURVATUR PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG TERKEKANG CINCIN BAJA

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dan balok perangkainya yang disesuaikan dengan SNI dan SNI 03-

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT BETON BERTULANG RANGKA TERBUKA SIMETRIS DI DAERAH RAWAN GEMPA DENGAN METODA ANALISIS PUSHOVER

STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN PANDAN WANGI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA UNTUK DIBANGUN DI BENGKULU

Pada saat gempa terjadi, titik tangkap gaya gempa terhadap bangunan berada pada pusat massanya, sedangkan perlawanan yang dilakukan oleh bangunan berp

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gawang apabila tanpa dinding (tanpa strut) dengan menggunakan dinding (dengan

menggunakan ketebalan 300 mm.

EVALUASI BALOK DAN KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. untuk Jembatan SNI dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

MODIFIKASI STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG GEDUNG TECHNO PARK UPN VETERAN JAWA TIMUR MENGGUNAKAN BALOK PRESTRESS TUGAS AKHIR

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

PERHITUNGAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG DI JALAN AHMAD YANI PONTIANAK

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

Ivan Julianto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang sering disebut juga Ring of Fire, karena sering

VISUALISASI PEMBELAJARAN DESAIN PENULANGAN DINDING GESER DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN DELPHI

ANALISA PERBANDINGAN BERBAGAI PENAMPANG DINDING GESER KOMPOSIT AKIBAT BEBAN LATERAL

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS)

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

Dampak Persyaratan Geser Dasar Seismik Minimum pada RSNI X terhadap Gedung Tinggi Terbangun

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

Transkripsi:

Perancangan Rumah Precast Sederhana Satu Lantai Sistim Struktur Open Frame pada Wilayah Gempa Y. Tajunnisa 1, E. Wahyuni 2, A. Sigit 3 and Tavio 4 Department of Civil Engineering, Sepuluh Nopember Institute of Technology (ITS) (yuyun_t@ce.its.ac.id) Abstrak Penelitian ini mengenai rumah tinggal sederhana dengan menggunakan sistem beton pracetak. Struktur dianalisa dengan sistim struktur open frame pada wilayah gempa (WG) tinggi (6) yang berdiri di atas tanah keras dan lunak dengan σ ijin tanah masing-masing 1 dan,5 kg/cm 2. Struktur secara keseluruhan dianalisis dengan SAP2. Beban gempa dianalisis dengan statik ekivalen. Struktur tersebut juga dianalisis dengan pushover static nonlinier, dimana beban mati, hidup dan pushover dianalisis secara non linier. Ini dilakukan agar dapat diketahui daktilitas struktur. Dimensi pondasi didesain dari hasil joint reaction tidak berfaktor dan penulangan pondasi dari joint reaction berfaktor dari SAP2, yang kemudian dicek dengan program nonlinier LUSAS untuk mengetahui pondasi aman atau tidak. Dicek juga differential settlement baik dengan perhitungan manual maupun melalui program Plaxis 3D Foundation. Dari analisis statik ekivalen SAP2, simpangan struktur memenuhi Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimit. Hasil pushover menunjukkan, struktur memenuhi syarat daktilitas yaitu diatas nilai 4. Pondasi dianalisis nonlinieritasnya dengan LUSAS 13.57 dan hasilnya jauh dari retak, masih aman. Maka, dimensi pondasi telapak bujursangkar beton pracetak yang dihasilkan yaitu 1,2x1,2x dengan kaki kolom 15x15. Penulangan pelat pondasi D1-2mm. Differential settlement hanya terjadi pada tanah lunak sehingga digunakan cerucuk kayu ataupun mikropile beton di bawah pondasi telapak. Tiap pondasi membutuhkan 4 cerucuk kayu atau 2 mikropile. Kata kunci: rumah tahan gempa, rumah sederhana satu lantai, beton precast, gempa, pondasi telapak setempat. mengingat elemen precast bisa diproduksi secara massal dan seragam sehingga elemen-elemen dalam jumlah besar bisa langsung dicetak dan dirakit di lapangan untuk membuat suatu perumahan se-tipe dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Karena bisa mempercepat waktu pelaksanaan, maka pasti akan menghemat biaya (Alfred, 21). II. METODE Tahapan meliputi tahap persiapan, tahap penelitian dan penyusunan laporan. Tahap persiapan ini dimulai dengan melakukan studi literatur mengenai gempa, beton precast, perilaku struktur bangunan beton tahan gempa, sistim struktur open frame, perilaku masing-masing elemen (kolom, balok, HBK, dinding dan pelat), desain pondasi telapak, berbagai jurnal tentang penelitian yang telah dilakukan, serta studi pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Tahap penelitian dimulai dengan membuat desain rumah sederhana satu lantai. I. PENDAHULUAN Berangkat dari rentetan peristiwa gempa bumi yang mengguncang beberapa wilayah di Indonesia, menyebabkan pemerintah dan pihak swasta akhir-akhir ini sangat sibuk melakukan perbaikan dan pembangunan kembali bangunan gedung dan rumah tinggal, terutama rumah tinggal sederhana untuk para korban gempa. Sebagai langkah preventif, maka penting dibuat rancangan rumah tinggal untuk permukiman rakyat yang aman dari pengaruh gempa. Sebagai inovasi dari bahan beton, maka diteliti suatu model rumah tahan gempa dari beton precast. Keunggulan menggunakan precast antara lain kekuatannya terjamin (karena dicetak di pabrik), dapat mempercepat waktu pelaksanaan (mudah pemasangannya), dapat memperindah struktur dan dapat diproduksi massal (dalam jumlah besar) sehingga dapat diaplikasikan untuk membangun rumah dalam jumlah banyak (David, Philips & Wiliam, 1978). Pertanyaan yang sering muncul mengenai pemakaian precast adalah bahwa penggunaan elemen precast akan lebih mahal daripada cara konvensional. Hal ini bisa diatasi Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 211 Gambar 1. Denah Rumah Tinggal Analisis yang dilakukan adalah static ekivalen dan static pushover analysis. Pushover analysis adalah cara analisis static 2 dimensi atau 3 dimensi linier dan non-linier, dimana pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung dianggap sebagai beban-beban static yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan peningkatkan beban lebih lanjut mengalami perubahan bentuk elastoplastis yang besar sampai mencapai kondisi di ambang keruntuhan. E-27

Pada struktur bawah, direncanakan menggunakan pondasi telapak beton precast. Pondasi yang memikul beban-beban gempa atau yang menyalurkan beban-beban gempa antara struktur dan lapisan tanah di bawahnya harus sesuai SNI 2847 Ps.23.8. Pondasi telapak harus direncanakan sedemikian rupa struktur secara keseluruhan adalah stabil dalam arah vertical, arah mendatar, dan terhadap guling. Metodologi rumah sederhana tahan gempa adalah seperti pada diagram alir berikut: Gambar 2 b Flow Chart Metodologi Penelitian Saat permodelan di SAP2, untuk sistim open frame dimodelkan sebagai rangka balok dan kolom seperti pemodelan pada umumnya. Dinding dihitung sebagai beban dan tidak diperhitungkan kekakuannya. Yang berpengaruh terhadap kekuatan struktur yaitu balok dan kolom saja. Dimodelkan dalam SAP2 seperti pada gambar 3. Gambar 2 a Flow Chart Metodologi Penelitian Gambar 3 Permodelan Struktur Open Frame pada SAP2 Struktur tersebut berada di atas tanah lunak dan keras. Pertama, tanah Lunak pada permodelan di SAP2, diasumsikan perletakan sendi, sedangkan pada tanah keras diasumsikan menggunakan perletakan jepit. Berdasarkan literatur, tegangan ijin pada tanah E-28 ISBN : 978-979-18342-3-

lunak adalah,5 kg/cm 2 dan tanah keras 1 kg/cm 2. Dari jurnal dengan judul : A Numerical Investigation of Seismic Response of the Aggregate Pier Foundation System ditulis oleh Cristian Hariady Girsang pada prosiding pertemuan geoteknik VI-22, didapatkan data tanah, dengan di ganti-ganti beberapa parameter tanah sehingga mempunyai tegangan ijin untuk tanah lunak sekitar,5 kg/cm 2 dan tanah keras sekitar 1 kg/cm 2. Berdasarkan data tanah tersebut dan besar dimensi pondasi yang didapat dari hasil joint reaction pada perletakan sendi dan jepit, didapatkan nilai koefisien pegas. Nilai koefisien pegas untuk vertikal, horisontal dan torsional dimasukkan pada restraint perletakan dengan menganggap pondasi telapak di atas tanah berperilaku seperti pegas. Dari permodelan struktur yang menggunakan perletakan pegas, didapatkan joint reaction. Dari sini, dapat dicari dimensi pondasi, dan dapat dibandingkan hasil yang didapatkan. Pada tanah lunak antara perletakan sendi dan pegas yang menggunakan parameter tanah lunak. Pada tanah dengan tegangan ijin 1 kg/cm 2 antara perletakan jepit dan pegas yang menggunakan parameter tanah dengan tegangan ijin tanah sama. Gambar 4 Step 4 hasil running dan terjadi sendi plastis di kolom III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1: Variabel Perancangan Rumah Variabel Mutu beton Mutu baja tulangan utama Mutu tulangan sengkang Jumlah lantai Tinggi kolom Luas bangunan Dimensi Kolom Dimensi Balok Wilayah gempa Jenis Tanah Berat jenis beton Berat jenis beton ringan (untuk dinding) Open Frame 2 Mpa 32 Mpa 24 Mpa 1 lantai 3,2 m (6 m x 6 m) 15 cm x15 cm 15x15 (balok atap) 15x2 (sloof) zona 4 dan zona 6 Lunak dan keras 24 kg/m 3 19 kg/m 3 Gambar 5 Step 1 hasil running (terakhir) Step 3 belum terjadi sendi plastis di kolom, baru step 4 terjadi sendi plastis di kolom. Pada step akhir (1), terjadi beberapa sendi plastis di kolom dalam criteria LS ke CP. Penentuan performance point dengan fasilitas SAP2 melalui pushover curve. Sebelumnya harus diubah nilai Ca dan Cv. Karena pada tanah keras WG 6 (lihat gambar 2 SNI 1726 Respon Spektrum), Ca =,33 dan Cv =,42. Struktur dihitung dengan program SAP2. Beban mati, hidup dan gempa diaplikasikan pada struktur. Berikut adalah penjelasan singkat perhitungan struktur rumah sistim open frame pada wilayah gempa: Gambar 4 dan 5 adalah hasil running dari program SAP2, dimana struktur dikenakan beban gempa pushover analysis. Gambar 6 Pushover curve setelah parameter disesuaikan Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 211 E-29

Dari kurva pushover dengan tipe plot ATC 4 kapasitas spektrum, maka didapat performance point = 14,562 mm. Gambar 7 Pushover curve tipe plot base shear resultan vs displacement Pada step akhir (53) hampir semua balok terjadi sendi plastis. Dan paling buruk masuk criteria E. Tetapi disini belum nampak sendi plastis pada kolom. Dari kurva ATC4 Capacity Spektrum, dengan terlebih dulu merubah Ca, Cv sesuai jenis tanah dan wilayah gempa, maka nilai performance point 67,746 mm. Dari kurva base reaction vs displacement, didapat nilai u = 14 mm (besar displacement ketika gaya geser menurun 2% dari maximum. Dari table pushover, nilai y = pada saat pertama kali terjadi sendi plastis = 1,89 mm. Maka, syarat daktilitas struktur = 14/1,89 = 74 (memenuhi) Dari joint reaction SAP2, direncanakan pondasi telapak seperti pada table 2 dan 3: Tabel 2 Ukuran Pondasi yang Dibutuhkan dan Panjang Cerucuk (l) Aktual pada Tanah Lunak Didapat nilai y = 5,52884 mm (lihat table 5.67 display pushover) dan u = 35 mm (adalah nilai displacement yang mempunyai gaya geser 8% x gaya geser maximum, lihat gambar 5.67). Maka daktilitas struktur = 35/5,52884 = 6,3 > 5,3 (memenuhi syarat daktilitas struktur). Kemudian dari hasil joint reaction dengan perletakan jepit didapatkan dimensi pondasi telapak. Dari parameter tanah dan dimensi pondasi sementara, maka didapatkan koefisien pegas. Dengan cara sama, perletakan diubah dalam pegas. Setelah proses run, cek desain struktur. Rasio 15 (sangat aman). N o 1. 2. 3. 4. Wil. Gempa WG 4 sendi WG 6 sendi WG 4 pegas WG 6 pegas Dimensi (m) 1,3 x 1,3 1,3 x 1,3 1,2 x 1,2 1,2 x 1,2 t (m) Tulanga n D1-2 D1-2 D1-2 D1-2 l (m) 3 3 => 1,5,4 => 1,5 Kaki Kolom 15x15 15x15 15x15 15x15 Keterangan: l = panjang cerucuk dalam meter Gambar 8 Cek desain struktur struktur dengan perletakan pegas Set rangka (balok dan kolom) akan terjadi terjadi sendi plastis, kemudian di run untuk yang kedua kalinya. Run hanya pushover non linier. Pada step 1, sendi plastis hanya terjadi di balok dan masih dalam criteria B ke IO. Tabel 3 Ukuran Pondasi yang Dibutuhkan dan Panjang Cerucuk (l) pada Tanah Keras N Wil. Dimensi Kaki t (m) Tulangan l(m) o Gempa (m) Kolom 1. 2. 3. 4. WG 4 jepit WG 6 jepit WG 4 pegas WG 6 pegas 1,3 x 1,3 1,3 x 1,3 1,2 x 1,2 1,2 x 1,2 D1-2 D1-2 D1-2 D1-2 15x15 15x15 15x15 15x15 Keterangan: l = panjang cerucuk dalam meter Gambar 9 Step 1 E-3 ISBN : 978-979-18342-3-

Pemakaian dengan software yang modern dapat digunakan untuk melakukan simulasi perilaku bagian struktur yang hasilnya mendekati hasil penyelidikan dengan cara eksperimental di laboratorium. Kemampuan program yang dapat melakukan analisis non linier dapat digunakan untuk memprediksi perilaku struktur sampai kondisi pasca runtuh dan hasilnya dapat bersaing dengan hasil eksperimen di laboratorium. Sebenarnya untuk mendesain pondasi rumah cukup dengan program SAP2, hanya saja dalam penelitian ini dibahas juga analisis pondasi dengan menggunakan program non linier Lusas yang kemampuan non liniernya lebih lengkap dibandingkan program SAP2. Dari hasil running didapatkan nilai kontur tegangan pada pondasi pelat beton, seperti pada gambar 1. Nilai tegangan max =,7366 Mpa pada titik 291 dan min =,8678E-2 di titik 194. Bandingkan dengan nilai tegangan pada pondasi dengan perletakan sendi, nilai tegangan maximum = 2,43 Mpa dan tegangan minimum = 6E-2 MPa. Tegangan ijin retak beton =,7 x fc =,7 x 2 = 3,13 MPa. Tegangan yang terjadi baik untuk perletakan pegas maupun sendi, masih jauh lebih kecil dari tegangan ijin, masih aman. Gambar 1 Kontur tegangan beton pondasi telapak (tampak atas) Gambar 11 Kontur tegangan beton pondasi telapak (3D) Dari perhitungan settlement, cerucuk dibutuhkan di pada tanah lunak dimana perletakan struktur rumah tersebut diasumsikan sebagai sendi. Tetapi ketika dihitung dengan perletakan pegas, ternyata dibutuhkan cerucuk dengan kebutuhan panjang cerucuk yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan menggunakan asumsi sendi. Karena perletakan pegas mewakili sebenarnya perilaku tanah lunak yang di maksudkan. Pada tanah dengan tegangan ijin <,5 kg/cm 2 dipakai cerucuk dengan panjang 1,5 m. Sedangkan pada perletakan sendi, cerucuk yang diperlukan lebih panjang, yaitu 3 m. Pada tanah keras dengan asumsi jepit, dibutuhkan pondasi telapak 1,3x1,3x m, sedangkan dengan asumsi pegas dibutuhkan 1,2x1,2x m. Pada tanah lunak dibutuhkan dimensi pondasi yang sama. Tulangan yang dipakai D1-2 mm. Struktur rumah pada tanah keras tidak membutuhkan tambahan cerucuk, baik ketika asumsi perletakan jepit maupun pegas. IV. KESIMPULAN 1. Evaluasi daktilitas struktur menunjukkan hasil yang telah memenuhi syarat. Kontrol atau evaluasi yang dilakukan meliputi: - Kontrol kinerja struktur melalui persyaratan kinerja batas layan (KBL) dan kinerja batas ultimate (KBU). - Kontrol daktilitas struktur untuk melihat performa keseluruhannya dilakukan melalui analisa pushover sebagai bentuk aplikasi penerapan performance-based design. Didapatkan nilai daktilitas struktur diatas nilai 4, berarti struktur mampu berdeformasi sesuai aturan SRPMK. 2. Pemodelan struktur rumah open frame berupa rangka kolom dan balok, sedangkan dinding tidak dimodelkan dalam program SAP2. Dalam hal ini digunakan bata beton ringan yang sekarang ini banyak beredar di pasaran karena selain ringan, tahan kebakaran dan tahan gempa. 3. Struktur pada tanah keras, perletakannya diasumsikan jepit. Sedangkan untuk tanah lunak, perletakan struktur dimodelkan sebagai sendi. Agar pemodelan perletakan mendekati kenyataan, maka digunakan perletakan pegas. Besar koefisienkoefisien pegas ditinjau dalam arah horizontal, vertikal dan rocking berdasarkan data tanah dan dimensi pondasi yang didapat dari asumsi jepit dan sendi. SAP2 menghasilkan antara perletakan jepit dan pegas (pada tanah keras), dimensi pondasi telapak lebih kecil jika dibandingkan dengan menggunakan ketika memakai asumsi pegas. Begitupula pada tanah lunak, ketika perletakan diasumsikan menggunakan sendi dan pegas, pada perletakan pegas (tanah lunak) menghasilkan dimensi pondasi yang lebih kecil. 4. Pada tanah lunak dengan tegangan ijin antara,5-1 kg/cm 2, pondasi mengalami differential settlement yang melebihi ijin, sehingga digunakan cerucuk kayu panjang 1,5 m dan untuk tegangan ijin dibawah,5 kg/cm 2, panjang cerucuk lebih besar yaitu 3 m. Diameter cerucuk kayu 1 cm atau mikropile beton dimensi 2 x 2 cm. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 211 E-31

DAFTAR PUSTAKA [1]. Applied Technology Council, (1996), ATC 4 - Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings, Redwood City, California, U.S.A. [2]. Applied Technology Council, (24), ATC 58 Engineering Demand Parameters for Structural Framing Systems, Redwood City, California, U.S.A. [3]. ASCE.2. FEMA356 : Prestandard and Commentary for The Sismic Rehabilitation of Buildings. [4]. Boen, T. 1983, Manual Bangunan Tahan Gempa (Rumah Tinggal), Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. [5]. Boen, T. 2a, Bangunan Rumah Tinggal Sederhana : Belajar dari Kerusakan Akibat Gempa, Prosiding Lokakarya Nasional Bangunan Sederhana Tahan Gempa, UII, Yogyakarta. [6]. Boen, T. 2b, Gempa Bumi Bengkulu: Fenomena dan Perbaikan Perkuatan Bangunan (Bedasarkan Hasil Pengamatan Bangunan yang Rusak akibat Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2, Teddy Boen dan Rekan, Jakarta. [7]. Bowles, J.E, 1984, Analisis dan Desain Pondasi, Erlangga, Jakarta [8]. Braja, Mochtar, E dan Mochtar, I, 1993, Mekanika Tanah Jilid 2, Erlangga, Jakarta [9]. Craig, R.F, 1991, Mekanika Tanah, diterjemahkan oleh Budi Susilo, Penerbit Erlangga, Jakarta [1]. Das, Braja M., 1983, Advanced Soil Mechanics McGraw-Hill Book Company, New York, USA. [11]. Das, Braja M., Noor Endah, Indrasurya B Mochtar, 1998, Mekanika Tanah (Prinsip- Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1 dan Jilid 2 Penerbit Erlangga, Jakarta. [12]. Departemen Pekerjaan Umum, 22, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 3-1726-22), Yayasan LPMB, Bandung. [13]. Departemen Pekerjaan Umum, 1999, Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut No. 29/T/BM/1999, [14]. Diterbitkan Oleh PT. Mediatama Saptakarya (PT. Medisa). [15]. Dewobroto, W. 25. Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa dengan Analisa Pushover. Civil Engineering National Conference Sustainability Construction & Structural Engineering Based on Professionalism Unika Soegijapranata, Semarang. [16]. Elliot, K.S, 1996, Multy-Storey Precast Concrete Frame Structures, Blackwell Science, London [17]. Fanella, D. A., Munshi J. A., and Rabbat, B. G, 1999, Notes on ACI 318-99 Building Code Requirements for Structural Concrete with Design Applications, Portland Cement Association, Skokie, IL. [18]. Girsang, C.H, 22, A Numerical Investigation of Seismic Response of the Aggregate Pier Foundation System, dalam prosiding pertemuan ilmiah tahunan geoteknik VI-22, Hatti Komda Jatim [19]. Hardiyatmo, H.C, 22, Mekanika Tanah 2, Gadjah Mada University Press, Yogjakarta [2]. Hardiyatmo, H.C, 22, Teknik Pondasi 1, Beta Offset, Yogjakarta [21]. Heinz F dan Suskiyatno, 1999, Dasar-dasar ekoarsitektur, Penerbit Kanisius dan UNIKA Press, Yogyakarta. [22]. Wahyudi, H dan Lastiasih, Y, 27, Korelasi N SPT dan Berat Volume Tanah untuk Lempung Sangat Lunak, Jurnal Torsi, Jurusan Teknik Sipil ITS Edisi Maret 27 Tahun ke 27 No.1 [23]. Mochtar. B, Indrasurya. 2. Teknologi Perbaikan Tanah dan Alternatif Perencanaan Pada Tanah Bermasalah (Problematic Soils). Surabaya: Jurusan Teknik Sipil-FTSP ITS. [24]. Mulyanto, Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa, www.mulyanto.wordpress.com., Yogyakarta. UGM. [25]. Murdiati Munandar, 2, Bangunan Tahan Gempa di Lokasi Mitigasi, Liwa,Lampung Barat, Jurnal Penelitian Puslitbang Permukiman, Bandung [26]. Murdiati Munandar, 21, Ketentuan Dinding Tembok di Wilayah Gempa, Buletin Pengawasan, LIPI [27]. Naeim, F. 21. The Seismic Design Handbook 2 nd Edition. Kluwer Academic Publishers, Boston, MA. [28]. Nawy, Edward G, 1998, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, diterjemahkan oleh Ir. Bambang Suryoatmono, M.Sc. Bandung : PT. Refika Aditama [29]. Nakazawa dkk, 198, Mekanika Tanah dan Pondasi, diterjemahkan oleh Suyono Sosrodarsono, PT AKA, Jakarta [3]. Nilson, A. H., Winter, G,1991, Design of Concrete Structure, McGraw-Hill International Edition, New York. [31]. Park, R. 199. Precast Concrete in Seismic- Resisting Building Frames in New Zealand. [32]. Park, R. 1995. A Perspective on the Seismic Design of Precast Concrete Structures in New Zealand. University of Canterbury Christchurch, New Zealand. [33]. Park, R. dan Paulay, T. 1933. Reinforced Concrete Structure. John Wiley &Sons, Inc., New York. [34]. Paulay, T., dan Priestley, M.J.N. 1992. Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry Buildings. John Wiley & Sons, Inc., New York. [35]. PCI, 24. PCI Design Handbook - 6 th Edition. Precast/Prestressed Concrete Institute, Chicago, IL. [36]. PPIUG 1983, Peraturan Pembebanan Indonesian untuk Gedung, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. E-32 ISBN : 978-979-18342-3-

[37]. PT. Ultrajasa Persada Prima. 28. Laporan Perhitungan Struktur Precast Rusunawa Surabaya. [38]. Pramono, H, Tavio dan Iranata,D. 21. Perilaku dan Perancangan Pelat Pracetak [39]. Prakash, S, Soil Dinamics, McGraw-Hill Book company. [4]. Puslitbang, Peta Zona Gempa Indonesia Sebagai Acuan Dasar Perencanaan, Pusat Litbang Sumber Daya Air. [41]. Purwono, 25, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Sesuai SNI 1726 dan SNI 2847 Terbaru, ITS press, Surabaya [42]. Purwono dkk, 27, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 3-2847-22) dilengkapi penjelasan [s-22], ITS press, Surabaya [43]. Rahman, A, (28). Prinsip dan Gambaran Umum Konstruksi Prefabrikasi. Bahan Kuliah Struktur-Konstruksi 5, Universitas Gunadarma, Depok. [44]. Saleh, Afandi. 1986. Daya Dukung Tanah Diatas Perbaikan Dengan Cerucuk, Laporan Penelitian di Jurusan Teknik Sipil, FTSP-ITS. [45]. Sanglerat, 1972, The Penetrometer and Soil Exploration, Development in Geotechnical Engineering Volume 1, Elsevier Publishing Company, Amsterdam, The Netherlands. [46]. Sosrodarsono, S dan Nakazawa, K, 198, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT Pradnya Paramita, Jakarta [47]. Sumeru, Suhartinah dan Halim, 1999, Ketahanan Gempa pada Bangunan Non- Engineered, Prosiding Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan, ITB, Bandung. [48]. Suresh, O Neil.M, dan Pincus.G, Design of Structures and Foundations for Vibrating Machines, Gulf Publishing Company, 1979. [49]. SNI 1726-22. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional, Bandung. [5]. SNI 2847-22. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional, Bandung. [51]. Tular R.B (alm), 1984, Perencanaan Bangunan Tahan Gempa, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung [52]. Wibowo, Nurwadji, Rumah Tumbuh Satu Lantai Memakai Kanal C Ringan, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 211 E-33

Halaman ini sengaja dikosongkan E-34 ISBN : 978-979-18342-3-