Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah suatu lembaga formal yang merupakan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pembelajaran Biologi masih didominasi oleh penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar, perlu menekankan adanya keterampilan proses

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. Penentuan model pembelajaran yang tepat oleh guru sangat diperlukan agar. yang langsung maupun sumber belajar tidak langsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan sikap manusia. Proses pendidikan dilakukan oleh siapapun, dimanapun,

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan melakukan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Researh).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNSCAPE

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebagai objek, sementara guru aktif mendominasi seluruh kegiatan belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2011). Hakekat IPA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta komunikasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MEDIA COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF DAN PERMAINAN SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GROBOGAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk pengalaman belajar siswa yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran. Pembelajaran yang sistematis, kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan motivasi peserta didik menuntut tenaga pengajar untuk mampu memanfaatkan beragam media dan teknologi pembelajaran dalam strategi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang harus dicapai (Anwar dalam Nursalim, 2010). Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dirancang dan dikembangkan dengan tujuan untuk membantu proses belajar. Pembelajaran biologi ditingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada dasarnya merupakan jenjang pendidikan untuk meningkatkan hasil belajar, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki siswa. Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan juga untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Dewasa ini pembelajaran biologi masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru (Marpaung, 2001). Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Guru menjelaskan bidang studi Ilmu 1

2 Pengetahuan Alam (IPA) hanya sebatas produk dan sedikit proses. Padahal dalam membahas IPA khususnya biologi diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif, baik fisik, mental intelektual maupun sosial (kelompok) untuk memahami konsep-konsep biologi baik secara teoritis maupun praktek. Biologi merupakan ilmu yang menjelaskan tentang teori ataupun konsep berdasarkan kejadian alam. Proses pembelajaran disini diharapkan bukan hanya sekedar membahas materi dalam buku-buku panduan pelajaran atau menginformasikan pengetahuan kepada siswa, tetapi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa untuk memahami gejala yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, maka merasa perlu adanya suatu pendekatan dalam pembelajaran biologi yang memberikan ruang gerak dan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksplorasi melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan guru. Pembelajaran tersebut dilakukan untuk memudahkan siswa dalam memahami pelajaran secara langsung yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar yang baik, perlu diperhatikan kondisi eksternal dan internal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasarana yang memadai. Hasil belajar dapat digolongkan menjadi tiga ranah utama yakni kognitif, afektif, dan psikomotor (Yusniastuti, 2013). Dalam biologi ranah yang lazim diukur ialah ranah kognitif yakni melalui tes. Sedangkan menurut Sudjana (2005) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan

3 tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan sikap yang merupakan tingkah laku belajar, dan hasil belajar pada hakikatnya ialah adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses pembelajaran. Dengan belajar seseorang tentu akan memperoleh hasil belajar. Hasil belajar yang baik merupakan harapan setiap tenaga pengajar dan juga anak didik. Pemahaman siswa akan lebih mudah jika media pembelajaran seperti area disekitar sekolah dijadikan sebagai tempat belajar yang menyenangkan secara langsung. Pada pokok bahasan ekosistem yang dibelajarkan pada siswa tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) kelas VII semester 2 yang bertujuan untuk memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Hasil studi awal yang telah dilakukan oleh peneliti menemukan beberapa masalah yang dialami siswa dalam meningkatkan hasil belajar biologi. Dari hasil ketuntasan pada pokok bahasan ekosistem, hasil belajar siswa MTs 2 Medan sangat rendah, dimana terlihat rerata ketuntasan sebesar 72,40 pada Tabel 1.1. berikut ini. Tabel 1.1. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar pada Pokok Bahasan Ekosistem Kelas VII Tahun Pelajaran 2014/2015 No Kelas Persentase Ketuntasan Hasil Belajar 1 VII-1 78% 2 VII-2 78% 3 VII-3 74% 4 VII-4 73% 5 VII-5 72% 6 VII-6 71% 7 VII-7 70% 8 VII-8 70% 9 VII-9 69% 10 VII-10 69% Rata-rata ketuntasan 72,40 % Sumber: Dokumen MTs Negeri 2 Medan Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar yang ditetapkan di MTs Negeri 2 Medan adalah 78, maka hasil belajar peserta didik belum

4 mencapai ketuntasan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurang diberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, pemilihan area sekitar sekolah dijadikan tempat belajar yang menyenangkan agar pelajaran ekosistem lebih mudah dipahami para siswa. Di sekolah tersebut para guru hanya menekankan pembelajaran tradisional yang kurang melibatkan siswa menjadi aktif untuk memahami matari yang diajarkan. Berdasarkan permasalahan ini dapat diatasi melalui pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Menurut penelitian Sugiyo, dkk (2007) menyatakan bahwa terjadi peningkatan nilai kognitif siswa sebesar 20 dengan standar ketuntasan belajar sebesar 97,37%. Kemudian Pendekatan JAS juga dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa sesuai penelitian Ismartoyo, Indriasih (2007) mengatakan melaui penerapan JAS skor aktivitas siswa mencapai 85 yang tergolong kategori sangat aktif. Kemudian didukung juga oleh penelitian Indah puspita Sari, dkk (2012) membuktikan bahwa 74%-100% aktifitas belajar siswa tergolong dalam kriteria aktif dan 77% siswa hasil belajarnya optimal (nilai hasil belajar 80). Salah satu yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa khususnya IPA adalah tidak terlepas dari kemampuan guru untuk memilih pendekatan pembelajaran agar tercipta interaksi belajar yang efektif dimana kegiatan belajar mengajar dapat dijalankan dengan terarah, bebas dan demokratif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Menurut Djaali (2008) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar pula minatnya. Menurut Crow

5 (dalam Djaali, 2008) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Bila kepuasan berkurang, minatpun berkurang (Hurlock, 1999). Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa senang dan tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Menurut Winkel (1983) minat merupakan faktor psikologis yang terdapat pada setiap orang. Sehingga minat terhadap sesuatu atau kegiatan tertentu dapat dimiliki setiap orang. Minat sebagai tenaga penggerak untuk memusatkan perhatian didalam aktivitasnya disaat pengajaran berlangsung. Jadi dengan adanya minat terhadap suatu mata pelajaran akan sangat membantu untuk memperoleh pengertian secara mendalam tentang apa-apa yang dipelajari. Ditinjau dari pendapat Suprijanto (2009) yang menyatakan bahwa minat merupakan keinginan yang datang dari hati nurani untuk ikut serta dalam kegiatan belajar. Jika minat sangat besar, maka semakin besar pula hasil kerjanya. Minat siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jika siswa belajar tanpa adanya keinginan, sesuatu yang menggerakkan atau mengarahkan, maka proses belajar mengajar tidak menggairahkan bahkan lebih cepat mengalami kelelahan dan kebosanan. Oleh karena itu, untuk mengatasi rendahnya minat belajar tersebut maka diperlukan metode atau cara yang menarik dalam pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi dan minat belajar

6 siswa dengan salah satunya menggunakan pendekatan jelajah alam sekitar. Dimana pendekatan ini akan merangsang minat siswa dan berpengaruh pada hasil belajar siswa sesuai dengan penelitian Yusniawati (2013), dimana penerapan pendekatan pembelajaran jelajah alam sekitar dapat meningkatkaan keterampilan proses sains siswa dan hasil belajar biologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains meningkat dengan pendekatan JAS mencapai 83%. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan strategi dalam pembelajaran yang mengutamakan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah sehingga memungkinkan siswa belajar secara langsung terhadap fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Dalam kegiataannya lebih memanfaatkan alam dan lingkungan sekitar para peserta didik, baik lingkungan fisik sosial maupun budaya sebagai obyek belajar biologi dengan mempelajari fenomenanya melalui kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono, 2005). Pendekatan jelajah alam sekitar pada pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa sebagaimana dilaporkan Priyono (2008) yang menyatakan bahwa penerapan pendekatan JAS dapat meningkatkan hasil belajar, motivasi siswa dalam pembelajaran dan keaktifan siswa di SMA Negeri 5 Semarang. Sementara Rahmawati (2010) menyatakan bahwa penerapan pendekatan JAS pada pembelajaran klasifikasi tumbuhan berbantuan Booklet terhadap aktivitas siswa SMP Negeri 1 Talang Tegal dapat meningkatkan hasil belajar yang signifikan. Sementara Murtasyiah (2010) menyatakan bahwa penerapan pendekatan JAS dengan investigasi kelompok pada materi klasifikasi hewan di SMP PGRI 16 Brangsong Kendal dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Strategi pembelajaran ini mempunyai kelebihan, yaitu siswa

7 belajar dalam kondisi yang menyenangkan. Strategi ini didasarkan pada learning by doing, siswa dapat berinteraksi langsung dengan keadaan alam nyata sehingga seluruh indera yang dimilikinya akan difungsikan, siswa dapat melihat langsung fenomena alam di sekitar sekolah. Pendekatan pembelajaran ini menekankan pada kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan situasi nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dari seluruh peserta didik, pada metode pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga hasil belajarnya lebih berdaya guna bagi kehidupannya. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Pendekatan dalam keterampilan proses dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan sikap, nilai serta keterampilan. Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Rangkaian bentuk kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan berupa mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan (Rustaman, dkk. 2003). Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam

8 menemukan konsep sains. Siswa dapat membangun gagasan baru sewaktu mereka berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek, tetapi juga bergantung pada bagaimana siswa memahami objek atau memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru. Ada tiga dimensi ilmiah yang sangat penting dalam mengajarkan sains, yaitu: (1) Isi dari sains yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ilmiah yang pertama ini adalah yang kebanyakan dipikirkan orang; (2) Proses ilmiah adalah bagaimana ilmuwan melakukan proses dalam mendapatkan sains; dan (3) Sikap ilmiah adalah bagaimana para ilmuwan bersikap ketika melakukan proses dalam mendapatkan sains tersebut. Berdasarkan uraian diatas diperlukan kreatifitas guru dalam menerapkan suatu pendekatan yang tepat agar siswa tidak bosan dalam belajar untuk meningkatkan minat, keterampilan proses sains, dan hasil belajar siswa sehingga pembelajaran IPA Biologi semakin menarik agar tujuan pembelajaran juga dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik mengadakan penelitian dengan pendekatan jelajah alam sekitar di sekolah beserta menggunakan metode investigasi kelompok dan penemuan terbimbing. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah masalah terkait pembelajaran IPA Biologi di sekolah, antara lain: 1. Guru biologi masih jarang menerapkan pendekatan/metode yang mengaktifkan siswa dalam belajar.

9 2. Pembelajaran di dalam kelas masih bersifat teacher centered, sehingga guru biologi lebih banyak memberi informasi dengan metode ceramah, diikuti oleh diskusi dan tanya jawab biasa. 3. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran IPA biologi di kelas. 4. Dalam mengukur keterampilan proses sains siswa, guru masih kurang optimal dalam melakukannya, khususnya dalam bidang studi IPA Biologi. 5. Siswa kurang menyukai proses pembelajaran di kelas karena suasana belajar yang menjenuhkan, sehingga minat dan motivasi belajar siswa rendah yang pada akhirnya hasil belajar biologi juga rendah. 1.3. Batasan Masalah Untuk memfokuskan masalah yang akan dibahas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran dalam penelitian dibatasi dengan menggunakan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan metode investigasi kelompok dan penemuan terbimbing. 2. Minat belajar siswa dibatasi pada minat dalam dan luar diri siswa selama proses pembelajaran biologi. 3. Keterampilan proses sains dibatasi pada kemampuan mengamati, mengelompokkan, meramalkan, menafsirkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menetapkan konsep dan berkomunikasi. 4. Hasil belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif Taksonomi Bloom C1-C6.

10 1.4. Rumusan Masalah Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan metode investigasi kelompok dan penemuan terbimbing terhadap minat belajar siswa pada materi ekosistem di Kelas VII MTs Negeri 2 Medan? 2. Apakah terdapat pengaruh pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan metode investigasi kelompok dan penemuan terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi ekosistem di Kelas VII MTs Negeri 2 Medan? 3. Apakah terdapat pengaruh pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan metode investigasi kelompok dan penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi ekosistem di Kelas VII MTs Negeri 2 Medan? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan metode investigasi kelompok dan penemuan terbimbing terhadap minat belajar siswa pada materi ekosistem di Kelas VII MTs Negeri 2 Medan. 2. Pengaruh pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan metode investigasi kelompok dan penemuan terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi ekosistem di Kelas VII MTs Negeri 2 Medan. 3. Pengaruh pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan metode investigasi kelompok dan penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi ekosistem di Kelas VII MTs Negeri 2 Medan.

11 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara praktis maupun teoritis. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut: (1) Manfaat praktis yang merupakan sebagai informasi dan bahan acuan dalam pengambilan kebijakan pendidikan dan pengajaran dalam rangka peningkatan mutu guru dan peningkatan pemberdayaan guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran di masa yang akan datang. Umpan balik bagi guru IPA Biologi dalam upaya penerapan peningkatan minat, keterampilan proses sains, dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran yang tepat. Bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran IPA Biologi ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat. Memberikan ide-ide baru dalam paradigma pembelajaran; dan (2) Manfaat teoritis yang merupakan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan oleh guru, pengelola, maupun pengembang lembaga pendidikan untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan pendekatan jelajah alam sekitar dalam meningkatkan minat, keterampilan proses sains, dan hasil belajar siswa. Informasi dan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji lebih mendalam tentang penerapan pendekatan pembelajaran jelajah alam dalam meningkatkan minat, keterampilan proses sains, dan hasil belajar siswa sesuai dengan metode pendekatan investigasi kelompok dan penemuan terbimbing yang dapat diaplikasikan di lapangan atau area sekolah.