PEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET UNTUK KAPASITAS 1,5g U-235

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN FOIL TARGET DENGAN TINGKAT PENGKAYAAN URANIUM RENDAH

PABRIKASI FOIL URANIUM DENGAN TEKNIK PEROLAN

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

ELEMEN BAKAR NUKLIR (EBN) TYPE ClRENE

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

RENCANA IMPLEMENTASI MEMBUBUT DI LABORATORIUM PRODUKSI JURUSAN MESIN. Oleh: Nama : Dwi Pujo L NIM : Prodi : PTMSI

BAB II LANDASAN TEORI

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Iman Saefuloh 1, Ipick Setiawan 2 Panji Setyo Aji 3

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PERENCANAAN MESIN PELUBANG PLAT ALUMUNIUM. Oleh : Siswanto ABSTRACT. Pelubang machine is a very important equipment in the electronics shop and other

BAB III METODE PEMBUATAN

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

PROSES PEMBUATAN POROS PENGADUK PADA MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan estimasi waktu penelitian dikisarkan

MATERI KULIAH CNC Memasang Pahat. Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

BABV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Untuk dapat mengetahui penyimpangan titik nol jig pada mesin CNC

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

M O D U L T UT O R I A L

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Berbagai proses pemesinan dilakukan guna mengubah bahan baku

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

MENGGUNAKAN MESIN UNTUK OPERASI DASAR

RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Gambar 1.1 Hasil-hasil dari pembubutan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan material dalam industi semakin lama semakin meningkat, dan jenis

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

MESIN BOR. Gambar Chamfer

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

MATERI MATAKULIAH PROSES PEMESINAN I

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

Mulai. Identifikasi Masalah. Persiapan Alat dan Bahan

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Transkripsi:

PEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET UNTUK KAPASITAS 1,5g U-235 Suhardyo, Purwanta Pusat Teknologi Bahan Bahan Nuklir ABSTRAK PEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET 1,5g U-235. Telah dilakukan pembuatan Inner Tube LEU foil target untuk kapasitas 1,5 gram U-235. Foil target merupakan pengembangan teknologi produksi isotop 99 Mo dengan Uranium pengayaan rendah (<20%U- 235). Komponen penyusun foil target terdiri dari: Outer tube (pipa luar), Inner tube (pipa dalam) dan Uranium foil yang di bungkus dengan nikel foil kemudian dimasukkan diantara outer tube dan inner tube, kemudian ke-dua ujungnya dilas. Pada pengerjaan ini dilakukan pembuatan inner tube dengan menggunakan teknik permesinan yaitu mesin bubut dengan parameter tebal penyayatan, gerak otomatis penyayatan, posisi pahat dan ketajaman mata pahat yang dapat menghasilkan permukaan benda kerja rata dan halus. kondisi optimum dengan tebal penyayatan 0,3 mm, kecepatan gerak otomatis penyayatan 0,06 mm/putaran dengan putaran mesin(benda kerja) 355 rpm.digunakan 5 potong pipa Al 3001 masing-masing mempunyai ukuran: panjang 165 mm, luar 29 mm dan dalam 26,20 mm. Setelah dilakukan pembuatan inner tube untuk penyesuaian ukuran panjang dan diameter luar inner tube dan dimeter luar pada grooving diperoleh 5 buah inner tube dengan ukuran panjang 162 ±0,2 mm, diameter luar inner tube 27,99 mm dan diameter luar pada bagian grooving 27,68 +0,05 mm serta panjang grooving 47,6 mm. Ukuran diameter dalam dan bahan inner tube yang tersedia telah sesuai yang dipersyaratkan. Kata kunci: Inner tube, low enrichment uranium (LEU), foil target. PENDAHULUAN Isotop 99m Tc yang merupakan anak luruh dari isotop 99 Mo telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran nuklir. Peningkatan penggunaan isotop sangat pesat, seiring perkembangan kedokteran nuklir di dunia. Pada awalnya, isotop 99 Mo diproduksi menggunakan bahan baku Uranium pengayaan tinggi (>90%U-235) dalam bentuk Uranium oksida. Uranium di dalam Uranium oksida dilapiskan pada permukaan logam dengan teknik elektroplating dan dimasukkan dalam kapsul untuk diiradiasi di reaktor nuklir. Berkait program pengalihan penggunaan Uranium dari pengayaan tinggi ke pengayaan rendah (<20%U-235), maka untuk mendapatkan produk isotop 99 Mo dalam jumlah yang sama seperti pada penggunaan Uranium pengayaan tinggi diperlukan Uranium pengayaan rendah ± 5 kali lebih banyak dibanding Uranium pengayaan tinggi. Peningkatan jumlah Uranium yang cukup banyak (pada disain kapsul tetap), maka proses elektroplating sulit dilakukan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pembuatan isotop 99 Mo menggunakan Uranium pengayaan rendah dalam bentuk foil target. Proses pembuatan foil target dilakukan dengan cara: logam Uranium dibentuk menjadi lembaran tipis (foil) dan dirakit menjadi foil target seperti ditampilkan pada Gambar-1. 40

ISSN 1979-2409 Pembuatan Komponen Inner Tube Leu Foil Target Untuk Kapasitas 1,5g U-235 (Suhardyo, Purwanta) Gambar-1 : Low Enrichment Uranium (LEU) Foil target a : Outer tube (kelongsong pipa luar). b : Uranium Foil dengan pembungkus Nikel foil. c : Inner tube ( kelongsong pipa dalam). Disain foil target bermacam-macam, baik dimensi maupun jenis material tergantung dari keperluan penggunaannya. Salah satu foil target yang dibuat adalah berbentuk tabung dengan berat 1,5g U-235. Foil target tersusun atas beberapa komponen yaitu komponen Outer tube (kelongsong pipa luar), Inner tube (kelongsong pipa dalam) dan Uranium foil (lembaran tipis Uranium) yang dibungkus dengan nikel foil kemudian dimasukkan diantara komponen kelongsong pipa luar dan kelongsong pipa dalam, lalu di ke-dua ujung pipa di las. Spesikasi kelongsong LEU foil target yang dibuat dengan ukuran yaitu : panjang 162 ±0,2 mm, diameter luar 30 +0,1 mm dan diameter dalam 26,2 mm. Kelongsong pipa luar dan kelongsong pipa dalam mempunyai panjang yang sama yaitu 162 ±0,2 mm, yang membedakan antara dua komponen itu adalah bentuk dan diameternya, yakni kelongsong pipa luar mempunyai diameter luar 30 +0,1 mm, dan diameter dalam 28,2 mm sedangkan bahan untuk kelongsong pipa dalam mempunyai diameter luar 29 mm, dan diameter dalam 26,2 mm, serta panjang 165 mm, sehingga kelongsong pipa dalam kelongsong perlu dilakukan permesinan agar dapat masuk didalam pipa luar. Komponen kelongsong pipa dalam LEU foil target kapasitas 1,5g U-235 ditunjukkan pada Gambar-2 a.b. 41

Gambar-2 : kelongsong produk dan gambar kerja. Dibuat dari bahan Alumunium pipa jenis Al 3001, bahan Al ini harus mampu menjaga dan melindungi foil Uranium pada saat target di iradiasi dalam reaktor. Proses pembuatan kelongsong pipa dalam dilakukan dengan teknik permesinan dengan menggunakan mesin bubut, yaitu bahan komponen kelongsong pipa dalam dibentuk dan diratakan permukaannya secara bertahap sampai diameter luarnya menjadi 27,99 +0,01 mm dan diameter dalamnya menjadi 26,20 +0,05 mm serta panjangnya dibentuk menjadi 162 ±0,2 mm. Dibagian tengah panjang kelongsong dibentuk grooving sepanjang 47,6 mm dengan kedalaman grooving -0,013 mm dari tebal Uranium foil + tebal barrier (Nikel foil) [1]. Selama Proses pembuatan/pengerjaan komponen ini selalu di monitor ukurannya untuk diameter luar, diameter dalam, dan panjangnya dengan alat ukur jangka sorong dan mikrometer dalam. Tujuan dari pembuatan komponen pipa dalam ini untuk memenuhi kebutuhan LEU foil target sebagai bahan baku untuk memproduksi isotop 99m Tc. METODOLOGI Dalam pembuatan kelongsong pipa dalam LEU foil target digunakan beberapa alat antara lain: Mesin bubut merk KERN Type D20 A, pahat bubut rata luar, pahat bubut kusus untuk pembentukan grooving, alat bantu untuk membubut rata permukaan luar pipa, gergaji tangan, kikir kecil/amplas grid. 80 mesh. Alat ukur: jangka sorong, mikrometer luar dan mikrometer dalam. Bahan : Lima potong pipa Al jenis A. 3001, dengan ukuran masing-masing: diameter luar pipa ( ) 29 mm, diameter dalam pipa ( ) 26,20 mm, panjang 165 mm. 42

ISSN 1979-2409 Pembuatan Komponen Inner Tube Leu Foil Target Untuk Kapasitas 1,5g U-235 (Suhardyo, Purwanta) Cara kerja : Langkah kerja pembuatan kelongsong pipa dalam LEU foil target adalah sebagai berikut: Benda kerja dipasang pada cekam tetap mesin bubut. Pahat bubut rata luar dipasang pada toll post (pemegang pahat bubut). Kecepatan putaran mesin bubut (benda kerja) diatur pada 355 rpm. Gerak sayat pahat diatur pada posisi otomatis. Kecepatan gerak otomatis penyayatan diatur 0,06 mm/putaran. Ujung penampang pipa diratakan sampai rata dan selama proses perataan permukaan penampang ujung pipa selalu digunakan pendingin cairan alkohol. Benda kerja dilepas, kemudian alat bantu bubut pipa dipasangkan pada ujung pipa yang telah diratakan, dan dibagian pangkal pipa yang akan dicekam. Tempatkan lubang senter alat bantu pada ujung senter putar kepala lepas mesin bubut. Diameter luar pipa ( ) 29 mm dibubut rata menjadi ( ) 27,99 mm pada permukannya sepanjang ± 165 mm. Tentukan jarak dari ujung pipa 57,2 mm untuk dibentuk grooving sepanjang 47,6 mm dengan kedalaman grooving 0,145 mm. Potong pipa yang telah dibentuk grooving dengan ukuran panjang ± 163 mm menggunakan gergaji tangan. Sisi ujung pipa potongan gergaji diratakan sampai diperoleh panjang akhir 162 mm. Gambar-3 : Proses machining kelongsong pipa dalam LEU foil target a. Pencekam benda kerja, b. Pemegang pahat bubut, c. Pahat bubut. d. Senter putar/penahan benda kerja, e. Eretan atas, f. Benda kerja. g. Tuas pengatur kecepatan putar, h. pengatur langkah penyayatan otomatis 43

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari pembuatan komponen kelongsong pipa dalam LEU foil target didapat hasil 5 buah komponen kelongsong pipa dalam LEU foil target dengan data ditujukkan pada Tabel-1. Tabel-1. Data hasil pengukuran 5 buah komponen kelongsong pipa dalam No Panjang pipa 162 ±0,2 mm Luar pipa 27,99-0,05 mm kedalaman grooving 0,155-0,013 mm Panjang grooving 47,60 +0,1 mm Dalam Pipa 26,20 +0,05 mm 1 162,00 27,98 0,150 47,60 26,22 2 162,00 27,99 0,150 47,65 26,22 3 162,10 27,98 0,150 47,60 26,23 4 162,00 27,97 0,145 47,70 26,24 5 162,10 27,98 0,150 47,70 26,22 Pembuatan komponen kelongsong pipa dalam LEU foil target dengan mesin bubut ada beberapa faktor yang dapat menentukan hasil yang optimum antara lain: posisi pahat, jenis pahat dan ketajaman mata pahat [2,3]. Posisi mata sayat pahat bubut harus diatur setinggi titik pusat mesin. Hal ini dilakukan agar gaya tekan antara pahat dan benda kerja berada pada titik pusat sehingga beban mesin terhadap gesekan mata pahat ringan dan putaran mesin selalu stabil. Pada perataan permukaan pipa, posisi mata pahat bubut harus diatur sesuai dengan pembentukannya. Kemiringan mata sayat pahat bubut terhadap benda kerja harus diperhatikan, agar dihasilkan permukaan yang halus. Untuk penyayatan permukaan pipa posisi mata pahat dimiringkan ± 70 0 terhadap benda kerja [4], dengan putaran benda kerja 355 putaran/menit. Untuk pembuatan grooving mata pahat diatur tegak lurus terhadap benda kerja (90 0 ), dengan putaran benda kerja 250 putaran/menit. Apabila posisi penyayatan tidak sesuai maka akan dihasilkan permukaan yang kurang sempurna atau permukaan buram. Kecepatan gerak otomatis pahat pada proses penyayatan sangat berpengaruh terhadap kualitas permukaan yang dihasilkan, penyayatan dengan ketebalan hingga 0,06 mm dihasilkan permukaan yang halus, dengan kedalaman 0,5 mm, sedangkan penyayatan dengan ketebalan lebih besar dari 0,06 mm dengan kedalaman yang sama dihasilkan permukaan yang kasar. Oleh karena pipa yang akan dibentuk permukaanya mempunyai ketebalan hanya sekitar 0,9 mm maka pada waktu penanganan baik pemasangan pada alat cekam mesin bubut, pengatur kedalaman penyayatan dan gerak otomatis penyayatan harus disesuaikan dan harus hati hati agar pipa tidak rusak. 44

ISSN 1979-2409 Pembuatan Komponen Inner Tube Leu Foil Target Untuk Kapasitas 1,5g U-235 (Suhardyo, Purwanta) Data hasil pengukuran terhadap lima buah komponen kelongsong pipa dalam (Tabel 1) didapat ukuran panjang antara (162 mm 162,1 mm), diameter luar pipa (27,99 mm 27,98 mm) dan kedalaman grooving (0,145 mm 0,150 mm) ini disesuaikan dengan tebal rata-rata LEU foil yang didapat dari hasil perolan, yaitu 0,125 mm, kedalaman grooving yang dipersyaratkan adalah 0,013 mm lebih tipis dari tebal LEU foil + 2 x tebal Ni foil ( 0,015 mm) sedang panjang grooving antara ( 47,60 mm 47,70 mm ) untuk diameter dalam pipa, telah memenuhi batasan yang ditetapkan. Diameter dalam pipa sebesar (26,20 mm 26,23 mm) tidak dilakukan proses machining karena bahan yang tersedia permukaan diameter dalamnya sudah halus dan ukurannya sudah masuk dalam rentang ukuran yang ditetapkan. Data tersebut menunjukkan bahwa pembuatan pipa dalam foil target dengan menggunakan prosedur dan parameter proses yang diterapkan sudah tepat, sehingga dapat digunakan sebagai acuan pembuatan komponen kelongsong pipa dalam LEU foil target. KESIMPULAN Telah dibuat pipa dalam LEU foil target untuk kapasitas 1,5g U-235 dengan bahan Alumunium seri A 3001, ukuran panjang 162 mm, diameter luar pipa 27,99 mm, diameter dalam pipa 26,20 mm, panjang grooving 47,6 mm serta kedalaman grooving 0,150 mm. Kondisi kedalaman penyayatan permukaan 0,5 mm dengan kecepatan gerak penyayatan otomatis 0,06 mm/putaran, kemiringan mata pahat ± 70 0 terhadap benda kerja dengan putaran benda kerja 355 putaran/menit, dan 90 0 pada pembentukan grooving dengan kedalaman penyayatan 0,1 mm, putaran benda kerja 250 putaran/menit. DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, Argonne National Laboratory, Workshop, Serpong, 2006. 2. B. PRIAMBODO, Teknologi Mekanik, Edisi 7 Jilid 2 versi S1, Penerbit Erlangga. 3. GRAITO, Latihan Keahlian Fabrikasi Elemen Bakar Reaktor Riset, Serpong, tahun 1995. 4. ADI WARDOYO, Kursus Juru Mekanik I, Pusdiklat Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta, tahun 1985. 45

46