KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) PADA CAMPURAN BUTONITE MASTIC ASPHALT (BMA)

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

EFEK PERENDAMAN TERHADAP KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG CAMPURAN HRA YANG MENGANDUNG BAHAN PENGISI ABU BATU DAN SERBUK ARANG. Derita Lamtiar NRP :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

NASKAH SEMINAR INTISARI

METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

PENGARUH PENGGUNAAN POLIMER ELVALOY TERHADAP NILAI INDEX KEKUATAN SISA PADA CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

STUDI PERBANDINGAN PARAMETER MARSHALL BETON ASPAL STANDAR DENGAN BETON ASPAL HASIL PEMANASAN ULANG AMRI NOVRIANTO

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

Transkripsi:

KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) PADA CAMPURAN BUTONITE MASTIC ASPHALT (BMA) W a h j o e d i Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang (POLINES) Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang, Semarang Telp. (024) 7473417 Abstract: One of utilizing the latest technologies in this type asbuton asphalt mixture is asbuton micro mixing with asphalt in the form of oil mastik called Butonite Mastic (BM), whereas the mixed type generated by using this binder is a mixture Butonite MasticAsphalt (BMA). Therefore, the purpose of this study is to evaluate the characteristics of the mixture Butonite Mastic Asphalt (BMA) and the Index Strength Time (IKS) BMA Mixture obtained from the Marshall immersion test (Marshall Immersion). According to the research objectives, then the object of research used a mixture of BMA and mix Asphalt Concrete Layer Bina Marga No.garadasi. IV for comparison. Type of testing is limited to testing and soaking Marshall Marshall (Marshall Immersion). While the analysis focuses on parameter analysis, Marshall and Strength Time Index (IKS) a second mixture. The research results showed that the mixture of BMA has a lower reliability than the Asphalt Concrete Layer mixture of water infiltration due to the influence of soaking process Marshall. However, BMA mixture has an endurance of more than a mixture of asphalt concrete layer to the influence of the addition or subtraction and asphalt content. In addition, the value of the mixture IKS after Marshall Immersion BMA still be above the minimum value of 75% is required by Bina Marga. Keywords : layer asphalt concrete, marshall immersion, index strength time. Abstrak: Salah satu pemanfaatan teknologi terbaru dalam campuran aspal asbuton tipe asbuton mikro adalah pencampuran dengan aspal dalam bentuk minyak mastik yang disebut Butonite Mastic (BM), sedangkan jenis campuran yang dihasilkan dengan menggunakan pengikat ini merupakan campuran Butonite MasticAsphalt (BMA). Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi karakteristik dari campuran Butonite MasticAsphalt (BMA) dan Indeks Kekuatan Sisa (IKS). Campuran BMA diperoleh dari uji perendaman Marshall (Marshall Immersion). Sesuai dengan tujuan penelitian, maka objek penelitian yang digunakan adalah campuran BMA dan campuran Lapisan Beton Aspal Bina Marga No gradasi IV untuk perbandingan. Jenis pengujian terbatas pada pengujian dan perendaman Marshall (Marshall Immersion). Penelitian difokuskan pada analisis parameter, Marshall dan Indeks Kekuatan Sisa (IKS) kedua campuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran BMA memiliki keandalan yang lebih rendah dibandingkan dengan campuran Lapisan Beton Aspal terhadap peresapan air akibat pengaruh proses perendaman Marshall. Namun, campuran BMA memiliki daya tahan lebih dibandingkan campuran lapisan aspal beton terhadap pengaruh penambahan atau pengurangan kadar aspal. Selain itu, nilai IKS campuran setelah Perendaman Marshall, BMA masih berada di atas nilai minimal 75% yang diperlukan oleh Bina Marga. Kata kunci: lapisan aspal beton, perendaman marshall, indeks kekuatan waktu. PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah memaksa pemerintah untuk mengurangi biaya pembangunan fisik yang rendah skala prioritasnya. Akibat pengurangan ini, diharapkan bangsa Indonesia dapat melakukan berbagai cara kreatif dalam menghadapinya. Sebagai konsekuensinya, orang-orang yang berkecimpung dalam bidang rekayasa jalan (perkerasan) hendaknya dapat menghasilkan berbagai cara pemecahan kreatif namun tetap mengacu pada filosofi dasar ilmu dan keilmuannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencari material perkerasan yang merupakan produksi dalam negeri, berbiaya murah namun memenuhi standar perkerasan jalan. Dewasa ini aspal sebagai bahan pengikat lapis permukaan sangat banyak menggunakan Karakteristik Marshal danindeks Kekuatan Sisa (IKS) Pada Campuran Butonite Mastic Asphal - Wahjoedi 121

aspal minyak dan sedikit menggunakan aspal alam, seperti asbuton, padahal asbuton sebagai salah satu sumber alam Indonesia mempunyai potensi yang tinggi dengan deposit yang cukup besar. Pemanfaatan asbuton untuk kebutuhan bahan perkerasan jalan semakin mendesak. Disamping untuk mengimpor aspal minyak dan memberikan lapangan kerja pada masyarakat sekitar penghasil asbuton, juga akan berguna untuk masa mendatang mengingat potensi minyak yang menghasilkan aspal sebagai residu akan semakin berkurang. Sejarah campuran beraspal yang menggunakan asbuton telah dimulai pada konstruksi lapis asbuton agregat (lasbutag) konvensional. Berbagai penelitian dan percobaan telah dilakukan untuk mencari produk-produk asbuton yang dapat memenuhi standar kualifikasi material perkerasan jalan yang dapat digunakan, sehingga dengan demikian pemanfaatan asbuton akan semakin meningkat. Dewasa ini sedang dilakukan berbagai penelitian untuk pemanfaatan asbuton antara lain, Teknobutas, ekstraksi bitumen asbuton dan lain-lain. Kemudian beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk melihat kinerja asbuton di dalam jenis campuran beraspal lainnya, seperti pada Lapis Tipis Asbuton Pasir (Latasbusir), Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir), Hot Rolled Sheet (HRS), Lapis Beton Aspal. Salah satu teknologi mutakhir dari pemanfaatan asbuton dalam jenis campuran beraspal yang menjadi fokus penelitian ini adalah pencampuran asbuton mikro dengan aspal minyak dalam bentuk mastik yang disebut Butonite Mastic (BM), sedangkan jenis campuran yang dihasilkan dengan menggunakan bahan pengikat ini adalah campuran Butonite Mastic Asphalt (BMA). Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi karakteristik campuran Butonite Mastic Asphalt (BMA). Selain itu, juga dievaluasi Indeks Kekuatan Sisa (IKS) campuran BMA yang diperoleh dari pengujian perendaman Marshall (Marshall Immersion). Untuk mendukung tujuan tersebut, maka penelitian dibatasi pada pengujian Marshall dan perendaman Marshall (Marshall Immersion). Adapun obyek utama penelitian digunakan campuran Butonite Mastic Asphalt (BMA) dan sebagai pembanding digunakan campuran Lapis Beton Aspal dengan gradasi Bina Marga No.IV. STUDI PUSTAKA Butonite Mastic (BM) Butonite Mastic (BM) merupakan teknologi paling mutakhir dari pemanfaatan asbuton. Butonite mastic adalah campuran antara asbuton mikro, aspal minyak, dan short residu/bahan peremaja dalam perbandingan tertentu sesuai dengan target angka penetrasi yang dikehendaki. Saat ini di Indonesia (di Pulau Buton dan Surabaya), BM diproduksi secara besar-besaran dengan komposisi asbuton mikro (kadar bitumen 27,4 %) = 65,5 %; aspal minyak penetrasi 60 = 29,0 % dan flux agent = 5,5 %. BM dengan komposisi tersebut dibuat dengan cara mencampur aspal penetrasi 60 dan flux agent yang dipanaskan pada temperatur 150 C dan diaduk secara terus-menerus hingga seragam/merata. Kemudian ditambah dengan mikro asbuton secara perlahan lahan dan terus diaduk hingga campuran tampak merata yang selanjutnya mortar BM berbentuk pasta tersebut dimasukkan/dikemas pada drum atau karung dan dibiarkan pada pada suhu ruang (25 C). 122 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 Juli 2009, hal: 121-130

Campuran Butonite Mastic Asphalt (BMA) Butonite Mastic Asphalt (BMA) merupakan alternatif pemanfaatan asbuton yang menerapkan teknologi mutakhir dari asbuton, melalui pencampuran secara panas antara agregat dengan Butonite Mastic (Butonite Mastic adalah campuran antara asbuton mikro, aspal minyak dan flux agent (bahan peremaja) dalam perbandingan tertentu sesuai dengan target angka penetrasi yang dikehendaki). Campuran Lapis Beton Aspal Lapis Beton Aspal merupakan jenis campuran aspal panas yang dikembangkan di Amerika oleh The Asphalt Institute dengan nama Asphalt Concrete (AC). Asphalt Concrete (AC) adalah suatu jenis campuran yang dikarakterisasikan dengan penggunaan agregat bergradasi menerus. Menurut Bina Marga, Lapis Beton Aspal adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Agregatnya terdiri dari agregat kasar, agregat halus, dan filler yang bergradasi baik. Flow/Kelelehan Kelelehan adalah perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01. Nilai flow juga diperoleh dari hasil pembacaan pada alat Marshall Test sewaktu melakukan pengujian Marshall. Voids in Mixture (VIM) Rongga di dalam Campuran (VIM) adalah parameter yang menunjukkan volume rongga yang berisi udara didalam campuran beraspal, dinyatakan dalam % volume. Void in Mineral Aggregate (VMA) (Rongga didalam Agregat (VMA) adalah volume rongga yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan rongga yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume. Void Filled with Bitumen (VFB) VFB (Rongga terisi aspal) adalah bagian dari volume rongga di dalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % VMA. Karakteristik Marshall Campuran Beraspal Stabilitas Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Nilai stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall Test sewaktu melakukan pengujian Marshall. Nilai yang terbaca tersebut, kemudian dikoreksi dengan faktor koreksi terhadap alat Marshall yang dipakai dan faktor koreksi volume benda uji. Marshall Quotient (MQ) Marshall Quotient adalah nilai pendekatan yang hampir menunjukkan nilai kekakuan suatu campuran beraspal dalam menerima beban. Nilai MQ diperoleh dari perbandingan antara nilai stabilitas yang telah dikoreksi terhadap nilai kelelehan (flow), dan dinyatakan dalam satuan kg/mm atau kn/mm. Indeks Kekuatan Sisa (IKS) Indeks Kekuatan Sisa dianalisis dari data-data hasil pengujian terhadap sifat-sifat Karakteristik Marshal danindeks Kekuatan Sisa (IKS) Pada Campuran Butonite Mastic Asphal - Wahjoedi 123

mekanik benda uji (stabilitas dan flow) dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama diuji Stabilitas Marshallnya dengan perendaman dalam air pada suhu 60 C selama waktu T 1 dan kelompok kedua diuji setelah perendaman pada suhu 60 C selama T 2 (Hunter, 2005). kemudian ditentukan Indeks Kekuatan Sisa (IKS) Marshall dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Hunter, 2005) : S2 IKS= x100% (1) S1 dimana : S 1 = nilai rata-rata stabilitas Marshall setelah S 2 perendaman selama T 1 menit (Kg) = nilai rata-rata stabilitas Marshall setelah perendaman selama T 2 menit (Kg) IKS = Indeks Kekuatan Sisa (%). Studi Terdahulu Studi mengenai kinerja sifat-sifat dari campuran Butonite Mastic Asphalt (BMA) dan dibandingkan dengan campuran konvensional memperlihatkan bahwa campuran BMA yang telah diteliti memenuhi kriteria campuran Marshall sesuai dengan ketetapan Bina Marga. Ketahanan BMA terhadap kerusakan akibat air lebih rendah dari campuran konvensional (Dhimas Mahardhika, 2007). Studi lebih lanjut dilakukan dengan penambahan Roadcell 50 variasi 0,1 0,4% yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat campuran BMA. Hasil studi menunjukkan bahwa campuran BMA dengan penambahan Roadcell 50 dapat memperbaiki sifat campuran pada kadar 0,1 % (Fabian J. Manoppo, 2009). KEGIATAN PENELITIAN Pengujian Sifat Bahan Campuran Beraspal Bahan campuran beraspal yang digunakan pada penelitian ini meliputi agregat kasar (tertahan saringan no.4), agregat halus (lolos saringan no.4), aspal minyak penetrasi 60/70, dan filler dari abu batu untuk bahan campuran Laston. Sedangkan untuk bahan campuran BMA digunakan agregat yang sama, dan Butonite Mastic 40/50 (BM 40/50, yaitu penetrasi 40 dan kadar aspal 50%) dengan komposisi: asbuton mikro 65,5%, aspal minyak 29%, dan flux agent 5,5%. Pengujian sifat-sifat bahan senantiasa mengikuti metode pengujian bahan yang selalu digunakan, seperti British Standard (BS), American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), American Society for Testing and Materials (ASTM) dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan AASTHO (1998), bahwa hasil pengujian sifat bahan harus memenuhi spesifikasi sebagai bahan campuran beraspal. Pembuatan Campuran dan Penentuan Kadar Aspal Optimum Pembuatan campuran beraspal, baik campuran Lapis Beton Aspal maupun campuran BMA didasarkan pada gradasi agregat campuran yang dipilih, yaitu gradasi ideal Campuran No.IV Lapis Beton Aspal oleh Bina Marga. Penentuan kadar BM optimum (KBO) dari campuran BMA dilakukan dengan memvariasikan kadar BM dari 9% - 13% dengan tingkat kenaikan 1%. Untuk campuran Lapis Beton Aspal, kadar asmin optimum (KAO) ditentukan dengan memvariasikan kadar asmin dari 5% - 7% dengan tingkat kenaikan 0,5 %. Beberapa parameter campuran untuk dipenuhi 124 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 Juli 2009, hal: 121-130

dalam penentuan KAO adalah stabilitas, Marshall Quotient (MQ), rongga udara dalam campuran (VIM) dan rongga dalam agregat (VMA). Tabel 1. Sifat Bahan Agregat HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sifat Bahan Campuran Beraspal Hasil pengujian sifat campuran beraspal yang terdiri dari bahan agregat, aspal minyak dan bahan Butonite Mastic disajikan secara berurutan pada Tabel.1, Tabel.2 dan Tabel.3 berikut : No. Karakteristik Metode Pengujian Satuan Hasil I Agregat Kasar Spesifikasi Min. Maks. 1 Berat Jenis Curah SNI-03-1969-1990-2,584 2,5-2 Berat Jenis SSD SNI-03-1969-1990-2,641 - - 3 Berat Jenis Semu SNI-03-1969-1990-2,740 - - 4 Penyerapan Air SNI-03-1969-1990 % 2,205-3 5 Ag. Impact Value BS-812 % 6,260-30 6 Ag. Crushing Value BS-812 % 8,670-29 7 Abrasi Los Angeles SNI-03-2417-1991 % 23,95-40 8 Indeks Kepipihan SNI-M-25-1991-03 % 21,88-25 9 Indeks Kelonjongan SNI-M-25-1991-03 % 20,21-25 10 Pelapukan SNI-06-2456-1991 % 4,78-14 11 Kelekatan Aspal SNI-03-2439-1991 % 95+ 95 - II Agregat Halus 1 Berat Jenis Curah SNI-03-1969-1990-2,540 2,5-2 Berat Jenis SSD SNI-03-1969-1990-2,611 - - 3 Berat Jenis Semu SNI-03-1969-1990-2,734 - - 4 Penyerapan Air SNI-03-1969-1990 % 2,786-3 III Filler 1 Berat Jenis Curah SNI-15-2531-1991-2,736 2,5 - Tabel 2. Sifat Bahan Aspal Minyak (Asmin) No. Karakteristik Metode Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi Min. Maks. 1 Penetrasi (25 o C, 5 dt., 100 gr.) SNI-06-2456-1991 0,1 mm 65,63 60 79 2 Daktilitas (25 o C, 5 cm/menit) SNI-06-2432-1991 cm >110 100-3 Titik Lembek, Ring and Ball SNI-06-2434-1991 C 53,25 48 58 4 Titik Nyala, Cleveland Open Cup SNI-06-2433-1991 C 342,50 200-5 Titik Bakar, Cleveland Open Cup SNI-06-2433-1991 C 352 - - 6 Berat Jenis, 25 o C SNI-06-2441-1991-1,0383 1-7 Kehilangan Berat (163 o C, 5 jam) SNI-06-2440-1991 % berat 0,0031-0,8 8 Penetrasi Stlh Kehilangan Berat SNI-06-2456-1991 % semula 84,38 54-9 Daktilitas Stlh Kehilangan Berat SNI-06-2432-1991 cm >110 100-10 Titik Lembek Stlh Kehilgn Berat SNI-06-2434-1991 C 53,75 48 58 11 Kelarutan AASHTO T-44-98 % berat 99,85 99 - Tabel 3. Sifat Bahan Butonite Mastic (BM) No. Karakteristik Metode Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi Min. Maks. 1 Penetrasi, 25 o C, 5 dt., 100 gr. SNI-06-2456-1991 0,1 mm 40,13 40 50 2 Daktilitas, 25 o C, 5 cm/menit SNI-06-2432-1991 cm 20,03 - - 3 Berat Jenis, 25 o C SNI-06-2441-1991-1,469 1-4 Kadar Bitumen AASHTO-T-164-98 % 49,538 48 52 5 Kelarutan AASHTO T-44-98 % berat 99,499 99 - Karakteristik Marshal danindeks Kekuatan Sisa (IKS) Pada Campuran Butonite Mastic Asphal - Wahjoedi 125

Karakteristik Marshall Campuran dan Kadar Aspal Optimum Hasil analisis karakteristik Marshall jenis campuran Laston dan penentuan kadar aspal minyak disajikan pada Gambar 1. Untuk karakteristik campuran BMA dan penentuan kadar Butonite Mastic disajikan pada Gambar 2. Dari hasil analisis parameter Marshall, diperoleh kadar aspal minyak (asmin) optimum dan kadar BM optimum (KBO). Gambar 1. Karakteristik Campuran Lapis Beton Aspal dan Penentuan KAO. Gambar 2. Karakteristik Campuran BMA dan Penentuan KBO. 126 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 Juli 2009, hal: 121-130

Pengujian Marshall Immersion Hasil pengujian perendaman Marshall yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan Tabel 4. Hasil Perendaman Marshall Standar nilai Indeks Kekuatan Sisa (IKS) campuran, disajikan pada Tabel 4, Gambar 3 dan Gambar 4 berikut : No. Durasi Stabilitas (Kg) IKS = RSI (%) Rendaman Kadar Aspal (jam) BMA Laston BMA Laston 1 0,5 Optimum 1915,1 1783,1 2 0,5 Optimum 1903,5 2026,2 100,00 100,00 3 0,5 Optimum 1917,4 1736,8 Rata-rata 1912,0 1848,7 1 24 Optimum 1766,9 1479,7 2 24 Optimum 1658,0 1771,5 87,77 91,19 3 24 Optimum 1609,4 1806,2 Rata-rata 1678,1 1685,8 1 0,5-0,5 Optimum 2061,0 1910,3 2 0,5-0,5 Optimum 2014,7 1976,8 100,00 100,00 3 0,5-0,5 Optimum 2125,8 1815,0 Rata-rata 2067,1 1900,7 1 24-0,5 Optimum 1771,5 1710,8 2 24-0,5 Optimum 1834,0 1706,4 85,66 88,88 3 24-0,5 Optimum 1706,7 1651,0 Rata-rata 1770,7 1689,4 1 0,5 +0,5 Optimum 1829,4 1821,6 2 0,5 +0,5 Optimum 1841,0 1866,0 100,00 100,00 3 0,5 +0,5 Optimum 1880,3 1681,2 Rata-rata 1850,2 1789,6 1 24 +0,5 Optimum 1632,6 1644,3 2 24 +0,5 Optimum 1597,8 1628,8 86,48 86,68 3 24 +0,5 Optimum 1570,0 1380,6 Rata-rata 1600,1 1551,3 IKS Laston (%) IKS BMA (%) 1 02 1 00 98 96 94 92 90 88 KAO -0,5 KAO 86 +0,5 KAO 0 5 10 15 2 0 25 30 Durasi Perendaman (jam) Gambar 3. Hubungan IKS Laston Vs Durasi Perendaman 1 0 2 1 0 0 9 8 9 6 9 4 9 2 9 0 8 8 8 6 8 4 KBO +0,5 KBO -0,5 KBO 0 5 10 1 5 2 0 2 5 3 0 Durasi Perendaman (jam) Gambar 4. Hubungan IKS BMA Vs Durasi Perendaman Pembahasan Berdasarkan analisis karakteristik Marshall campuran Lapis Beton Aspal dan spesifikasi yang disyaratkan oleh Bina Marga, terlihat sebagaimana Gambar 1, bahwa nilai stabilitas dan VMA memenuhi spesifikasi untuk semua kadar asmin. Seluruh parameter ini memberikan perpotongan pada kadar asmin antara 6,3% sampai 6,7%, dimana kadar asmin 6,5% sebagai titik tengah ditetapkan sebagai kadar aspal minyak optimum (KAO) campuran Lapis Beton Aspal. Nilai stabilitas yang dibatasi minimum 750 kg untuk beban lalu lintas tinggi terpenuhi pada semua kadar asmin, yaitu dari kadar asmin 5,0% sampai 7,0%. Nilai stabilitas menunjukkan kecenderungan naik dengan bertambahnya kadar asmin yang dimulai pada Karakteristik Marshal danindeks Kekuatan Sisa (IKS) Pada Campuran Butonite Mastic Asphal - Wahjoedi 127

kadar asmin 5% dan mencapai puncaknya pada kadar asmin antara 6,0% dan 6,5%. Pertambahan kadar asmin berikutnya yaitu 7,0% memperlihatkan penurunan stabilitas. Kelelehan/flow dimana oleh Bina Marga dibatasi pada nilai 2 4 mm hanya terpenuhi pada kadar asmin 5,0% - 6,7%. Kecenderungan yang diperlihatkan oleh nilai-nilai parameter ini adalah bahwa nilai flow naik sesuai dengan pertambahan kadar asmin. Nilai VIM dibatasi pada nilai 3% - 5%, terpenuhi pada kadar asmin 6,3% hingga 7,0%. Adapun kecenderungan yang diperlihatkan adalah nilai VIM semakin menurun dengan bertambahnya kadar asmin. Prosentase rongga dalam agregat (VMA) dibatasi sesuai dengan ukuran nominal dari gradasi agregat, dimana studi ini yang digunakan adalah ¾, sehingga nilai VMA dibatasi hingga minimum 14%. Nilai VMA campuran memenuhi spesifikasi untuk semua kadar asmin. Kecenderungan yang diperlihatkan adalah nilai VMA yang dimulai dari kadar asmin 5,0% turun hingga suatu nilai minimum, yaitu kadar asmin 6,5%, kemudian naik lagi sesuai dengan pertambahan kadar asmin, yaitu hingga kadar asmin 7,0%. Parameter Marshall Quotient (MQ) yang merupakan perbandingan antara nilai stabilitas terhadap flow adalah merupakan persyaratan tambahan yang dianjurkan oleh Bina Marga (1996). Nilai MQ dianjurkan berada pada nilai 200 kg/mm 350 kg/mm. Hasil pengujian Marshall campuran memperlihatkan nilai batasan yang dianjurkan tidak terpenuhi. Nilai MQ yang diperoleh untuk kadar asmin 5,0% hingga 7,0%, lebih besar dari 350 kg/mm. Hal ini terjadi mengingat nilai stabilitas campuran yang terlalu tinggi. Kecenderungan yang terjadi dari nilai MQ adalah naik hingga mencapai nilai tertentu sesuai dengan pertambahan kadar asmin, untuk kemudian turun sesuai dengan pertambahan kadar asmin berikutnya. Karakteristik Marshall campuran BMA sebagaimana tersaji pada Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai stabilitas memenuhi spesifikasi pada semua kadar BM. Nilai kelelehan/flow, VFB dan VIM hanya memenuhi spesifikasi pada sebagian kadar BM. Sedangkan nilai MQ berada diluar batasan yang dianjurkan, mengingat nilai stabilitas campuran yang terlalu tinggi. Seluruh parameter ini memberikan perpotongan pada kadar BM antara 11,4% sampai 12,0%, dimana kadar BM 11,7% sebagai titik tengah ditetapkan sebagai kadar BM optimum (KBO) campuran BMA. Nilai stabilitas yang dibatasi minimum 750 kg untuk beban lalu lintas tinggi terpenuhi pada semua kadar BM, dari kadar BM 9,0% sampai 12,0%. Nilai stabilitas menunjukkan kecenderungan naik dengan bertambahnya kadar BM yang dimulai pada kadar BM 9,0% hingga mencapai puncaknya pada kadar BM antara 10,0% dan 11,0%. Pertambahan kadar BM berikutnya hingga 13,0% memperlihatkan penurunan stabilitas. Kelelehan/flow yang dibatasi oleh Bina Marga pada nilai 2 4 mm hanya dipenuhi pada kadar BM 9,0% hingga 12,0%. Kecenderungan yang diperlihatkan adalah bahwa nilai flow naik sesuai dengan pertambahan kadar BM. Nilai VIM dibatasi pada 3% - 5%, dipenuhi pada kadar BM 11,4% hingga 13,0%. Adapun kecenderungan yang diperlihatkan adalah nilai VIM semakin menurun dengan bertambahnya kadar BM. Prosentase rongga yang terisi aspal (VFB) dibatasi oleh Bina Marga dari 75% hingga 82%. Nilai batasan VFB ini dipenuhi pada kadar BM 11,4% hingga 13,0%. 128 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 Juli 2009, hal: 121-130

Kecenderungan yang terjadi adalah nilai VFB semakin naik sesuai dengan pertambahan kadar BM. Parameter Marshall Quotient (MQ) yang dianjurkan sebagai syarat tambahan oleh Bina Marga yaitu nilai 183,6 kg/mm 306 kg/mm tidak terpenuhi. Nilai MQ yang diperoleh untuk kadar BMl 9,0% hingga 13,0%, lebih besar dari 306 kg/mm. Hal ini terjadi mengingat nilai stabilitas campuran BMA yang terlalu tinggi. Kecenderungan dari nilai MQ adalah naik hingga mencapai nilai tertentu sesuai dengan pertambahan kadar BM, lalu turun sesuai dengan pertambahan kadar aspal berikutnya. Indeks Kekuatan Sisa untuk periode perendaman Marshall sebagaimana terlihat pada Tabel 4, Gambar 3 dan Gambar 4, masih berada di atas nilai batas minimum yang disyaratkan yaitu 75%. Terlihat bahwa nilai IKS BMA setelah perendaman 24 jam, lebih tinggi dari campuran Lapis Beton Aspal baik pada kadar aspal optimum maupun pada ±0,5 kadar aspal. Kecenderungan ini dapat difahami bahwa campuran BMA mempunyai keandalan yang lebih rendah dibandingkan dengan campuran Lapis Beton Aspal terhadap pengaruh infiltrasi butiran air kedalam campuran. Disisi lain, terlihat juga bahwa perbedaan nilai IKS campuran BMA antara campuran KBO dengan ±0,5 KBO lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi pada campuran Lapis Beton Aspal. Fenomena ini menunjukkan bahwa campuran BMA mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap penambahan atau pengurangan kadar aspal dibandingkan dengan campuran Lapis Beton Aspal. KESIMPULAN Dari analisis dan pembahasan terhadap hasil-hasil pengujian, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Karakteristik Marshall campuran BMA dapat memenuhi spesifikasi yang disyaratkan, kecuali parameter MQ, mengingat nilai stabilitas-nya yang terlalu tinggi. 2. Terhadap pengaruh infiltrasi air setelah perendaman Marshall 24 jam, campuran BMA mempunyai keandalan yang lebih rendah dibandingkan campuran Lapis Beton Aspal. 3. Terhadap pengaruh pengurangan dan penambahan kadar aspal, campuran BMA mempunyai keandalan yang lebih tinggi dibandingkan campuran Lapis Beton Aspal. SARAN Beberapa hal yang dapat disarankan sehubungan dengan hasil-hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai karakteristik campuran BMA, maka perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai jenis campuran ini, misalnya dengan penambahan zat aditif, pemakaian tipe gradasi campuran yang berbeda, atau bisa juga dengan pemakaian berbagai jenis filler. 2. Perlu dikembangkan jenis-jenis perlakuan pengujian lainnya terhadap campuran BMA, baik perlakuan pengujian di Laboratorium maupun perlakuan pengujian di Lapangan. DAFTAR PUSTAKA American Association of State Highway and Transportation Officials / AASHTO, (1998), Standard specification for transportation materials and methods of sampling and testing, Washington, DC. Karakteristik Marshal danindeks Kekuatan Sisa (IKS) Pada Campuran Butonite Mastic Asphal - Wahjoedi 129

Bina Marga, (1996), Petunjuk pelaksanaan lapis aspal beton (Laston) untuk jalan raya, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Dhimas Mahardhika, (2007), Kajian laboratorium dari campuran lapis permukaan butonite mastic, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung. Hunter, R.N, (2005), Bituminous mixtures in road construction, Thomas Telford, London. Manoppo, FJ, (2009), Metode Kurva Fitting untuk mengestimasi daya dukung tanah, Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XIII-2009 Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia, Denpasar-Bali 130 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 Juli 2009, hal: 121-130