BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB II URAIAN TEORITIS. A. Penelitian Terdahulu Tashia (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB V PENUTUP. golongan-golongan yang telah ditentukan oleh pihak Bank BTN. 1. Pembiayaan lancar, yaitu pembiyaan yang memenuhi kriteria

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

Lampiran 1. Daftar istilah

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang (Kasmir, 2002:23). Bank adalah merupakan salah satu badan usaha

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

M. Aditya Jaya Perdana Topowijono Zahroh Z. A. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank,

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara yakni dengan cara tunai maupun kredit. Penjualan secara tunai akan

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERKREDITAN

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dari penjualan asset perusahaan maupun pinjaman kredit ke bank.rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK CIMB NIAGA LAJU TEBING TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kredit Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang artinya kepercayaan atau dari bahasa Latin yaitu creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran (Mulyono, 2001:9). Jadi apabila seseorang memperoleh kredit berarti mereka memperoleh kepercayaan dari pihak pemberi kredit (kreditur). Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2003:92). Defenisi kredit tersebut memberikan konsekuensi bagi bank dan peminjam mengenai hal-hal berikut (Siamat, 2004:165) : a. Penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan dengan itu oleh bank (kreditur) b. Kewajiban debitur mengembalikan kredit yang diterimanya c. Jangka waktu pengembalian kredit d. Pembayaran bunga e. Perjanjian kredit

2.1.2 Unsur-Unsur Kredit Didalam pemberian kredit ada beberapa unsur yang harus diperhatikan antara lain : a. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan dari si pemberi kredit kepada penerima kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang ataupun jasa akan benar-benar diterima dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang b. Kesepakatan, yaitu suatu perjanjian antara si pemberi kredit dan si penerima kredit untuk melaksanakan hak dan kewajibannya selama perjanjian kredit berlangsung. c. Jangka waktu, yaitu pinjaman atau kredit yang diberikan telah disepakati untuk masa waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. d. Resiko, yaitu suatu resiko yang harus dihadapi si pemberi kredit akibat adanya jangka waktu pengembalian kredit. e. Balas jasa, yaitu keuntungan atas pemberian suatu kredit yang dikenal dengan bunga atau biaya administrasi f. Kreditur, yaitu adanya orang/badan yang memiliki barang, jasa atau uang yang dapat dipinjamkan kepada orang lain. g. Debitur, yaitu orang/badan sebagai orang yang memerlukan atau meminjam barang, jasa atau uang.

2.1.3 Penggolongan Kredit Kredit dapat digolongkan menjadi lima yaitu : a. Berdasarkan Waktu (maturity) : 1. Kredit Jangka Pendek (Short Term Loan) Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tah a kredit untuk membiayai kelancaran operasional perusahaan termasuk un. Misalny kredit modal kerja. 2. Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan) Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya 1 sampai dengan 3 tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja. Misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. 3. Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan) Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya atau jatuh temponya melebihi tiga tahun. Misalnya kredit investasi untuk membiayai suatu proyek. b. Berdasarkan Barang Jaminan (collateral) 1. Kredit dengan jaminan (secured loan) 2. Kredit dengan tanpa jaminan (unsecured loan) c. Berdasarkan Segmen Usaha : Sektor usaha yang dibiayai dengan kredit dibagi lagi menjadi segmen-segmen usaha misalnya perdagangan, otomotif, pharmasi, tekstil dan lain sebagainya.

d. Berdasarkan Tujuan Kredit 1. Kredit Komersil Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang perdagangan. 2. Kredit Komsumtif Yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat komsumtif, misalnya untuk membeli property, mobil dan sebagainya. 3. Kredit Produktif Yaitu kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi, misalnya pembelian bahan baku. e. Berdasarkan Penggunaan Kredit : 1. Kredit Modal Kerja Yaitu kredit yang diberikan untuk menambah modal kerja 2. Kredit Investasi Yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan untuk digunakan untuk melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Penilaian Kredit Dalam aktivitas pemberian kredit, lembaga pemberi kredit harus berpedoman kepada prinsip-prinsip pemberian kredit yang nantinya dapat meminimalkan kredit yang berkualitas kurang baik. Setiap proses pemberian kredit memerlukan pertimbangan yang matang supaya kepercayaan yang menjadi unsur utama dari kredit benar-benar terwujud dan kredit yang diberikan tepat pada sasarannya. Ada beberapa prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan dalam menilai suatu permohonan kredit yaitu : a. Prinsip 6C yang terdiri dari : 1. Character (Penilaian Watak) Penilaian watak atau kepribadian calon nasabah dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran atau itikad baik calon nasabah untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya sehingga tidak akan menyulitkan pihak kreditur dikemudian hari. 2. Capacity (Penilaian Kemampuan) Yaitu kemampuan menjalankan usaha dari calon debitur dan kemampuan menghasilkan pendapatan, sehingga kreditur yakin usaha yang akan dibiayai dikelola orang-orang yang tepat dan calon debiturnya untuk jangka waktu tertentu dapat melunasi dan mengembalikan pinjamannya. 3. Capital (Penilaian terhadap Modal) Yaitu struktur permodalan yang dimiliki perusahaan calon debitur. Struktur permodalan tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan.

4. Collateral (Penilaian terhadap agunan) Yaitu jaminan atau agunan yang diserahkan kepada kreditur sebagai pengaman terhadap kredit yang diberikan. Besarnya nilai jaminan minimal sama dengan nilai kredit yang diberikan. 5. Condition of Economic Yaitu menyangkut situasi dan kondisi ekonomi yang berhubungan dengan perkembangan usaha debitur. 6. Constraint Yaitu penilaian terhadap faktor-faktor sosial psikologis seperti batasanbatasan untuk melakukan usaha di suatu tempat. Misalnya pembangunan pabrik kelapa sawit hendaknya memperhatikan daerah sekitar sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. b. Prinsip 7P yang terdiri dari : 1. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiaanya atau tingkah lakunya sehari-harinya maupun masa lalunya, juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak. 3. Party (Golongan) Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya

sehingga nasabah yang digolongkan kedalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda. 4. Purpose (Tujuan) Yaitu tujuan penggunaan kredit yang diminta. Apakah kredit yang digunakan untuk membiayai perusahan yang mempunyai dampak sosial yang positif dan luas atau tidak. 5. Profitability (Keuntungan) Yaitu kemampuan untuk mendapatkan keuntungan bagi kreditur apabila memberikan pembiayaan kredit kepada debitur. 6. Payment (Pembayaran) Yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. 7. Protection Yaitu berjaga-jaga terhadap kegagalan pemberian kredit dengan meminta suatu perlindungan berupa jaminan barang atau orang ataupun jaminan asuransi.

2.1.5 Aspek-Aspek Penilain Kredit Dalam penilaian kredit, ada enam aspek yang harus dipertimbangkan antara lain : a. Aspek Pemasaran Menyangkut kemampuan daya beli masyarakat, kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi dan sebagainya yang mempengaharui perkembangan usaha debitur. b. Aspek Teknis Meliputi penilaian terhadap kelancaran produksi, kapasitas produksi, mesin, peralatan, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku serta kualitas tenaga kerja. c. Aspek Manajemen Merupakan penilaian terhadap struktur organisasi termasuk kemampuan dan pengalaman manajemen serta pola kepemimpinan yang diterapkan top manajemen. d. Aspek Yuridis Meliputi penilaian terhadap status hukum usaha seperti kelengkapan izin usaha serta legalitas barang-barang jaminan. e. Aspek Sosial Ekonomi Menyangkut apakah usaha yang akan dibiayai diterima dan memberi dampak positif atau negatif terhadap lingkungan masyarakat setempat. f. Aspek Financial Meliputi keadaan keuangan perusahaan debitur yang akan dibiayai. Penilaian ini dilakukan dengan melihat laporan keuangan perusahaan.

2.1.6 Kredit Fidusia Menurut asal katanya, Fidusia berasal dari bahasa Romawi yaitu fides yang berarti kepercayaan. Dalam terminologi Belanda istilah ini sering disebut secara lengkap yaitu Fiduciare Eigendom Overdracht (F.E.O.) yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan. Sedangkan dalam istilah bahasa Inggris disebut Fiduciary Transfer of Ownership. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Sedangkan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak. Fidusia merupakan jaminan serah kepemilikan yaitu debitur tidak menyerahkan benda jaminan secara fisik kepada kreditur tetapi tetap berada di bawah kekuasaan debitur (constitutum possessorium), namun pihak debitur tidak diperkenankan mengalihkan benda jaminan tersebut kepada pihak lain (debitur menyerahkan hak kepemilikan atas benda jaminan kepada kreditur). Fidusia dalam pegadaian dapat ditemukan pada produk KREASI (Kredit Angsuran Fidusia). KREASI merupakan pinjaman (kredit) dengan jangka waktu tertentu dengan menggunakan konstruksi kredit secara jaminan fidusia, yang diberikan kepada pengusaha mikro dan pengusaha kecil yang membutuhkan dana untuk keperluan pengembangan usahanya. Jaminan kreditnya adalah BPKB kendaraan (mobil dan motor).

2.1.7 Kolektibilitas Kredit Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang telah ditanamkan. Kolektibilitas kredit berarti menggolongkan kredit berdasarkan kelancaran atau ketidaklancaran pengembalian kredit baik pokok maupun pinjamannya. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, secara umum kolektibiliatas kredit dapat dibagi atas lima antara lain : a. Lancar (Pass), apabila memenuhi kriteria : 1. Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu 2. Memiliki mutasi rekening yang aktif 3. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai b. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention), apabila memenuhi kriteria : 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampui 90 hari, atau 2. Kadang-kadang terjadi cerukan, atau 3. Mutasi rekening relatif aktif, atau 4. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan, atau 5. Didukung oleh pinjaman baru c. Kurang Lancar (Substandart), apabila memenuhi kriteria : 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari, atau 2. Sering terjadi cerukan, atau 3. Frekuensi Mutasi rekening relatif rendah, atau

4. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari 5. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur 6. Dokumentasi pinjaman yang lemah d. Diragukan (Doubtful), apabila memenuhi kriteria : 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang melampui 180 hari, atau 2. Terjadi cerukan yang bersifat permanen, atau 3. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari, atau 4. Terjadi kapitalisasi bunga, atau 5. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan e. Macet (Loss), apabila memenuhi kriteria : 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang melampaui 270 hari, atau 2. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau 3. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Sedangkan penggolongan kolektibiltas kredit pada Perum Pegadaian sendiri ada lima antara lain : a. Lancar Merupakan jumlah seluruh kredit pada masing-masing sektor yang diangsur tepat pada waktunya. Nasabah pada golongan kolektibilitas ini tidak dikenakan denda sama sekali (denda 0 %). b. Dalam Perhatian Khusus (DPK) Merupakan jumlah seluruh kredit pada masing-masing sektor yang terlambat diangsur 1-7 hari. Nasabah pada golongan kolektibilitas ini dikenakan denda sebesar 2 %. c. Kurang Lancar (KL) Merupakan jumlah seluruh kredit pada masing-masing sektor yang terlambat diangsur 8-14 hari. Nasabah pada golongan kolektibilitas ini dikenakan denda sebesar 4 %. d. Diragukan (DR) Merupakan jumlah seluruh kredit pada masing-masing sektor yang terlambat diangsur 15-21 hari. Nasabah pada golongan kolektibilitas ini dikenakan denda sebesar 6 %. e. Macet Merupakan jumlah seluruh kredit pada masing-masing sektor yang terlambat diangsur diatas 21 hari. Nasabah pada golongan kolektibilitas ini dikenakan denda sebesar = 8 %.

Menurut Siamat (2001:174), indikasi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Indikasi Internal, yaitu : 1. Perkembangan kondisi keuangan yang cenderung berlawanan dari proyeksi yang diharapkan 2. Terjadi penundaan pembayaran cicilan pokok dan bunga 3. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri 4. Meningkatnya penggunaan fasilitas overdraft 5. Permintaan penambahan kredit tanpa menyertakan data-data keuangan yang lengkap dan mutakhir 6. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang 7. Usaha nasabah terlalu ekspansif 8. Debitur menghindari penyampaian informasi keuangan pada saat diminta. b. Indikasi Eksternal, yaitu : 2. Adanya penyelidikan dari lembaga-lembaga keuangan lain 3. Kreditur lain melakukan tindakan proteksi misalnya penambahan dan pengikatan barang jaminan secara normal 4. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri 5. Pemogokan buruh (pekerja) secara terorganisasi 6. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri 7. Permohonan penjadwalan ulang dan perpanjangan 8. Peluncuran produksi baru oleh pesaing.

2.1.8 Penyebab dan Penyelamatan Non Performing Loan Persoalan pokok dalam Non Performing Loan adalah ketidaksediaan debitur untuk melunasi atau ketidaksanggupan untuk memperoleh pendapatan yang cukup untuk melunasi kredit yang telah disepakati. Menurut Tjoekam (2001:264) ada beberapa faktor penyebab kredit bermasalah antara lain : a. Kondisi keuangan debitur Meliputi : pasar, kuantitas/kualitas produksi, harga, cashflow, persaingan barang subsitusi, market share, piutang, utang dan lain-lain b. Kegiatan usaha Meliputi : produk mudah ditiru, prospek kedepan, mitra usaha, teknologi dan lain-lain c. Sikap debitur Meliputi : sikap transparan, komunikatif, managerial skil, hubungan dengan kreditur dan lain sebagainya d. Sikap kreditur Meliputi : penguasaan bidang usaha debitur prinsip kehati-hatian, kepercayaan, negoisasi dan sebagainya e. Keadaan Lingkungan Meliputi : kondisi ekonomi moneter, deregulasi, tingkat suku bunga, kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya

Siamat (2001:175-177) menyatakan ada dua faktor utama penyebab terjadinya kredit bermasalah yaitu : a. Faktor Internal, antara lain : 1. Kebijakan perkreditan yang ekspansif Yaitu dengan menetapkan sejumlah target kredit yang harus dicapai untuk kurun waktu tertentu karena kreditur memiliki kelebihan dana. Akibatnya tidak lagi selektif memilih calon debitur dan kurang menerapkan prinsipprinsip perkreditan yang sehat. 2. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan Berupa kurang disiplinnya penerapan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara pemberian kredit. Hal ini disebabkan karena jumlah dan kualitas sumber daya manusia yang menangani kredit kurang memadai. 3. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit Dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari debitur tetapi tidak dilakukan oleh kreditur, sehingga menyebabkan yang secara potensial akan mengalami masalah tidak dapat dilacak secara dini, sehingga bank terlambat melakukan langkah-langkah pencegahan. 4. Lemahnya sistem informasi kredit Lemahnya sistem informasi kredit akan memperlemah keakuratan pelaporan yang pada gilirannya akan sulit melakukan deteksi dini dan dapat menyebabkan terlambatnya pengambilan langkah-langkah pencegahan kredit bermasalah.

5. Itikat kurang baik dari pihak kreditur Misalnya petugas kreditur sering kali memanfaatkan keberdaannya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuanketentuan yang berlaku. b. Faktor Eksternal, antara lain : 1. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit Dapat diakibatkan oleh adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijakan uang ketat yang dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga tingkat bunga naik yang pada gilirannya debitur tidak lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit. 2. Pemanfaatan iklim persaingan yang tidak sehat oleh debitur Dengan cara memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan dan untuk usaha yang tidak jelas atau untuk spekulatif. 3. Kegagalan usaha debitur Dapat terjadi karena sifat usaha debitur sensitif terhadap pengaruh eksternal. 4. Debitur mengalami musibah Misalnya meninggal dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi.

Penyelamatan kredit merupakan usaha yang dilakukan kreditur terhadap kredit yang digolongkan sebagai kredit bermasalah. Penyelamatan kredit dimaksudkan sebagai upaya terakhir untuk menyelesaikan kredit yang tergolong kredit bermasalah atau non performing loan setelah semua upaya pembinaan kredit dilakukan. Ada empat cara pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam upaya penyelamatan kredit bermasalah antara lain : a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang) Yaitu perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu kredit. Kredit yang memperoleh fasilitas rescheduling ini hanyalah debitur yang memenuhi persyaratan tertentu antara lain misalnya usaha debitur memiliki prospek untuk bangkit kembali, debitur menunjukkan itikat baik yaitu memiliki willingness to pay dan adanya keyakinan bahwa debitur tetap berminat dan berniat untuk terus mengelola usahanya. Dalam proses rescheduling ini tunggakan pokok dan bunga dijumlahkan untuk kemudian dijadwalkan kembali pembayarannya sehingga untuk itu dibuat perjanjian reschudling tersendiri. b. Reconditioning (Persyaratan Ulang) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum kredit. Dalam reconditioning ini dapat pula diberikan kepada debitur keringanan berupa pembebasan sebagian bunga tertunggak atau penghentian perhitungan bunga bagi debitur yang bersifat jujur, terbuka dan cooperative

serta usahanya masih potensial dapat beroperasi dengan menguntungkan namun mengalami kesulitan keuangan. c. Restructuring (Penataan Ulang) Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kemali dan atau persyaratan kembali. d. Eksekusi Barang Jaminan Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan hutang. Pelaksanaan ini dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-benar usaha debitur sudah tidak dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan.

2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan oleh Sitinjak (2006) yang berjudul Analisis Non Performing Loan (NPL) Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan dengan perumusan masalah Bagaimana kondisi Non Performing Loan (NPL) Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Data dan informasi didasarkan pada studi dokumentasi dan wawancara serta dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriftif. Hasil penelitian ini adalah bahwa selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 NPL KPR BTN sudah baik atau pada kondisi sehat yaitu ratarata < 5%. Hal ini menunjukkan kinerja yang baik dari bank BTN dalam pengelolaan dan pengumpulan kredit. Penelitian yang dilakukan Harahap (2008) yang berjudul Analisis Faktor- Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada PT Bank Sumut Capem Sei Rampah dengan perumusan masalah Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan variabel-variabel kredit bermasalah (Kondisi Keuangan Debitur, Kegiatan Usaha, Sikap debitur, Sikap Bank dan Force Majeur (Keadaan Memaksa) terhadap penyebab kredit bermasalah pada PT Bank Sumut Capem Sei Rampah?. Data dan informasi didasarkan pada studi dokumentasi,wawancara dan kuisioner serta dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriftif dan regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel-variabel kredit bermasalah (Kondisi Keuangan Debitur, Kegiatan Usaha, Sikap debitur, Sikap

Bank dan Force Majeur/Keadaan Memaksa) terhadap penyebab kredit bermasalah pada PT Bank Sumut Capem Sei Rampah. 2.3. Kerangka Konseptual Kolektibilitas Kredit merupakan penggolongan kredit dengan membagi atau memisah-misahkan kredit/pinjaman berdasarkan kelancaran atau ketidaklancaran pengembalian kredit atau pinjaman tersebut baik pokok ataupun bunganya. Hal ini ditujukan untuk mengetahui dan mendapat gambaran yang nyata tentang keadaan dan kondisi kredit kredit/pinjamn yang telah diberikan kepada masyarakat sebagai pemakai dana tersebut. Menurut Tjoekam (2001:264), ada lima variabel yang dapat mempengaharui kolektibilitas kredit yaitu kondisi keuangan debitur, kegiatan usaha, sikap debitur, sikap kreditur serta keadaan/lingkungan. Kondisi Keuangan Debitur Kegiatan Usaha Sikap Debitur Sikap Kreditur Kolektibilitas Kredit Angsuran Fidusia (KREASI) Keadaan Lingkungan Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Tjoekam (2001:264), data dimodifikasi

2.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Bahwa Kondisi keuangan debitur, Kegiatan usaha, Sikap debitur, Sikap kreditur, dan Keadaan lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kolektibilitas Kredit Angsuran Fidusia (KREASI) pada Perum Pegadaian Cabang Sunggal- Medan