PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BETON POLIMER DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN BATU APUNG DAN AGREGAT PASIR SERTA TEPUNG KETAN DENGAN PEREKAT POLIESTER

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLAFON DARI SERBUK AMPAS TEBU DENGAN PEREKAT POLIESTER

ANALISIS DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER BERBAHAN BAKU BAN DALAM BEKAS, PASIR DAN ASPAL DENGAN PEREKAT POLIPROPILENA SKRIPSI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BETON POLIMER BERBASIS LIMBAH PULP DREGS SEBAGAI AGREGAT DAN RESIN EPOKSI SEBAGAI PEREKAT SKRIPSI

PEMBUATAN SERTA KARAKTERISTIK BATAKO MENGGUNAKAN BATU APUNG DAN LIMBAH PADAT BENANG KARET DENGAN PEREKAT RESIN EPOKSI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN MENGGUNAKAN ABU VULKANIK SINABUNG DAN SERAT BATANG PISANG DENGAN PEREKAT POLYESTER SKRIPSI

ANALISIS DAN PEMBUATAN GENTENG POLIMER DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KARET INDUSTRI SERTA HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) BEKAS

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

ANALISA FAKTOR UMUR PAVING BLOCK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN GENTENG POLIMER BERBAHAN BAKU DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG, ASPAL DENGAN PEREKAT RESIN POLIPROPILEN SKRIPSI IRMANSYAH PUTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

I. PENDAHULUAN. Batu apung adalah salah satu jenis material yang berasal dari muntahan lahar

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

Abstrak. Kata kunci : Serat sabut kelapa, Genteng beton, Kuat lentur, Impak, Daya serap air

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

PENENTUAN KUALITAS PAVING BLOCK BERDASARKAN SIFAT FISIS VARIASI CAMPURAN PASIR DAN SEMEN. Yon Fajri, Riad Syech, Sugianto

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pemanfaatan Pasir Telaga Sari dan Styrofoam untuk Pembuatan Batako Ringan

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PEMANFAATAN LIMBAH PT BOMA BISMA INDRA UNTUK PEMBUATAN PAVING BLOCK

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK LDPE SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BATAKO BETON RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pembangunan infrastruktur dan properti yang membutuhkan material salah

PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

HUBUNGAN POROSITAS DAN DENSITAS MORTAR BERBASIS BATU APUNG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kekuatan dari beton tersebut khususnya dalam hal kuat tekan dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN ABU SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako:

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

Beton Ringan ber-agregat Limbah botol plastik jenis PET (Poly Ethylene Terephthalate)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BATU ABU SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PEMBUATAN TEGEL

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai lapisan atas struktur jalan selain aspal atau beton. Paving block dibuat dari

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN KOMPOSIT BERBASIS SERAT PANDAN WANGI DENGAN RESIN EPOKSI SKRIPSI RAHEL Y SILITONGA

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN PADA BETON RINGAN RAMAH LINGKUNGAN

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Semen dengan Alat Pemadat Modifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton memiliki berat jenis yang cukup besar (± 2,2 ton/m 3 ), oleh sebab itu. biaya konstruksi yang semakin besar pula.

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO (141M)

Transkripsi:

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BETON POLIMER DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN BATU APUNG DAN AGREGAT PASIR SERTA TEPUNG KETAN DENGAN PEREKAT POLIESTER Arifah Hidayah Pulungan, Fauzi *, Kurnia Sembiring * Dep. Fisika, Fak. MIPA, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, Medan arifahhidayah588@ymail.com INTISARI Telah dilakukan penelitian untuk pembuatan beton polimer yang dibuat dengan pemanfaatan batu apung, tepung ketan dan pasir. Penelitian dilakukan untuk mengetahui campuran terbaik dari pasir dan batu apung sebagai variabel bebas dengan variasi komposisi 30:60 g, 40:50 g, 50:40 g, 60:30 g, 70:20 g, 80:10 g, 90:0 g. Kemudian variabel tetap yaitu komposisi tepung ketan 10 g, poliester 20 gr sebagai perekat campuran dan thinner 10 g sebagai pengencer poliester. Kemudian ditekan dengan Hot Compressor selama 30 menit pada suhu 70 o C. Sifat-sifat beton polimer dianalisis yang meliputi daya serap air, porositas serta sifat mekaniknya meliputi uji impak dan uji lentur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran yang bagus sesuai dengan percobaan adalah berupa campuran pasir dan batu apung dengan perbandingan 60:30 g serta penambahan 10 g tepung ketan, sebagai pengikat 20 g poliester dan 10 g thinner. Kata Kunci : Batu apung, pasir, poliester, beton polimer, uji impak dan uji lentur Abstrack Research of polymer concrete had been made by using pumice, glutinous rice and sands. Research had been done in order to get the best combination of sands and pumice as independent variable with composition of variations to 30:60 g, 40:50 g, 50:40 g, 60:30 g, 70:20 g, 80:10 g, 90:0 g. Then, constant variable with composition 10 g glutinous rice, polyester 20 g as a glue in combination and thinner 10 g. Then, it was pressed by using Hot Comppressor for 30 minutes at temperature of 70 o C. The properties of polymer concrete has been analyzed that is physical properties such as water absorption, porosity, mechanical properties, impact test and bending strength test. The result of research showed that the best combination based on test was the combination of sands and pumice with ratio of 60:30 g and additional 10 g of as glutinous rice, as binding 20 g of polyester and 10 g of thinner. Keyword : pumice, sands, polyester, polymer concrete, impact test and bending strength test. 1. PENDAHULUAN Makin meningkatnya kebutuhan perumahan saat ini menyebabkan akan keperluan bahan bangunan untuk bangunan terdiri dari bahan-bahan atap, dinding dan lantai. Saat ini bahan-bahan bangunan yang terbuat dari semen seperti genteng beton, conblock dan paving block sudah banyak digunakan oleh masyarakat luas. Bahan-bahan polimer semakin banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Polimer mencakupi plastik, karet, serat sampai perekat. Yang oleh orang awam disebut plastik sebenarnya ialah resin sintetik. Dari resin sintetik dapat dibuat plastik pembungkus, barang plastik, pelapis, lem sampai cat. Resin sintetik kini amat maju, berkembang pesat dan diterapkan dalam berbagai bidang, menjadi aneka produk dan barang dirumahtangga, kantor dan industri. [5] Telah banyak peneliti yang melakukan penelitian guna mendapatkan beton polimer yang amat bagus yang bisa diaplikasikan pada kontruksi bangunan. Misalnya hasil penelitian [7] yang membuat beton polimer dengan campuran agregat batu apung dan epoxy resin. Serta yang membuat beton semen polimer dengan pemanfaatan limbah padat (sludge) industri kertas sebagai agregat dan penggunaan lateks sebagai perekat. * FMIPA USU. Jl Bioteknologi No 1 Kampus USU Medan 1

Secara umum kekuatan beton menggunakan perekat bahan semen memiliki kelemahan antara lain : berat, proses pengerasannya cukup lama (maksimal 28 hari) tidak tahan terhadap lumut atau kelembaban tinggi yang menyebabkan beton cepat rapuh. Untuk mempercepat waktu pengerasan beton dan sekaligus mampu menutup lebih rapat rongga-rongga pada beton agar tahan kelembaban tinggi maka perlu menggantikan pemakaian semen dengan material polimer. Polimer memiliki beberapa keunggulan dibandingkan semen, yaitu : cepat pengerasannya, kekuatan tariknya lebih tinggi dan memiliki daya lentur yang lebih baik. Melihat masing-masing keunggulan tersebut maka perlu dilakukan perekayasaan material yaitu membuat material beton yang kuat, ringan dan proses pengerasan yang cepat. Material beton yang memiliki kualifikasi seperti tersebut dibuat melalui penggunaan bahan perekat berupa campuran polimer dengan agregat berupa batu apung (pumice). Jenis bahan polimer yang digunakan adalah berupa polyester. Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi batu apung dan komposisi perekat polimer terhadap karakteristiknya. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton dengan Polimer (Polymers Concrete) Beton polimer atau PC (Polymer Concrete) terdiri dari suatu polimer yang bahan perekatnya berupa thermosetting polimer dan bahan pengisinya berupa agregat (kumpulan pasir atau kerikil) [7]. Beton polimer memiliki sifat tahan terhadap penyerapan air, tidak terpengaruh sinar ultra violet, daya tahan korosi lebih baik, tahan terhadap larutan agresif seperti bahan kimia serta kelebihan lainnya. Yang lebih istimewa lagi, beton polimer bisa mengeras di dalam air sehingga bisa digunakan untuk memperbaiki bangunan-bangunan di dalam air. 2.2 Batu apung (Pumice) Batu apung (pumice) adalah batuan alam yang merupakan hasil dari aktivitas gunung api efusif yang mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat. Berwarna abu-abu terang hingga putih, mempunyai struktur pori-pori dan ringan. Yang dimaksud dengan limbah batu apung adalah hasil dari proses pengayakan batu apung yang sudah tidak terpakai lagi karena ukurannya kurang dari syarat pengepakan untuk dipasarkan (ukuran agregat limbah batu apung kurang dari 10 mm). Tabel 2.1. Karakterisasi Polymer Concrete (PC) dan Konvensional Beton (Blaga, CBD-242, 1985). Adapun bahan-bahan bangunan yang bisa dibuat dari bahan baku limbah batu apung adalah sebagai berikut a. Batako batu apung b. Genteng batu apung c. Paving block batu apung d. Panel dinding batu apung 2.3 Agregat Pasir 2.3.1 Pengambilan dari Sungai Pasir sungai biasa digunakan dan paling sesuai karena kurang dari kotoran kimia. Pasir terkilang (pasir dari pecahan batu kerikil besar) boleh digunakan sebagai bahan ganti. Untuk menjamin mutu konkrit yang dihasilkan, pasir sungai atau terkilang ini mesti memenuhi syarat-syarat pengagregatan. 2.3.2 Pengolahan Agregat Proses pengolahan agregat terdiri dari : Proses Dasar : Mengayak, mencuci dan klasifikasi agregat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gradasi dan kebersihan yang sesuai. 2.3.3 Agregat Halus Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Agregat halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari saringan nomor 4, yaitu saringan yang setiap 1 inchi panjang mempunyai 4 lubang. Material yang kasar dari ukuran ini * FMIPA USU. Jl Bioteknologi No 1 Kampus USU Medan 2

digolongkan sebagai agregat yang kasar atau koral. Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan Standar Amerika. Agregat halus yang baik harus bebas organik, lempung, partikel, yang lebih kecil dari saringan No.100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM ( American Society of Testing and Materials ). Persyaratan yang penting untuk agregat adalah : 1. Gradasi (ukuran butir), 2. Abrasi (kekerasan), 3. Absorpsi (Penyerapan). [10] 2.4 Tepung Ketan Tepung ketan putih saat ini sangat mudah untuk mendapatkannnya karena banyak dijual dipasaran dalam bentuktepung yang halus dan kering. Tepung ketan putih memiliki amilopektin. Amilopektin ini menyebabkan sifat lengket. Amilopektin inilah yang menyebabkan tepung ketan putih baik dibandingkan tepung jagung, kentang, gandum, terigu, dan lainnya. Tepung ketan putih digunakan sebagai pengisi dalam pem buatan beton polimer. 2.5 Polyester Polyester adalah suatu kategori polimer, salah satu hasil yang diperoleh secara sintetik sama halnya dengan nilon. Bahan-bahan mentah yang dimaksud diperoleh dari industri minyak bumi. Setelah melalui banyak perombakan kimia diperoleh polyester dalam bentuk butir-butir dan cair. 2.6 Syarat Mutu Beton Menurut Standar Nasional Indonesia Berdasarkan SNI 03-0691-1996 klasifikasi paving Block ( bata beton) dibedakan menurut kelas penggunaannya sebagai berikut : 1. Bata beton mutu A : digunakan untuk jalan 2. Bata beton mutu B : digunakan untuk pelataran parkir 3. Bata beton mutu C : digunakan untuk pejalan kaki 4. Bata beton mutu D : digunakan untuk taman dan pengguna lain Persyaratan mutu untuk masing-masing jenis dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2. Persyaratan Mutu Setiap Jenis Bata Beton Menurut SNI 03-0691-1996 Jenis Kuat Tekan (Mpa) Penyerapan air Rata-rata Minimum Rata-rata maks A 40 35 3 B 20 17 6 C 15 12,5 8 D 10 8,5 10 (Sumber : SNI 03-0691-1996 ) Sifat tampak bata beton harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak dan cacat lain yang mempengaruhi sifat pemakaiannya. [1] 3. METODOLOGI Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan beton polimer : pasir, batu apung, tepung ketan dan menggunakan perekat polyester, penambahan thinner berfungsi sebagai bahan pengencer polyester. Batu apung ( pumice) yang digunakan pada pembuatan beton polimer adalah bongkahan berwarna putih, dikeringkan agar lebih mudah dihancurkan kemudian digiling sehingga menghasilkan butiran halus lalu diayak. Bahan baku tersebut di timbang sesuai dengan komposisi : Sampel I, II, III, IV, V, VI, VII, seperti pada Tabel 3.1. Setelah bahan baku ditimbang, kemudian dicampur (mixer) dan diaduk dalam wadah (beaker glass) hingga merata 3 menit. Selanjutnya adonan (slurry) tersebut dituangkan ke dalam cetakan yang terbuat dari baja berbentuk balok (10 x 2 x 1 cm). Proses pengeringan atau pengerasan dilakukan di dalam Hot Compressor dengan suhu 70 0 C. Lama penekanan untuk satu sampel pada saat dipanaskan adalah 30 menit. Tebal 10 mm Panjang 100 mm Gambar 1. Ukuran Sampel Lebar 20 mm Pengujian yang dilakukan meliputi :Daya serap air ( water absorption ), porositas, kuat lentur dan kuat impak. * FMIPA USU. Jl Bioteknologi No 1 Kampus USU Medan 3

Pengujian Daya serap air ( water absorption ), porositas, mengacu [8], kuat lentur mengacu [3], kuat impak mengacu [2]. Tabel 3.1. Komposisi campuran bahan baku pada pembuatan beton polimer di dalam campuran bahannya sehingga mengakibatkan sampel yang dihasilkan cenderung memiliki kerapatan molekul yang lebih baik. 4.2 Analisis Uji Porositas Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan sebagai porositas terbuka dengan rumus [8] : Nilai porositas minimum pada komposisi pasir, batu apung dan tepung ketan (60:30:10), dikarenakan komposisi campuran bahan menyebar merata (homogen) di dalam campuran tersebut sehingga menghalangi sebagian air untuk masuk, sehingga semakin sedikit pori-pori maka kerapatan juga akan semakin rendah. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Uji Daya Serap Air Hal ini terlihat pada Grafik 2 uji porositas terhadap campuran pasir, batu apung dan tepung ketan sebagai berikut : Uji daya serap air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [8]: Daya serap air (%) = M b M K x100% (1) M k Grafik 1. Hubungan antara nilai pengujian daya serap air dan komposisi sampel Dari Grafik dapat dilihat bahwa nilai penyerapan air maksimum dengan penambahan pasir pada komposisi 90:0 dan 30:60 yakni 5,96% dan 4,8% namun nilai penyerapan air minimum sebanding dengan penambahan pasir dan batu apung pada komposisi yakni 50:40, 60:30, 80:10. Nilai penyerapan air terkecil berada pada komposisi 60:30 yaitu sebesar 1,47%. Berdasarkan standar SNI 03-0691-1996 hasil penelitian ini sesuai dengan standar, dimana batas maksimum daya serap air yang diperbolehkan sebesar 10%. Rendahnya daya serap air dihasilkan dikarenakan pada komposisi bahan pada sampel menyebar merata (homogen) * FMIPA USU. Jl Bioteknologi No 1 Kampus USU Medan 4 Grafik 2. Hubungan antara nilai pengujian porositas dan komposisi sampel 4.3 Analisis Uji Kuat Lentur Persamaan yang digunakan untuk memperoleh kekuatan lentur yaitu [3]: UFS = 3PL...(3) 2 2bd Nilai kuat lentur yang rendah dikarenakan tidak terjadi homogenitas pada campuran, yang mana nilai kuat lentur yang dihasilkan dari masingmasing sampel berbeda dan berubah-ubah kedudukannya dipengaruhi oleh kandungan ataupun proporsi dari bahan yang ada. Hasil pengujian dapat dilihat pada Grafik 3 sebagai berikut :

pada saat pencetakan dilakukan yang terutama dipengaruhi suhu dan dipengaruhi kemampuan perekat dimana kemampuan perekat tidak berperan secara optimal. Grafik 3.Hubungan antara nilai pengujian kuat lentur dan komposisi sampel Kuat lentur maksimum diperoleh ketika 60% pasir dan 30% batu apung ditambahkan pada beton. Ini merupakan komposisi optimum. Pada komposisi ini beton lebih rapat karena pasir dapat mengisi ruang (rongga) yang ada secara optimum. Apabila jumlah pasir terus ditambah maka kuat lentur menurun, ini dikarenakan terjadinya kembali poros yang lebih banyak pada beton. Komposisi 60% pasir dapat diaplikasikan untuk beton ringan ( jika kelenturan menjadi syarat utama). 4.4 Analisis UJI kuat Impak Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan impak yang dimiliki oleh sampel maka digunakan persamaan [2]: Is Es...(4) A Dibawah ini ditunjukkan Grafik nilai pengujian impak Bentuk grafik yang tidak linear menunjukkan bahwa masing-masing komposisi memiliki kekuatan impak yang berbeda ketika variasinya berbeda. Pengaruh proporsi bahan penyusun dan kehomogenan dari campuran bahan juga menjadi alasan hasil uji impak pada beton polimer yang dihasilkan. Pada komposisi pasir 70% dan batu apung 20% memberikan nilai impak maksimum. Ini dikarenakan pasir dan batu apung berperan maksimum dalam meneruskan pembebanan dinamis yang diberikan pada beton. Untuk aplikasi ketangguhan lenturan maka komposisi ini merupakan komposisi yang tepat( misalnya untuk bendungan). 5. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pemanfaatan batu apung, pasir, tepung ketan, poliester dan thinner dalam pembuatan beton polimer, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu : Berdasarkan porositas, beton yang dihasilkan sesuai dengan standard SNI 03-0691-1996 (porositas 10% ). Dan Perbandingan optimum untuk beton polimer yakni pada komposisi pasir, batu apung dan tepung ketan 60:30:10 dengan nilai sebagai berikut : Daya serap air 1,47%, porositas 2%, kekuatan lentur 5,8 MPa, kekuatan impak 1 kj/m 2. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fauzi, Kurnia Sembiring dan Syahrul Humaidi dan Timbangen Sembiring yang telah membantu penulis. 7. DAFTAR PUSTAKA Grafik 4. Hubungan antara nilai pengujian kuat impak dan komposisi sampel Berdasarkan Grafik diatas dapat dilihat bahwa kuat impak maksimum yang baik yakni pada komposisi pasir : batu apung dan tepung ketan 60:30:10, 70:20:10 dan 90:0:10 dengan energi yang diserap oleh bahan (E s = 0.20 J) yakni Is = 1 kj/m 2, 1,25 kj/m 2 dan 1,2 kj/m 2. Sedangkan nilai kuat impak minimum terdapat pada komposisi pasir : batu apung dan tepung ketan 30:60:10, nilai kuat impak minimum dikarenakan keadaan [1] Anonim.2012.SNI 03-0691-1996. Klasifikasi Paving Block (Bata Beton).Badan Standar Nasional,Jakarta. [2] ASTM D 256. Standards Tests Method for Impact Strength of Materials [3] ASTM D 790.Standard Tests Method for Flexural Strength of Materials [4] Hartomo,A.J, 1992. Memahami Polimer dan Perekat. Andi Offset, Yogyakarta. [5] Hartomo,A.J.1995. Penuntun Analisis Polimer Aktual.Andi Offset,Yogyakarta. [6] Juwairiah.2009.Efek Komposisi Agregat Batu Apung dan Epoxy Resin dalam Pembuatan Polymer Concrete TerhadapKarakteristiknya, Medan. Program Pasca Sarjana USU. * FMIPA USU. Jl Bioteknologi No 1 Kampus USU Medan 5

[7] Lawrence H.Van Vlack.l989.Elements of Materials Science and Engineering. [8] Nugraha, Paul. 2007. Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi. Penerbit Andi, Jakarta * FMIPA USU. Jl Bioteknologi No 1 Kampus USU Medan 6

* FMIPA USU. Jl Bioteknologi No 1 Kampus USU Medan 7