BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

DAFTAR ISI PERSYARATAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN KATA PENGANTAR DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau yayasan, orangtua, guru, dan juga siswa-siswi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang

Judul: Rancangan Uji Coba Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Narapidana Kasus Pencurian, Rumah Tahanan X Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu kunci yang penting terutama dalam era globalisasi. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. Pembahasan kriminalitas di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bertahan hidup di tengah zaman yang serba sulit ini. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ( ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi tidak lepas dari suatu perubahan pada berbagai bidang

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

Perancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam Domain Higher Education pada Siswa Kelas XI SMA X Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang serba maju dan modern ini, banyak sekali perusahaanperusahaan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ini seorang siswa mulai mengalami penjurusan IPA dan IPS. Selanjutnya

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING AND FUTURE ORIENTATION ADOLESCENT OF JATINANGORS ADOLESCENCE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional melalui Undang-undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Di indonesia tercatat bahwa pada tahun 2011 terdapat 1,87 juta jiwa anak

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

DAFTAR ISI Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Maksud Dan Tujuan Penelitian Maksud...

III. METODE PENGEMBANGAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah research and development

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan pendidikan mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar memperoleh pekerjaan yang baik dan memenuhi kebutuhan mereka. Dengan adanya tuntutan zaman seperti itu, bukan minat saja yang menjadi hal utama, pengetahuan dan kemampuan siswa juga harus mumpuni agar dapat bersaing untuk mendapatkan pendidikan tinggi ataupun pekerjaan yang layak dan sesuai dengan cita-cita dan kemampuan siswa. Dalam mencapai cita-cita mereka di masa depan dalam bidang pendidikan ataupun pekerjaan, siswa SMA harus melalui beberapa rangkaian harapan, perencanaan dan gol/sub-gol. Hal terdekat yang dipersiapkan oleh siswa SMA terutama siswa kelas X adalah persiapan untuk ujian kenaikan kelas ke kelas XI dan pemilihan jurusan. Pemilihan jurusan di SMA menjadi penting karena akan menentukan/mengarahkan siswa secara spesifik dalam meraih cita-cita mereka. Dengan memilih jurusan yang tepat dan sesuai dengan minat dan kemampuan akan berdampak pada selesainya pendidikan mereka di SMA dengan baik dan membantu siswa dalam menentukan pilihan jurusan di Perguruan Tinggi ataupun bidang 1

2 pekerjaan nantinya. Namun masalah memilih jurusan di SMA sering dianggap tidak penting dan kerap kali diabaikan, hal ini terlihat dari banyaknya siswa SMA kelas X memilih jurusan hanya mempertimbangkan penilaian orang lain, pengaruh temanteman terdekat, dan ataupun karena keadaan, tanpa mempertimbangkan minat dan ataupun kemampuan siswa dengan jurusan yang dipilihnya. Banyaknya siswa yang memilih jurusan tanpa mempertimbangkan minat dan ataupun kemampuannya disebabkan oleh paradigma salah yang berkembang pada masyarakat umum dan dunia pendidikan di Indonesia khususnya. Tujuan diadakannya penjurusan di SMA adalah untuk memfasilitasi siswa agar dapat menyelesaikan pendidikan mereka di SMA dengan baik sesuai jurusan minat mereka dan sebagai persiapan/bekal mereka untuk melanjutkan pendidikan ataupun bekerja nantinya. Semua jurusan yang diadakan kedudukannya setara, namun saat ini paradigma yang berkembang adalah jurusan IPA lebih baik dibandingkan jurusan IPS dan jurusan Bahasa. Ada anggapan di setiap sekolah, bahwa setiap siswa yang masuk ke jurusan IPA adalah siswa-siswa pintar, karena memiliki nilai mata pelajaran IPA yang di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sekolah dan mendapatkan rangking atau memiliki nilai raport di atas KKM sekolah. Sedangkan siswa yang masuk ke jurusan IPS biasanya diidentikkan dengan siswa yang gagal (gagal masuk jurusan IPA), siswa yang kurang pintar dan sering sekali dikaitkan dengan siswa yang nakal/bandel. Untuk siswa yang masuk ke jurusan Bahasa biasanya digolongkan siswa yang bodoh. Sampai saat ini banyak SMA yang tidak menyediakan jurusan Bahasa karena alasan tertentu. Dengan adanya paradigma salah tersebut, para siswa

3 secara langsung maupun tidak langsung terpengaruh, sehingga tidak sedikit siswa SMA dalam memilih jurusan berlomba-lomba untuk masuk ke jurusan IPA. Banyak hal yang dilakukan siswa agar dapat masuk ke jurusan IPA, seperti mengikuti bimbingan belajar atau pun les privat mata pelajaran IPA di luar KBM. (http://blog.cyberheb.com, http://www.jaripotensi.net; Jumat, 4 September 2011). Hal yang tidak jauh berbeda ditemukan di SMAN X Bandung. SMAN X Bandung memiliki misi sekolah yang bertujuan membentuk lulusan yang unggul dalam mutu dan memiliki kepribadian yang luhur yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. SMAN X menyediakan jurusan IPA dan IPS, sedangkan jurusan Bahasa tidak dibuka karena tidak tersedianya fasilitas ruangan laboratorium bahasa di sekolah dan sedikitnya minat siswa yang memilih jurusan Bahasa. Di SMAN X Bandung, sekarang ini untuk menyaring atau menyeleksi siswanya dalam memilih jurusan, ditetapkan syarat. Syarat masuk ke jurusan IPA, siswa harus memiliki nilai KKM mata pelajaran IPA minimal setara dengan nilai KKM sekolah, memiliki jumlah nilai raport yang minimal setara KKM sekolah dan sesuai dengan pemetaan minat yang telah dilakukan melalui psikotest. Namun masih banyak siswa SMAN X Bandung memilih jurusan IPA dengan usaha yang besar tanpa memperhitungkan minat mereka yang sebenarnya. Peneliti melihat fenomena tentang pemilihan jurusan IPA-IPS yang disebabkan oleh paradigma yang keliru bahwa siswa IPA lebih pintar daripada yang masuk jurusan IPS ditambah dengan stigma dari masyarakat (guru dan orang tua), membuat siswa kurang mempertimbangkan motivasi, kemampuan kognitif dan tindakan untuk mencapai masa depan mereka. Banyak siswa yang akan

4 hanya menjadi pengikut trend paradigma yang salah dan akhirnya terlambat untuk menata masa depan mereka. Hal tersebut membuat peneliti melihat dengan memberikan pelatihan Orientasi Masa Depan domain School and Graduation, masalah ini dapat diminimalisir. Pemilihan jurusan di SMA berkaitan erat dengan masa depan siswa, sehingga siswa diharapkan dapat memilih jurusan sesuai dengan keadaan dirinya sendiri dan dipilih secara matang. Pemilihan jurusan IPA atau IPS sebagai titik awal merancang masa depan dalam bidang pendidikan, menurut guru BP, siswa di SMAN X Bandung telah dibekali informasi yang berkaitan dengan penjurusan di SMAN X Bandung, namun sampai saat ini belum ada seorang siswapun datang ke ruang BP untuk berdiskusi mengenai penjurusan, baik mengali informasi lebih dalam mengenai mata pelajaran, ataupun persyaratan-persyaratan agar bisa masuk jurusan yang mereka minati. Adapun siswa yang datang ke ruang BP bekenaan dengan penjurusan hanya berkonsultasi untuk dapat pindah jurusan setelah menjalani KBM (kegiatan belajar mengajar), atau karena rujukan dari guru wali kelas maupun guru mata pelajaran inti. Karena ada beberapa siswa di jurusan IPA yang memang seharusnya tidak masuk jurusan IPA namun karena pertimbangan tertentu akhirnya masuk jurusan IPA, maupun siswa yang tidak berminat masuk jurusan IPA, namun karena nilainya memadai masuk jurusan IPA dan keinginan orang tua, akhirnya siswa tersebut masuk jurusan IPA, dalam menjalani KBM, siswa bersangkutan mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di kelas, dan sering dipanggil ke ruang BP karena perilakunya ataupun menjadi langganan remedial setiap selesai ujian. Data

5 dari guru BP setiap kenaikan kelas dari kelas XI ke kelas XII, dapat dipastikan ada satu atau dua siswa dari jurusan IPA minta pindah ke jurusan IPS dengan alasan tidak dapat mengikuti pelajaran di kelas. Hal ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) tersendiri bagi guru wali kelas dan guru BP, karena pihak sekolah pada tahun ajaran 2010/2011 memberlakukan aturan penjurusan dilakukan hanya di kelas X naik ke kelas XI, dan tidak diperbolehkan untuk pindah jurusan di kelas XI maupun ke kelas XII. Dalam masalah ini siswa dituntut untuk memiliki komitmen yang dilandasi eksplorasi mengenai penjurusan yang diminatinya, sehingga diharapkan dalam menjalani KBM di jurusan yang dipilihnya menjadi lancar. Minat masuk jurusan IPA, sampai saat ini masih menjadi prestige tersendiri bagi siswa, dari 5 siswa yang diwawancara dari kelas XI-IPS, 3 diantaranya, awalnya ingin masuk jurusan IPA, namun karena persyaratan nilai tidak memenuhi sehingga mereka masuk jurusan IPS. Dari 5 siswa kelas XI-IPA, semuanya berminat masuk jurusan IPA, salah satunya adalah siswa yang masuk karena pertimbangan tertentu. Dan dari 6 siswa kelas X, 5 siswa dengan mantap menjawab ingin masuk jurusan IPA dengan alasan, jika masuk jurusan IPA kedepannya akan lebih mudah, karena dengan masuk jurusan IPA, nanti kuliahnya bisa ambil jurusan apa saja (jurusan IPA/IPS). Tetapi jika dari jurusan IPS, kuliahnya nanti hanya terbatas pada jurusan IPS, walaupun saat ini dari jurusan IPS boleh ambil jurusan kuliah IPA namun menurut mereka akan sulit menjalaninya karena jurusan IPS banyak hafalan, jurusan IPA banyak hitungan dan logika berpikir, sehingga jika terbiasa menghitung dan berpikir logika untuk menghafal akan lebih mudah jika dibandingkan terbiasa menghafal akan

6 sulit untuk berpikir logika dan berhitung. Satu siswa sudah mantap untuk masuk jurusan IPS dengan alasan, karena tidak suka dengan rumus-rumus, walaupun suka matematika/hitungan. Siswa ini lebih memiliki kemampuan menghafal yang baik. Namun saat ditanyakan mengenai nilai KKM pada mata pelajaran inti dari jurusan masing-masing, 16 siswa (semua) belum mencapai nilai KKM pada semua mata pelajaran. Hanya 5 orang yang memiliki 2 atau lebih mata pelajaran yang nilainya sesuai atau lebih dari KKM, selebihnya masih melakukan proses remedial. Menurut mereka proses remedial adalah proses yang melelahkan dan membuat mereka harus belajar lebih banyak dari teman-temannya yang lainnya. Namun mereka menyatakan apa daya karena setiap ujian nilainya kurang pada mata pelajaran inti. Menurut salah satu siswa, disekolah SMAN X Bandung proses remedial diberikan dua kali kesempatan, dan jika belum memenuhi standar nilai KKM, siswa yang bersangkutan akan diberikan tugas tambahan. Semua siswa yang diwawancarai, mengakui bahwa mereka sering melalui proses remedial setelah ujian, hal tersebut tidak mengherankan, karena tidak seorangpun yang memiliki waktu belajar khusus di rumah, selain belajar disekolah tidak ada siswa juga yang mengikuti les saat ini. Hanya ada satu siswa, yang berminat akan les di semester berikutnya. Dari 16 siswa yang diwawancarai, satu siswa telah memiliki cita-cita yang sudah pasti dan sedang dijalani, yaitu pembalap, namun dalam pendidikan, siswa tersebut memiliki harapan untuk dapat sekolah setinggi mungkin, tanpa tau pasti apa yang harus siswa tersebut lakukan dengan pendidikannya. Siswa ini ingin masuk IPA, walaupun nantinya ingin jadi pengacara, meskipun dalam pikirannya siswa ini tahu

7 akan lebih masuk akal jika ia membuka bengkel motor karena seseuai dengan profesinya saat ini sebagai pembalap. Keinginan siswa tersebut saat ini menjadi praktisi hukum, menurut siswa tersebut akan lebih keren jika ia menjadi praktisi hukum. Memiliki pengetahuan dan mengetahui potensi diri adalah penting untuk mengikuti pendidikan saat ini, karena semakin banyaknya populasi siswa, maka semakin banyak persaingan dalam melanjutkan pendidikan, membuat siswa SMAN X harus mulai membekali diri dengan pengetahuan dan mempersiapkan masa depan agar dapat bersaing. Dengan mengetahui dan merancang orientasi masa depan, diharapkan akan memiliki perencanaan yang lebih baik dan dengan baik akan menyelesaikan pendidikannya, dan meraih cita-cita mereka. Masalah pemilihan jurusan di SMA ini dapat dikaji melalui teori Orientasi masa depan. Orientasi masa depan dalah model masa depan seseorang yang menjadi dasar dalam penyusunan tujuan, perencanaan, membuat pilihan dalam proses eksplorasi, dan membuat komitmen yang membimbing jalannya perkembangan seseorang (Bandura, 2001; Nurmi, 1991; Seginer, 2003; Trommsdroff, 1983). Orientasi masa depan memiliki tiga komponen, yaitu Motivation, Cognitive Representation, dan Behavioral. Orientasi masa depan penting bagi seseorang yang sedang dalam masa perkembangan terutama pada periode transisi yang biasanya sedang mempersiapkan diri mereka, sebagai antisipasi untuk sesuatu yang ada di depan mereka. Oleh karena itu banyak penelitian mengenai orientasi masa depan ini relevan pada masa perkembangan remaja. Seginer (2003), menyatakan bahwa masa

8 remaja umunya terdapat empat domain-life inti dari orientasi masa depan yaitu pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan keluarga, dan self-concern (membentuk identitas sebagai individu yang dewasa). Berdasarkan hasil survey terhadap 289 siswa kelas X di SMAN X Bandung dengan menggunakan kuesioner diperoleh data 126 siswa ingin masuk jurusan IPA, 98 siswa ingin masuk jurusan IPS, dan 65 Siswa masih mengalami kebingungan untuk memilih jurusan yang di pilih. Melalui kuesioner Orientasi Masa Depan, diperoleh data siswa yang memiliki orientasi masa depan pada kategori tidak jelas adalah 10 siswa (3,5%), pada kategori cenderung tidak jelas terdapat 65 siswa (22,5%), pada kategori cenderung jelas terdapat 161 siswa (55,7%), dan pada kategori jelas terdapat 56 siswa (19,4%). Dilihat dari komponen yang membentuk orientasi masa depan, yaitu Motivation, Cognitive, dan Behavior, dari 289 siswa kelas X SMAN X, 14 siswa (4,8%) memiliki kategori motivasi yang rendah, 94 siswa (32,5%) memiliki kategori motivasi yang cenderung rendah, 142 siswa (49,1) memiliki kategori motivasi cenderung tinggi, dan 39 siswa (13,5%) memiliki kategori motivasi tinggi. Untuk komponen Cognitive hampir semua siswa telah memiliki Cognitive Representation yang baik, 5 siswa (1,73%) memiliki kategori cognitive representation rendah, 37 siswa (12,8%) memiliki kategori cognitive representation cenderung rendah, 142 siswa (49,1%) memiliki kategori cognitive representation cenderung tinggi, dan 105 siswa (36,3%) memiliki kategori cognitive representation tinggi. Untuk komponen Behavior hampir semua siswa berada di kategori cenderung rendah ke rendah dan hal ini menjadi hal yang harus diperhatikan, dari 289 siswa, 94

9 siswa (32,5%) memiliki kategori Behavior yang rendah, 185 siswa (64%) memiliki kategori Behavior yang cenderung rendah, 9 siswa (3,1%) memiliki kategori Behavior yang cenderung tinggi, dan 1 siswa (0,35%) memiliki kategori Behavior yang tinggi. Siswa SMAN X Bandung masuk pada tahap perkembangan remaja. Masa remaja menuntut individu untuk berpikir dan merencanakan masa depannya. Keputusan yang harus diambil terkait dengan masa depan domain-life, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan keluarga, dan membentuk identitas sebagai individu yang dewasa, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang selanjutnya. Hal ini selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Havighurst bahwa keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas perkembangannya akan menjadi dasar bagi penyelesaian tugas perkembangan selanjutnya. Mereka yang berhasil menyelesaikan tugas perkembangannya akan berkembang menjadi individu yang bahagia dan cenderung akan sukses dengan tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya, mereka yang gagal dalam menyelesaikan tugas perkembangannya akan tampil sebagai pribadi yang tidak bahagia, terasing dalam lingkungan dan mengalami kesulitan ketika menghadapi tugas perkembangan selanjutnya. Kondisi ini menunjukkan banyaknya masalah yang terkait dengan pengambilan keputusan di masa remaja. Di samping itu, adanya tekanan dari peer group juga menjadi hal yang turut mewarnai proses pengambilan keputusan mereka (Papalia, Olds & Feldman, 2000). Kondisi ini tidak jarang membuat remaja menjadi kurang realitis dalam merumuskan rencana mengenai apa yang hendak mereka capai di masa depan,

10 sehingga remaja membutuhkan bantuan dalam mempersiapkan masa depan yang baik. Pelatihan orientasi masa depan yang telah diujicobakan oleh beberapa peneliti hampir semua menggunakan teori orientasi masa depan dari J. E. Nurmi (1989), di antaranya penelitian oleh Eri Vidiyanto (2006) dengan judul Peyusunan Modul Pelatihan Menyusun Orientasi Masa Depan Planning Your Future Bagi Remaja dan penelitian oleh Cindy Maria (2008) dengan judul Perancangan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pendidikan pada Siswa/i kelas I SMA X Bandung, kedua intervensi yang diberikan memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan kejelasan orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada pesertanya. Pesertapun, memberikatan penilaian yang positif pada evaluasi pelatihan level reaksi. Metoda pelatihan yang memberi dampak peningkatan kejelasan orientasi masa depan kiranya dapat digunakan juga dalam peningkatan kejelasan orientasi masa depan domain school and graduation. Teori orientasi masa depan dari Nurmi terdiri dari komponen motivasi, perencanaan dan evaluasi, sedangkan teori orientasi masa depan dari Seginer terdapat perbedaan penggunaan istilah, namun memiliki kerangka pikir teori orientasi masa depan yang serupa dengan teori OMD dari Nurmi. Dalam pelatihan ini materi disusun dengan acuan teori orientasi masa depan dari Rachel Seginer (2009), yang membekali pengetahuan peserta mengenali potensi dan minat, mengukur pengetahuan mereka serta mengeksplorasi dan berkomitment membuat tindakan nyata dalam merancang orientasi masa depan domain school and

11 graduation, khususnya dalam memilih dan menentukan jurusan yang sesuai dengan diri mereka dan mendukung cita-cita mereka. 1.2. Identifikasi Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah menyusun modul seperti apakah yang baik untuk meningkatkan orientasi masa depan domain school and graduation bagi siswa kelas X SMAN X Bandung. 1.3. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh modul pelatihan yang dapat memberikan pemahaman, kesadaran dan keterampilan untuk merancang orientasi masa depan yang jelas dan realistis. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah modul pelatihan yang tersusun dapat membantu siswa kelas X SMAN X Bandung dalam merancang Orientasi Masa Depannya, yang diukur dari tiga komponen OMD yaitu Motivation, Cognitive dan Behavior setelah menjalani pelatihan Orientasi Masa Depan.

12 1.3.3. Kegunaan Penelitian 1.3.3.1. Kegunaan Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi: Ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan & Pendidikan untuk memperdalam pemahaman dan memperkaya pengetahuan psikologi mengenai Orientasi Masa Depan siswa SMA. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian mengenai Orientasi Masa Depan pada siswa SMA ataupun topik lain yang berkaitan. 1.3.3.2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Orientasi Masa Depan domain school and graduation pada siswa kelas X SMAN X Bandung bagi: SMAN X khususnya kepala sekolah, para guru dan wali kelas mengenai Orientasi Masa Depan siswanya untuk membantu memberikan bimbingan. Para siswa SMAN X mengenai Orientasi Masa Depan mereka, agar dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan diri dan penyesuaian diri yang lebih baik dalam memilih jurusan menjadi realistis. Praktisi pendidikan, praktisi psikologi khususnya psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan, para trainer, agar dapat menggunakan dan memanfaatkannya dalam memberikan arahan dan bimbingan bagi para siswa.

13 1.4. Metodologi Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental dengan desain penelitian One Group Pre-Post Test Design. Pre-Post Test Design yang menjelaskan perbedaan dua kondisi sebelum dan sesudah intervensi dilakukan (Graziano & Laurin, 2000). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purpossive Sampling, yaitu sampel diambil dari unit populasi yang ada pada saat penelitian dan semua individu yang memenuhi karakteristik populasi diambil sebagai sampel. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic non parametric.