PEMBUATAN PETA ZONA BATAS TINGGI OBSTACLE SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN TATA RUANG DI SEKITAR BANDARA Studi Kasus: Bandara Ngurah Rai Bali

dokumen-dokumen yang mirip
Kawasan keselamatan operasi penerbangan

EVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DALAM RANGKA UPAYA MENJAGA ZONA KKOP BANDARA JUANDA. (Studi Kasus : Masjid Ar-Ridlo Sedati Sidoarjo)

tanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud.

Analisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia

Jurnal Teknik WAKTU Volume 14 Nomor 01 Januari 2016 ISSN :

Abstract. Key Word: Sultan Syarif Kasim II International Airport, Obstacle Limitation Surface, AES

ANALISIS KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) BANDAR UDARA PEKON SERAI DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Andius Dasa Putra dan Aleksander Purba 1)

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

ANALISIS HASIL PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kota Denpasar)

INTEGRASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KONDISI OBSTACLE BANDAR UDARA ADISUTJIPTO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SAT. Analisis Batas Ketinggian Maksimum Bangunan Pada Kawasan Pendekatan Pendaratan Dan Lepas Landas Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II.

Pengoperasian Sistem Pesawat Tanpa Awak di Wilayah Ruang Udara Indonesia

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB IV METODE PENELITIAN

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 1) Skala 1:10.000, 7 (tujuh) layer Per Nomor (NLP) ,00. Per Km² 20.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Gambar : Typical apron markings

PENERAPAN KAWASAN KKOP BERDASARKAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANATORAJA

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

PENGATURAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN :

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2). Persyaratan Batas Ketinggian Di Sekitar NDB. Antenna. ?cr A Tanah P* 70 M 100 M. 3). Persyaratan Bangunan Dan Benda Tumbuh

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1986 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH SERTA RUANG UDARA DI SEKITAR BANDAR UDARA

SKEP /40/ III / 2010

Pemrosesan Data DEM. TKD416 Model Permukaan Digital. Andri Suprayogi 2009

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG

Gambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone)

PENGKAJIAN POTENSI RESAPAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI STUDI KASUS CEKUNGAN BANDUNG TESIS MAGISTER. Oleh : MARDI WIBOWO NIM :

PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU

GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU

Light beams dan sudut pengaturan elevasi PAPI dan APAPI (Light beams and angle of elevation setting of PAPI and APAPI) Gambar 9.

Pemberian tanda dan pemasangan lampu halangan (obstacle lights) di sekitar bandar udara

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Geographic Information System (GIS) Arna Fariza TI PENS. Apakah GIS itu?

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan

Pembuatan Peta untuk Ekspedisi Trike Lintas Sabang - Merauke Oleh : Edwin Hendrayana dan Yofri Furqani Hakim Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

2015, No Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahu

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK INVENTARISASI DAN EVALUASI ASET BANGUNAN MILIK PEMERINTAH KOTA SURABAYA (STUDI KASUS : SURABAYA PUSAT)

Gambar8.16-4: Glider is in opera

Abstrak PENDAHULUAN.

6.4. Runway End Safety Area (RESA)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

2.4. Pertentangan dengan Standar Lainnya 2.5. Penggunaan Kode Referensi Bandar Udara ICAO untuk Menetapkan Standar

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

Analisa Kinerja Localizer Sebagai Instrument Landing System Dari Perspective Rangkaian Elektronika Telekomunikasi

OUTLOOK. Pusat Tata Ruang dan Atlas 2017

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DIBIDANG KESELAMATAN PENERBANGAN

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

III. BAHAN DAN METODE

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481]

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PEMBUATAN PETA ZONA BATAS TINGGI OBSTACLE SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN TATA RUANG DI SEKITAR BANDARA Studi Kasus: Bandara Ngurah Rai Bali (The Making of Obstacles Height Limit Zone Map as A Basis for Controlling of Spatial Planning Around the Airport: Case Study in Ngurah Rai Airport Bali) Suryanto 1, Dimas Hanityawan S. 1, Yofri Furqani Hakim 2 dan Win Islamuddin Bale 1 1 Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan, Pusat PDKK, Bakosurtanal 2 Pusat Pemetaan Dasar Rupa Bumi, Bakosurtanal Jln. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong Bogor 169110 Telp/fax : +62 21 87901255 Email: surya_geodetic@ymail.com, suryanto@bakosurtanal.go.id Diterima (received): 8 Februari 2011; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 20 April 2011 ABSTRAK Di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP), tinggi bangunan dan bendabenda lain baik yang alami maupun buatan tidak boleh melebihi batas-batas yang ditentukan dalam peraturan KKOP. Tinggi bangunan dan benda lainnya yang diijinkan pada area ini dipengaruhi oleh batas tinggi KKOP dan tinggi terrain. Salah satu solusi untuk mempermudah pelaksanaan peraturan KKOP ini adalah dengan membuat peta zona ketinggian bangunan yang diperbolehkan di KKOP. Peta zona ketinggian ini didapatkan dengan mereduksi batas tinggi KKOP dengan tinggi terrain di bawahnya. Dalam penataan ruang berkelanjutan, yaitu penataan ruang yang mengedepankan keseimbangan aspek ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan, peta ini berguna untuk mempermudah analisa tinggi bangunan dan benda-benda lain di sekitar bandara. Selanjutnya, peta ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam bentuk peraturan daerah (perda) tentang pengaturan tinggi bangunan dan benda benda lainnya. Sehingga, diharapkan pihak otoritas bandara, pemerintah daerah dan pihak pihak lain yang berkepentingan tidak lagi kesulitan menentukan tinggi bangunan yang diijinkan di setiap tempat di sekitar bandara. Kata Kunci: Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, Tata Ruang, Bandara, Tinggi Bangunan ABSTRACT In Obstacle Limitation Surfaces Area, buildings and other objects height, either natural or artificial, must not exceed the limits as defined in the regulation on Obstacle Limitation Surfaces. Height of buildings and other objects that allowed in this area is influenced by the height limit of Obstacle Limitation Surfaces and terrain height. The solution to facilitate the implementation of this Obstacle limitation surfaces regulation is to make a map of the allowed building height zone in the Obstacle Limitation Surfaces. Height zone map is obtained by reducing the height limit of Obstacle Limitation Surfaces with terrain height 22

Pembuatan Peta Zona Batas Tinggi Obstacle...(Suryanto,dkk) beneath. In the framework of sustainable spatial planning, spatial planning that shall put the balance between economic, social, cultural, and environment aspects, and this map is useful to facilitate analysis of buildings and other objects height around the airport. Furthermore, this map can be used as a basis for decision making in the form of local regulation on the buildings and other objects height around the airport. Thus, it is expected that the airport authorities, local government and other interested parties have no longer difficulty to determine the allowable height of buildings and other objects in every place around the airport. Keywords: Obstacle Limitation Surfaces, Spatial Planning, Airport, Buildings Height PENDAHULUAN Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan dan/atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbang-an. Kawasan ini meliputi area dengan radius sekitar 15.000m yang dibagi dalam beberapa jenis kawasan, yaitu: kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas; kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan; kawasan di bawah permukaan transisi; kawasan di bawah permukaan horizontal-dalam; kawasan di bawah permukaan kerucut; dan kawasan di bawah permukaan horizontal-luar. Ambang batas ketinggian suatu objek (gedung, bangunan, menara, pepohonan, dll) di setiap kawasan ditentukan berdasarkan kelas bandara yang bersangkutan. Berdasarkan ketentuan pasal 208 UU No. 01 Tahun 2009, untuk mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan, serta menanam atau memelihara pepohonan di dalam KKOP tidak boleh melebihi batas ketinggian KKOP. Pengecualian terhadap ketentuan ini harus mendapat persetujuan Menteri, penggunaannya sebagai fasilitas yang mutlak diperlukan untuk operasi penerbangan, memenuhi kajian khusus aeronautika, dan sesuai dengan ketentuan teknis keselamatan operasi penerbangan. Dalam pasal ini juga ditentukan bahwa bangunan yang melebihi batas tinggi KKOP wajib diinformasikan melalui pelayanan informasi aeronautika (aeronautical information service). Pihak bandara dan pemerintah daerah memiliki wewenang dalam mengendalikan tata ruang di dalam KKOP, salah satunya adalah dengan mengatur tinggi bangunan dan objek-objek lainnya agar tidak mengganggu penerbangan. Namun pada umumnya pihak bandara dan Pemerintah Daerah memiliki kesulitan dalam menentukan batas tinggi bangunan dan objek lainnya di setiap titik dalam KKOP. Pada dasarnya untuk menentukan batas tinggi tersebut adalah cukup dengan mengetahui selisih antara batas tinggi KKOP dengan tinggi terrain. Untuk mempermudah bagi semua pihak, maka penentuan batas tinggi dapat dibantu dengan peta zone batas tinggi obstacle yang menggambarkan selisih tinggi terrain dan batas tinggi KKOP. Dalam tulisan ini akan dipilih area KKOP bandara Ngurah Rai-Bali sebagai area studi. Untuk memaksimalkan penggunaan di lapangan maka peta ini akan disajikan dalam beberapa model tampilan. METODOLOGI Untuk dapat mengendalikan tata ruang di sekitar bandara ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pihak bandara dan pemerintah daerah, diantaranya: Memantau tinggi bangunan, pohon dan objek lainnya yang sudah ada, Memberikan arahan pemilihan lokasi pembangunan yang didasarkan pada data batas tinggi objek, 23

Menentukan jenis penggunaan lahan yang sesuai untuk area di dalam KKOP, Mengendalikan tinggi bangunan dengan prosedur perijinan pembangunan. Untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut pemerintah daerah dan pihak bandara memerlukan data batas tinggi objek di seluruh area KKOP. Tinggi bangunan dan objek lainnya yang diijinkan dalam KKOP pada dasarnya adalah merupakan selisih antara tinggi permukaan KKOP dengan tinggi terrain. Oleh karena itu untuk dapat menentukan tinggi obstacle yang diijinkan di setiap titik maka dibutuhkan data utama berupa permukaan KKOP sebagai batas tinggi KKOP dan permukaan terrain. Sementara itu untuk dapat memaksimalkan fungsi pengendalian tata ruang maka informasi informasi lain seperti data liputan lahan, jaringan jalan, batas administrasi, toponimi dan lain lain juga perlu ditampilkan. Sumber Data Untuk dapat memenuhi semua kebutuhan data tersebut, maka berikut ini adalah sumber data yang digunakan, yaitu Peta RBI skala 1:25.000, Peta LBI bandara Ngurah Rai-Bali skala 1:25.000 edisi tahun 2007, dan aturan aturan mengenai KKOP (BSN (2005), Menhub (2005) dan Ditjen Perhubungan Udara (2000)). Sementara itu, untuk melakukan pengolahan data dan penyajian hasil digunakan Software ArcGIS 9.2 dan Global Mapper 8. Perlaksanaan Gambar 1 adalah merupakan diagram alir pembuatan peta zona batas tinggi obstacle di sekitar bandara Ngurah Rai Bali. Pembuatan Digital Terrain Model (DTM) Garis kontur merupakan garis garis yang menghubungkan titik titik di permukaan bumi yang memiliki ketinggian yang sama dan merupakan salah satu model penggambaran terrain. Garis kontur ini diperoleh dari Peta Rupabumi (RBI). Untuk proses analisis tinggi objek di sekitar bandara dibutuhkan model penyajian terrain yang bersifat kontinyu. Oleh karena itu data garis kontur tersebut perlu diubah penyajiannya menjadi DTM seperti pada Gambar 2 Peta RBI Peraturan KKOP Peta LBI Kontur DTM Raster Math Model KKOP Peta Dasar Batas Tinggi Obstacle Peta Penetrate area Peta Zona Peta Isoline 24 Gambar 1. Diagram alir pelaksanaan penelitian

Pembuatan Peta Zona Batas Tinggi Obstacle...(Suryanto,dkk) Gambar 2. DTM hasil interpolasi dari garis kontur Pembuatan Model 3D Batas Tinggi KKOP Dari Aeronautical Informastion Publication (AIP) diketahui data detil bandara Ngurah Rai, diantaranya: Panjang landasan 3000m, tinggi rata rata landasan 3.375m dan ketelitian Instrument Landing Syatem (ILS) termasuk kategori II. Dari data tersebut maka diketahui bahwa Bandara Ngurah Rai masuk dalam precision approach category dan memiliki code number 4. Oleh karena itu ketentuan penggambaran permukaan KKOP yang digunakan adalah seperti ditampilkan dalam Tabel 1. Poligon kawasan dibuat berdasarkan ketentuan pada Tabel 1. Sementara itu permukaan KKOP dimodelkan dengan cara menambahkan nilai tinggi pada poligon kawasan tersebut dan kemudian membuat-nya menjadi raster permukaan. Tabel 2 menyajikan cara menghitung tinggi permukaan KKOP bandara Ngurah- Rai. Sedangkan Gambar 3, menyajikan hasil pemodelan permukaan KKOP Penghitungan Batas Tinggi Objek Batas tinggi objek di dalam KKOP yang masih diijinkan pada dasarnya adalah merupakan selisih tinggi antara permukaan KKOP dengan permukaan terrain. Oleh karena itu, meskipun permukaan KKOP memiliki perubahan ketinggian yang teratur namun karena perubahan permukaan terrain tidak teratur maka tinggi objek yang dijinkan juga tidak teratur. Dalam ilustrasi Gambar 4 (Suryanto dkk, 2010), tinggi objek yang diijinkan di titik A adalah setinggi a, sedangkan di titik B adalah setinggi b. Dalam gambar tersebut diilustra-sikan tinggi objek yang diijinkan di titik A yang lebih jauh dari runway justru lebih rendah dibandingkan dengan tinggi objek yang diijinkan di titik B, dikarenakan terrain di titik A yang jauh lebih tinggi. Batas tinggi objek dihitung dengan cara mengurangkan nilai tinggi permukaan KKOP dengan nilai tinggi 25

terrain seperti diilustrasikan dalam Gambar 5. Tabel 1. Ketentuan penggambaran KKOP Bandara Ngugrah Rai Tabel 2. Batas tinggi setiap kawasan Gambar 3. Hasil pemodelan permukaan KKOP 26

Pembuatan Peta Zona Batas Tinggi Obstacle...(Suryanto,dkk) A y Gambar 4. Ilustrasi tinggi objek yang diijinkan dalam KKOP Raster surface 1 (Permukaan KKOP) Raster surface 2 (DTM) Raster selisih tinggi Gambar 5. Ilustrasi pengurangan tinggi dengan raster math Dengan demikian akan didapatkan raster surface baru yang memuat data tinggi objek yang diijinkan pada setiap titik. Daerah yang memiliki nilai negatif menunjukkan bahwa permukaan terrain di daerah tersebut lebih tinggi daripada permukaan KKOP atau disebut sebagai Penetrate Terrain Area. Sedangkan area yang memiliki nilai positif berarti permukaan terrain lebih rendah dibandingkan permu-kaan KKOP dengan angka yang terdapat pada setiap piksel menunjukkan selisih ketinggian permukaan KKOP dengan ketinggian terrain. Nilai inilah yang digunakan sebagai nilai tinggi objek yang diijinkan pada area tersebut. Pembuatan Isoline Batas Tinggi Objek di dalam KKOP Hasil pengurangan tinggi permukaan KKOP dengan tinggi permukaan terrain berupa data raster. Untuk dapat dilakukan beberapa analisis maka dilakukan konversi data raster tersebut ke dalam data vektor. Konversi ini dilakukan dengan bantuan software Global Mapper 8, dengan menggunakan menu Generate Contours untuk mendapatkan isoline yang menghubungkan titik titik yang memiliki batas tinggi objek yang sama. Interval isoline ditentukan sebesar 5 m. Gambar 6 menyajikan layer isoline yang berhasil dibuat dari data raster surface tersebut. 27

Gambar 6. Isoline batas tinggi objek di dalam KKOP HASIL DAN PEMBAHASAN Peta Penetrate Area Peta ini digunakan untuk menunjukkan area yang memiliki permukaan terrain lebih tinggi dari permukaan KKOP (area yang diperbesar). Area ini merupakan area yang seharusnya tidak dapat dikembangkan untuk kepentingan apapun kecuali berhu-bungan dengan operasional dan kesela-matan penerbangan. Peta ini hanya menunjukkan batas area dan tinggi maksimal dari permukaan terrain pada area tersebut. Untuk membuat batas penetrate area digunakan isoline yang memiliki nilai 0 (nol). Gambar 7, memperlihatkan contoh Peta Penetrate Area. Peta Zone Batas Tinggi Peta ini digunakan sebagai peta dasar perencanaan tata ruang secara global namun tidak detil. Pada peta ini area KKOP dibagi menjadi 7 (tujuh) zona, yaitu: dibawah 10m, 10m-25m, 25m-50m, 50m-75m, 75m-100m, 100m-125m dan di atas 125m. Dengan peta ini maka pihak peme-rintah daerah dapat membuat perencanaan tata ruang yang terintegrasi dengan KKOP. Gambar 8, memperlihatkan contoh Peta Zona Batas Tinggi. Peta Isoline Batas Tinggi Peta ini digunakan untuk menunjukkan tinggi objek yang diijinkan pada setiap titik. Dalam peta ini digambarkan garis garis isoline yang menghubungkan titik titik yang memiliki batas tinggi objek yang sama dengan interval 5m sehingga pihak bandara dan pemerintah daerah dapat mengguna-kan peta ini sebagai dasar dalam memberikan rekomendasi kepada pihak yang mengajukan ijin pembangunan di area KKOP. Gambar 9, memperlihatkan contoh Peta Isoline Batas Tinggi. 28

Pembuatan Peta Zona Batas Tinggi Obstacle...(Suryanto,dkk) Gambar 7. Peta Penetrate Area Gambar 8 : Peta Zona Batas Gambar 9 : Peta isoline Batas Tinggi 29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pihak bandara dan pemerintah daerah memiliki wewenang dalam mengendalikan tata ruang di dalam KKOP, salah satunya adalah dengan mengatur tinggi bangunan dan objek-objek lainnya agar tidak mengganggu penerbangan. Peta Zona Batas Tinggi Obstacle dapat menjadi sarana untuk membantu pihak bandara dan pemerintah daerah dalam mengendalikan tata ruang di sekitar bandara. Saran Untuk semua bandara di Indonesia sebaiknya juga dibuat peta zona batas tinggi obstacle sebagai dasar dalam pengendalian tata ruang di sekitar bandara tersebut DAFTAR PUSTAKA BSN. 2005. Standar Nasional Indonesia 03-7112-2005 mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan. Badan Standar Nasional. Jakarta. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2000. Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Udara Nomor: SKEP/110/ VI/2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara dan Sekitarnya. Jakarta. Menteri Perhubungan. 2005. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 44 Tahun 2005 Tentang Pemberlakuan SNI 03-7112-2005 Mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Sebagai Standar Wajib. Jakarta. Suryanto, Hakim, Y.F, Hanityawan, D., Hendrayana, E. 2010. Pembuatan Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Analisa dalam Pemberian Ijin Tinggi Bangunan Di Sekitar Bandara Ngurah Rai Bali, Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI) 2010. Pekan Baru. 30