BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN (APD) ALAT PELINGDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA CURUT KEC.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

I. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

SUMMARY NURLAILA GAIB NIM :

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bidang pertanian saat ini masih merupakan aktivitas perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan tenaga kesehatan, seperti perawat. Perawat sebagai salah satu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM


Keywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. bakteri mycrobacterium tuberculosis. 1 Bakteri tersebut menyerang bagian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PT HARTA SAMUDRA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA AMBON TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan angka ketergantungan (Kementrian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian, masih berjumlah sekitar 40% dari angkatan kerja. Banyak wilayah Kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahan-bahan pokok sehingga petani mulai mencari cara untuk meningkatkan hasil tanaman, salah satunya dengan meminimalkan hama yang menyerang tanaman dengan menggunakan obat kimia pembasmi hama tanaman seperti pestisida, karena tanaman yang sudah terserang hama akan berdampak pada kerusakan tanaman yang berakibat turunnya nilai jual bahkan sampai mengalami gagal panen. Walaupun memberi dampak baik akan hasil tanaman, pestisida juga dapat memberikan dampak buruk pada petani (Shobib, 2013). Setiap hari petani beresiko teracuni oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat di pertanian menderita keracunan akibat pestisida. Perkiraan World Health Orgazation (WHO) pada tahun 2009 terjadi sekitar 600.000 kasus dan 60.000 kematian terjadi di India dan yang paling rentan adalah anak-anak, perempuan, pekerja di sektor informal dan petani miskin. Dampak dari pestisida yang sangat berbahaya seperti iritasi pada kulit, gangguan pada pernafasan, pusing, mual 1

2 dan hingga kematian di Kamboja, setidaknya 88% petani mengalami dampak akut keracunan pestisida di China, antara 53.000 dan 123.000 orang keracunan pestisida setiap tahun. Sekitar 5.000 sampai 10.000 mengalami dampak yang sangat berbahaya seperti kanker, cacat, mandul dan hepatitis setiap tahunya. Penelitian yang di lakukan Meliala (2005) tentang dampak pestisida di kabupaten Karo bahwa sebesar 54,4 % para petani melakukan penyemprotan pestisida selama 3 4 jam sehari dan 51,9 % menyemprotkan pestisida secara teratur yaitu 2 3 kali seminggu. Paparan pestisida dapat dialami para petani pengguna pestisida ketika petani melakukan pencampuran pestisida dengan air, pada waktu pengadukan, sampai kepada kegiatan penyemprotan. Paparan terhadap zat-zat pestisida juga berbahaya bagi kesehatan, dimana paparan tersebut lebih besar bagi petani karena penggunaan pupuk dan pestisida (Lawlis, 2006). Pada waktu melaksanakan pencampuran pestisida, petani tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), kebanyakkan petani ada yang melakukannya sambil merokok, hal tersebut memperlihatkan petani tidak memakai masker dimana masker adalah salah satu bagian dari alat pelindung diri, sehingga hal tersebut akan memberikan dampak yang buruk pada petani. Dari cara petani melakukan penyemprotan pestisida, terlihat bahwa petani kurang peduli terhadap bahaya yang dapat mengancam kesehatan bahkan nyawa mereka. Pemakaian alat pelindung diri (APD) harus sesuai berdasarkan Keputusan Dirjen P2PL Depkes RI Nomor 31-I/PD.03.04.LP Tahun 1993 tentang perlengkapan alat pelindung diri minimal yang harus digunakan berdasarkan jenis pekerjaan dan klasifikasi pestisida, beberapa jenis APD yang harus digunakan untuk penyemprotan diluar gedung antara lain: pelindung kepala (topi atau caping),

3 pelindung mata (kacamata goggle atau face shield) pelindung muka atau pelindung pernapasan (masker), pelindung badan (baju lengan panjang dan celana panjang yang terusan maupun yang terpisah, pelindung tangan (sarung tangan) dan pelindung kaki (sepatu boot yang berlaras panjang, terbuat dari karet, tidak mudah robek dan tidak mudah mengkerut) Kementrian Pertanian (2011 dalam Shobib, 2013). Petani yang kurang kepatuhan tentang perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja dapat berdampak kepada dirinya sendiri maupun lingkunggan di sekitarnya akibat dan paparan dari bahan kimia yang di gunakannya contohnya pestisida. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku petani tidak menggunakan APD tersebut yaitu tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan tentang efek dari pestisida dan tidak tersediaan alat pelindung diri, rasa nyaman dapat di akibatkan ketidakbiasaan petani menggunakan alat pelindung diri (APD). Perilaku petani yang di indikasi dapat di jelaskan berdasarkan teori self-efficacy yang membahas tentang keyakinan pada perilaku dapat di jelaskan bahwa self-efficacy menjadi penentu keberhasilan performansi dan pelaksanaan pekerjaan seseorang. Selfefficacy juga sangat mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional, dalam membuat suatu keputusan (Bandura dalam Anizar, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Lunenburg (2011) tentang Self-Efficacy in the Workplace: Implications for motivation and Performance, mengatakan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan tentang kemampuan individu dalam menyelesaikan tugastugas atau masalah-masalah tertentu. Self-efficacy mempengaruhi tingkat usaha dan ketekunan seseorang ketika menghadapi suatu masalah atau tugas-tugas yang sulit. Sumber-sumber self-efficacy adalah performance, vicarious experience, verbal persuasion, dan emotional cues. Self-efficacy berpengaruh terhadap keyakinan individu dalam belajar dan menetapkan keyakinan dalam mencapai suatu tujuan. Individu yang yakin pada

4 dirinya sendiri dapat menggunakan kontrol pada situasi yang mengancam, tidak akan membangkitkan pola-pola pikiran yang mengganggu atau negatif. Sedangkan bagi individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam akan mengalami kecemasan yang tinggi. Individu yang memikirkan ketidakmampuan koping dalam dirinya dan memandang banyak aspek dari lingkungan sekeliling sebagai situasi ancaman yang penuh bahaya, akhirnya akan membuat individu membesar-besarkan ancaman yang mungkin terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut, individu menekan dirinya sendiri dan meremehkan kemampuan dirinya sendiri (Luszczynska., et all, 2011). Self-efficacy sangat berhubungan dengan kemampuan individu dalam meningkatkan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD). Salah satu fungsi selfefficacy yaitu self-efficacy menentukan beberapa lama individu dapat bertahan dalam mengatasi hambatan, dan situasi yang kurang menyenangkan. Individu yang memiliki keyakinan tinggi terhadap kemampuan yang dimiliki ketika menghadapi tugas-tugas yang sulit akan menganggap hal tersebut sebagai tantangan yang harus dikuasai, mempertahankan komitmen diri dalam mencapai tujuan, memperoleh kembali upayah-upayah ketika menghadapi kegagalan, ketika menghadapi situasi yang kurang menyenangkan, mampu mengontrol dirinya, sehingga mampu menghasilkan pencapaian diri yang lebih baik. Individu yang meragukan kemampuan dirinya akan menganggap tugas-tugas tersebut sebagai ancaman, memiliki harapan yang rendah, memiliki komitmen yang rendah terhadap tujuan yang dicapai, cepat menyerah, dan kurang berusaha ketika menghadapi tugas yang sulit (Bandura dalam Artha & Supriadi, 2013). Self-efficacy yang tinggi akan memotivasi seorang petani untuk meningkatkan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) agar terhidar dari dampak yang kurang baik yang di sebabkan oleh pestisida. Menurut Afriyanto (2014)

5 menyebutkan bahwa ada hubungan antara pemakaian APD dengan kejadian keracunan atau gangguan kesehatan yang di alami petani yang disebabkan pestisida. Pada umumnya perilaku petani menggunakan APD yang tidak lengkap, mereka hanya menggunakan rata-rata tiga APD berupa baju lengan panjang, celana panjang dan topi. Self-efficacy sangat berhubungan dengan kinerja dalam pekerjaan, pilihan karir, pembelajaran, dan pencapaian, serta kemampuan beradaptasi. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung menunjukkan tingkat motivasi dan kinerja yang lebih tinggi (Ivancevich, 2007). Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Maret kepada gabungan kelompok petani (GAPOKTAN), serta hasil wawancara kepada ketua dari kelompok tani (POKTAN), dan beberapa tani yang ada di lahan pertanian di desa Plaosan, kecamatan Plaosan, kabupaten Magetan, mengatakan bahwa petani belum yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam pemakaian (APD), sehingga petani tidak mampu menerapkan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk pencegahan penyakit yang disebabkan oleh pestisida. Petani mengatakan bahwa tidak mengetahui bahaya dari pestisida, sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja. Data yang di dapat peneliti bahwa dari tahun 2010 hingga maret 2015, sudah ada 5 orang petani meninggal akibat keracunan pestisida, dan lebih dari 50% petani mengalami iritasi pada kulit contohnya gatal-gatal, kudis dan kurap, dan 30% petani mengalami pusing dan sesak nafas. Perilaku penggunaan APD berdasarkan teori Lawrence green, memiliki beberapa faktor yaitu faktor prediposisi (pengetahuan, perepsi, motivasi, sikap, dll), faktor enabling (faktor pendukung) dan faktor reinforcing (kebijakkan, pengawasan, peraturan, dll).

6 Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Hubungan antara self-efficacy dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petani untuk pencegahan penyakit akibat pestisida di desa Plaosan kecamatan Plaosan kabupaten Magetan. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada Hubungan antara self-efficacy dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petani untuk pencegahan penyakit akibat pestisida di Desa Plaosan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk Mengetahui Hubungan antara self-efficacy dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petani untuk pencegahan penyakit akibat pestisida di Desa Plaosan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan gambaran self-efficacy pada petani di Desa Plaosan. 2. Identifikasi perilaku dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petani di Desa Plaosan. 3. Mengetahui hubungan antara self-efficacy dan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petani di Desa Plaosan.

7 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini di harapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan penelitian, serta menjadi pengalaman berharga untuk peneliti yang kemudian menjadi sumber referensi pada peneliti berikutnya. 1.4.2 Manfaat Bagi Petani Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan motivasi bagi petani tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk pencegahan penyakit yang di sebabkan oleh pestisida. 1.4.3 Manfaat Bagi Dinas Pertanian Penelitian ini juga di harapkan bermanfaat untuk pihak dinas pertanian karena akan menjadi bahan acuan untuk petani agar dapat menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar untuk pencegahan penyakit yang di sebabkan oleh pestisida. 1.4.4 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi kesehatan guna mengetahui masalah kesehatan pada petani yang di akibatkan dari pestisida, karena kurangnya informasi standar alat pelindung diri (APD) di desa Plaosan.

8 1.5 Keaslian Penelitian 1. Menurut penelitian Shobib (2013), yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Praktik Pemakaian Alat Pelindungan Diri (APD) Pada Petani Penggunaan Pestisida Di Desa Curut Kec. Penawangan Kab. Grobogan. Penelitian ini merupakan penelitian Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi, didapatkan sampel sebanyak 52 responden yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik pemakaian alat pelindung diri. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap petani dalam menggunakan APD untuk pencegahan penyakit akibat pestisida. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shobib terletak pada variabel independen didalam Shobib dimana variabel independennya pengetahuan dan sikap, perbedaan lain adalah responden dan tempat penelitian. 2. Penelitian Sularti (2012), meneliti tentang tingkat pengetahuan bahaya pestisida dan kebiasaan pemakaian alat pelindung diri (APD) dilihat dari munculnya tanda gejala keracunan pada kelompok tani di Karanganyar tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan 29 responden (64%) berpengetahuan rendah, 16 responden (36%) sedang dan tidak ada yang berpengetahuan tinggi. Kebiasaan pemakaian APD menunjukkan 36 responden (80%) tidak lengkap, 9 responden (20%) lengkap. Munculnya tanda gejala keracunan menunjukkan 30 responden (67%) muncul dan 15 responden (33%) tidak muncul. Hasil uji hipotesis menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan

9 pestisida dilihat dari tanda gejala keracunan (p = 0,002), ada hubungan kebiasaan pemakaian APD dilihat dari munculnya tanda gejala keracunan (p = 0,003) serta kebiasaan pemakaian APD merupakan variabel yang paling dominan untuk munculnya tanda gejala keracunan (Exp (B) = 0,249). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Sularti terletak pada variabel independen didalam Sulatri dimana variabel independennya tingkat pengetahuan bahaya pestisida, perbedaan lain adalah responden dan tempat penelitian. 1.6 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan pada: 1. Alat pelindung diri (APD) yaitu suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang berfungsi mengisolasi tubuh tenaaga kerja dari bahaya di tempat kerja. 2 Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest (hama) yang diberi akhiran cide (pembasmi). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya beracun. Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai racun. 3 Self-efficacay adalah keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecapakan tertentu (Bandura dalam Kisti & Fardana, 2012).