PERLAKUAN MATRICONDITIONING BENIH SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN VIGOR DAN VIABILITAS BENIH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG. Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

PENINGKATAN PERFORMANSI BENIH KACANGAN DENGAN PERLAKUAN INVIGORASI. Agus Ruliyansyah 1

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt)

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

Keywords : cowpea, invigoration, matriconditioning, priming, storage PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tembakau termasuk dalam family Solanaceae yang banyak di. budidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Perbanyakan tanaman

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008).

I. PENDAHULUAN. kakao unggul dalam pembudidayaan tanaman kakao (Mertade et al., 2011).

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

PENGGUNAAN METODE INVIGORASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) Oleh GILANG KINAYUNGAN A

I. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia,

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

Seed Coating untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kakao. Sulistyani Pancaningtyas 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH JAGUNG (Zea mays L.) DAN PADI GOGO (Oryza sativa L.).

TINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

PENGARUH INVIGORASI BENIH UNTUK MEMPERBAIKI PERKECAMBAHAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) PADA CEKAMAN SALINITAS

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.) memiliki nilai ekonomi yang cukup

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

PERLAKUAN INVIGORASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIOLOGIS DAN KESEHATAN BENIH PADI HIBRIDA INTANI-2 SELAMA PENYIMPANAN PURNAWATI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

PENDAHULUAN. Latar Belakang BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

Invigorasi Benih untuk Memperbaiki Perkecambahan Kacang Panjang (Vigna unguiculata Hask. ssp. sesquipedalis) pada Cekaman Salinitas

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

TINJAUAN PUSTAKA Faktor yang Mempengaruhi Vigor dan Viabilitas Benih. Benih merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi

PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI LOKAL BANGKA AKSESI MAYANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

Halimursyadah et al. (2013) J. Floratek 8: 73-79

KER~NG PANEN DALAM KONDISI SUHU SUB OPTIMUM TERHADAP VlABILlTASNYA

PENGARUH HIDRASI DEHIDRASI DAN DOSIS NPK PADA VIABILTAS BENIH KEDELAI

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI

MUTU FISIOLOGI BENIH JAGUNG (Zea mayzs L.) PADA BEBERAPA PERIODE SIMPAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

Transkripsi:

PERLAKUAN MATRICONDITIONING BENIH SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN VIGOR DAN VIABILITAS BENIH Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Vigor benih dicerminkan dengan kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan sub optimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama. Sedangkan viabilitas diartikan sebagai kemampuan benih untuk berkecambah dan mampu untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik dalam kondisi yang optimum. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman memerlukan suplai benih unggul bermutu ditinjau dari segi aspek fisik, fisiologis dan genetik. Benih yang telah disimpan selama beberapa waktu dengan kondisi suhu dan kelembaban udara ruang simpan yang tinggi berpengaruh terhadap kecepatan penurunan vigor dan viabilitas benih. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan invigorasi. Menurut Khan et al., (1990) dalam Koes dan Ramlah (2011), banyak cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki perkecambahan benih yaitu presoaking, matriconditioning, wetting and drying, humidifying, osmoconditioning, aerasi oksigen dan pre germination. Conditioning yang sudah terbukti efektif dan paling mudah dilakukan adalah matriconditioning. Tulisan ini bertujuan untuk menginformasikan mengenai pengaruh matriconditioning terhadap vigor dan viabilitas benih serta teknik aplikasinya terhadap benih. II. Matriconditioning 2.1. Apa Itu Matriconditioning? Matriconditioning adalah salah satu cara untuk memperlakukan benih sebelum tanam sehingga benih dapat terangsang proses metabolisme dan siap berkecambah tetapi struktur penting embrio belum muncul. Matriconditioning digunakan untuk conditioning benih dalam media padat yang lembab, terutama dengan kekuatan matrik, tanpa pelarut osmotik dan membedakan ini dari osmoconditioning yang menggunakan pelarut organik dan inorganik (Nurmailah, 1999, Khan et al.,1990 dalam Koes dan Ramlah, 2011). Literatur lain menambahkan, matriconditioning merupakan perlakuan hidrasi terkontrol yang dikendalikan oleh media padat lembab dengan potensial matriks rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan. 2.2. Mekanisme Kerja Matriconditioning Tujuan utama dari perlakuan matriconditioning benih adalah mengatur penyerapan air benih secara perlahan, aktifitas metabolisme dan proses perkecambahan dimulai tetapi tidak sempurna karena radikel tidak muncul. Benih 1

yang telah diberi perlakuan dikeringkan kembali sebelum digunakan dan akan menunjukkan laju perkecambahan yang tinggi setelah diimbibisi kembali pada kondisi normal maupun stres (Ariska,et al., 2008). Khan et al., (1990) dalam Koes dan Ramlah (2011) menyatakan bahwa perlakuan matriconditioning memiliki fase imbibisi yang lebih lama dibanding perlakuan perendaman saja. Fase imbibisi yang cepat seperti pada perlakuan perendaman benih dapat menyebabkan rusaknya membran sel dikarenakan masuknya air ke dalam benih yang terlalu cepat. Kecepatan berkecambah berhubungan erat dengan vigor, benih yang kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang dihasilkan cenderung lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang sub optimum. Panjang akar primer dapat dijadikan indikator untuk menentukan vigor benih. Benih yang memiliki perakaran yang panjang diindikasikan bahwa benih tersebut masih mempunyai cadangan makanan yang besar untuk membentuk epikotil dan radikel yang lebih besar dan kuat. Benih yang tumbuh cepat dan kuat akan terhindar dari lingkungan yang tidak menguntungkan. Tanaman yang ukuran benihnya lebih besar mempunyai tinggi tanaman, daya berkecambah dan panjang akar lebih besar dari pada tanaman dari benih kecil, karena cadangan makanan awal yang lebih banyak pada benih berukuran besar sehingga kemampuan membentuk epikotil dan radikel akan lebih besar dan kuat (Miller, 1938 dalam Koes dan Ramlah, 2011). 2.3. Syarat Media / Bahan untuk Matriconditioning Menurut Khan et al., (1990) dalam Koes dan Ramlah (2011), keberhasilan matriconditioning sangat ditentukan oleh kondisi bahan priming. Bahan-bahan sebaiknya memiliki daya pegang air tinggi, sistem pengantaran dapat diduga, kerapatan ruang besar sehingga dapat digunakan dalam jumlah kecil berdasarkan bobotnya, serta bersifat mencampur yang baik dan tidak bersifat toksik. Media yang digunakan untuk matriconditioning harus memiliki syarat sebagai berikut (Khan et al., 1990 dalam Koes dan Ramlah, 2011) : 1. Memiliki potensial matriks yang rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan. 2. Kelarutan dalam air rendah dan tetap utuh selama matriconditioning. 3. Merupakan bahan kimia inert dan tidak beracun. 4. Kapasitas daya pegang air tinggi. 5. Kemampuan aerasi tinggi, mampu untuk tetap kering dan bebas dari serbuk. 6. Bermacam-macam ukuran partikel, struktur dan daya serap 7. Luas permukaan besar. 8. Kerapatan massa rendah (low bulk density). 9. Memiliki kemampuan dalam menempel pada permukaan benih. Bahan-bahan yang berkarakteristik seperti itu diantaranya adalah kalsium silikat, Microcel E dan zonolit vermikulit (Khan et al., 1990 dalam Koes dan Ramlah, 2

2011). Bahan yang dapat digunakan untuk matriconditioning diperoleh dari : serbuk gergaji, pasir, abu sekam padi, abu sekam, jerami padi (jerami dicacah halus untuk mempermudah perlakuan matriconditioning). Berikut beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai bahan matriconditioning : Jerami Padi (Anonim 1, 2013) Serbuk Gergaji (Anonim 2, 2013) Pasir (Anonim 3, 2013) 2.4. Pembuatan Matriconditioning dan Perlakuan Benih Tabel 1. Tahap Matriconditioning dan Perlakuan Pengkondisian Benih No. Tahap Kegiatan Matriconditioning 1. Pelembaban Dalam wadah tertutup, berisi abu gosok/serbuk gergaji + benih + air (v/v = 0,4 : 1 : 1) kemudian diaduk secara merata. 2. Kontrol kelembaban Setiap 6 jam benih diaduk secara merata selama 3 menit. Setiap 24 jam air ditambahkan sebesar yang hilang. 3. Pengeringan antara Tidak dilakukan 4. Pencucian Air mengalir 5. Pengeringan akhir dan pengemasan Dikeringkan anginkan pada suhu kamar selama 120 jam dalam wadah plastik kedap. Sumber : Zanzibar (2010) III. Penelitian Mengenai Pengaruh Matriconditioning Terhadap Vigor dan Viabilitas Benih Berbagai penelitian yang sudah dilakukan membuktikan bahwa perlakuan matriconditioning dapat meningkatkan vigor dan viabilitas benih lebih baik dibandingkan dengan perlakuan hidrasi lain. Matricondtioning terbukti berhasil memperbaiki vigor dan viabilitas kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Matriconditioning mampu menurunkan waktu perkecambahan dan meningkatkan daya perkecambahan benih serta meningkatkan kemampuan tumbuh dan produksi di lapangan (Khan et al., 1990 dalam Koes dan Ramlah, 2011). Astuti (2009) melaporkan bahwa perlakuan matriconditioning efektif untuk meningkatkan vigor dan viabilitas benih pada tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh relatif, terutama benih yang diberi perlakuan matriconditioning + minyak cengkih 0,1 % atau matriconditioning + Benlox 0,1 %. Rachmawati (2009) menyatakan bahwa 11 (sebelas) perlakuan matriconditioning plus bakterisida sintetik ataupun nabati (Agrept 0,2 % atau minyak serai wangi 1 %) terbukti dapat meningkatkan mutu fisiologis dan patologis benih 3

padi. Perlakuan matriconditioning plus bakterisida sintetik maupun nabati memperlihatkan peningkatan pada peubah vigor benih. Ilyas (2006) menyatakan bahwa perlakuan matriconditioning pada beberapa tanaman hortikultura terbukti mampu meningkatkan daya berkecambah benih hingga 90 %. Disamping itu keserempakan tumbuh dan indeks vigor benih di lapang juga terlihat meningkat pada benih-benih yang diberi perlakuan matriconditioning jika dibandingkan dengan benih yang tanpa diberi perlakuan (kontrol). Menurut Suryani (2003), perlakuan benih dengan matriconditioning dan penambahan fungisida terbukti mampu meningkatkan viabilitas dan vigor benih serta menurunkan tingkat kontaminasi Colletotricum capsici pada benih cabai. Penelitian cekaman salinitas pada tanaman kacang panjang menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dengan air, matriconditioning dengan pasir, matriconditioning dengan serbuk gergaji, dan osmoconditioning dengan CaCl 2 mampu memperbaiki perkecambahan benih pada cekaman salinitas. Matriconditioning dengan pasir dan perendaman dengan air memberikan hasil terbaik. Nilai prosentase kecambah normal, KC T, BKKN dan panjang akar pada perlakuan matriconditioning dengan pasir masing-masing 52%, 2,65 %/etmal, 0,65 g dan 5,72 cm, berbeda dengan kontrol masing-masing mempunyai nilai 18,67 %, 0,93 % /etmal, 0,46 g dan 4,77 cm (Erinnovita, 2008). Zanzibar (2010) menyatakan bahwa perlakuan priming dapat meningkatkan mutu fisiologis, baik sebelum maupun sesudah penyimpanan. Metode priming terbaik diperoleh pada perlakuan hidrasi-dehidrasi dan abu gosok. Kedua perlakuan ini mampu mempertahankan mutu fisiologis benih awal meskipun telah disimpan selama 6 bulan. Penerapan matriconditioning pada benih damar yang kulit benihnya berkayu berpengaruh lebih baik terhadap hasil perkecambahannya dibandingkan dengan benih mahoni yang kulitnya bergabus selain faktor-faktor yang telah disebutkan, kondisi kulit serta ketahanannya terhadap infeksi mikroba sebaiknya menjadi pertimbangan dalam menentukan metode priming yang tepat bagi suatu jenis tanaman (Zanzibar dan Mokodompit, 2007). Zanzibar et al., (2010), hasil penelitian pada benih kesambi menunjukkan bahwa perlakuan priming terbaik untuk meningkatkan kapasitas perkecambahan selama periode konservasi adalah matriconditioning dengan abu gosok. Benih kesambi memiliki sifat pemasakan lanjutan (after ripening) sehingga harus dikonvservasi terlebih dahulu sebelum dikecambahkan. Penggunaan PEG dan KNO 3 berakibat buruk terhapada perkecambahan. IV. PENUTUP Perlakuan invigorasi benih dilakukan untuk mengatasi rendahnya produktivitas yang disebabkan penggunaan benih bervigor rendah. Salah satu perlakuan invigorasi adalah matriconditioning benih. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, matriconditionining mampu memperbaiki vigor dan 4

viabilitas benih dengan cara mempercepat dan menyeragamkan pertumbuhan serta meningkatkan persentase pemunculan kecambah. Daftar Pustaka Anonim 1. 2013. Jerami. http://cybex.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 22 Nopember 2013. Anonim 2. 2013. Serbuk Gergaji. http://wahanajamur.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 Nopember 2013. Anonim 3. 2013. Pasir. http://inspirasibangsa.com. Diakses pada tanggal 22 Nopember 2013. Astuti, D. 2009. Pengaruh Matriconditioning Plus Minyak Cengkeh Terhadap Viabilitas, Vigor, dan Kesehatan Benih Padi (Oryza sativa) yang Terinfeksi Alternaria padwickii (Ganguly) M. B. Ellis. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. 41 halaman. Erinnovita. 2008. Pengaruh Invigorasi Benih Untuk Memperbaiki Kacang Panjang (Vigna sinensis L. Savi ex Hask) Pada Cekaman Salinitas. Skripsi. Prodi Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Ilyas, S. 2006. Seed Treatment Using Matriconditioning to Improve Vegetable Seed Quality. Koes, F dan Ramlah, A. 2011. Pengaruh Perlakuan Matriconditioning Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Jagung. Makalah disampaikan di Seminar Nasional Seralia 2011. Nurmailah E, S. 1999. Pengaruh Matriconditioning Plus Inokulasi dengan Tricoderma Sp. terhadap Perkecambahan, Kadar Lignin dan Asam Absisat Benih Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Zanzibar, M. 2010. Peningkatan Mutu Fisiologis Benih Suren dengan Cara Priming. Jurnal Standardisasi Vol, 11 No. 3 Tahunn 2009 : 235 243. Zanzibar, M dan S. Mokodompit. 2007. Pengaruh Perlakuan Hidrasi-Dehidrasi Terhadap Berbagai Tingkat Kemunduran Perkecamabahan Benih Damar dan Mahoni. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 4 (1) : - 12. Zanzibar, M. Bramasto, Y. Mokodompit, S, Pande, G, P. 2010. Pengaruh Penyimpanan Sementara dan Perlakuan Priming terhadap Perkecamabahan Benih Kesambi (Scleichera oleosa). 5