Dampak Program Dana Bergulir Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) The Impact of Revulving Fund Program To Small and Medium Enterprises

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

ANALISIS DAMPAK KREDIT MIKRO TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Nasabah Koperasi Enkas Mulia)

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

NOTA DINAS. Indikator Kinerja. Indikator Kinerja RPJMD Persentase Koperasi Aktif terhadap Jumlah Koperasi

Analisis Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dengan dan Tanpa Pinjaman Di Kabupaten Jember

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

II. LANDASAN TEORI 1. Globalisasi dan Otonomi Daerah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

PENGEMBANGAN MODEL PENDANAAN UMKM BERDASARKAN PERSEPSI UMKM. Ramdhansyah Dosen Universitas Negeri Medan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 010/PER/LPDB/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

ABSTRACT. Keywords: credit, MSME, Financial SAM, impact, poverty alleviation. iii

PERAN KREDIT DARI KOPERASI SERBA USAHA (KSU) ARTHA SUKSES TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO YANG MENJADI ANGGOTANYA DI KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

RENCANA KERJA TAHUN DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH KABUPATEN MAGETAN JL. Yos Sudarso No 52 Telp Magetan

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

RENTABILITAS USAHA PADA INDUSTRI BAWANG GORENG SAL-HAN DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH. Profitability of Sal-Han fried onions in Palu -Central Sulawesi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PNM Permodalan Nasional Madani

UKM di Indonesia. Perkembangan UKM di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN

Realisasi APBD Tahun Anggaran 2014

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR 009/PER/LPDB/2011 T E N T A N G

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN Oleh: Lastri Apriani Nurjannah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

III. METODE KAJIAN 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan Data

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini kita ketahui bahwa kemajuan di bidang industri sangat pesat, baik

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

KAJIAN STRATEGIS PENGEMBANGAN TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Nama : Kristiani Putri NPM : Kelas : 4 EB 13

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI SERTA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

KAJIAN PROGRAM DANA STIMULAN BAGI PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT PURNOMO

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen. oleh RAHMATIKA PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

I. PENDAHULUAN. daerah melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan, sehingga mampu

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA DI POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR

Strategi Bertahan Pelaku Usaha Kecil Tahu Cibuntu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya (sebab-musabab,duduk perkaranya, dan sebagainya).

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIKINDONESIA. NOMOR: 08/Per/M/IX/2005 TENTANG

EVALUASI DAMPAK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI- KOPERASI YANG MEMPEROLEH DANA BERGULIR EKONOMI KERAKYATAN (DBEK) KOTA TARAKAN

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

LAPORAN BULANAN PERIODE JANUARI 2016 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM. Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program

Bab Delapan Kesimpulan

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

DAMPAK PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KARANGANYAR

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

BAB I PENDAHULUAN. Kegagalan konglomerasi di dalam mengatasi krisis ekonomi yang efek dan

Transkripsi:

Aset, September 2009, hal. 109-115 Vol. 11 No. 2 ISSN 1693-928X Dampak Program Dana Bergulir Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) The Impact of Revulving Fund Program To Small and Medium Enterprises ACHMA HENDRA SETIAWAN TRI WAHYU REJEKININGSIH Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Jln. Erlangga Tengah No. 17 Semarang 50424 Tel. 024.8440841, e-mail achdrs@yahoo.com triwahyu_r@yahoo.com Diterima 26 Juni 2009; Disetujui 30 Juli 2009 Abstract : The financial program to public sector was revolving fund by Department of Cooperation and Small and Medium Enterprises can be improving income s public sectors and small and medium enterprises. Fragment, with revolving fund, small and medium enterprises can absorb labor force. So, revolving fund must be continuing for small and medium enterprises. By revolving fund, small and medium enterprises have to increase on employee (75%), capital (35.71%), economic scale (50%) and profit (50.27%). Coefficient of correlation 0.8819 is means that small and medium enterprises can be absorb of labor force. So, the revolving fund for small and medium enterprises was continuing and more than before. Fragment, to purpose employment and growing up of economy. Keywords : revolving fund, small and medium enterprises. PENDAHULUAN Pemerintah meluncurkan program penguatan finansial berbasis partisipasi masyarakat melalui dana yang disalurkan dengan po la bergulir. Pola bergulir adalah cara memanfaatkan bantuan kepada Koperasi Usaha Kecil Menengah (KUKM). Tata caranya diatur dalam keput usan Menteri KUKM. Pola perguliran ini sudah dimulai sejak tahun 2000. Adanya dana bergulir diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan produksi dan penjualan sebagai implikasi dari peningkatan kapasitas produksi, penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, serta stimulasi pemanfaatan sumber daya dan fakto r produksi secara lebih optimal. Berdasarkan data empiris, salah satu permasalahan mendasar yang menghambat pengembangan kelompok usaha kecil menengah (UKM) adalah rendahnya akses UKM terhadap lembaga perbankan atau lembaga keuangan formal. Kajian Dampak Program Dana Bergulir ini bermaksud untuk menyediakan informasi tentang kemanfaatan atas penerimaan dana bergulir bagi UKM. Studi ini bertujuan mengetahui seberapa besar dampak program dana bergulir KUMKM terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat dan penyerapan lapangan kerja, sehingga dapat merumuskan kebutuhan pemberdayaan KUMKM yang diperlukan di masa yang akan datang.

110 REJEKININGSIH Aset METODE Dana Bergulir. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian Negara/Lembaga, dana bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga. Program ini merupakan salah satu terobosan Kementerian KUKM untuk membantu KUKM dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui kebijakan pembinaan dan pengembangan program KUKM (Panggabean, 2005). Program dana bergulir yang dikembangkan Kementerian KUKM didanai dengan dua sumber berikut : 1. Kompensasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM). 2. Dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun kegiatan dana bergulir dibagi menjadi empat pola pelaksanaan yaitu: 1. Pola Subsidi Pro gram Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM) yang dilakukan sejak tahun 2000-2003. 2. Pola Agribisnis yang meliputi dua subpola yaitu : a. Subpola Pengembangan Komoditas Unggulan dengan plafon dana masingmasing sebesar Rp 1 miliar yang dilakukan sejak tahun 2005. b. Subpola Peningkatan Produksi dengan plafon masing-masing sebesar Rp 50 juta yang dilakukan sejak tahun 2005. 3. Pola Modal Awal Padanan (MAP) merupakan stimulan terhadap UKM melalui sentra-sentra produksi. Pola ini disalurkan melalui KSP dan telah dilaksanakan sejak tahun 2000-2004 dengan besaran plafon Rp 150 juta sampai Rp 250 juta. 4. Pola Syariah yang dilakukan sejak tahun 2003 sampai tahun 2004. Po la ini merupakan kelanjutan dari program eksp2ker melalui BMT/Kopontren yang dilakukan sejak tahun 2000 dengan plafon masing-masing sebesar Rp 50 juta. Fokus pola ini adalah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan. Secara umum program dana bergulir bertujuan untuk meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan, meningkatkan volume usaha koperasi dan UKM, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan semangat berkoperasi, meningkatkan pendapatan anggot a, dan membangkitkan etos kerja. Perkuatan modal mempunyai pengertian bahwa dana tersebut digunakan untuk meningkatkan kemampuan operasional/bisnis penerima dana bergulir. Program dan pelaksanaan dana bergulir dimuat dalam kebijakan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Dampak dana bergulir untuk bantuan perkuatan UKM dapat dianalisis dari aspek-aspek sebagai berikut : a. Jumlah tenaga kerja dan kenaikan tenaga kerja. b. Modal usaha dan kenaikan modal usaha. c. Omset penjualan dan kenaikan omset penjualan d. Keuntungan dan kenaikan keuntungan usaha. Data. Data yang digunakan meliputi data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan menyebarkan 150 set kuesioner kepada UKM penerima dana bergulir di Provinsi Jawa Tengah. Studi ini dilaksanakan di 34 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah selama periode tahun 2000 sampai dengan 2006. Teknik Analisis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua uji yaitu : 1. Uji Statistik Peringkat Bertanda Wilcoxon Uji Wilcoxon t ermasuk uji tanda nonparametrik yang dapat diaplikasikan untuk percobaan sebelum/sesudah. Tanda peringkat + menunjukkan adanya peningkatan, sedangkan tanda peringkat - menunjukkan adanya penurunan. Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon (data UKM diolah = 1.200), terdiri dari : a. Usaha Mandiri (pinjaman koperasi dan LKM lain) : 150 sampel x 4 variabel = 600 input data diolah. b. Bantuan Perkuatan (dari Pemerintah) :

Vol. 11 No.2, 2009 Aset 111 150 sampel x 4 variabel = 600 input data diolah. 1. Uji Korelasi Parsial Dalam analisis korelasi parsial ada satu variabel tambahan yang berfungsi sebagai pengontrol dari dua variabel lainnya yang berkorelasi. Dana bergulir dan bantuan perkuatan (jumlah pinjaman) dijadikan sebagai variabel pengontrol, sedangkan variabel-variabel SHU, keuntungan, dan tenaga kerja sebagai tolo k ukur dari pengaruh dana bergulir dan bant uan perkuatan (jumlah pinjaman) terhadap penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja (Mason dan Lind, 1996). Analisis Korelasi Parsial (data UKM diolah = 300) terdiri dari data UKM : 150 sampel x 2 variabel = 300 input data yang diolah. Jadi jumlah total input data (sampel) yang diolah adalah sebanyak = (1.200 + 300) = 1.500 sampel (input data yang diolah). HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi Pinjaman Usaha Mandiri UKM. Dari empat variabel pokok yaitu tenaga kerja, modal usaha, omset penjualan, dan keuntungan, diketahui adanya perbedaan secara signifikan dari keempat variabel tersebut sebelum menerima pinjaman dengan sesudah menerima pinjaman dari Koperasi. Tabel 1 Hasil Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon untuk UKM Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman No Variabel Rata-Rata Persentase Sebelum Sesudah 1 Tenaga Kerja 4 orang 5 orang 25,00% 2 Modal Usaha Rp 21.000.000,00 Rp 27.000.000,00 28,57% 3 Omset Penjualan Rp 21.000.000,00 Rp 28.000.000,00 33,33% 4 Keuntungan Rp 3.853.300,00 Rp 5.787.370,00 50,19% Gambar 1 Perbandingan Tenaga Kerja, Modal Usaha, Omset Penjualan, dan Keuntungan 60 50 50,19 % 40 30 25,00 % 28,57 % 33,33 % 20 10 0 Tenaga Kerja Modal Usaha Omset Penjualan Keuntungan

112 REJEKININGSIH Aset Jumlah Tenaga Kerja. Ada perbedaan secara signifikan antara jumlah tenaga kerja UKM sebelum dengan sesudah adanya pinjaman kredit yang berasal dari Koperasi. Tabel 2 Jumlah Tenaga Kerja UKM Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pinjaman Keadaan Rata-Rata Jumlah Tenaga Nilai Z Nilai-p Kerja (Orang/Unit UKM) Sebelum 4-6,767 0,000 Sesudah 5 Gambar 2 Komposisi Jumlah Tenaga Kerja UKM Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pinjaman 2,66% 54,67% 42,67% TKSESP < TKSEBP TKSESP > TKSEBP TKSESP = TKSEBP Dari 150 UKM, 42,67 persen menunjukkan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja, 2,66 persen justru mengurangi jumlah tenaga kerjanya setelah memperoleh pinjaman kredit dan 54,67 persen dinyatakan tidak ada perbedaan jumlah tenaga kerja antara sebelum dengan setelah memperoleh pinjaman kredit. Ini mengisyaratkan bahwa secara rata-rata produktivitas tenaga kerja UKM mengalami peningkat an setelah memperoleh pinjaman kredit. Modal Usaha. Ada perbedaan secara signifikan antara modal usaha UKM sebelum dengan sesudah adanya pinjaman kredit yang bersumber dari Koperasi. Tabel 3 Modal Usaha UKM Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pinjaman Keadaan Rata-Rata Modal Usaha Nilai Z Nilai-p (Rp/Unit UKM) Sebelum 21.000.000-9,352 0,000 Sesudah 27.000.000

Vol. 11 No.2, 2009 Aset 113 Ada penambahan modal usaha sekitar 28,57 persen bagi setiap UKM sesudah memperoleh pinjaman kredit. Ini membuktikan bahwa perput aran modal usaha tiap-tiap UKM meningkat cukup berarti setelah memanfaatkan pinjaman kredit. Gambar 3 Komposisi Modal Usaha UKM Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pinjaman 80,67% 18,00% MOSESP < MOSEBP MOSESP > MOSEBP MOSESP = MOSEBP 1,33% Dari 150 UKM, 80,67 persen di antaranya menunjukkan adanya peningkatan modal usaha, 18 persen menyatakan tidak ada perbedaan modal usaha antara sebelum dengan setelah memperoleh pinjaman kredit dan sekitar 1,33 persen UKM yang justru mengalami penurunanmodal usaha setelah memperoleh pinjaman kredit. Omset Penjualan. Ada perbedaan secara signifikan antara omset penjualan sebelum dengan sesudah adanya pinjaman yang berasal dari Koperasi. Tabel 4 Omset Penjualan UKM Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pinjaman Keadaan Rata-Rata Omset Penjualan Nilai Z Nilai-p (Rp/bulan) Sebelum 21.000.000-9,556 0,000 Sesudah 28.000.000 Sesudah menerima pinjaman kredit, omset penjualan setiap UKM rata-rata mengalami peningkatan sebesar 33 persen. Hal ini berarti bahwa jumlah pelanggan bertambah banyak dan wilayah pemasaran UKM juga bertambah luas setelah memanfaatkan pinjaman kredit.

114 REJEKININGSIH Aset Gambar 4 Komposisi Omset Penjualan UKM Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pinjaman 86,00% 12,67% 1,33% OMSESP < OMSEBP OMSESP > OMSEBP OMSESP = OMSEBP Ada sekitar 86 persen UKM mengalami peningkatan omset penjualan dan 1,33 persen mengalami penurunan omset penjualannya setelah memperoleh pinjaman kredit. Namun ada sekitar 12,67 persen UKM menyatakan tidak adaada perbedaan dalam omset penjualan antara sebelum dengan setelah memperoleh pinjaman kredit. Keuntungan. Dari uji peringkat bertanda Wilcoxon ada perbedaan secara signifikan antara keuntungan sebelum dengan sesudah adanya pinjaman yang bersumber dari Koperasi. Tabel 5 Keuntungan UKM Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pinjaman Keadaan Rata-Rata Keuntungan Nilai Z Nilai-p (Rp/bulan) Sebelum 3.853.300-8,926 0,000 Sesudah 5.787.370 Sesudah menerima pinjaman kredit, keuntungan yang diperoleh setiap UKM rata-rata meningkat lebih dari 50 persen. Hal ini berarti bahwasetelah memperoleh pinjaman kredit, ratarata tingkat profitabilitas UKM lebih tinggi daripada sebelum memperoleh pinjaman kredit. Gambar 10 Komposisi Kenaikan Keuntungan UKM Sebelum dan Sesudah Memperoleh Bantuan Perkuatan 2,00% 74,00% 24,00% KUSESB < KUSEBB KUSESB > KUSEBB KUSESB = KUSEBB

Vol. 11 No.2, 2009 Aset 115 Dari 150 UKM, 74 persen menyatakan bahwa kenaikan keuntungannya lebih besar dan 24 persen menyatakan kenaikan keuntungannya justru lebih kecil setelah memperoleh bantuan perkuatan. Ada 2 persen UKM menyatakan tidak ada perubahan kenaikan keuntungan baik sebelum maupun setelah memperoleh bantuan perkuatan. Analisis Korelasi Parsial. Hasil korelasi parsial atas variabel keuntungan dan tenaga kerja UKM dengan variabel kontrol jumlah pinjaman adalah sebagaimana tabel berikut : Tabel 11 Koefisien Korelasi Parsial Variabel Keuntungan dan Tenaga Kerja UKM dengan Variabel Kontrol Jumlah Pinjaman No Variabel Kontrol Korelasi Koefisien Korelasi 1 Jumlah Pinjaman Keuntungan Sebelum 0,7603 Keuntungan Sesudah 2 Jumlah Pinjaman Tenaga Kerja Sebelum 0,8819 Tenaga Kerja Sesudah Koefisien korelasi 0,7603 berarti bahwa semakin besar jumlah pinjaman maka keuntungan UKM akan semakin meningkat. Adapun koefisien korelasi 0,8819 berarti bahwa semakin besar jumlah pinjaman akan meningkatkan kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja. SIMPULAN Berdasarkan analisis dalam kajian ini dapat disimpulkan bahwa bantuan pinjaman atau dana perkuatan bagi usaha mandiri UKM mampu menambah jumlah tenaga kerja, modal usaha, omset penjualan, dan keuntungan. Dari keempat variabel tersebut, kenaikan tenaga kerja memiliki perbedaan yang paling besar antara sebelum dan sesudah menerima bantuan perkuatan. Selain itu, diketahui bahwa dana bergulir dan bantuan dana perkuatan berimplikasi positif terhadap penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Analisis korelasi menunjukkan bahwa semakin besar jumlah pinjaman akan meningkatkan keuntungan UKM dan meningkatkan kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja. Mengingat manfaat program dana bergulir bagi UKM, maka program tersebut masih harus diselenggarakan atau bahkan ditingkatkan sehingga mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat mempercepat perkembangan ekonomi masyarakat pada umumnya. Sejalan dengan hal tersebut, kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program dana bergulir perlu ditingkatkan. Di samping itu, juga diperlukan pembinaan dan pendampingan kontinyu kepada penerima program dana bergulir untuk kesuksesan program. Program dana bergulir dianggap sukses jika mencapai sukses penyaluran, sukses pemanfaatan, sukses pengembalian, serta terwujudnya peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Keller, Gerald, 2005, Statistics For Management and Economics, seventh edition, USA : Thomson Brooks/Cole. Kementerian Negara Koperasi dan UKM RI, 2008, Program Bantuan Perkuatan (PBP) Kepada Koperasi dan UKM di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 2007. Mason, Robert D, Douglas A. Lind, 1996. Statistical Techniques in Business and Economics, nineth edition, Richard D. Irwin Inc. Panggabean, Riana. 2005. Efektivitas Program Dana Bergulir Bagi Koperasi dan UKM. Infokop No. 26 Tahun XX. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.99/PMK.05/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementerian Negara/Lembaga.